• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. individu (Rusman, 2011: 1) Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. individu (Rusman, 2011: 1) Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Hakekat Hasil Belajar Materi Perkembangbiakan Hewan 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar.

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu (Rusman, 2011: 1) “Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman” Skinner (dalam Sutikno, 2013: 3) mengemukakan bahwa belajar adalah “Suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara prograsif” Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011: 2) belajar dapat didefinisikan sebagai “Suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

Para ahli telah banyak menyebutkan tentang definisi belajar. Hal ini seperti yang dikutip oleh Prawira (2012, 225-227) dalam bukunya psikologi pendidikan yakni:

a. H.C.Witherington memberikan definisi belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian.

b. Arthur J. Gates mengemukakan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.

c. L.D. Crow dan A. Crow berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing kearah hasil-hasil yang diinginkan.

d. Melvin H. Marx Mengemukakan belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku yang pada dasarnya merupakan fungsi dari suatu tingkah laku sebelumnya.

e. RS. Cauhan berpendapat belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku dari organisme.

f. Gregory A. Kimble menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu sebagai hasil latihan atau praktek yang diperkuat dengan diberi hadiah.

Berdasarkan definisi belajar, maka peneliti menyimpulkan yang dimaksud dengan belajar pada penelitian ini adalah proses penguasaan materi perkembangbiakan hewan baik dengan cara memahami, merasakan, dan dapat melakukan sesuatu.

(2)

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Materi Perkembangbiakan Hewan

Sudjana (dalam Putranto, 2012: 9) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah ”perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik” (Gagne dalam Dahar, 2011: 118).

a. Bidang kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Bidang afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Bidang psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Widoyoko (dalam Kurniawati, 2012: 14) mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Lebih lanjut Djamarah (dalam Kurniawati, 2012: 14) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Berdasarkan definisi hasil belajar di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil Penilaian yang sudah dicapai siswa pada materi perkembangbiakan hewan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.3 Kategori Hasil Belajar Perkembangbiakan Hewan Dalam Ranah Kognitif, Afektif,dan Psikomotorik.

Kategori hasil belajar menurut Gagne (dalam Dahar, 2011: 118-124) sebagai berikut.

a. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinterkasi dengan lingkungannya dengan penggunaan symbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini sudah dimulai sejaktingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

b. Strategi kognitif

Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyaikepentingan tertentu bagi

(3)

belajar dan berpikirdisebutsebagai strategikognitif. Dalam teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakansuatu prosescontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.

c. Informasi verbal

Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal; menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-proposisi. Nama lain untuk pengetahuan verbal ini ialah pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, membaca dari radio, televisi, dan media lainnya.

d. Sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau mahluk hidup lainnya.

e. Keterampilan motoric

Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya dengan membaca, menulis, memainkan sebuah instrument music, atau dalam pelajaran sains.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Materi Perkembangbiakan Hewan

Menurut Daryanto (2009 : 51) proses dan hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua kelompok faktor utama yaitu:

a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social-ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti keadaan fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan social dan non-sosial.

(4)

2.2 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Perkembangbiakan Hewan

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011: 202).

Nurulhayati (dalam Rusman, 2011: 203) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok ( Rusman, 2012:

204).

Berdasarkan penjelasan pengertian model pembelajaran kooperatif, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa secara berkelompok dan bekerja sama dengan baik antar setiap tim dalam kelompok.

(5)

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada pula yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2012: 217).

Rusman (2011: 218) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan oleh Lie (dalam Rusman, 2011: 218) bahwa pembelajaran kooperatif model tipe jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Hidayat (2009: 168) mengemukakan bahwa:

“Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau “dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan yang bertalian atau keahlian”

Berdasarkan pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw materi perkembangbiakan hewan adalah suatu model pembelajaran di kelas dimana siswa secara berkelompok membahas materi perkembangbiakan hewan baik dalam kelompok ahli, maupun dalam kelompok asal.

2.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Perkembangbiakan Hewan.

Karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut (Huda, 2013: 204):

a. Penerapannya dapat digunakan untuk materi-materi yang berhubungan dengan

(6)

keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

b. Guru harus memahami kemampuan dan pengalaman siswa dalam membantu siswa mengaktifkan skema jigsaw.

c. Guru memberi benyak kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

d. Siswa terbagi menjadi beberapa kelompok kecil.

2.2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Perkembangbiakan Hewan

Hanafiah (2012: 44) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut:

a. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim b. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda c. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka e. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke kelompok asal dan

bergantian mengejar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkannya

f. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi g. Guru memberi evaluasi

h. Penutup

Sharan (2012: 56-57) juga mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

a. Tahap 1. Pendahuluan. Pada tahap ini guru menyusun kelas menjadi kelompok “inti”

heterogen

b. Tahap 2. Eksplorasi terfokus. Siswa dikelompokkan kembali untuk membentuk kelompok fokus. Para anggota kelompok fokus bekerja bersama-sama untuk mempelajari tema tertentu.

c. Tahap 3. Melaporkan dan menyusun ulang. Siswa kembali ke kelompok inti mereka untuk mengambil giliran menjelaskan gagasan yang dihasilkan dalam kelompok fokus.

d. Tahap 4. Integrasi dan Evaluasi. Guru bisa merancang aktivitas individu, kelompok kecil, atau seluruh kelas dimana para siswa bisa secara aktif menyatukan hasil belajar mereka.

Ngalimun (2013: 169) juga mengemukakan pendapatnya tentang langkah-langkah

(7)

pembelajaran menggunakan kooperatif tipe jigsaw yaitu guru memberikan pengarahan, menyampaikan informasi bahan ajar, membuat kelompok heterogen, memberikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok membahas bagian tertentu, tiap kelompok memiliki bahan belajar sama, membuat kelompok ahli sesuai bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Jhonson and Jhonson (dalam Rusman 2011: 219) melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut antara lain adalah:

a. Meningkatkan hasil belajar, b. Meningkatkan daya ingat,

c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi, d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsic (kesadaran individu), e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen

f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru, g. Meningkatkan harga diri anak,

h. Meningkatkan perilaku penyesuaian soal yang positif, dan i. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong rotong.

Adapun kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah:

a. Cocok untuk semua kelas/ tingkatan,

b. Bisa digunkan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran.

c. Belajar dalam suasana gotong royong mempunyai banyak kesempatan d. untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Kekurangan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu:

a. Membutuhkan lebih banyak waktu, b. Membutuhkan pengajar yang kreatif

2.2.5 Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Materi Perkembangbiakan Hewan.

Stepen,Sikes and Snapp (1978) yang dikutip Rusman (2008),Langkah-langkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran tipe jigsaw pada materi

(8)

perkembangbiakan hewan sebagai berikut:

a. Siswa dikelompokkan sebanyak 1 sampai 5 orang siswa.

b. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang berbeda.

c. Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan.

d. Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

e. Setelah Selesai diskusi dalam team ahli, tiap anggota kembali kedalam kelompok asal dan bergantian mengajar teman mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.

f. Guru memerintahkan kepada setiap kelompok untuk melakukan prsentase, guru memberikan penghargaan.

g. Guru memberikan evaluasi h. Penutup

2.3 Materi Perkebangbiakan Hewan.

Hewan memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Hewan dapat berkembang biak tanpa perkawinan atau secara vegetatif maupun melalui perkawinan atau secara generatif. Materi yang akan dibahas pada penelitian ini dikhususkan pada perkembangbiakan hewan secara generative.

Menurut Pitoyo, Ari dan Purwaningtyas, Sri (2010 : 26) Perkembangbiakan hewan secara generative dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bertelur (ovipar), melahirkan (vivivar), dan bertelur

melahirkan (ovovivivar).

1. Perkembangbiakan hewan dengan bertelur

Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur disebut ovipar. Ovipar berasal dari kata ovum yang berarti telur. Sel telur dihasilkan oleh hewan betina. Sel sperma dihasilkan oleh hewan

jantan. Beberapa hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur misalnya ikan, serangga, ayam, kadal, katak, dan buaya. Ada pula hewan mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur.

Berdasarkan tempat terjadinya, pembuahan pada hewan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembuahan internal dan pembuahan eksternal.

a. Pembuahan Internal

Pembuahan internal terjadi di dalam tubuh hewan betina. Sperma hewan jantan dimasukkan ke dalam saluran reproduksi betina. Contoh hewan yang

melakukan pembuahan internal adalah burung penguin dan serangga. Setelah bertelur, hewanhewan tersebut mengerami telurnya hingga menetas.

(9)

Gambar: 1 Ayam berkembangbiak dengan bertelur(ovivar) Penelusuran Google.

b. Pembuahan Eksternal

Pembuahan eksternal terjadi di luar tubuh hewan betina. Kebanyakan hewan yang mengalami pembuahan eksternal menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Contoh hewan yang melakukan pembuahan di luar tubuh adalah ikan dan katak. Katak betina melepaskan telur ke dalam air. Telur-telurnya ini dilindungi oleh lapisan lendir. Telur ini biasanya dibuahi di dalam air atau di luar tubuh induknya. Telur ini kemudian menetas dan tumbuh menjadi katak dewasa. Katak dewasa akan naik ke atas daratan yang kering untuk mencari makanan.

Gambar 2 Hewan katak bertelur di air

Sumber: Ensiklopedia IPTEK untuk anak, pelajar dan umum (BSE: Pitoyo, 2010: 26

Ciri-ciri utama hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur, Menurut Pitoyo, Ari dan Prwaningtyas, Sri (2010 : 27) adalah sebagai berikut.

a. Tidak mempunyai daun telinga.

b. Umumnya tidak mempunyai kelenjar susu.

c. Hewan betina umumnya tidak menyusui anaknya.

d. Tidak mempunyai rahim.

e. Penutup tubuhnya umumnya tidak berbulu. Namun, ada hewan f. bertelur yang tubuhnya berbulu, yaitu ayam.

2. Perkembangan Hewan dengan Melahirkan.

(10)

Hewan yang berkembang biak secara melahirkan disebut vivipar. Hewan yang melahirkan juga menghasilkan telur. Namun, telur yang dihasilkan tidak dibungkus cangkang dan tidak dikeluarkan dari dalam tubuh hewan betina. Kerbau, kijang, kucing, anjing, kuda, kambing, sapi, gajah, orang utan, kanguru, harimau, dan kelinci termasuk contoh hewan yang berkembang biak secara melahirkan. Hewan yang beranak kebanyakan menyusui anaknya. Hewan yang demikian disebut hewan mamalia. Ada pula hewan mamalia yang hidup di air. Misalnya, paus dan lumba-lumba. Berikut ini beberapa ciri hewan melahirkan menurut Pitoyo, Ari dan Prwaningtyas, Sri (2010 : 28) yakni sebagai berikut.

a. Mempunyai kelenjar susu.

b. Hewan betina menyusui anaknya dan memelihara mereka hingga dewasa.

c. Mempunyai rahim.

d. Kulit tubuh hewan umumnya memiliki rambut dan mengandung kelenjar, seperti kelenjar lemak dan keringat.

Golongan hewan melahirkan sebagian besar adalah hewan mamalia. Namun, ada juga hewan mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur.

Gambar 3: Kuda adalah hewan melahirkan (vivivar) Smber_Penelusuran Google.

3. Perkembangbiakan dengan bertelur dan beranak

Menurut Pitoyo, Ari dan Prwaningtyas, Sri (2010 : 26) Selain berkembang

biak dengan cara bertelur atau beranak, hewan juga dapat berkembang biak melalui perpaduan kedua cara tersebut, yaitu dengan bertelur dan beranak.

Hewan yang berkembang biak secara bertelur dan melahirkan disebut ovovivipar. Contoh hewan yang berkembang biak dengan cara demikian adalah ikan hiu, beberapa jenis ular, dan kadal.

Cara berkembang biak secara ovovivipar merupakan perpaduan antara cara bertelur dengan cara melahirkan. Telur yang sudah dibuahi menetas di dalam tubuh hewan betina dan keluar sudah

(11)

dalam bentuk bayi. Hewan tersebut tampak seolah-olah melahirkan anak, tetapi sebenarnya hewan tersebut mengandung calon anaknya dalam bentuk telur.

Gambar: 4 Kadal berkembang biak secara ovovivivar Sumber_Penelusuran Geogle :

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Ahaliki (2008) dalam penelitiannya yang berjudul meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam melalui pembelajaran kooperatif tipe teknik jigsaw pada mata pelajaran ilmu pengetahuan social di kelas V SDN No. 84 Kota Tengah Kota Gorontalo mengemukakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, maka hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh siswa pada setiap siklus. I: daya serap 70%, dan yang memperoleh nilai 6,5 ke atas mencapai 72,5% sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 6,5 ke bawah 27,5%. Pada siklus II memperoleh daya serap 76% dan yang mencapai nilai 6,5 ke atas 87,5% sedangkan yang memperoleh nilai 6,5 ke bawah 12,5 %. Pelaksanaan tindakan siklus II benar-benar tercapai.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Munandiroh (2010:) pada penelitiannya yang berjudul meningkatkan hasil belajar siswa tentang sumber daya alam dan pelestariannya melalui model kooperatif learning tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA mengemukakan bahwa hasil belajar siswa

mengalami peningkatan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Perbedaan kedua penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti yaitu penelitian yang akan dilaksanakan lebih memfokuskan pada materi perkembangbiakan hewan.

Adapun persamaannya adalah dalam menggunakan model pembelajaran yang sama dengan model

(12)

pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

2.5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika digunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka hasil belajar siswa pada materi perkembangbiakan hewan di kelas VI SDN No. 1 Kota Barat Kota Gorontalo akan meningkat”

2.6 Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah “pembelajaran dianggap tuntas dan berhasil jika jumlah siswa yang tuntas dengan nilai 68 ke atas (KKM = 68) sebanyak 75% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan. Pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa juga menjadi tolak ukur idealnya suatu pembelajaran di kelas yaitu jika sebanyak 85% dari seluruh aspek yang diamati berada pada nilai dengan criteria baik (B).

Gambar

Gambar 2 Hewan katak bertelur di air
Gambar 3: Kuda adalah hewan melahirkan (vivivar) Smber_Penelusuran Google.

Referensi

Dokumen terkait

Himpunan bilangan-bilangan bulat modulo n dengan operasi penjumlahan modulo n merupakan suatu grup siklis.. ‣ Apakah masih ada unsur

Akan tetapi untuk unsur Mg, As, Cr dan V masing-masing memiliki u test >3,29 yang berarti ada beda nyata antara hasil analisis dengan nilai sertifikat.. Tabel 5-6

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat

hari ini kamboja beraksi // kamboja slalu di hati // yang lihat semua pada iri // karna kamboja pemberani //

Berdasarkan hasil penelitian, kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian, indikator kualitas rasa produk UKM Martabak Mas Ipung masih tergolong

Hubungan FDR dengan CAR dalam jangka pendek yaitu hubungan yang signifikan negatif, sedangkan dalam jangka panjang terdapat hubungan (pengaruh) signifikan positif antara FDR

Tidak mudah terkena noise bila dibandingan dengan twisted pair sehingga dapat digunakan secara efektif pada frekuensi-frekuensi tinggi dan data rate yang tinggi,