• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL LOCUS DELICTI - Ejournal2 Undiksha

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "JURNAL LOCUS DELICTI - Ejournal2 Undiksha"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2723-7427, e-ISSN: -

Open Access at : https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JLD

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

102

TINJAUAN WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) TERKAIT SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL ANTARA INDONESIA DAN UNI EROPA DI BIDANG EKSPOR NIKEL

Komang Tri Saniartini1, Hartana2, Dewa Gede Sudika Mangku3, Ni Putu Rai Yuliartini4, Elly Kristiani Purwendah5

1 Universitas Pendidikan Ganesha. E-mail : tri.saniartini@undiksha.ac.id

2 Universitas Bung Karno Jakarta. E-mail : hartana_palm@yahoo.com

3 Universitas Pendidikan Ganesha. E-mail : dewamangku.undiksha@gmail.com

4 Universitas Pendidikan Ganesha. E-mail : raiyuliartini@gmail.com

5Universitas Wijayakusuma. E-mail : ellypurwendah@gmail.com

Info Artikel Abstract

Masuk: 12 Februari 2023 Diterima: 1 Maret 2023 Terbit: 1April 2023 Keywords:

Export Activities, Dispute Resolution, WTO

Indonesia and the European Union establish international relations in the field of trade. However, there was a rift in relations in its development, it began with the European Union taking a policy to ban palm oil export activities. As a 'retaliation' Act Indonesia who felt aggrieved by this took a policy to ban nickel export activities. The European Union did not agree with the policy, so it filed a lawsuit with the World Trade Organization (WTO). This research uses normative legal methods with a literature / literature study approach. Normative legal research is a method composed of various secondary data such as laws and regulations, legal theories, as well as expert opinions with international relations between Indonesia and the European Union. The results of the research obtained are that the WTO as an international trade organization has the authority to handle cases of trade disputes that afflict its member countries, namely Indonesia and the European Union. As a solution to this case, the WTO has a dispute resolution system or commonly called Dispute Settlement Understanding (DSU).

Abstrak Kata kunci:

Kegiatan Ekspor, Penyelesaian Sengketa, WTO

Corresponding Author:

Komang Tri Saniartini E-mail :

tri.saniartini@undiksha.ac.id

Indonesia dan Uni Eropa menjalin hubungan internasional dibidang perdagangan. Namun terjadi keretakan hubungan di dalam perkembangannya, hal itu bermula dari Uni Eropa yang mengambil kebijakan untuk melarang kegiatan ekspor minyak kelapa sawit. Sebagai tindak ‘balasan’ Indonesia yang merasa dirugikan oleh hal tersebut mengambil kebijakan untuk melarang kegiatan ekspor nikel. Uni Eropa tidak setuju dengan kebijakan tersebut, sehingga mengajukan gugatan ke World Trade Organization (WTO). Penelitian ini menggunakan metode hukum normative dengan pendekatan studi pustaka/literatur.

Penelitian hukum normative adalah metode yang tersusun atas berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-

(2)

103

undangan, teori-teori hukum, serta pendapat para ahli dengan hubungan internasional antara Indonesia dan Uni Eropa. Hasil penelitian yang didapat adalah WTO sebagai organisasi perdagangan internasional memiliki wewenang untuk menangani kasus sengketa perdagangan yang menimpa anggota negaranya yakni Indonesia dan Uni Eropa. Sebagai solusi dari kasus tersebut, WTO memiliki sebuah sistem penyelesaian sengketa atau biasa disebut Dispute Settlement Understanding (DSU).

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

Kemakmuran yang terjadi pada suatu negara tidak bisa terlepas dari keberhasilan perdagangan internasional yang dilakukan. Kenyataan tersebut sudah terbukti karena perdagangan internasional menjadi batu loncatan bagi sebuah negara untuk menjadi makmur dan sejahtera dalam perkembangannya di dunia.

Salah satu contoh yang dapat diambil adalah negara Cina menerapkan kebijakan dagang yang diberi nama “Silk Route” atau jalan sutera pada masa lampau. Silk route adalah istilah yang diberikan untuk rute-rute perjalanan dengan maksud untuk berdagang dengan negara-negara lain didunia oleh saudagar cina. Sejarah panjang perdagangan internasional terus bergulir seiring kemajuan teknologi. Dari sistem jual beli barang komoditi (produk-produk pertanian, perkebunan, dan sebagainya, sistem barter, serta hubungan atau transaksi dagang yang dilakukan secara berkala.

(Adolf).

Perdagangan adalah sistem pertukaran barang, jasa dan uang yang disetujui oleh kedua belah pihak untuk mendapatkan keuntungannya masing-masing.

Sedangkan perdagangan internasional adalah hubungan transaksi jual beli yang dilakukan oleh ruang lingkup lebih luas yaitu negara dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Contoh transaksi bisnis yang dilakukan dari sebuah negara oleh negara lain meliputi ekspor produk, investasi dalam bentuk pembangunan di negara lain, membeli bahan baku dari luar negeri, memproduksi salah satu bagian produk kemudian merakitnya di dalam negeri.1 Yang harus digaris bawahi adalah sebenarnya bukan negara yang berdagang terhadap negara lain, melainkan penduduk yang mendiami suatu negara lah yang berdagang dengan penduduk negara lain. Arti penduduk bisa dalam bentuk perseorangan, sebuah lembaga pemerintah, atau sebuah organisasi nirlaba.

World Trade Organization (WTO) merupakan sebuah organisasi perdagangan yang didirikan oleh sebagian negara didunia. Tugas dari organisasi ini adalah mengatur hubungan perdagangan internasional agar kegiatan yang dilakukan tidak terjadi penyimpangan dan sesuai dengan perjanjian yang telah dinegosiasikan dan disepakati. Sebagai sebuah organisasi internasional, WTO hadir untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota negara melalui perdagangan internasional yang adil dan bebas. Negara Indonesia menjadi anggota WTO sejak 24 Februari 1950. Bergabungnya Indonesia dalam organisasi WTO

1Diphayana, W. (2018). Perdagangan Internasional. Sleman: DEEPUBLISH.

(3)

104 adalah untuk memenuhi kepentingan nasional guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meretaskan kemiskinan. Awal mula negara Indonesia bergabung masuk ke dalam organisasi The World Trade Organization/WTO melalui jalur ratifikasi yang telah ada dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1948 namun menimbulkan hal yang dirasa cukup pelik baik itu secara eksternal maupun secara internal. Hal yang dirasa pelik dari eksternal yang didapat Indonesia adalah Indonesia wajib menerima semua keputusan diskusi atau kesepakatan yang telah di setujui oleh negara anggota lain. Sementara untuk konsekuensi internalnya, Indonesia harus melakukan harmonisasi antara hasil kesepakatan yang terjadi di WTO dengan peraturan perundang-undangan nasional.

Sebagai negara yang kaya akan SDA, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan SDA tersebut menjadi suatu komoditas unggulan yang dapat diekspor ke luar negeri. Indonesia merupakan negara yang telah banyak mengekspor berbagai barang keluar negeri baik itu barang yang sudah jadi maupun bahan mentah. Terdapat beberapa ekspor yang memiliki nilai jual tinggi yang dibutuhkan oleh negara asing namun banyak ada di negara Indonesia yaitu ekspor bahan biodisel,nikel, dan lain-lain

Sebagai negara yang di anggap sudah memiliki sumber daya alam yang melimpah sejak dulu kalah , Indonesia pun menjadi negara penyuplai nikel terbesar di dunia. Banyak negara yang menjadi mitra dalam melakukan ekspor nikel ini seperti negara-negara besar dan negara maju Cina, Jepang, Korea Selatan dan berbagai negara yang ada di kawasan Uni Eropa. Pada kenyataannya, Indonesia bisa di anggap menjadi negara penyumbang Nikel terbesar di dunia karena 27% dari total ekspor dunia Indonesia lah yang menjadi peng ekspor tertinggi, namun pemerintah Indonesia mengambil langkah hilirasi dan industrialisasi nikel guna untuk meminimalisir habisnya jumlah nikel di Indonesia.

Pada awal bulan di tahun 2020 tepatnya pada 1 Januari Indonesia resmi menghentikan kegiatan ekspor nikel. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan diberlakukannya peraturan tersebut, maka secara otomatis memberikan dampak bagi negara yang menjadi tujuan ekspor nikel diantaranya adalah negara Uni Eropa. Akibat penghentian kegiatan ekspor nikel tersebut, Indonesia mendapat kecaman dari Uni Eropa karena kebijakan tersebut dinilai melanggar beberapa aturan yang sudah disepakati dalam The General Agreement of Tarrifs and Trade (GATT). Dengan adanya hal tersebut, Uni Eropa mengajukan gugatan ke World Trade Organization (WTO). Mulai lah terjadinya keretakan dan perselisihan antara hubungan Uni Eropa dengan Indonesia sedang tidak baik karena terjadi sebuah sengketa. Oleh karena itu, WTO sebagai organisasi perdagangan internasional hadir dan berperan dalam mengupayakan penyelesaian sengketa terkait pelarangan ekspor biji nikel.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode hukum normative dengan pendekatan studi pustaka/literatur. Penelitian hukum normative adalah metode yang tersusun

(4)

105 atas berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, teori-teori hukum, serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan hubungan internasional antara Indonesia dan Uni Eropa. Sumber data yang termuat dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dan informasi-informasi yang dipaparkan dapat diakses melalui sumber berita ataupun sumber online. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi kepustakaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fungsi PBB dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional Hubungan Perdagangan Internasional Antara Indonesia dan Uni Eropa

Perdagangan internasional adalah sebuah pondasi yang dapat memberikan kemakmuran pada sebuah negara. Dikatakan sebagai pondasi karena perdagangan internasional memberikan berbagai keuntungan ketika suatu negara melakukan hal tersebut. Ketika suatu negara sudah tidak mampu menghasilkan atau memproduksi barang atau jasa di dalam negeri, maka solusi yang dapat diberikan dari masalah tersebut yakni perlu mengadakan sebuah perdagangan dengan negara lain (impor).

Oleh sebab itu, hal tersebutlah yang dilakukan Indonesia guna melakukan promosi untuk Sumber Daya Alamnya yang melimpah kepada negara lain. Di bidang pertambangan, Indonesia menduduki posisi sebagai salah satu negara dengan jumlah cadangan mineral tertinggi di dunia. Kenyataan tersebut dapat dibuktikan dengan catatan kontribusi Indonesia di berbagai komoditi pertambangan dunia seperti emas, timah, tembaga dan nikel. Nikel menjadi salah satu komoditi pertambangan yang memberikan kontribusi paling besar pada neraca ekspor Indonesia. Nikel merupakan hasil bumi yang berbentuk logam berwarna putih.

Nikel memiliki banyak keunggulan seperti sifat kuat dan kokoh namun elastis jika dibentuk. Manfaat yang diberikan oleh nikel sangat terasa di masyarakat salah satunya adalah untuk bahan campuran dalam pembuatan produk stainless steel.

Kebanyakan produk yang berbahan stainless steel dibuat dengan campuran dari nikel karena memiliki ketahanan terhadap karat dan masih banyak keunggulan yang didapat dari perabotan stainless steel berbahan nikel.

Didalam melakukan sebuah perdagangan internasional, suatu negara pasti melakukan hubungan terhadap negara lain yang disebut dengan hubungan internasional. Hubungan internasiona adalah hubungan dari 2 atau lebih negara yang melakukan kerjasama dengan maksud tujuan yang sama yakni menguntungkan masing-masing negara yang melakukan kerjasama. Terdapat 3 hubungan kerjasama yang di lakukan suatu negara mulai dari hubungan bilateral kemudian adanya hubungan kerjasama secara regional dan hubungan kerjasama secara multilateral. Hubungan yang dilakukan antara Uni Eropa dengan Indonesia adalah hubungan bilateral. Umumnya sebuah negara mengadakan kerjasama karena didorong oleh adanya kesamaan kepentingan dan kondisi yang memungkinkan untuk memberikan keuntungan bagi masing-masing negara yang terlibat. Dalam hal ini Indonesia mengadakan kerjasama dengan Uni Eropa untuk meningkatkan kepentingan nasional. Uni Eropa melihat bahwa ada peluang-peluang dari negara Indonesia yang dapat memberikan keuntungan bagi negaranya.

(5)

106 Begitupun sebaliknya Uni Eropa telah memberikan dampak-dampak yang menguntukan secara positif bagi kemajua Negara Indonesia di berbagai bidang.

Tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki SDA yang sangat melimpah dan menjadi negara pemasok bagi negara-negara Eropa yang kemudian dapat ditukar dengan perkembangan teknologi yang dimiliki oleh negara tersebut. Oleh sebab itu, Indonesia dan Uni Eropa mengadakan hubungan kerjasama dalam bidang perdagangan. Perdagangan yang dilakukan sudah berawal sejak beberapa abad lalu kemudian menimbulkan saling ketergantungan di masing-masing negara. Bagi Indonesia sendiri, melakukan kerjasama terhadap Uni Eropa dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas SDM serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Uni Eropa tidak selalu berjalan mulus. Seringkali hubungan internasional mengalami masalah yang disebabkan oleh perbedaan pendapat di antara pihak negara yang kemudian disebut sebagai sengketa. Adapun beberapa faktor yang menimbulkan sengketa diantaranya faktor perbatasan di antara negara, sumber daya alam, rusaknya lingkungan, perdagangan internasional, dan sebagainya. Sejak 17 Januari 2018 terjadi perang dagang antara Indonesia dan Uni Eropa. Hal tersebut diawali oleh Keputusan Parlemen Eropa agar memberlakukan kebijakan untuk melarang kegiatan ekspor terkait minyak kelapa sawit. Alasan dari Uni Eropa memberlakukan kebijakan tersebut dikarnakan salah satu faktor yang paling banyak menyumbangkan kerusakan lingkungan adalah minyak kelapa sawit.

Kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa menimbulkan keretakan didalam hubungan perdagangan internasional dengan negara Indonesia. Seperti yang kita tahu, salah satu negara dengan jumlah ekspor minyak kelapa sawit terbanyak jatuh kepada Indonesia.Tentu hal tersebut membuat negara Indonesia geram karena dinilai kebijakan yang diberlakukan adalah sebuah diskriminasi dan menimbulkan kerugian. Selanjutnya sebagai tindakan ‘balasan’, Indonesia melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mengambil keputusan untuk melarang kegiatan ekspor nikel dihitung dari tanggal 1 Januari 2020. Kebijakan tersebut diambil karena Indonesia mempertimbangkan tersedianya pasokan bahan baku dari bahan smelter dengan cara menjaga cadangan nikel.

Pada mulanya Uni Eropa pro terhadap pelarangan ekspor minyak kelapa sawit karena dinilai menimbulkan kerusakan lingkungan, namun Uni Eropa mengajukan gugatan terhadap Indonesia mengenai kebijakan dilarangnya kegiatan ekspor nikel. Apa yang dilakukan oleh Uni Eropa seperti tidak tahu arah, padahal kegiatan industry pertambangan lebih parah dalam mengakibatkan kerusakan lingkungan daripada minyak kelapa sawit. Indonesia pun tak tinggal diam dengan gugatan yang diajukan oleh Uni Eropa, karena dianggap Indonesia hanya dimanfaatkan saja. Uni Eropa dinilai sangat bergantung terhadap industry pertambangan Indonesia yaitu nikel. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari seluruh kemajuan yang terjadi di Uni Eropa menggunkan bahan baku nikel seperti dalam bidang teknologinya, sarana prasarana, bahkan pembangunan. Dengan adanya hal tersebut, Uni Eropa mengajukan gugatan terhadap Indonesia kepada World Trade Organization (WTO).

(6)

107 Peluang dan Tantangan Perdagangan Internasional Mengenai Kebijakan Pelarangan Ekspor Nikel Indonesia Terhadap Uni Eropa

Hubungan internasional yang dilakukan oleh Indonesa dan Uni Eropa dalam bentuk kerjasama di bidang perdagangan sudah berlangsung sejak lama. Hal tersebut diawali karna pertemuan Indonesia dan Uni Eropa di perjanjian kerjasama CEPA. Sebelum langsung memutuskan untuk bekerjasama dengan Uni Eropa, Indonesia melakukan bermacam-macam negosiasi yang demi bisa untuk melakukan kerjasama CEPA dengan negara-negara Uni Eropa. Adapun alasan-alasan yang mendorong Indonesia untuk turut ikut dalam kerjasama CEPA dengan Uni Eropa diantaranya:

1. Alasan pertama yang menjadikan Indonesia untuk ikut bekerjasama CEPA dengan Uni Eropa adalah terkait pertahanan arus laju pasar yang berkembang sehingga dapat mendorong produk-produk dalam negeri sampai ke Uni Eropa dalam hal pergeseran status dari negara Indonesia.

Awalnya status yang melekat pada Indonesia adalah lower income country yang kemudian bergeser menjadi lower middle income country, dari hal demikian dapat diartikan bahwa Indonesia sudah di anak tirikan oleh Uni Eropa sehingga menyebabkan hilangnya hak-hak istemwa yang sebelumnya diberika oleh Uni Eropa. Dalam hal ini Uni Eropa merupakan negara yang memiliki hasil pendapatan yang besar dan mejalankan sebuah kebijakan- kebijakan dalam bidang perdagangan sesuai dengan sistem Generalized Scheme of Preferences (GSP). Sistem tersebut memberikan keistimewaan terhadap yang berstatus lower middle income dengan memberikan harga khusus jika bersama dengan Uni Eropa. Berdasarkan sistem GSP tersebut, Indonesia mendapatkan harga lebih rendah 5% dari total 70% produk Indonesia. Apabila kebijakan dari Uni Eropa tersebut menghilang, secara langsung memberikan sebuah kerugian terhadap Indonesia perihal kegiatan ekspor tahunan sekitar 12%

2. Alasan berikutnya adalah Indonesia perlu memperkuat pertahanan pada sistem investasi asing dari Uni Eropa. Hal tersebut dilakukan guna meningkatkan daya saing produk dalam negeri ketika di bawa ke kancah internasional. Sebagai negara yang digunakan untuk tujuan investasi oleh negara-negara anggota Uni Eropa, memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk memajukan perekonomiannya. Akan tetapi, banyak hal yang menyebabkan hubungan dalam berinvestasi tersebut menjadi berantakan.

Sebagai contoh, sistem investasi yang diterapkan tidak berjalan semestinya, negara lain kurang bepartisipasi, dan investasi Uni Eropa di Indonesia menjadi terhambat karena pengaruh dari kurang ditegakkannya hak kekayaan intelektual.

3. Alasan terakhir yang mendorong Indonesia ikut berpartisipasi dalam kerjasama CEPA dengan Uni Eropa adalah karena Indonesia perlu mengembangkan sistem investasi dari segi perdagangannya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan perdagangan yang di terapkan Uni Eropa yakni menyediakan perdagangan bagi seluruh bangsa (trade of all). Uni Eropa mempercayai bahwa melakukan investasi dan menerapkan sistem

(7)

108 perdagangan bebas berdampak pada meningkatnya perekonomian karena secara langsung hal tersebut menyediakan lapangan pekerjaan. Tak hanya berinvestasi, sehubungan dengan kerjasama tersebut sekaligus memperkenalkan hak buruh, perlindungan lingkungan, pembangunan, bahkan hak asasi manusia.

Beberapa alasan tersebut hingga akhirnya mendorong Indonesia untuk bekerjasama CEPA dengan Uni Eropa. Dengan adanya perjanjian itu, Indonesia diharapkan bisa membuat kualitas produk yang dimiliki menjadi lebih tinggi, sehingga produk tersebut tidak kalah saing dengan produk luar negeri. Sebagai bahan evaluasi lebih lanjut, Indonesia dan Uni Eropa harus mampu membaca situasi dan kondisi pasar sehingga tantangan atau kendala dapat dihadapi sedemikian rupa.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu mengambil tindakan dengan mempertimbangkan sasaran-sasaran yang berkelanjutan (sustainability) perihal kemajuan teknologi dan alat serta prasarana yang digunakan dalam hubungan perdagangan. Adapun beberapa sistem yang bisa dijadikan bahan untuk meningkatkan hal tersebut guna memperbaiki kerjasamanya meliputi:

a) Dengan cara membuat kebijakan guna meningkatkan kualitas infrastruktur Indonesia melalui Kementrian Keuangan. Jika melihat pada kenyataannya, infrastruktur yang dimiliki Indonesia bisa dikatakan buruk yang dapat menimbulkan investor asing tidak percaya untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tak hanya itu, infrastruktur yang kurang memadai juga akan menyebabkan tingginya biaya logistik dan mengurangi efisiensi secara keseluruhan.

b) Untuk meningkatkan kembali kerjasama antara Uni Eropa dan Indonesia perlu melakukan pertimbangan terkait keringanan pajak pajak bagi investor yang akan melakukan investasi pada sektor pertanian, barang elektronik, pertambangan, dan lain-lain.

c) Adapun sistem yang paling penting untuk diperbaiki adalah dengan cara melakukan sebuah pembelajaran terhadap pihak eskportir/UMKM. Hal demikian dapat diawali dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat dilakukan secara bertahap. Dukungan dari pemerintah, swasta, bahkan pihak Uni Eropa sangat diperlukan untuk menjamin produk-produk Indonesia dapat diterima di dunia internasional.

Upaya Penyelesaian Sengketa Antara Uni Eropa dan Indonesia Terhadap Larangan Ekspor Nikel Menurut WTO

Penyelesaian sengketa berfungsi sebagai elemen pokok yang dapat menjamin kemanan dan kepastian dalam hubungan internasional. J.G. Merils mengartikan sengketa sebagai suatu perselisihan mengenai masalah fakta, hukum, atau politik dimana tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak yang lain.2 Hal tersebut dilakukan agar norma-norma atau ketentuan yang terkandung dalam sebuah kesepakatan tidak dilanggar dan harus

2Korah, R. S. (2013, April-Juni). Mediasi merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian Masalah Dalam Sengketa Perdagangan Internasional. Jurnal Hukum Unsrat, XXI(3), 36.

(8)

109 dipatuhi. Dalam ruang lingkup masyarakat internasional, kesempatan yang diberikan untuk negara-negara yang bersengketa dapat dilakukan dengan banyak cara. Penyelesaian tersebut dapat dilalui melalui proses politis-diplomatik yakni secara non-yudisial atau sebagai proses alternatif, serta dapat dilaksanakan dalam forum tribunal (hukum).

a. Jalur Non-Yudisial

Penyelesaian sengketa menggunakan jalur non-yudisial dapat diartikan sebagai proses politis-diplomatis, yang lebih efisien dan tahap proseduralnya yang lebih luwes. Dalam jalur ini sengketa dapat diselesaikan oleh negara yang mengalami sengketa itu sendiri tanpa dicampuri oleh pihak luar yaitu dalam bentuk negosiasi. Berikut cara penyelesaian yang digunakan dalam jalur non-yudisial meliputi:3

b. Negosiasi dan konsultasi

Salah satu aspek yang terpenting dalam penyelesaian sebuah sengketa adalah proses negosiasi. Pada kenyataannya, negosiasi sebagai proses yang berfungsi setiap waktu didalam sistem GATT dan WTO. Dalam sistem negosiasi terdapat sistem konsultasi yang merupakan bagian dari aspek khusus. Konsultasi sebagai bagian dari penyelesaian sengketa mengandung arti formal karena secara langsung terdapat dalam Pasal XXII perjanjian GATT, akan tetapi pada implementasintya proses konsultasi tersebut dapat berupa proses yang sangat nonformal bahkan tidak dapat terlihat oleh pihak lain.

c. Good Offices

Penyelesaian sengketa lewat jalur non yudisial berikutnya adalah good offices. Dalam proses ini melibatkan pihak ketiga yang pendapatnya tidak mendukung maupun merendahkan salah satu pihak (netral). Tugas dari pihak ketiga yang membantu dalam proses penyelesaian sengketa ini diharapkan dapat mendorong pihak yang bersekutu untuk mengambil jalan damai, akan tetapi pihak ketiga tidak ikut didalam proses diskusi tersebut.

d. Mediasi

Sama hal nya dengan proses penyelesaian sengketa good offices, pada proses penyelesaian sengketa dengan sistem mediasi juga mengikutsertakan pihak ketiga didalam menyelesaikan sengketa tersebut. Namun, untuk pengambilan keputusan berada pada pihak yang bersengketa.

e. Konsiliasi

Dalam proses penyelesaian sengketa dengan jalur konsiliasi terdapat sebuah istilah yang sering disebut yakni a commission of persons. A commission of persons merupakan pihak ketiga yang nantinya bertugas untuk memberikan penjelasan fakta-fakta terkait dengan sengketa tersebut. Kemudian, menyusun putusan yang berisi solusi tentang penyelesaian yang dianggap dapat digunakan meskipun solusi yang diberikan tidak mengikat.

3Puspita, L. (2018). Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jurnal Normative, 6(1), 27-28.

(9)

110 f. Jalur Yudisial

Jalur Yudisal merupakan salah dua cara yang bisa di lakukan oleh negara yang sedang mengalami masak sengketa. Dalam hal ini menyelesaikan sebuah sengketa dapat dilakukan karena ada bantuan dari pihak lainBentuk dari pihak lain tersebut meliputi arbitrase atau judicial settelement. Dengan melakukan jalur ini, hasil dari penyelesaiannya ditetapkan oleh pihak ketiga dan dalam kondisi yang mengikat para pihak yang bersengketa. Jadi, jalur ini juga dapat disebut jalur yuridis.

Dalam perkembangan hukum internasional, penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara perang dan secara damai. Seiring dengan kemajuan teknologi, kekuatan militer dalam hal persenjataan perang dapat memusnahkan secara menyeluruh dan masyarakat pun sadar akan bahaya dari penggunaan perang tersebut. Penyelesaian sengketa antara Uni Eropa dan Indonesia terkait kebijakan pelarangan ekspor nikel mengikutsertakan WTO didalam proses penyelesaiannya. Seperti telah diketahui bahwa jika terjadi persengketaan diantara negara- negara anggota WTO, maka penanganan nya harus dilakukan dalam WTO.4WTO sebagai organisasi perdagangan internasional yang memiliki wewenang untuk menangani sengketa perdagangan yang terjadi. Terdapat sebuah sistem yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa diantara negara anggota WTO yang dinamakan Dispute Settlement Understanding (DSU). Jika terjadi sebuah sengketa diantara negara anggota WTO, sistem tersebut hadir memberikan kesempatan bagi negara anggota lain untuk bekerjasama dalam teknis penyelesaian sengketa. Lebih dari 380 kasus sengketa telah diarahkan ke forum penyelesaian sengketa WTO terhitung dari sejak berdirinya pada tahun 1995. Dari kasus-kasus yang di telah berlalu di dalam forum tersebut lebih menyudut menjadi masalah politik dan mendapat sorotan di berbagai media. Dalam rangka untuk menyelesaikan perkara dalam perdagangan internasional WTO hanya terbatas kepada negara anggotanya saja.5

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan internasional dalam bidang perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia sudah terjadi sejak lama. Namun dalam perkembangannya tersebut, terjadi hal yang membuat hubungannya mengalami keretakan. Hal tersebut diawali sejak tahun 2018 dimana pihak Uni Eropa mengumumkan untuk menghentikan kegiatan ekspor minyak kelapa sawit yang diduga kelapa sawit adalah faktor terbesar dari kerusakan lingkungan. Tentu hal tersebut membuat negara Indonesia geram karena dinilai kebijakan yang diberlakukan adalah sebuah diskriminasi dan menimbulkan

4Prasudhi, I. D. (2007, Oktober). Penanganan Sengketa Perdagangan Internasional Melalui WTO (World Trade Organization). Hukum dan Dinamika Masyarakat, 5(1), 34.

5Ilmi, K. (2022, June). Hubungan Internasional Indonesia dan Uni Eropa Terhadap Kebijakan Ekspor Nikel Sebagai Tantangan Perekenomian. Journal of Business and Economics Research (JBE), 3(2), 184.

(10)

111 kerugian. Sehingga, Indonesia mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan ekspor nikel sebagai tindakan ‘balasan’. Akibat penghentian kegiatan ekspor nikel tersebut, Indonesia mendapat kecaman dari Uni Eropa karena kebijakan tersebut dinilai melanggar beberapa aturan yang sudah disepakati dalam The General Agreement of Tarrifs and Trade (GATT). Dengan adanya hal tersebut, Uni Eropa mengajukan gugatan ke World Trade Organization (WTO). Sebagai organisasi perdagangan internasional, WTO memiliki wewenang terhadap penyelesaian sengketa perdagangan yang terjadi pada anggota negaranya. Sebuah sistem yang terkandung dalam kesepakatan organisasi perdagangan inernasional tersebut terkait dengan cara menyelesaikan sengketa/Dispute Settlement Understanding (DSU).

Saran

Pemerataan merupakan hal yang perlu dilakukan oleh sebuah organisasi internasional khususnya di bidang perdagangan. Dengan adanya World Trade Organization (WTO) diharapkan dapat menjadi tempat untuk menampung aspirasi masyarakat internasional guna mencegah kasus sengketa berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Diphayana, W. (2018). Perdagangan Internasional. Sleman: DEEPUBLISH.

Hassanah, N. F. (2021, Desember). Kajian Yuridis Perjanjian Perdagangan Internasional Terkait Aturan Pembatasan Dan Larangan Ekspor Oleh World Trade Organization (WTO) (Studi Perjanjian Antara Indonesia Dan Uni Eropa). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum (JIMHUM), 1(4).

Ilmi, K. (2022, June). Hubungan Internasional Indonesia dan Uni Eropa Terhadap Kebijakan Ekspor Nikel Sebagai Tantangan Perekenomian. Journal of Business and Economics Research (JBE), 3(2), 184.

Korah, R. S. (2013, April-Juni). Mediasi merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian Masalah Dalam Sengketa Perdagangan Internasional. Jurnal Hukum Unsrat, XXI(3), 36.

Prasudhi, I. D. (2007, Oktober). Penanganan Sengketa Perdagangan Internasional Melalui WTO (World Trade Organization). Hukum dan Dinamika Masyarakat, 5(1), 34.

Puspita, L. (2018). Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Jurnal Normative, 6(1), 27- 28.

Rahayu, S. W. (2020, Agustus). Implikasi Kebijakan dan Diskiriminasi Pelarangan Ekspor dan Impor Minyak Kelapa Sawit dan Bijih Nikel Terhadap Perekonomian Indonesia. DiH: Jurnal Ilmu Hukum, 16(2).

Hartana, H. (2017). PROSES MEMBENTUK PERUSAHAAN BARU DALAM PELAKSANAAN EKSPANSI PERUSAHAAN GROUP DI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA. Perspektif, 22(2), 142-165.

Hartana, H. (2022). PENGATURAN PEMBATASAN EKSPANSI PERUSAHAAN GROUP DI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DITINJAU DARI UNDANG-

(11)

112 UNDANG NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 8(1), 233-243.

Hartana, H. (2021). Regulation of Group Company Expansion Restrictions in the Coal Mining Sector Viewed from Indonesian Laws and Regulations. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 7(2), 520-526.

Hartana, H. (2020). IMPLICATION OF GROUP COMPANY EXPANSION TO MONOPOLY PRCTICE AND UNFAIR BUSINESS COMPETITION (Study Case:

Coal Mining Industry). Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 6(1), 161-175.

Hartana, H. (2017). PELAKSANAAN AKUISISI DI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM PELAKSANAAN EKSPANSI PERUSAHAAN GROUP. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 3(2), 18-32.

Hartana, H. (2018). EKSPANSI PERUSAHAAN GROUP DALAM BIDANG BATUBARA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 4(1), 27-45.

Purwendah, E. K., & Periani, A. (2020). FORMULATION OF LOSSES FOR OIL POLLUTION DUE TO TANKER SHIP ACCIDENT IN THE INDONESIAN LEGAL SYSTEM VALUE OF JUSTICE. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(3), 1-9.

Purwendah, E. K. (2020). Persepsi Budaya Hukum dalam Merespon Pencemaran Minyak di Laut Cilacap akibat Kapal Tanker dalam Perspektif Keadilan Ekososial. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(1), 93-105.

Itasari, E. R. (2020). COVID-19 HANDLING IN THE BORDER AREAS OF INDONESIA. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(3), 42-50.

Itasari, E. R. (2021). PROTECTING CITIZENS IN BORDER TERRITORY BASED ON HUMAN RIGHTS. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 9(1), 27-32.

Nurhayati, B. R. (2019). Penyalahgunaan Keadaan Sebagai Dasar Pembatalan Perjanjian. Jurnal Komunikasi Hukum, 5(1).

Nurhayati, B. R. (2017). Constitutional Basis for the Civil Rights of Illegitimate Children. Pattimura Law Journal, 1(2), 118-130.

Kristhy, M. E., Kristanto, K., Siswanto, E., Martono, A. B., & Nababan, R. M. (2022).

Legal Politics of Regional Quarantine during the Covid-19 Pandemic with the Approach to Implementing Community Activities Restrictions (PPKM) Level 1-4. Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal), 5(3), 18308-18317.

Kristhy, M. E., Afrinna, R., & Taka, P. J. (2022). BIJAK BERINVESTASI DALAM MASA PANDEMIK GLOBAL COVID-19. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 10(2), 377-382.

Rosy, K. O., Mangku, D. G. S., & Yuliartini, N. P. R. (2020). Peran Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Adat Setra Karang Rupit Di Pengadilan Negeri Singaraja Kelas 1B. Ganesha Law Review, 2(2), 155-166.

Dana, G. A. W., Mangku, D. G. S., & Sudiatmaka, K. (2020). Implementasi UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Terkait Peredaran CD Musik Bajakan Di Wilayah Kabupaten Buleleng. Ganesha Law Review, 2(2), 109-120.

(12)

113 Mangku, D. G. S. (2021). Roles and Actions That Should Be Taken by The Parties In The War In Concerning Wound and Sick Or Dead During War or After War Under The Geneva Convention 1949. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 7(1), 170-178.

Itasari, E. R. (2015). Memaksimalkan Peran Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia 1976 (TAC) Dalam Penyelesaian Sengketa di ASEAN. Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), 1(1).

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to optimize the EC value of nutrient solution on each generative stage using Artificial Neural Network (ANN) and Genetic Algorithms (GA).. ANN

Di dalam pelayanan publik terdapat 3 unsur penting yang akan kita analisis di dalam Peraturan Gubernur Provinsi Bali yaitu Undang-undang Nomor 46 Tahun 2020, tentang Tentang Penerapan