• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL MAYDA

N/A
N/A
diah mulya

Academic year: 2024

Membagikan "JURNAL MAYDA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan Agama Islam

INSTITUT ATTAQWA K.H. NOER ALIE BEKASI

Jl. KH. Noer Ali Jl. Ujung Harapan, Bahagia, Kec.

Babelan,

Kabupaten Bekasi, Jawa Barat 17612

Metode Jigsaw Dalam Pembelajaran Perspektif Al- Qur’an

Mayda Salsabila

Institut At-Taqwa K.H. Noer Alie Bekasi Email : [email protected]

Mayla Qonita

Institut At-Taqwa K.H. Noer Alie Bekasi Email : [email protected]

Nadia Safitri

Institut At-Taqwa K.H. Noer Alie Bekasi Email : [email protected]

Abstrak

Metode Jigsaw merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang mendorong interaksi dan kolaborasi antara siswa dalam kelompok kecil. Penelitian ini mengkaji penerapan metode Jigsaw dari perspektif Al-Qur'an, dengan menekankan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci sebagai dasar pengajaran. Metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman akademis, tetapi juga membentuk karakter siswa melalui prinsip kerja sama, saling menghargai, dan berbagi ilmu. Dalam konteks Al-Qur'an, pembelajaran dianggap sebagai usaha untuk mencari pengetahuan dan mendalami ajaran Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw yang mengintegrasikan nilai-nilai Al-Qur'an dapat meningkatkan efektivitas

(2)

2

pembelajaran, menciptakan lingkungan yang harmonis, serta membangun sikap positif di antara siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih relevan dan aplikatif dalam konteks pendidikan Islam.

Kata Kunci : Metode jigsaw, pembelajaran, perspektif al-qur’an

Pendahuluan

Generasi milenial merupakan generasi yang sering dikaitkan dengan adanya kemajuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Menurut Sabani (2018) generasi milenial merupakan generasi yang identik dengan penggunaan teknologi terutama pada penggunaan internet dan media sosial. Perkembangan dalam teknologi tersebut menjadi acuan adanya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi untuk proses pembelajaran, dan tidak menutup kemungkinan metode pembelajaran yang digunakanpun sebisa mungkin harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena dukungan metode pembelajaran yang efektif, tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu, sebuah metode pembelajaran akan mempengaruhi efektif atau tidaknya sebuah pembelajaran, serta dapat mempengaruhi hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang pendidik berperan besar terhadap keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran.

Metode pembelajaran menurut Afandi dkk. (2013: 16) merupakan cara atau tahapan yang digunakan oleh pendidik ketika berinteraksi adengan peserta didik (kegiatan pembelajaran) yang berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pembelajaran di era generasi milenial saat ini dibutuhkan metode yang tepat untuk mendorong tercapainya pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Faryadi (2015) merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dan pengetahuan baru untuk menemukan ide - ide baru.

Metode pembelajaran pada saat ini sudah mengacu pada nilai afektif, kognitif, dan psikomotorik, tetapi masih belum banyak yang mengacu pada petunjuk Al – Qur’an.

(3)

3

Al – Qur’an yang merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia merupakan salah satu acuan yang digunakan dalam mengambil hukum, pedoman, dan petunjuk dalam segala aspek kehidupan. kalam Ilahi yang diturunkan secara berangsurangsur sesuai dengan kejadiankejadian yang berlang sung, sehingga menjadi lebih melekat dalam hati, lebih mudah untuk dipahami oleh akal manusia, menuntaskan segala masalah, memberikan jawaban atas pertanyaanpertanya an, juga untuk menguatkan hati rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan kesulitan yang beliau hadapi, juga para sahabatnya.

Berkaitan dengan perintah Allah SWT agar manusia menjadi khalifah dibumi tertuang dalam firman-Nya Q.S Al-Baqarah ayat 30:

ْ ذِا َو

ْ

َْلاَق

َْكُّب َرْ

ِْةَكِٕىٰۤ لَم لِلْ

ْ يِ نا ِِْ

ْ لِعاَجْ ىِفْ

ْ ِض رَ لْاْ

ْ ةَف يِلَخْ ا ْٓ وُلاَقْ

ُْلَع جَتَاْْ

اَه يِفْ

ْ نَمْ

ْ

ُْدِس فُّي اَه يِفْ

ُْكِف سَي َوْْ

ْ َءٰۤاَمِ دلاْ

ُْن حَن َوْ

ُْحِ بَسُنْ

ْ

َْكِد مَحِب

ُْسِ دَقُن َوْ

ْ

ْ َكَل

ْ

َْلاَق

ْْٓ يِ نِاْ

ُْمَل عَاْ اَمْ

ْ

َْلْ

َْن وُمَل عَتْ

Artinya: ”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah: 30)

Diantara keistimewaan yang lain, agar Rasulullah saw membacakan Al- Qur'an kepada kaum muslimin dengan berlahan-lahan, sehingga mereka menguasainya dengan sempurna, baik dalam menghafalkannya maupun memahaminya, juga mengamalkan isinya.

Hal ini, sebagaimana firman Allah SWT : لايزنتْهانلزنوْثكمْىلعْهأرقتلْهانقرفْانآرقو Artinya : Dan Al-Qur'an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Israa' ayat 106)

Al – Qur’an yang diyakini oleh umat Islam sebagai petunjuk yang kebenarannya tidak diragukan ini di dalamnya juga terdapat cara untuk manusia berhubungan satu sama lainnya termasuk pembelajaran. Metode pembelajaran yang efektif digunakan dalam pembelajaran menurut penelitian yang dilakukan oleh

(4)

4

Hassin dan Tamuri (2019) adalah metode pembelajaran yang terdapat di dalam Al – Qur’an.

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun masih saja di lapangan penggunaan metode mengajar ini banyak menemukan kendala. Kendala penggunaan metode yang tepat dalam belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor; keterampilan guru belum memadai, kurangnya sarana prasarana, kondisi lingkungan pendidikan dan kebijakan lembaga pendidikan yang belum menguntungkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar variatif.

Pendidikan dari segi bahasa sangat akrab ditelinga hampir semua orang.

Mereka mengerti persepsinya sesuai masing-masing. dengan Namun apabila ditanyakan apakah pendidikan itu? Belum tentu semua orang bias menjawab, sebab pertanyaan tersebut menanyakan tentang hakikat pendidikan. Pertanyaan tentang hakikat pertanyaan sesuatu merupakan yang bersifat filosofis. Menurut Brembeck dan Marvin Grandstaff perdebatan mengenai pertanyaan tersebut dapat diikuti sejak catatan pertama mengenai filsafat Yunani purba sampai hari ini. Usaha untuk memberikan jawaban terhadap “apakah pendidikan itu?” telah memenuhi khazanah ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan atau pedagogic. Jawaban untuk pertanyaan tersebut telah banyak diajukan dan dipertahankan dengan berbagai argumen, namun sampai sekarang belum diperoleh jawaban yang memuaskan semua pihak. Ahmad Tafsir mengutip beberapa definisi bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oelh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Untuk mengkaitkan ayat-ayat al Qur’an dengan persoalan pendidikan ada tiga kata kunci yang patut dipertimbangkan yaitu asas, dasar dan prinsip. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa: Asas adalah dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat). Dasar adalah pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran, aturan). Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya (KBBI, 2016).

(5)

5

Perlu adanya sebuah kesadaran baru yang oleh para guru, diantaranya adalah harus mengutamakan peran anak didik sebagai aktor, bukannya guru.

Selama ini yang lebih ditonjolkan adalah guru. Sementara murid diposisikan sebagai objek dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran bukan hanya guru yang dituntut aktif, tetapi siswa juga berperan penting dalam hal tersebut. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam mengajar dan pembelajaran. Diantaranya adalah kemampuan menguasai metode-metode pembelajaran yang variatif. (Didik Himmawan, et al., 2021)

Pembelajaran menggunakan metode jigsaw ini dapat memberikan suatu peluang pada pesrta didik untuk berinteraksi dan berkolaborasi antara peserta didik lainya dengan harmonis dan juga kondusif untuk saling bekerjasama. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan humanistic (Prasetiya, 2019). Jenis strategi pembelajaran ini dapat dipilih guru, karena merupakan tempat berpotensi untuk mengembangkan sebuah interaksi yang baik dan dapat menciptakan suasana kelas yang semestinya.

Dari penelitian yang ada tentang pembelajaran jigsaw kolaboratif, ada fokus yang lebih besar pada efektivitas pembelajaran dalam kegiatan diskusi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil belajar. Dengan model ini terlihat adanya aktivitas siswa yang aktif. Selain kegiatan peserta didik, ada hal lain yang membuat suasana kelas dapat teratur, yaitu terjadinya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lain sehingga bisa menjadi penentu keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar.

Metode Jigsaw yang dapat menyebabkan proses interaksi antar peserta didik, dari metode sebuah pembelajaran dapat menyediakan atau menunjukkan informasi dalam sebuah pembelajaran. Sehingga peserta didik memperoleh keterampilan yang diinginkan. Tingkat kesuksesan dari sebuah pembelajaran dipengaruhi oleh apa saja media ataupun metode yang diterapkan. Model pembelajaran juga dapat digunakan sebagai cadangan agar memperbaiki kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. model juga dapat mengembangkan kegiatan peserta didik seperti contoh model kooperatif learning (Muhammad, 2020).

Model sebuah pembelajaran harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan dan situasi kelas dan juga sasaran yang dihasilkan antara peserta didik dan pendidik nya. Dengan ini seorang pendidik harus dapat memilih model pembelajaran yang

(6)

6

tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana metode jigsaw dalam pembelajaran menurut pandangan perspektif Al-Qur’an. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode jigsaw dalam pembelajaran menurut pandangan perspektif Al-Qur’an.

Metode Penelitian

Jurnal ini menggunakan studi literatur atau literature riview dengan menganalisis beberapa kajian yang berkaitan dengan topik pembahasan, yaitu:

model pembelajaran jigsaw. Sumber-sumber rujukan yang menjadi pokok bahasan bersumber dari buku, artikel dari jurnal, prosiding dan lainnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk meninjau pembelajaran jigsaw dalam perspektif Al-Qu’an.

Hasil dan Pembahasan

Dalam pendidikan hal yang menjadi fokus utama adalah proses belajar mengajar yang dimana harus ada komunikasi interaktif antara peserta didik dan pendidik, hal itu dilakukan untuk menjembatani demi tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu proses belajar mengajar memerlukan adanya inovasi dengan menciptakan teknik dan cara baru dalam memberikan pemahaman ilmu pengetahuan, teknik belajar ini disebut dengan metode yang menciptakan kestrategisan dalam proses pembelajaran dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada berdasarkan ke efektivitas yang ada di dalam proses belajar mengajar.

Dalam konteks ini, tujuan pendidikan dapat menjadi penuntun, pembimbing, dan petunjuk arah bagi peserta didik agar mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sudah ditentukan, sehingga mereka dapat tumbuh, bersaing, dan mempertahankan kehidupan di masa depan yang penuh dengan tantangan dan perubahan, hal ini ditegaskan kembali oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-A’laq ayat 1-5 yang berbunyi:

ِْبَْمَّلَعْيِذَّلاْ.ُْم َر كَ لْاَْكُّب َر َوْ أ َر قاْ.ٍْقَلَعْ نِمَْناَس نِ لْاَْقَلَخْ.َْقَلَخْيِذَّلاَْك ِب َرِْم ساِبْ أ َر قا

ْْ مَلْاَمَْناَس نِ لْاَْمَّلَعْ.ِْمَلَق لا

ْ مَل عَي

(7)

7

(Iqro’ bismi robbikal ladzii kholaq. Kholaqol insaana min ‘alaq. Iqro’ warobbukal akrom. Alladzii ‘alama bil qolam. ‘allamal insaana maa lam ya’lam)

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui”. (Q.S Al-A’laq: 1-5)

Hasil yang di dapat pada penelitian ini sebagaimana yang di kemukakan pada teorinya

bahwa metode jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Selaras dengan pendapat Aronson dalam Isjoni (2011: 79),” teknik belajar kooperatif jenis jigsaw lebih menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa.”

Dalam metode Jigsaw versi Aronson, kelas dibagi menjadi suatu kelompok kecil yang heterogen yang diberi nama tim Jigsaw dan materi dibagi sebanyak kelompok menurut anggota timnya. Kemudian siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari seluruh siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.Metode Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level. Metode ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dapat pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran seperti ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.(Isjoni, 2011)

Menurut Fadly (2010:21) dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa inggris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzel, yaitu sebuah teka-teki yang menyusun potongan gambar. Pembelajaran metode Jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (Jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.(Sablik et al., 2012). Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif.

(8)

8

Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap sub topik yang sama membentuk kelompok baru.

Metode Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie dalam Fadly (2010:22), bahwa pembelajaran kooperatif metode jigsaw ini merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri, ada kelompok ahli dan asal.(Sablik et al., 2014)

Peneliti menggunakan metode Jigsaw dalam penelitian karena menurut penulis banyak sekali keunggulan dari metode Jigsaw. Keunggulan dari metode Jigsaw diantaranya adalah menurut Ibrahim dalam Anwarholil (2016) “metode Jigsaw dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.

Sedangkan Ratumanan mengemukakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat mengacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.”(Sablik et al., 2018)

Setelah di terpakainya metode pembelajaran Jigsaw akan di dapat keterangan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sebagai berikut :

1. Siswa akan terlihat lebih tertib dalam menerima materi dengan metode Jigsaw dan terlihat lebih fokus dalam belajar.

2. Siswa akan dapat memahami dan menerima materi dengan jelas dan kembali menjelaskan di depan kelas dengan penuh percaya diri.

3. Pembelajaran akan terlihat menarik dan siswa akan termotivasi dengan pembelajaran metode Jigsaw pembelajaran yang memudahkan siswa menerima materi dengan sangat jelas dan mudah untuk di ingat.

4. Dalam pembelajaran aktifnya interaksi antar sisaw dan guru dalam diskusi materi 5. Dengan memahami konsep metode Jigsaw hasil belajar pun akan terlihat lebih bermakna dengan nilai hasil ulangan yang di dapat sehingga siswa memiliki prestasi dalam akademik yang lebih baik dari sebelumnya.

(9)

9

Sehingga hasil pengembangan metode pembelajaran Jigsaw sangatlah memberikan kemudahan bagi pendidik dan tentunya bagi siswa dalam menjalankan pembelajaran di

dalam kelas dengan lebih terfokuskan maka oleh karena itu pelajaran pendidikan agama

islam dan budi pekerti mulai beralih fungsi dari yang tadinya dengan metode ceramah saja namun dengan bantuan metode Jigsaw, akhirnya pelajaran pendidikan islam dan budi pekerti dalam setiap unsur-unsurnya dapat di pahami dengan jelas dan lebih bermakna karena metode Jigsaw yang di gunakan akan terus mengalami perubahan dari cara menerima materi ataupun menyampaikan materi didepan. sehingga para siswa mampu berkompetisi baik dalam ilmu agama dan mampu mengoperasikanya dengan kesiapan dalam memperoleh pengetahuan akan lebih cepat dan siswapun tidak mengalami pembelajaran yang membosankan

Menurut Elliot Aronson dalam Trianto, metode Jigsaw langkahnya sebagai berikut:

1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggungjawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut.

4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok ahli Kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.

5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi para siswa dievaluasi secara individu mengenai bahan yang telah dipelajari (Trianto, 2014)

Dalam pengelompokkan metode jigsaw memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, kelompok

heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling

(10)

10

mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antarras, agama, etnik,

dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten untuk setiap tiga orang. Salah satu kendala yang mungkin dihadapi guru dalam hal pengelompokan heterogen adalah keberatan dari pihak siswa yang berkemampuan akademis tinggi (atau orang tua mereka pada tingkat sekolah dasar). Siswa dari kelompok ini merasa rugi dan dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa dalam kegiatan belajar. Jumlah anggota setiap kelompok bervariasi mulai dari 4 samapi 6 siswa, menurut kepentingan tugas. Tentu saja masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Penataan ruang dalam metode ini juga memiliki Falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas memengaruhi penataan ruang kelas.

Penataan ruang yang klasikal dengan semua bangku menghadap ke satu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama, atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan penataan ruang kelas klasikal bukan satu- satunya model yang bisa dipakai di kelas Siswa bisa belajar dari sesama teman dalam metode Jigsaw. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran dengan metode Jigsaw. Keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi situasi ruang kelas dan sekolah.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: (a) ukuran ruang kelas, (b) jumlah siswa, (c) tingkat kedewasaan siswa, (d) toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu-lalangnya siswa lain, (e) toleransi siswa terhadap kegaduhan dan lalu-lalangnya siswa lain, (f) pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran dengan metode Jigsaw Hubungan yang terjadi antar kelompok asal dengan kelompok ahli digambarkan oleh Arend Richard sebagai berikut :

(11)

11 Kesimpulan

Metode Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja sama antar siswa dalam kelompok kecil. Dalam perspektif Al-Qur'an, metode ini dapat dilihat sebagai cara untuk menciptakan interaksi yang positif dan saling membantu dalam belajar, mencerminkan nilai-nilai kolaborasi yang diajarkan dalam agama.

Al-Qur'an menekankan pentingnya membaca dan memahami ilmu, sebagaimana dalam Surah Al-A’laq yang mendorong manusia untuk belajar. Metode Jigsaw dapat dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Qur'an karena:

1. Kerja Sama : Metode ini mendorong siswa untuk bekerja sama, mirip dengan ajaran Al-Qur'an tentang pentingnya kolaborasi dalam mencapai tujuan yang lebih besar.

2. Pembelajaran Aktif : Siswa diharapkan untuk berperan aktif dalam pembelajaran, sejalan dengan perintah Al-Qur'an untuk mencari pengetahuan.

(12)

12

3. Saling Mengajarkan : Dalam Jigsaw, siswa bertanggung jawab untuk mengajarkan teman-temannya, mencerminkan nilai-nilai berbagi ilmu yang sangat ditekankan dalam Islam.

Menurut pembahasan diatas juga membahas peran generasi milenial dalam perkembangan teknologi dan pendidikan, menekankan pentingnya metode pembelajaran yang efektif. Generasi milenial dikenal dengan penggunaan internet dan media sosial, yang mendorong pembaharuan dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Afandi, adalah cara yang digunakan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penulis menyoroti pentingnya metode yang mengacu pada nilai-nilai Al-Qur'an, yang diyakini dapat memberikan panduan dalam pembelajaran. Salah satu metode yang diangkat adalah metode Jigsaw, yang merupakan model pembelajaran kooperatif.

Metode ini menekankan kerja sama antar siswa dan dapat meningkatkan interaksi serta hasil belajar. Kendala dalam penerapan metode yang tepat sering kali disebabkan oleh keterampilan guru, sarana prasarana, dan kondisi lingkungan pendidikan. Dalam pembelajaran, siswa harus berperan aktif, bukan hanya sebagai objek, yang menunjukkan perlunya perubahan dalam pendekatan pendidikan. Dan juga mencakup hasil penelitian tentang efektivitas metode Jigsaw, yang menunjukkan bahwa metode ini dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan membantu siswa memahami materi dengan lebih baik. Secara keseluruhan, pentingnya inovasi dan adaptasi metode pembelajaran yang relevan dengan zaman menjadi fokus utama dalam konteks pendidikan saat ini.

Dengan demikian, metode Jigsaw tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung nilai-nilai Islami dalam pendidikan.

Saran

Berikut adalah beberapa saran untuk menerapkan metode Jigsaw menurut perspektif Al-Qur'an:

1. Integrasi Nilai-nilai Al-Qur'an : Selalu sertakan nilai-nilai dari Al-Qur'an dalam setiap sesi pembelajaran. Misalnya, ajarkan prinsip kerja sama dan saling menghargai, yang terdapat dalam berbagai ayat Al-Qur'an.

(13)

13

2. Pemilihan Materi yang Relevan : Pilih materi pembelajaran yang berkaitan dengan ajaran Islam, seperti nilai-nilai moral, etika, dan sejarah. Hal ini akan memperdalam pemahaman siswa terhadap isi Al-Qur'an.

3. Pendidikan Karakter : Gunakan metode Jigsaw untuk mengajarkan karakter baik, seperti kesabaran, kejujuran, dan empati, yang tercermin dalam ajaran Al-Qur'an.

Diskusikan bagaimana nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran Berbasis Proyek : Integrasikan proyek yang berkaitan dengan ajaran Islam dalam kelompok Jigsaw. Misalnya, siswa dapat bekerja sama untuk merancang program sosial yang membantu masyarakat, sejalan dengan konsep amal dalam Islam

5. Refleksi dan Diskusi : Setelah kegiatan Jigsaw, adakan sesi refleksi di mana siswa dapat mendiskusikan bagaimana metode ini membantu mereka memahami dan menerapkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan.

6. Peningkatan Keterampilan Sosial : Fokuskan pada pengembangan keterampilan komunikasi dan kerja sama antar siswa, menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung sesuai dengan prinsip ukhuwah Islamiyah.

Dengan menerapkan saran-saran ini, metode Jigsaw dapat menjadi alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai Al-Qur'an sekaligus meningkatkan interaksi dan kolaborasi di dalam kelas. Penulis juga berharap kritik dan saran dari pembaca agar jurnal ini memberikan manfaat serta pembelajaran untuk peneliti selanjutnya.

Daftar Pustaka

Meningkatkan, D., Belajar, M., Prestasi, D., Siswa, B., & Mardliyah, A.

(2015). Metode Jigsaw SoluSi AlternAtiF (Vol. 10, Issue 2).

Pendidikan dan Studi Islam, J., Habibi Muhammad, D., Alfarizi Risalah, S.,

& Alfarizi, S. (2023a). Metode Jigsaw dalam Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Indahnya Saling Menghargai Keragaman). 9(2).

https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v9i2.481

Pendidikan dan Studi Islam, J., Habibi Muhammad, D., Alfarizi Risalah, S.,

& Alfarizi, S. (2023b). Metode Jigsaw dalam Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Indahnya Saling Menghargai Keragaman). 9(2).

https://doi.org/10.31943/jurnal_risalah.v9i2.481

Rahayu, S., Baisa, H., & Suhandi, T. (n.d.). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR

(14)

14

SISW PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS IX DI MTS AL- MUHAJIRIN (Vol. 1).

Rahmatulloh, D., Rukajat, A., & Ramdhani, K. (2022). Penerapan Metode Jigsaw dalam Materi PAI Meneladani Kemuliaan Rasul Allah SWT di SMPN 1

Karawang Timur. FONDATIA, 6(3), 631–648.

https://doi.org/10.36088/fondatia.v6i3.2035 METODE PENDIDIKAN ISLAM... (n.d.).

Nurdin, O. :, Bdk, W., & Aceh, P. (n.d.). IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DALAM AL-QUR’AN BAGI PENDIDIK ERA MILENIAL.

Zaenuri, A., Sultan, I., & Gorontalo, A. (2019). Pendidikan Dalam al- Qur’an (Konsep Metode Pendidikan Dalam perspektif al-Qur’an). 2(2).

https://ejournal.stainupwr.ac.id/

Cahya Saputra, R., & Efita Sari, D. (n.d.). Metode Pembelajaran Perspektif Al-Qur’an yang Efektif untuk Pembelajaran Generasi Milenial.

Mubarak, F. (n.d.). Metode Pengajaran dalam Perspektif Al-quran (Tinjauan QS. An-Nahl Ayat 125). https://doi.org/10.52266/Journal

Nurdin, O. :, Bdk, W., & Aceh, P. (n.d.). IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DALAM AL-QUR’AN BAGI PENDIDIK ERA MILENIAL.

Subur. (n.d.). MATERI, METODE, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.

Muhammad Zakir. “Metode Mengajar Dalam Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Tarbawi).” Serambi Tarbawi: Jurnal Studi Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Islam 5, no. 2 (2016).

Zain Fannnani. “Tafsir Surat An-Nahl Ayat 125 (Kajian Tentang Metode Pembelajaran).” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta, 2015

Brace, T., & Nusser, J. (2021). Guided Brainstorming: A Method for Solving Ergonomic Issues. Professional Safety, 66(04), 35–39.

Febri, A., Sajidan & Sarwanto, 2019. Analysis of Students’ Critical Thinking Skills at Junior High School in Science Learning. Journal of Physics:

Conference Series, 1397(1). Forsyth, D. R. (2014). Group Dynamics. Wadsworth Cengage Learning; /z-wcorg/.

Farikah et al. (2019) ‘The Integration of Innovation in Education Technology to Improve the Quality of Website Learning in Industrial Revolution Era 4.0 Using Waterfall Method’, in Journal of Physics: Conference Series.

(15)

15

https://iopscience.iop.org/journal/1742-6596, pp. 0–5. doi: 10.1088/1742- 6596/1364/1/012045.

Agustiningrum, M. D. B. et al. (2020) ‘Strategi Pengembangan Motorik Anak Usia 5-8 Tahun dan Penanaman Karakter Tanggung Jawab Melalui Tari Nawung Sekar’, 1(1), pp. 15–21.

Sardiman, A.M. 2014, Intraksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.h-16

Ali Hamzah,. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung:

ALFABETA cv, 2014

Syukri, Metode Khusus Pendidikan Dan Pembelajaran Agama Islam, Mataram:

Kencana, 2019.

Nurdyansyah, Eny Fariyatu Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013, Siduarjo: Nizamia Learning Center: 2016. Al-Aliyy, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: Diponogoro.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pada

Menurut Zuhairini ( dalam Lutfiyah 2010:12) pembelajaran aktif dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode, yang menitik beratkan

Menurut Anita Lie (2008:70) menyebutkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

Bentuk Pembelajaran: Penerapan metode pembelajaran dengan menitik beratkan aktivitas utama pada mahasiswa (SCL) yang tertulis pada kolom BENTUK PEMBELAJARAN yang

6 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.. 41 strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitik beratkan pada

2.Bagi Guru, adanya inovasi metode pembelajaran penjasorkes dari dan oleh guru yang menitik beratkan pada pendekatan permainan, merupakan bentuk pengabdian guru

Lie (dalam Rusman, 2011: 218) bahwa “ pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil