• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP KINERJA GURU KEJURUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP KINERJA GURU KEJURUAN."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan Pendidikan Nasional berfungsi sebagai upaya sistemik untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

(2)

Menurut Djamarah (2002:73-74), dalam Sugeng (2004:1) mengemukakan bahwa:

Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Dan selanjutnya Djamarah berpendapat bahwa, baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga professional.

Dengan demikian, tugas yang berat dari seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang professional dalam menjalankan tugasnya.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan atau kompetesi yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib (2002:22-23), dalam Sugeng (2004:2) mengemukakan bahwa:

Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut Aqib (2002:32) menyatakan bahwa guru merupakan

komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan atau kompetensi dari seorang guru sangat menentukan seberapa besar mutu pendidikan di sekolah.

(3)

Sekolah merupakan organisasi yang terdiri kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Agar kerjasama dapat berjalan baik maka semua unsur dalam organisasi terutama sumber daya manusia harus dapat terlibat secara aktif dan memiliki dorongan untuk bersama-sama mencapi tujuan. Pimpinan dalam hal ini kepala sekolah, berperanan penting untuk menggerakkan bawahan termasuk juga dirinya sendiri. Agar sumber daya manusia dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi maka perlu dipahami motivasi dalam hal ini guru dalam bekerja, terutama penekanan pada kepuasan kerja guru. Pemberian motivasi dari luar diri (ekstrinsik) maupun motivasi yang timbul dari diri guru sendiri (intrinsik) untuk bekerja sambil berprestasi akan mampu mencapai kepuasan kerjanya, yang tentunya akan berdampak terhadap kinerja organisasi yang maksimal dan tercapainya tujuan organisasi.

Berkaitan dengan teori motivasi kerja guru, Jurgensen (Kuswiyanto, 2000) menyatakan bahwa, sejumlah faktor-faktor dalam pekerjaan yang mempengaruhi motivasi kerja individu adalah:

1) Rasa aman (security), yaitu adanya kepastian guru untuk memangku jabatan sebagai guru disekolah selama mungkin seperti yang mereka harapkan.

2) Kesempatan untuk maju (advencement) yaitu adanya kemungkinan untuk maju, naik tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian.

3) Tipe pekerjaan (type of work) yaitu adanya pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, bakat dan minat guru. 4) Nama baik tempat kerja (company), yaitu sekolah setempat yang

memberikan kebanggaan guru bila menjadi guru di sekolah tersebut. 5) Rekan kerja (co worker), yaitu rekan kerja yang sepaham, yang cocok

untuk kerja sama.

6) Upah (pay), yaitu penghasilan yang diterima.

7) Penyelia (supervisor), yaitu pengaruh kepala sekolah.

(4)

9) Kondisi kerja (working condition), yaitu kebersihan tempat kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau, dan sebagainya.

10) Fasilitas (benefit), yaitu kesempatan cuti, jaminan kesehatan, pengobatan dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa, apabila sejumlah faktor tersebut dapat dirasakan oleh seorang guru, maka motivasi kerja yang tinggi akan timbul yang membuat seseorang guru dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Selain motivasi yang muncul dari dalam diri senidiri, melalui proses pemberian motivasi dari luar diri, pada seseorang yang berupa dorongan, panghargaan atau bentuk lainnya, akan mengarahkan individu yang bersangkutan untuk memperlihatkan suatu tingkah laku atau sikap kerja yang diharapkan dapat memperbaiki sikap kerja yang akhiryadapat meningkatkan efektifitas suatu organisasi dalam hal ini sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan.

(5)

sangatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah sangat sentral dan mendasar.

Sikap kerja guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Sikap positif maupun negatif seorang guru terhadap pekerjaan tergantung dari guru bersangkutan maupun kondisi lingkungan. Dalam hal ini menurut Bimo Walgito (2001:115-116) dalam Sugeng (2004:1) menyatakan bahwa: “Sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor fisiologis dan psikologis, faktor eksternal yaitu berupa situasi yang dihadapi

individu, norma-norma dan berbagai hambatan maupun dorongan yang ada dalam masyarakat”.

(6)

Dengan demikian kepala sekolah harus mampu memberdayakan semua potensi yang ada di sekolah, baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah.

Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, Wahjosumidjo (2002:431) dalam Sugeng (2004:5) mengemukakan bahwa:

Penampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan oleh kepemimpinan seorang kepala sekolah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Penampilan kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh faktor kewibawaan, sifat dan keterampilan, perilaku maupun fleksibilitas pemimpin. Dan selanjutnya Wahjosumidjo mengemukakan: Agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan professional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru kejuruan.

Selanjutnya Dirjen Dikdasmen (2000/2001) merumuskan kinerja kepala sekolah bahwa:

(7)

Dari rumusan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa, kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan proses pelaksanaan tugas atau peran kepala sekolah sebagai EMASLIMo dalam berbagai kegiatan sekolah yang dilaksanakan agar lebih efisien dan efektif di dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan dan sebagai pemimpin formal pendidikan di sekolahnya, tentunya mempunyai tanggung jawab secara penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka diharapkan guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap kerja yang positif terhadap pekerjaannya sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkkan bahwa, motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang cukup memepengaruhi sikap kerja guru. Sehinga dapat diduga bahwa, sikap kerja guru yang kurang positif atau negatif dalam menghadapi pekerjaannya, disebabkan oleh motivasi guru itu sendiri yang rendah dan kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif. Atas dasar pemikiran tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Pengaruh Motivasi Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan (Survei di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten)”.

(8)

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat di identitikasi masalah yang terkait dengan penelitian ini diantaranya :

1) Apakah motivasi gurumemiliki pengaruh dengan sikap kerja guru kejuruan. 2) Apakah kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh dengan sikap kerja

guru kejuruan.

3) Apakah motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap sikap kerja guru kejuruan.

4) Apakah sikap kerja guru kejuruan dapat ditingkatkan melalui motivasi

5) Apakah sikap kerja guru kejuruan dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan kepala sekolah

6) Apakah guru kejuruan sudah mempunyai motivasi yang tinggi dalam menghadapi pekerjaan.

7) Apakah kepala sekolah sudah menerapkan kepemimpinan yang efektif dan relevan dengan kondisi sekolah.

8) Apakah guru kejuruan sudah memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya. 9) Apakah motivasi guru yang semakin tinggi akan diiringi dengan semakin

positifnya sikap kerja.

10) Apakah kepemimpinan kepala sekolah yang semakin positif akan diiringi dengan semakin positifnya sikap kerja guru kejuruan.

11) Apakah sikap kerja guru kejuruan yang negatif diakibatkan motivasi yang rendah.

12) Apakah sikap kerja guru kejuruan yang negatif diakibatkan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif

(9)

kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan. 1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1.3.1 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalah yang

dikemukakan oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian adalah masalah yang

akan diteliti dibatasi pada tiga variabel yaitu: Motivasi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru kejuruan.

Variabel pertama adalah motivasi guru. Mengenai hal ini peneliti meyakini bahwa, motivasi yang tinggi akan membuatseseorang untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Selain motivasi yang muncul dari dalam diri (intrinsikl), melalui proses pemberian motivasi dari luar diri (ekstrinsik) pada seseorang yang berupa dorongan, panghargaan atau bentuk lainnya, akan mengarahkan individu yang bersangkutan untuk memperlihatkan suatu tingkah laku atau sikap kerja yang diharapkan dapat memperbaiki sikap kerja guru kejurun yang akhirya dapat meningkatkan efektifitas suatu organisasi dalam hal ini sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan.

Varabel kedua adalah kepemimpinan kepala sekolah, juga diduga ada

pengaruh terhadap sikap kerja guru kejuruan. Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala

sekolah. Sedangkan Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas

menyelenggarakan proses pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha

(10)

Leader, Administrator, Supervisor, Innovator dan Motivator yang efektif dalam

rangka tercapainya tujuan sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala

sekolah adalah signifikan terhadap sikap kerja guru kejuruan yang akan

berdampak terhadap keberhasilan sekolah.

Variabel ketiga adalah sikap kerja guru kejuruan. Sikap kerja guru akan

mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya.

Apabila seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, status profesi, pendapatan/gaji dan lingkungannya, maka sudah barang tentu guru akan

menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di

sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Dalam hal ini peneliti menduga bahwa, sikap kerja guru dalam menghadapi pekerjaan sangat dipengaruhi oleh

seberapa besar motivasi yang ada pada diri individu guru yang bersangkutan dan

efektifitas kepemimpinan kepala sekolah.

Selanjutnya dalam batasan masalah ini dapat disimpulkan bahwa, motivasi

guru sebagai variabel bebas kesatu, kepemimpinan kepala sekolah sebagai

variable bebas kedua, dan sikap kerja guru kejuruan sebagai variabel terikat. 1.3.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

(11)

2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten? 3) Seberapa besar pengaruh motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah

secara bersama-sama terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1) Pengaruh motivasi terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten.

2) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten.

3) Pengaruh motivasi dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten.

1.5 Manfaat Penelitian:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1) Bagi pengembangan ilmu.

Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas tentang pengaruh variabel motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan. Dengan demikian temuan penelitian ini dapat memperkuat temuan-temuan penelitian sebelumnya dan berimplikasi terhadap objektivitas tentang hubungan variabel tersebut.

(12)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi sekolah terutama Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten mengenai pengaruh motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan. Dalam hal ini hasilnya dapat dijadikan acuan atau umpan balik bagi seluruh personil guru untuk melakukan perubahan perilaku dan bagi kepala sekolah seabagai pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang bertujuan untuk kemajuan sekolah. 3) Bagi peneliti.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten Jawa Tengah. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini lebih disebabkan karena peneliti sebagai alumni dan pernah melaksanakan tugas dari lembaga tempat kami bekerja untuk melaksanakan uji kompetensi bagi siswa-siswa kelas 12 jurusan mesin produksi, sehingga peneliti lebih mudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi baik dari kepala sekolah dan guru yang berhubungan dengan judul penelian yaitu, Pengaruh Motivasi Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan (Survei di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten).

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah sebagai evaluasi dalam melihat sikap kerja guru dan bahan pertimbangan dalam memberdayakan dan mengembangkan sumberdaya manusia

terutama tenaga edukatif/pendidik, sehingga dimasa mendatang sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten dapat lebih baik. 3.2 Jenis Penelitian

(14)

ada manipulasi variabel. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya semua informasi atau data penelitian diwujudkan

dalam bentuk angka dan dianalisis dengan statistik. Penelitian ini termasuk penelitian korelasional karena bermaksud mengungkap hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru kejuruan yaitu guru produktip dan adaptip di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten Propinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2008-2009. Sedangkan untuk pengambilan sampel diambil secara acak atau random, hal ini sesuai dengan pendapat Sukmadinata (2006:253) mengemukakan bahwa: ”Salah satu cara pengambilan sampel yang representatif adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel”. Selanjutnya untuk menentukan jumlah sampel, menurut Taro Yamane yang dikutip oleh Rahmat (1998:82) dapat menggunakan rumus:

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi.

D = Presisi yang ditetapkan 1

. 2

d N

(15)

3.4 Definisi Opersional Penelitian

Sebagaimana telah diuraikan bahwa, judul dalam penelitian ini adalah: Pengaruh Motivasi Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan (Survei di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten). Dalam rangka menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka beberapa istilah kiranya perlu didefinisikan diantaranya: (1) Pengaruh, menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersedia di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ adalah: “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. (2) Motivasi, menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersedia di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ adalah: “Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”.

Berdasarkan divinisi di atas dan kajian teori dari Bab II, divinisi opersional dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

3.4.1 Difinisi Opersional Motivasi Guru

Difinisi opersional motivasi guru dalam penelitian ini adalah dorongan yang timbul pada diri seorang guru kejuruan, baik dari dalam maupun dari luar diri yang bersifat mempengaruhi, menggiatkan dan menggerakkan untuk melaksanakan pekerjaannya. Indikator motivasi guru dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Senang terhadap pekerjaan. (2) Merasa ada tantangan terhadap pekerjaan. (3) Tidak dipengaruhi oleh rewards material dan (4) Didorong oleh pencapaian prestasi. 3.4.2 Difinisi Opersional Kepemimpinan Kepala Sekolah

(16)

bawahan dalam suatu organisasi dalam hal ini lembaga sekolah kejuruan guna tercapainya tujuan sekolah. Indikator kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Manajer, yaitu kemampuan menciptakan manajemen sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (2) Leader, yaitu kemampuan menggerakkan segala sumber yang ada pada sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (3) Administrator, yaitu kemampuan mengelola seluruh administrasi sekolah. (4) Supervisor, yaitu kemampuan membina dan membantu guru, baik secara individual maupun secara berkelompok. (5) Innovator, yaitu secara dinamis dan kreatif melakukan upaya-upaya menemukan gagasan-gagasan baru dan melakukan pembaharuan. (6) Motivator, yaitu kemampuan memberikan dorongan agar seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara proporsional.

3.4.3 Difinisi Opersional Sikap Kerja Guru Kejuruan

Difinisi opersional sikap kerja guru kejuruan dalam penelitian ini adalah, suatu kecenderungan seorang guru kejuruan dalam merespon suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya, yang pada akhirnya diungkapkan dalam bentuk tindakan atau perilaku yang berkenaan dengan profesinya. Respon dan perilaku seorang guru kejuruan terhadap pekerjaannya dapat diungkapkan dalam bentuk kepercayaan dan kepuasaan guru terhadap pekerjaannya maupun dalam bentuk perilaku yang ditampilkan.

(17)

3.5 Intrumen Penelitian

3.5.1 Instrumen Pengumpul Data.

Instrumen penelitian ini dikembangkan sesuai dengan variabel yang akan diukur. Adapun alat pengumpul data yang digunakan berupa kuesioner (angket) yang semuanya akan dijawab oleh guru kejuruan, dan untuk mencari data pendukung lainnya dilakukan dokumentasi data penelitian melalui observasi secara langsung di lokasi penelitian.

3.5.1.1 Kuesioner (angket).

Mengenai kuesioner/angket menurut Sugiyono (2005:162) mengemukakan

bahwa: “Kuesioner (angket) merupakan salah satu alat pengumpul data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Angket pada umumnya digunakan untuk meminta keterangan tentang fakta, pendapat, pengetahuan, sikap dan perilaku responden dalam suatu peristiwa. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan data tentang sikap kerja guru kejuruan. Model skala pengukuran yang digunakan untuk menjaring data pada variabel-variabel penelitian ini adalah :

1) Variabel motivasi guru: Menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

2) Variabel kepemimpinan kepala sekolah: Menggunakan angket dengan pola jawaban tertutup model skala Likert.

(18)

Dikarenakan angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang telah tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

TABEL 3.1 POLA PENSKORAN PERNYATAAN

No. Pilihan

Skor Pernyataan

Positif

Skor Pernyataan

Negatif

1 Sangat setuju/selalu/sangat baik 5 1

2 Setuju/sering/baik 4 2

3 Ragu-ragu/kadang-kadang/

cukup baik 3 3

4 Tidak setuju/jarang/kurang baik 2 4

5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/

tidak baik 1 5

Diadaptasi dari : Sugiyono (2005:107)

3.5.1.2 Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi penelitian dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di tempat lokasi penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh data secara lansung tentang profil sekolah dan guru-guru terutama guru kejuruan.

3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

3.6.1 Kisi-kisi Instrumen untuk Menjaring Data Variabel Bebas

(19)

responden. Pembuatan angket untuk menjaring data tentang variabel bebas didasarkan pada kisi-kisi seperti yang tertera pada tabel 3.2 berikut ini :

TABEL 3.2 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK VARIABEL BEBAS (X1 dan X2,)

Variabel Sub Variabel Indikator No.

butir

Motivasi guru (X1)

1. Senang terha- dap pekerjaan

1. Merasa senang dan bangga menjadi seorang guru kejuruan. 2. Memiliki rasa kepuasan tersendiri

menjadi seorang guru kejuruan. 3. Melaksanakan tugas mengajar

dengan rasa senang dan semangat. 4. Melaksanakan tugas-tugas dari

kepala sekolah dengan rasa senang dan semangat.

5. Merasa senang dan bangga melihat keberhasilan belajar siswa.

6. Merasa senang dan bangga dapat menyelesaikan tugas dari kepala sekolah.

7. Mengikuti dan mematuhi peraturan sekolah dengan tidak terpaksa.

8. Merasa betah dan nyaman berada dilingkungan sekolah pada saat jam kerja.

(20)

terhadap

15.Memiliki rasa ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan tugas mengajar sebagai guru kejuruan.

16.Memiliki rasa ketulusan dan keikhlasan dalam 18.Meluangkan waktu diluar jam

(21)

jam kerja tanpa mengharap imbalan berupa materi. 4. Didorong

oleh penca- paian prestasi

21.Memiliki dorongan untuk pengembangan karir.

22.Memiliki dorongan untuk pengembangan profesi. 23.Memiliki dorongan untuk memperoleh penghargaan. 24.Memiliki komitmen terhadap

pekerjaan sebagai guru kejuruan. 25.Mendorongan siswa agar

memperoleh prestasi belajar yang baik.

26.Mempertahankan siswa agar memperoleh prestasi belajar yang

baik.

27.Memilki rasa kebanggaan atas prestasi yang raih sebagai guru kejuruan.

28.Berusaha mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah diraih.

32-40

(22)

Kepemim- sekolah yang efektif dan efisien. 2. Menyusun kebutuhan-kebutuhan

sekolah dengan tepat.

3. Mengatur tugas mengajar kepada guru sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kehlian yang dimiliki.

4. Menyusun rincian tugas setiap personil sekolah secara jelas. 5. Melaksanakan bimbingan dan pengarahan secara baik kepada

7. Memberi wewenang penuh kepada guru kejuruan untuk

9. Merumuskan misi dan tujuan sekolah secara jelas.

10. Melakukan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan sekolah.

11. Menyampaikan informasi tentang berbagai kemajuan dan prestasi sekolah kepada masyarakat luas. 12. Merumuskan kriteria-kriteria

keberhasilan program sekolah.

(23)

yang telah daya manusia yang ada disekolah secara maksimal dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

15. Memberdayakan seluruh fasilitas yang ada disekolah secara

maksiamal dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

16. Memberikan petunjuk tentang cara penggunaan pemanfaatan sarana prasarana.

(24)

administrasi keuangan serta rangka memeperlancar pekerjaan 25. Melakukan pemeriksaan

20. Melakukan berbagai inovasi dan kebijakan baru dalam pendidikan kepada seluruh warga sekolah, misalnya tentang ISO.

21. Memiliki gagasan-gagasan

inovatif untuk kemajuan sekolah. 22. Menggali sumber-sumber dana

25. Memberikan sanksi atau hukuman yang tegas kepada personil

sekolah yang melanggar aturan. 26. Memberikan motivasi kepada

setiap warga sekolah untuk

(25)

berkembang secara proporsional

mengelola fasilitas dengan baik 27. Memberikan dukungan terhadap

kerjasama yang dilakukan personil sekolah dalam mencapai tujuan. 28. Memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan/guru

Jumlah butir 40

3.6.2 Kisi-kisi Instrumen untuk Menjaring Data Variabel Terikat

(26)

TABEL 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK VARIABEL TERIKAT (Y)

Variabel Sub Variabel Indikator No.

Butir 4. Merasa tidak ada kesulitan

dalam memilih dan 6. Merasa rekan-rekan guru

kejuruan memberikan

9. Hadir dan pulang kerja pada waktu yang ditetapkan

(27)

10. Memulai dan mengakhiri 17. Merasa karir sebagai guru

kejuruan sangat menjanjikan

18. Merasa etos kerja guru kejuruan di sekolah sudah

21. Merasa puas dengan gaji yang terima sebagai seorang guru kejuruan

22. Merasa dengan gaji seorang guru kejuruan,

kehidupannya terjamin 23. Merasa mendapat gaji atau

menerima pendapatan tambahan lain.

(28)

4. Sikap guru

28. Merasa nyaman dan senang bekerja dilingkungan sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti dari sumber pertamanya. Sedangkan data sekunder adalah merupakan data pendukung, yakni berupa data dari dokumen-dokumen dan informasi lainnya.

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui observasi (pengamatan langsung) dan penyebaran kuesioner/angket.

3.7.1 Observasi (Pengamatan langsung).

(29)

kerja guru kejuruan. Kegiatan ini dilakukan pada pertengahan bulan maret sampai sampai dengan akhir bulan maret 2009.

3.7.2 Kuesioner/angket.

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan sekumpulan pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden yang telah ditetapkan sasaran dan jumlahnya. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu akan dilakukan uji coba yakni meliputi uji validitas dan reliabilitas.

3.8 Uji Coba Instrumen.

Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas data instrumen, yaitu apakah instrumen yang digunakan betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur dan untuk mengetahui reliabilitas data instrumen, yaitu melihat tingkat konsistensi data tersebut dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Uji coba instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang masing-masing variabel jumlahnya 40 butir/item pernyataan positip maupun negatif, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran

(2:146-155).

3.8.1 Uji Validitas Instrumen.

(30)

Oleh karena itu untuk mengungkap data yang sesungguhnya, maka terlebih dahulu instrumen tersebut perlu diuji coba untuk menguji validitas instrumen tersebut.

Untuk mengetahui hasil/tingkat validitas data, menurut Riduwan (2004:110) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment (PPM) yaitu:

r

hitung = n. xy−( x).( y)

n x2( x)2. n. y2( y)2

Dimana :

rhitung = Koefisien Korelasi ∑x = Jumlah skor item

∑y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Untuk menguji signifikansi hubungan yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah n orang, maka perlu diuji signifikansinya. Rumus uji signifikansi korelasi product moment adalah sebagai berikut:

t =

r n−2

1−r2

Riduwan (2004:110)

Dimana :

t = Nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Harga thitung selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, untuk kesalahan 5%.

(31)

Kaidah keputusan :

Jika thitung > ttabel berarti valid, dan sebaliknya, Jika thitung < ttabel berarti tidak valid.

3.8.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi (X1)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positip maupun negatip. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 30 orang guru kejuruan, dengan hasil seperti pada lampiran (6:168). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 40 butir/item, sebanyak 31 butir pernyataan dinyatakan valid.

3.8.1.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positip maupun negatif. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 30 orang guru kejuruan, dengan hasil seperti pada lampiran (7:169).Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 40 butir/item, sebanyak 32 butir pernyataan dinyatakan valid.

3.8.1.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Kerja Guru Kejuruan (Y)

Variabel ini terdiri dari 40 butir/item pernyataan positip maupun negatip. Instrumen tersebut telah diuji cobakan kepada 30 orang guru kejuruan, dengan hasil seperti pada lampiran (8:170). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ke 40 butir/item, sebanyak 31 butir pernyataan dinyatakan valid.

3.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen.

(32)

sehingga kapanpun alat itu digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik.

Ada beberapa metode atau cara menguji reliabilitas instrument. Namun penulis menggunakan uji reliabilitas metode Alpha.

Uji reabilitas menggunakan metode Alpha rumusnya adalah sebagai berikut :

r11 = k

(k−1) 1− Si

St Riduwan (2004:125-128)

Dimana : r11 = Nilai reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item. St = Varians skor total.

k = Jumlah item.

Harga r11 selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel untuk kesalahan 5%.

(α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n –1).

Kaidah keputusan: Jika r11 > rtabel berarti reliabel, dan Jika r11< rtabel berarti tidak reliabel.

(33)

TABEL 3.4 HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL X1, X2 DAN Y

Variabel Nilai Alpha rtabel Keputusan

Motivasi Guru (X1) 0,864 0,374 Reliabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X2) 0,905 0,374 Reliabel

Sikap Kerja Guru Kejuruan (Y) 0,870 0,374 Reliabel

3.9 Revisi Instrumen.

Hasil uji coba instrumen memperoleh hasil yang cukup baik, yaitu kurang lebih 75% item pernyataan dari masing-masing variabel dinyatakan valid dan mempunyai reabilitas yang tinggi. Akan tetapi karena jumlah item pernyataannya relatif banyak yaitu 40 item setiap variabel, maka dengan pertimbangan akan memberikan dampak yang membosankan kepada responden didalam menjawab setiap item pernyataan dan dapat mengganggu tugas-tugas objek penelitian sehingga akan berdampak kepada kurang seriusnya responden didalam mengisi instrumen, maka dengan pertimbangan tersebut diambil keputusan untuk mengurangi jumlah item pernyataan menjadi 20 setiap variabel sebagaimana lampiran (9:171-177). Sebagai dasar pertimbangan didalam memilih item yang akan digunakan diantaranya:

1) Memilih item yang mempunyai validitas yang tinggi.

(34)

3.10 Prosedur Penelitian. 3.10.1 Prosedur Penelitian.

Prosedur pengumpulan data ini termasuk pada saat pengambilan data uji coba instrumen sampai pada pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah: (1) Penggandaan instrumen, (2) Mempersiapkan surat izin melaksanakan penelitian dan (3) Penyebaran kuesioner.

3.10.2 Prosedur Pengolahan Data.

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna data yang dikumpulkan sehingga hasil penelitianpun segera diketahui. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah :

1) Menyeleksi (editing) data yang telah dikumpulkan dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Hasan (2002:89) menyatakan bahwa: “Kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulang ataupun dengan penyisipan (interpolasi)”. 2) Memberi skor terhadap item-item kuesioner berdasarkan pola skor ke dalam tabel

rekapitulasi data (tabulasi).

3) Menganalisis data kemudian diinterpretasikan untuk dapat menarik kesimpulan. 3.11 Teknis Analisa Data.

(35)

3.11.1 Tahap Deskripsi Data.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap deskripsi data ini adalah membuat tabulasi data untuk setiap variabel, mengurutkan data secara interval dan menyusunnya dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, mencari modus, median, rata-rata (mean), dan simpangan baku. Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan program MS. Exel dan kalkulator jenis CASIO fx-350 TL.

3.11.2 Tahap Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis yang akan dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis sedangkan uji homogenitas untuk memastikan kelompok data berasal dari populasi yang homogen, dan yang terpenting adalah mendapatkan data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang dipakai dalam analisis lebih lanjut. Dalam melakukan uji normalitas dalam penelitian ini Chi- Kuadrat, dan untuk uji homogenitas menggunakan uji Bartleth.

3.11.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas distribusi frekuensi dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang dipakai dalam analisis lebih lanjut.

Data yang perlu di uji normalitas distribusi frekuensi dalam penelitian ini ada dua kelompok variabel yaitu : Variabel (X1), (X2) dan (Y) .

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian normalitas menurut Riduwan (2004:179-182) tahapanya sebagai berikut:

(36)

(b) Mencari nilai rentang (R): R = Skor terbesar - Skor terkecil (c) Mencari banyaknya kelas (BK):

BK = 1 + 3,3 Log n

(d) Mencari nilai panjang kelas (i):

2) Mencari distribusi frekuensi variabel 3) Mencari rata-rata (mean):

4) Mencari simpangan baku(standard deviasi):

5) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan, melalui tahapan:

(a) Mencari batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan skor kanan kelas bagian paling bawah bawah ditambah 0,5.

(b) Mencari nilai Z skor batas kelas interval dengan rumus:

(c) Mencari luas 0 – z dari tabel kurva normal dengan menggunakan angka-angka batas kelas.

(d) Menentukan luas tiap kelas interval (e) Menentukan frekuensi fe

(37)

7) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2tabel untuk alpa α= 0,05 atau α= 0,01 dan derajat kebebasan (dk)= bk – 1.

Kriteria pengujian:

Jika χ2hitung > χ2tabel maka distribusi data tidak normal. Jika χ2hitung < χ2tabel maka distribusi data normal.

3.11.2.2 Uji Homogenitas

Untuk melakukan pengujian homogenitas menggunakan uji Bartlet yaitu dengan menggunakan rumus:

χ2

hitung= (lon10).[B-Σ(dk) Log Si2]

Selanjutnya membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk alpa α= 0,05 atau α = 0,01 dan derajat kebebasan (dk) = bk – 1.

Kriteria pengujian:

Jika χ2hitung > χ2tabel maka distribusi data tidak homogen. Jika χ2hitung < χ2tabel maka distribusi data homogen. 3.11.3 Tahap Pengujian Hipotesis.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi, dimana untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga digunakan teknik analisis korelasi dan regresi linear sederhana sedangkan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik korelasi dan regresi linear ganda. Uji keberartian menggunakan uji t dan uji F pada taraf signifikansi α = 0,05.

(38)

Untuk mengetahui hubungan antara variabel menggunakan rumus Pearson Product Moment (PPM) yang nilainya dilambangkan (r).

3.11.3.1 Analisis Korelasi antara Variabel X1 dengan X2 (multikulinier)

r

x1x2= n.( x1.x2)−( x1).( x2)

n. x12− ( x1)2 . n. x 2 2( x

2)2

Riduwan (2004:363)

3.11.3.2 Analisis Korelasi antara Variabel X dengan Y

rxy = n. xy−( x).( y)

n x2( x)2.n. y2( y)2

Riduwan (2004:136)

Dimana : rxy = Koefisien korelasi rxy

∑ x = Jumlah skor item

∑ y = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah sampel

Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan/kontribusi variabel X terhadap

Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut : Riduwan (2004:136)

Dimana : KD = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi

Setelah perhitungan selesai, selanjutnya dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya dengan tabel interpretasi sebagaimana tabel 3.5 sebagai berikut:

(39)

TABEL 3.5 INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI NILAI (r)

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

0,80 – 1,000 Sangat kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat rendah Diadaptasi dari : Riduwan (2004: 136)

Untuk uji signifikansi variabel X terhadap Y digunakan rumus seperti dibawah, sedangkan mencari ttabel menggunakan bantuan progaram Ms. Excel.

t =

r n−2

1−r2

Riduwan (2004:137)

Dimana: t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Kaidah pengujian signifikasi:

Jika thitungш ttabel maka tolak Ho artinya signifikan dan apabila Jika thitungч ttabel maka terima Ho artinya tidak signifikan. 3.11.3.3 Regresi Linear Sederhana

Uji regresi ini ini bertujuan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X dan Y. Persamaan regresi ini dinyatakan dengan rumus :

Riduwan (2004:145)

Dimana: Ŷ = Subyek variabel terikat yang diproyeksikan X = Variabel bebas

(40)

a = Nilai konstanta harga X jika X= 0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y).

Untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan

Selanjutnya untuk menguji signifikansi dan linieritas menurut Riduwan (2004:146-151) tahapannya sebagai berikut :

3.11.3.3.1 Menguji Signifikansi

1) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg (a))

2) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg (b/a))

3) Mencari jumlah kuadrat residu (JKRes)

4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg(a))

(41)

6) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes)

7) Menguji signifikansi menggunakan rumus :

Kaidah pengujian signifikansi :

Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0 danterima Ha artinya signifikan. Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0 tolak Ha artinya tidak signifikan. Dengan taraf signifikan (α ) = 0,05, mencari Ftabel menggunakan rumus:

Ftabel = F {(1- α) (dk Reg [b/a]), (dk Res)} 3.11.3.3.2 Menguji Signifikansi Liniearitas 1) Mencari jumlah kuadrat eror (JKE)

2) Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKrc)

3) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKrc)

4) Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna eror (RJKE)

(42)

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05; mencari Ftabel menggunakan rumus: Ftabel = F (1- α) (dk TC), (dk E)

Selanjutnya pada umumnya semua besaran yang diperoleh, disusun dalam sebuah daftar yang disebut analisis varians (ANAVA) sebagaimana terlihat pada tabel 3.6 berikut:

TABEL 3.6 RINGKASAN ANALISIS VARIANS UJI SIGNIFIKANSI DAN LINEARITAS X DENGAN Y

Selanjutnya persamaan tersebut diuji keberartian (signifikansi) arah koefisien dengan menggunakan analisis varians (ANAVA) yang diolah dengan bantuan program Ms. Excel.

3.11.3.4 Regresi Linear Ganda

Untuk mengetahui hubungan secara simultan X1 dan X2 terhadap Y menggunakan koefisien korelasi ganda dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(43)

Untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan/kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

Riduwan (2004:136) Dimana:

KD = Nilai koefisien determinan r = Nilai koefisien korelasi

Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi korelasi ganda X1 dan X2 terhadap Y dihitung uji F dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

F

hitung

=

R2(n−m−1)

m .(1−R2) Riduwan (2004:154)

Dimana:

n = Jumlah responden m = Jumlah variabel bebas Kaidah pengujian signifikasi:

Jika: Fhitungш Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan dan Jika Fhitungч Ftabel maka terima Ho artinya tidak signifikan.

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05; mencari nilai Ftabel dapat dicari dengan rumus:

Ftabel = F1−∝ dk pembilang =m , dk penyebut = nm1 Riduwan (2004:139) Uji regresi linear ganda bertujuan untuk membuktikan ada atau tidak adanya hubungan fungsional atau kausal antara variabel bebas X1, X2 terhadap Y. Pengujian data dilakukan menggunakan bantuan program Ms. Excel. Persamaan regresi linear ganda dinyatakan dalam rumus :

(44)

Selanjutnya untuk melihat bentuk korelasi antar variabel dengan persamaan regresi tersebut, maka nilai a dan b harus ditentukan terlebih dahulu melalui persamaan berikut :

b1=( x2

2). ( x

1y)−( x1x2). ( x2y)

( x12) . ( x22)−( x1x2)2

b2=( x1

2). ( x

2y)−( x1x2). ( x2y)

( x12) . ( x22)−( x1x2)2

a = y n −b1

x1 n −b2

x2 n

3.12 Hipotesis Statistik.

Hipotesis penelitian yang akan diuji rumusannya sebagai berikut : Hipotesis I : Ho : bxІy = 0; Ha : bxІy ≠ 0.

Hipotesis II : Ho : bxЇy = 0; Ha : bxЇy ≠ 0. Hipotesis III : Ho : bxІ xЇy = 0; Ha : bxІ xЇy ≠ 0. Keterangan:

Ho : Hipotesis nol. Ha : Hipotesis alternatif.

Ho: bxІy = 0; (tidak ada pengaruh antara variabel X1 terhadap variabel Y). Ha : bxІy ≠ 0; (ada pengaruh antara variabel X1 terhadap variabel Y). Ho: bxЇy = 0; (tidak ada pengaruh antara variabel X2 terhadap variabel Y). Ha : bxЇy ≠ 0; (ada pengaruh antara variabel X2 terhadap variabel Y.

(45)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1) Pengaruh Motivasi Guru terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan di Sekolah

Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten .

Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi guru terhadap sikap kerja guru

kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten memberikan

pengertian bahwa, semakin positif motivasi guru akan diiringi dengan meningkatnya

sikap kerja guru kejuruan. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif motivasi guru

akan diiringi dengan menurunnya sikap kerja guru kejuruan.

Pengaruh kedua variabel ini ditunjukkan oleh adanya hasil perhitungan yang

menunjukkan bahwa, korelasi antara variabel motivasi guru terhadap sikap kerja guru

kejuruan termasuk dalam kategori kuat, dan koefisien determinasinya sebesar

54,169%. Hal ini berarti 54,169% variasi nilai sikap kerja guru kejuruan ditentukan

oleh motivasi guru. Dan melalui pengujian korelasi parsial, dimana kepemimpinan

kepala sekolah dikontrol, menghasilkan koefisien determinasi 62,726 %.

(46)

variabel motivasi guru memberikan kemampuan menjelaskan kualitas sikap kerja

guru kejuruan sebesar 62,726 %.

2) Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan

di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten

Ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap

sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten

memberikan pengertian bahwa, semakin positif kepemimpinan kepala sekolah akan

diiringi dengan meningkatnya sikap kerja guru kejuruan. Demikian pula sebaliknya,

semakin negatif kepemimpinan kepala sekolah akan diiringi dengan menurunnya

sikap kerja guru kejuruan.

Pengaruh kedua variabel ini ditunjukkan oleh adanya hasil perhitungan yang

menunjukkan bahwa, korelasi antara variabel kepemimpinan kepala sekolah

terhadap sikap kerja guru kejuruan termasuk dalam kategori kuat, dan koefisien

determinasinya sebesar 62,726 %. Hal ini berarti 62,726 % variasi nilai sikap kerja

guru kejuruan ditentukan kepemimpinan kepala sekolah. Melalui pengujian korelasi

parsial, dimana variabel motivasi guru dikontrol, menghasilkan koefisien determinasi

54,169%. Hal ini menunjukkan dalam kondisi motivasi guru dikontrol, variabel

kepemimpinan kepala sekolah memberikan kemampuan menjelaskan kualitas sikap

(47)

3) Pengaruh Secara Bersama-sama Motivasi Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten.

Ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Klaten memberikan pengertian bahwa, semakin positif motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah akan diiringi dengan meningkatnya sikap kerja guru kejuruan. Demikian juga sebaliknya semakin negatif motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah, maka semakin rendah pula sikap kerja guru kejuruan.

(48)

5.2 Implikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh positif antara motivasi guru dan

kepemimpinan kepala sekolah serta secara bersama-sama antara motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan. Hal ini menegaskan bahwa unsur motivasi guru dan kepala sekolah sebagai pimpinan suatu lembaga sekolah, memiliki peran yang besar terhadap tinggi rendahnya sikap kerja guru kejuruan. Dengan demikian implikasinya dapat diuraikan sebagai berikut:

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh guru, karena dengan motivasi akan mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya.

Timbulnya motivasi seorang guru dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) atau luar diri (ekstrinsik). guru itu sendiri. Motivasi yang muncul dari luar diri, sangat dipengaruhi oleh unsur pimpinan dalam hal ini kepala sekolah. Maka dari itu untuk memahami sifat motivasi yang ada pada guru hendaknya kepala sekolah sebagai

pimpinan harus memahami mengenai kebutuhan guru.

(49)

cukup menentukan terhadap sikap kerja guru didalam membina dan memimpin guru-guru. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberdayakan dan mengimplikasikan suatu keinginan untuk melimpahkan tanggung jawab dan berusaha membantu dalam menentukan kondisi dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu seorang pemimpin harus menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap orang, serta harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten. Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif .

(50)

Sikap kerja guru merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar

kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya, apabila seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, tentunya hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral dan mendasar.

Sikap kerja guru kejuruan terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang

(51)

Banyak faktor selain motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah yang dapat memepengaruhi sikap kerja seorang guru kejuruan menjadi posistif atau

negatif. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor/komponen yang sangat penting dalam membentuk sikap kerja seorang guru kejuruan menjadi positif atau negatif. Hal ini dibuktikan dari hasil dalam penelitian ini yaitu, adanya peran/pengaruh yang signifikan motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan.

5.3 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dibawah ini diajukan beberapa saran yaitu berupa upaya dalam rangka meningkatkan sikap kerja guru agar lebih positif diantaranya:

1) Meningkatkan Motivasi Guru

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh seorang guru, karena dengan motivasi akan mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang

(52)

tugas-tugasnya. Faktor dari dalam guru dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa depan, sedangkan

faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber diantarnya pengaruh dari pimpinan, kolega, keluarga atau faktor lain dari luar yang sangat komplek.

Berkaitan dengan sumber motivasi dari pengaruh pimpinan, tentunya untuk memahami sifat atau indikator motivasi yang ada pada diri guru, kepala sekolah sebagai pimpinan harus memahami mengenai karakter, kebutuhan dan keinginan masing-masing guru.

Dalam upaya untuk menumbuhkan motivasi guru agar memiliki sikap kerja yang lebih positif, hendaknya kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah mermberikan hak-hak guru secara wajar dan manusiawi, memberikan kesempatan untuk mengembangkan karir/profesi, memberi penghargaan bagi guru yang berprestasi, mendorong dan memfasilitasi semua keinginan guru yang positif dan bersifat membangun.

2) Meningkatkan Kepemimpinan Kepala Sekolah

(53)

guru-guru. Kepemimpinan yang memberdayakan, mengimplikasikan suatu keinginan untuk melimpahkan tanggungjawab dan berusaha membantu dalam menentukan kondisi

dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu seorang pemimpin harus menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap orang, serta harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten. Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah menghormati orang dan menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda-beda, menekankan pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggungjawab untuk bekerjasama dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi, mementingkan kepuasan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap orang harus ikut ambil bagian secara aktif .

Selain kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan secara keseluruhan, kepala sekolah sebagai pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan

(54)

3) Meningkatkan Motivasi Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Sesuai hasil penelitian bahwa, secara bersama-sama ada pengaruh yang positif

dan signifikan motivasi guru kejuruan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap sikap kerja guru kejuruan. Hal ini mengindikasikan bahwa, upaya untuk meningkatakan sikap kerja guru kejuruan yang lebih positif dapat dilakukan melaui upaya meningkatkan motivasi guru dan kepemimpinan kepala sekolah secara simultan.

(55)

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (1988). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Abor, Rahman. (1994). Kepemimpinan Pendidikan Bagi Perbaikan dan Peningkatan Pengajaran. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Barnadib, Imam. (1982). Beberapa Hal Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Ovanovich, Inc.

Davis, GA. And Thomas, MA. (1989). Effective School Effective Teacher. Boston,MA : Allyn and Bacon.

Dirawat, dkk. (1983). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Gerungan. (1991). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco.

Griffin, Ricky W. dan Moorhead, Gregory. (1986). Organizational Behavior. New- York : Macmillan Publishing Co., Inc.

Indrafachrudi, Sukarto. (1995). Mengantar Bagaimana Mempimpin Sekolah Yang Baik. Jakarta : PT. Galia Indonesia.

Djamarah, Syaiful B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Koster, Wayan. (2000). Analitis Komparatif Antara Sekolah Efektif Dengan Sekolah Tidak Efektif. Jurnal pendidikan nomor 31, 12. Diambil dari: http:/lwww.pdk.go.id/Jurnal/31/Analitif komparatif/htm. Tanggal 30 Juni 2008.

(56)

Luthan, Fred. (1981). Organitational Behavior (thirt Edition). Hamburg: Mc. Grow-Hill International Book Company.

Miftah Toha. (2003). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Morgan, Clifford T. et. al. 1986 Introduction to Psychology. New York:

McGraw-Hill.

McClelland, David C. (1997) The Achieving Siciety. New York: McMilland Publishing Co.Inc.

Oemar Hamalik. (1992). Psikiologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

..., (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Piet A. Sahertian & Ida Alaida. (1990). Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Inservice Education. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Rahmalinda. (2004). Pengaruh Motivasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Guru Pada SLTP N 18 Pekan Baru. Tesis. Padang: Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Putra Indonesia.

Riduwan, (2000). Metode dan Teknik menyusun Tesis. Bandung: Alpabeta

Robbins, Stephen P. (1993). Organization behavior, concepts, controversies, and aplications (Sixth edition ). New Jersey : Prentice-Hall, Englewood Cliffs. Sri Damayanti. Profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah. Diambil dari : http:l/

www.pdk.go.id/Jurnal/25/ Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah /htm. Tanggal : 20 Maret 2009.

Sadili, Samsudin. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Soekarto, Indarafachrudi. (2006). Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia

(57)

Sugiyono.( 2 0 0 0 ) Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sudjana, A. (1998). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Gratindo Persada.

Tedjo N. Reksoatmodjo. (2007). Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Wahjosumidjo. (1987). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Galia Indonesia. Winardi, J. (2001). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: Raja

Prafindo Persada.

Gambar

TABEL 3.1  POLA PENSKORAN PERNYATAAN
TABEL 3.2  KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
TABEL 3.3  KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN  UNTUK VARIABEL TERIKAT (Y)
TABEL 3.4  HASIL UJI RELIABILITAS VARIABEL  X1, X2 DAN Y
+4

Referensi

Dokumen terkait

Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan kumpulan informasi yang bersifat reflektif-integratif mengenai perkembangan kemampuan kompetensi peserta didik

Efek fitoremediasi kiapu terhadap sulfat menunjukkan penurunan yang lebih besar daripada wlingen. Pada air limbah setelah fitoremediasi dengan tanaman kiapu kadar

Penyiapan tenaga kerja terdidik yang diharapkan nantinya setelah lulus dapat bekerja dengan baik apabila mahasiswa tersebut bekerja pada perusahaan yang

[r]

KONSEP GELOMBANG MEKANIK DALAM FORMAT ANIMASI DAN PENGGUNAANNYA DALAM IDENTIFIKASI..

Netralkan indera pengecap Anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.. Indikator

dan simbolik materi hidrolisis garam dalam courseware multimedia yang

Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada