SMP NEGERI I KECAMATAN EMPANG
Jalan Pendidikan No 1 Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa
Fatchurohman, S.Pd PPG DALJAB 2024
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
JURNAL PEMBELAJARAN
AKSI NYATA (Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus) PENDIDIKAN INKLUSIF
A. Latar Belakang
1. Menurut UNESCO pendidikan inklusif yakni pendekatan pendidikan yang diarahkan untuk memastikan bahwa semua anak termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, menerima pendidikan yang relavan, bermakna dan bermutu di sekolah setempat. Mencakup pendekatan ramah anak, lingkungan belajar yang inklusif, serta perubahan dalam kebijakan dan praktik pendidikan.
2. Berdasarkan Permendikbud bahwa pendidikan inklusif adalah sebuah pendekatan untuk membangun lingkungan yang terbuka untuk siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda meliputi kondisi fisik, karakteristik, kepribadian, status, suku, budaya dan lain sebagainya.
3. Sedangkan menurut Salamanca yaitu menekankan bahwa setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang bermakna dan bahwa sistem pendidikan harus mampu mengakomodasi keberagaman anak-anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus.
B. TUJUAN PENDIDIKAN INKLUSIF
1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menhargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
C. PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF 1. Hak untuk belajar
2. Keberagaman sebagai kekuatan 3. Keterbukaan dan akses
4. Pendekatan individual 5. Partisipasi dan kolaborasi 6. Penghapusan diskriminasi
7. Pemahaman dan keterlibatan masyarakat 8. Evaluasi dan peningkatan berkelanjutan
D. MANAJEMEN PEMBELAJARAN INKLUSIF 1. Faktor Mobilitas
Kelas harus aman bagi peserta didik tanpa terkecuali. Sarana dan prasarana harus memberi kemudahan untuk melakukan mobilisasi (bergerak). Contoh:
Peserta didik dengan hambatan penglihatan duduk didekat papan tulis dapat berlaku bagi yang memiliki mata miopi/low vision.
Peserta didik dengan hambatan pendengaran duduk dibaris depan agar mudah membaca bibir guru atau dapat juga mengakses aplikasi suara teks.
Peserta didik dengan hambatan motorik duduk dibaris pinggir dekat dengan pintu agar mudah keluar masuk kelas dengan meletakkan tongkat atau kursi roda.
2. Universal Design For Learning Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Suatu pendekatan perancangan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan akses secara signifikan dan mengurangi hambatan pembelajaran bagi peserta didik dengan beragam kebutuhan belajar, khususnya mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Adapaun implementasi prinsip UDL, yakni:
Mengenali keragaman peserta didik
Mengindentifikasi faktor-faktor penghambat pembelajaran
Menganalisis potensi sekolah
Menentukan tujuan pembelajaran dengan jelas
Membuat lingkungan yang meningkatkan motivasi, fleksibel, dan melibatkan semua peserta didik dan komponen lain
3. Perencanaan Pembalajaran Berdasarkan Profil Belajar Peserta Didik
Salah satu asesmen yang digunakan adalah asesmen formatif yang dilakukan diawal pembelajaran untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
4. Proses pelaksanaan pembelajaran 5. Program pendidikan individual 6. Penilaian pelaksanaan pembelajaran 7. Laporan hasil belajar
E. SISTEM DUKUNGAN PEMBELAJARAN PDBK DI SEKOLAH 1. Peran masyarakat
2. Peran pemerintah 3. Peran orang tua
4. Peran satuan pendidikan 5. Kepala satuan pendidikan
6. Guru pembimbing khusus dan umum 7. Teman sebaya
PESERTA DIDIK KEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH SAYA 1. Peserta didik lamban belajar (slow respon)
Anak ini memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata anak sebaya tetapi termasuk katogori peserta didik dengan hambatan intelektual. Dengan gejala anak mengalami kesulitan menulis (disgrafia), yaitu apabila menyalin tulisan sering terlambat selesai serta hasil tulisannya jelek dan hampir tidak terbaca. Gejala lain adalah anak mengalami kesulitan membaca. Perkembangan kemampua membaca terlambat atau bahkan tidak bisa membaca.
2. Selain itu, anak tidak pernah fokus dalam memperhatikan pembelajaran dikelas (anak lamban belajar). Dengan gejala daya tangkap terhadap pelajaran lambat, dan tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan.
REFLEKSI
Bahwa metode pembelajaran anak inklusi dan umum sangat lah berbeda kita tidak boleh menyamakan metode pembelajaranya yang dimana cara penerimaan materi anak inklusi dan anak umum sangat lah berbeda. Kita juga sebagai guru harus bersikap adil terhadap anak inklusi. Sebagai guru kita harus bisa menfasilitasi atau menjebatani anak inklusi membangun keteampilan hidup, membangun kemandirian, mampu membuat keputusan untuk dirinya, dapat mengenali dirinya serta dapat meregulasi emosi dengan berbagai ragam pengembangan dirinya .
Yang saya lakukan untuk lebih memahami modul ini dengan cara membaca berulang serta mengaplikasikan ilmu yang sudah saya dapat terhadap metode pembelajaran yang saya terapkan pada kegiatan pembelajaran. Ya disamping itu saya mencari berbagai sumber ilmu untuk lebih memperbanyak pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh.
Sedangkan hal yang paling menantang adalah peran masyarakat, warga masyarakat menganggap PDBK merupakan individu yang perlu dikasihani dan merepotkan. Menajemen pembelajaran dan SDM, perlu adanya guru pembimbing khusus.
Selain hal itu, saya berharap adanya pelatihan guru kelas menjadi guru pembimbing khusus agar pembelajaran dikelas dengan memiliki peserta didik PDBK menjadi lebih mudah.
UMPAN BALIK
Umpan balik dari guru
1. Guru mampu sedikitnya menangani anak berkebutuhan khusus yang ada disekolahan kita dengan baik. (Pak Musa, S.Sy Guru PAI)
2. Terimakasih dengan adanya toeri dan pemaparan ini, terkait anak berkebutuhan khusus di sekolah formal, menjadikan kita sebagai guru mampu menambah pengalaman dan tantangan dalam mengajari dan menanganinya. (Bu Tatik, S.Pd Kelas I)
3. Perlu nya kerjasama dengan lingkungan sekitar baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah (masyarakat dan orangtua) serta lembaga yang memang selalu menangani anak inklusif. (Pak Khotib, S.Pdi Kelas II)