• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PEMBELAJARAN modul 3 PURWANTY

N/A
N/A
Zoe Marcoom

Academic year: 2024

Membagikan "JURNAL PEMBELAJARAN modul 3 PURWANTY"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN INKLUSI

JURNAL PEMBELAJARAN

MODUL 3

DISUSUN OLEH

PURWANTY, S.Pd

NO UKG : 201501969224

LPTK : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PPG GURU TERTENTU

TAHUN 2024

(2)

PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusi adalah pendekatan dalam sistem pendidikan yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua siswa, termasuk mereka yang memiliki

kebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan yang setara untuk belajar bersama di dalam lingkungan pendidikan yang sama. Dalam pendidikan inklusi, siswa dengan berbagai latar belakang, kemampuan, atau kebutuhan khusus ditempatkan di kelas reguler bersama dengan siswa lain. Sistem ini berfokus pada adaptasi kurikulum, metode pengajaran, serta fasilitas agar dapat memenuhi kebutuhan setiap individu, tanpa memisahkan siswa berdasarkan kemampuan atau keterbatasannya.

TUJUAN UTAMA PENDIDIKAN INKLUSIF

Pendidikan inklusif memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang adil dan setara bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau kondisi fisik mereka. Tujuan utamanya dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Kesetaraan dalam Pendidikan: Setiap siswa, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Pendidikan inklusif berusaha menghapus segala bentuk diskriminasi dan memberikan akses yang sama bagi semua siswa.

2. Penerimaan dan Inklusi Sosial: Menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung, di mana perbedaan dihargai dan semua siswa merasa diterima. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan sosial yang positif antara siswa dengan kebutuhan khusus dan teman sebaya mereka.

3. Pengembangan Potensi Maksimal: Membantu setiap siswa mencapai potensi terbaiknya. Dengan memberikan dukungan yang tepat, siswa dengan kebutuhan khusus dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka secara optimal.

4. Pemberdayaan Siswa: Memberikan kesempatan bagi siswa dengan kebutuhan khusus untuk menjadi mandiri dan aktif dalam proses

pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian siswa.

(3)

5. Masyarakat yang Inklusif: Membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai keberagaman. Pendidikan inklusif diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat luas tentang pentingnya penerimaan dan

kesetaraan.

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENDIDIKAN INKLUSI

Berikut adalah beberapa prinsip dasar pendidikan inklusif:

1. Semua Siswa Berhak Mendapatkan Pendidikan : Prinsip ini menegaskan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Tidak ada anak yang boleh dikucilkan atau ditolak aksesnya ke pendidikan.

2. Penerimaan Terhadap Perbedaan : Pendidikan inklusif mengakui dan menghargai keberagaman di antara siswa. Setiap anak memiliki

karakteristik, kemampuan, dan gaya belajar yang unik, dan perbedaan ini harus diterima dan dihargai.

3. Kolaborasi : Kerja sama yang baik antara guru, orang tua, siswa, dan pihak-pihak terkait lainnya sangat penting dalam pendidikan inklusif.

Kolaborasi ini memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan individual setiap siswa secara efektif.

4. Aksesibilitas : Semua siswa harus memiliki akses yang sama terhadap fasilitas, kurikulum, dan kegiatan pembelajaran. Ini berarti bahwa

lingkungan belajar harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan berbagai jenis disabilitas.

5. Adaptasi Kurikulum : Kurikulum harus fleksibel dan dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Guru perlu merancang pembelajaran yang berdiferensiasi untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar.

6. Dukungan Individual : Setiap siswa dengan kebutuhan khusus berhak mendapatkan dukungan yang sesuai. Dukungan ini bisa berupa bantuan dari guru, terapis, atau teman sebaya.

(4)

7. Partisipasi Aktif Siswa : Siswa dengan kebutuhan khusus harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam semua aspek kehidupan sekolah. Mereka harus diberi kesempatan untuk membuat pilihan dan mengambil

keputusan.

8. Lingkungan Belajar yang Inklusif : Lingkungan belajar harus menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan mendukung bagi semua siswa. Semua anggota komunitas sekolah harus merasa dihargai dan diterima.

MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSIF

Manfaat bagi Siswa dengan Kebutuhan Khusus

1. Pengembangan Potensi Maksimal : Siswa dengan kebutuhan khusus diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal dalam lingkungan yang mendukung.

2. Peningkatan Kemandirian: Pendidikan inklusif mendorong siswa untuk lebih mandiri dan percaya diri dalam menghadapi tantangan.

3. Pengembangan Keterampilan Sosial: Interaksi dengan teman sebaya yang beragam membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti kerjasama, toleransi, dan empati.

4. Persiapan untuk Kehidupan Masa Depan: Siswa dengan kebutuhan khusus lebih siap untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang inklusif setelah lulus.

Manfaat bagi Seluruh Siswa

1. Peningkatan Pemahaman tentang Keberagaman: Melalui interaksi dengan teman sebaya yang memiliki kebutuhan khusus, siswa belajar menghargai perbedaan dan mengembangkan sikap toleransi.

2. Pengembangan Keterampilan Sosial: Siswa belajar bekerja sama,

berbagi, dan membantu satu sama lain, yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan.

3. Persiapan untuk Dunia Kerja : Lingkungan kerja yang beragam adalah hal yang umum. Pendidikan inklusif membantu siswa mengembangkan

(5)

keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja dalam lingkungan yang beragam.

4. Lingkungan Belajar yang Lebih Kaya : Keragaman dalam kelas dapat memperkaya pengalaman belajar bagi semua siswa.

Manfaat bagi Sekolah dan Masyarakat

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Pendidikan inklusif mendorong sekolah untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan layanan yang diberikan.

2. Masyarakat yang Lebih Inklusif : Pendidikan inklusif berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai

keberagaman.

3. Mencegah Diskriminasi: Pendidikan inklusif membantu mencegah diskriminasi terhadap siswa dengan kebutuhan khusus.

CONTOH PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF

1. Adaptasi Kurikulum dan Metode Pembelajaran:

Pembelajaran yang Diferensiasi: Guru menyesuaikan materi dan metode pembelajaran agar sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar masing-masing siswa. Misalnya, menggunakan berbagai media

pembelajaran seperti gambar, video, atau alat peraga untuk membantu siswa dengan gaya belajar visual.

Penyesuaian Tugas: Guru memberikan tugas yang bervariasi tingkat kesulitannya, sehingga siswa dengan kebutuhan khusus pun dapat menyelesaikan tugas sesuai kemampuannya.

Penggunaan Teknologi: Memaksimalkan penggunaan teknologi assistive, seperti software pembaca layar atau perangkat keras khusus, untuk membantu siswa dengan disabilitas visual atau motorik.

2. Aksesibilitas Fisik dan Lingkungan Belajar:

Ruang Kelas yang Inklusif: Menyediakan ruang kelas yang aman, nyaman, dan mudah diakses oleh semua siswa, termasuk siswa dengan mobilitas terbatas.

Peralatan Bantu: Menyediakan berbagai peralatan bantu, seperti kursi roda, tongkat, atau alat bantu dengar, sesuai dengan kebutuhan siswa.

Rambu-Rambu: Memberikan rambu-rambu yang jelas dan mudah dipahami untuk membantu siswa menavigasi lingkungan sekolah.

(6)

3. Dukungan Sosial dan Emosional:

Program Mentoring: Menjalin program mentoring antara siswa dengan kebutuhan khusus dan teman sebaya yang tidak memiliki kebutuhan khusus untuk membangun hubungan sosial yang positif.

Konseling: Menyediakan layanan konseling bagi siswa yang membutuhkan dukungan emosional.

Kelompok Belajar: Membentuk kelompok belajar yang heterogen untuk mendorong siswa saling membantu dan belajar satu sama lain.

4. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:

Rapat Koordinasi: Mengadakan rapat koordinasi secara berkala antara guru, orang tua, dan pihak terkait lainnya untuk membahas

perkembangan siswa.

Program Pendidikan Orang Tua: Menyediakan program pendidikan bagi orang tua untuk membantu mereka memahami kebutuhan anak dan cara mendukung pembelajaran di rumah.

Kerjasama dengan Lembaga: Bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, seperti rumah sakit atau pusat rehabilitasi, untuk mendapatkan dukungan tambahan bagi siswa.

5. Pengembangan Profesional Guru:

Pelatihan: Memberikan pelatihan secara berkala kepada guru tentang strategi pembelajaran inklusif, penggunaan teknologi assistive, dan cara memenuhi kebutuhan siswa dengan berbagai jenis disabilitas.

Studi Banding: Mengadakan studi banding ke sekolah-sekolah lain yang telah berhasil menerapkan pendidikan inklusif.

SISTEM DUKUNGAN PEMBELAJARAN PDBK DISEKOLAH

Komponen Utama Sistem Dukungan:

1. Aksesibilitas Fisik:

o Ruang Kelas: Dirancang dengan memperhatikan kebutuhan siswa dengan mobilitas terbatas, seperti adanya ramp, pintu yang lebar, dan ruang yang cukup untuk manuver kursi roda.

o Toilet: Dilengkapi dengan pegangan tangan dan ruang yang cukup untuk mengakomodasi alat bantu seperti kursi roda.

o Peralatan: Tersedia peralatan bantu seperti kursi roda, tongkat, atau alat bantu dengar sesuai dengan kebutuhan siswa.

(7)

2. Aksesibilitas Kurikulum:

o Adaptasi Materi: Materi pelajaran disesuaikan dengan

kemampuan dan gaya belajar masing-masing siswa, baik melalui penyederhanaan, penambahan visual, atau penggunaan bahasa yang lebih mudah dipahami.

o Penggunaan Teknologi: Memaksimalkan penggunaan teknologi assistive, seperti software pembaca layar, perangkat lunak untuk membuat teks menjadi suara, atau alat bantu komunikasi

alternatif.

3. Tenaga Pendukung:

o Guru Kelas: Menerima pelatihan khusus untuk memahami kebutuhan PDBK dan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.

o Guru Pendamping: Memberikan dukungan individual kepada PDBK, baik dalam hal akademik maupun sosial emosional.

o Terapis: Terlibat dalam memberikan terapi sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti terapi wicara, terapi fisik, atau terapi okupasi.

4. Kolaborasi:

o Orang Tua: Orang tua dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran anak dan memberikan masukan yang berharga.

o Tenaga Kesehatan: Bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan siswa terjaga dengan baik.

o Lembaga Terkait: Membangun kerjasama dengan lembaga lain, seperti pusat rehabilitasi atau organisasi penyandang disabilitas, untuk mendapatkan dukungan tambahan.

5. Evaluasi dan Monitoring:

o Evaluasi Berkala: Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur kemajuan siswa dan efektivitas program.

o Monitoring: Memantau secara terus-menerus kebutuhan siswa dan melakukan penyesuaian program sesuai dengan

perkembangan siswa.

Contoh Penerapan Sistem Dukungan:

(8)

Program Tutor Sebaya: Siswa tanpa kebutuhan khusus ditugaskan untuk menjadi tutor bagi teman sebayanya yang memiliki kebutuhan khusus.

Penggunaan Media Interaktif: Menggunakan media interaktif seperti video, animasi, dan permainan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan mudah dipahami.

Kelas Inklusi: Menempatkan siswa dengan kebutuhan khusus dalam kelas reguler dengan dukungan dari guru pendamping.

TANTANGAN DALAM IMPLEMENTASI SISTEM DUKUNGAN PEMBELAJARAN PDBK

Implementasi sistem dukungan pembelajaran PDBK di sekolah memang tidak selalu berjalan mulus. Beberapa tantangan umum yang sering dihadapi antara lain:

Kurangnya Sumber Daya:

o Tenaga Pendidik: Terbatasnya jumlah guru yang memiliki kompetensi khusus dalam menangani PDBK.

o Anggaran: Anggaran yang terbatas untuk menyediakan peralatan bantu, bahan ajar khusus, dan program pelatihan.

o Fasilitas: Kurangnya fasilitas yang memadai untuk mengakomodasi kebutuhan khusus siswa, seperti ruang kelas yang inklusif, toilet yang aksesibel, dan peralatan bantu yang lengkap.

Kurangnya Kesiapan Guru:

o Kurangnya pengetahuan dan keterampilan: Banyak guru belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai jenis

disabilitas dan strategi pembelajaran yang efektif untuk PDBK.

o Beban kerja yang berat: Guru seringkali merasa terbebani dengan banyaknya tugas dan kesulitan untuk memberikan perhatian yang cukup kepada semua siswa, termasuk PDBK.

Kurangnya Dukungan dari Orang Tua:

(9)

o Kurangnya pemahaman: Beberapa orang tua belum memahami pentingnya pendidikan inklusif dan belum siap untuk mendukung proses pembelajaran anak mereka.

o Kesulitan menerima kondisi anak: Ada orang tua yang kesulitan menerima kondisi anak mereka dan kurang terlibat dalam proses pendidikan.

Kurangnya Koordinasi:

o Antar Guru: Kurangnya koordinasi antara guru kelas, guru

pendamping, dan terapis dalam memberikan dukungan kepada PDBK.

o Antar Lembaga: Kurangnya koordinasi antara sekolah, rumah sakit, dan lembaga terkait lainnya dalam memberikan layanan yang terintegrasi.

Sikap Masyarakat:

o Stigma: Masih adanya stigma negatif terhadap PDBK di

masyarakat, yang dapat menghambat penerimaan dan inklusi siswa.

o Kurangnya kesadaran: Masyarakat belum sepenuhnya menyadari pentingnya pendidikan inklusif dan hak-hak PDBK.

STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS SISTEM DUKUNGAN

1. Penguatan Kapasitas Tenaga Pendidik

Pelatihan Berkelanjutan: Mengadakan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kompetensi guru dalam memahami kebutuhan PDBK, menerapkan strategi pembelajaran yang efektif, dan menggunakan teknologi assistive.

(10)

Studi Banding: Memfasilitasi guru untuk melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang telah berhasil menerapkan pendidikan inklusif.

Komunitas Praktik: Membentuk komunitas praktik guru untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan solusi dalam menghadapi tantangan dalam pembelajaran PDBK.

2. Peningkatan Akses terhadap Sumber Daya

Anggaran: Mengalokasikan anggaran yang cukup untuk menyediakan peralatan bantu, bahan ajar khusus, dan infrastruktur yang mendukung pembelajaran PDBK.

Kerjasama dengan Mitra: Membangun kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat, donatur, atau perusahaan untuk mendapatkan dukungan tambahan dalam bentuk dana, peralatan, atau tenaga ahli.

Pemanfaatan Teknologi: Memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pembelajaran PDBK, seperti penggunaan aplikasi pembelajaran yang interaktif dan platform

pembelajaran daring.

3. Peningkatan Kolaborasi

Kolaborasi Antar Tenaga Pendidik: Memperkuat kolaborasi antara guru kelas, guru pendamping, terapis, dan tenaga kependidikan lainnya untuk memberikan dukungan yang terintegrasi kepada PDBK.

Keterlibatan Orang Tua: Melibatkan orang tua secara aktif dalam proses pembelajaran anak, memberikan informasi yang jelas tentang perkembangan anak, dan meminta masukan dari orang tua.

Kerjasama dengan Komunitas: Membangun kerjasama dengan komunitas untuk memberikan dukungan sosial dan emosional kepada PDBK dan keluarga mereka.

4. Pengembangan Kurikulum yang Inklusif

Adaptasi Kurikulum: Menyesuaikan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing PDBK.

Pembelajaran Berdiferensiasi: Menerapkan pembelajaran yang

berdiferensiasi untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan siswa.

Penggunaan Bahan Ajar yang Aksesibel: Menyediakan bahan ajar yang mudah diakses dan dipahami oleh PDBK, seperti buku teks dengan huruf besar, gambar yang jelas, atau bahan ajar dalam bentuk digital.

5. Evaluasi dan Monitoring

(11)

Evaluasi Berkala: Melakukan evaluasi secara berkala untuk mengukur kemajuan siswa dan efektivitas program.

Monitoring: Memantau secara terus-menerus kebutuhan siswa dan melakukan penyesuaian program sesuai dengan perkembangan siswa.

Pengumpulan Data: Mengumpulkan data yang relevan untuk

mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan meningkatkan efektivitas program.

6. Sosialisasi dan Advokasi

Kampanye: Melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusif dan hak-hak PDBK.

Advokasi Kebijakan: Mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung pendidikan inklusif.

Kemitraan dengan Media: Bekerjasama dengan media untuk

menyebarluaskan informasi tentang pendidikan inklusif dan keberhasilan program-program yang telah dilaksanakan.

MISKONSEPSI MENGENAL PDBK DI SEKOLAH

1. PDBK adalah "anak yang sakit":

Miskonsepsi: Banyak yang menganggap PDBK sebagai anak yang selalu sakit-sakitan atau memiliki kondisi medis yang serius.

Fakta: Tidak semua PDBK memiliki kondisi medis yang terlihat. Banyak PDBK memiliki kesulitan belajar, gangguan perkembangan, atau gangguan perilaku yang tidak selalu tampak fisik.

2. PDBK tidak bisa belajar:

Miskonsepsi: Ada anggapan bahwa PDBK memiliki keterbatasan intelektual yang signifikan sehingga sulit untuk belajar.

Fakta: Semua orang, termasuk PDBK, memiliki potensi untuk belajar.

Hanya saja, mereka mungkin membutuhkan pendekatan pembelajaran yang berbeda.

3. PDBK harus dipisahkan dari siswa reguler:

Miskonsepsi: Ada anggapan bahwa PDBK akan mengganggu proses pembelajaran siswa reguler jika ditempatkan dalam kelas yang sama.

(12)

Fakta: Pendidikan inklusif justru memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk belajar bersama dan saling membantu.

4. Tanggung jawab menangani PDBK hanya ada pada guru:

Miskonsepsi: Banyak yang menganggap bahwa guru adalah satu- satunya pihak yang bertanggung jawab dalam menangani PDBK.

Fakta: Pendidikan inklusif membutuhkan kerjasama dari semua pihak, termasuk orang tua, sekolah, dan komunitas.

5. PDBK hanya membutuhkan kasih sayang:

Miskonsepsi: Ada anggapan bahwa dengan memberikan kasih sayang yang cukup, PDBK akan dapat mengatasi semua kesulitannya.

Fakta: Meskipun kasih sayang sangat penting, PDBK juga membutuhkan dukungan yang lebih konkret, seperti program

pembelajaran yang disesuaikan dan bantuan dari tenaga profesional.

BEBERAPA JENIS KEBUTUHAN KHUSUS YANG BANYAK DITEMUI

DISATUAN PENDIDIKAN

.

1. Tunarungu: Individu dengan gangguan pendengaran, mulai dari ringan hingga tuli total. Mereka mungkin memerlukan alat bantu dengar, implan koklea, atau bahasa isyarat.

2. Tunagrahita: Individu dengan keterbatasan dalam kemampuan

intelektual, seperti kesulitan dalam belajar, berpikir, dan memecahkan masalah.

3. Tunanetra-Tunarungu: Individu yang mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran secara bersamaan.

4. Tunadaksa: Individu dengan gangguan pada anggota gerak, baik atas maupun bawah, yang dapat mempengaruhi mobilitas dan koordinasi.

5. Gangguan Belajar Spesifik (<em>Specific Learning

Disabilities</em>): Individu dengan kesulitan dalam satu atau lebih

(13)

proses psikologis dasar, seperti disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), atau diskalkulia (kesulitan berhitung).

6. Autisme: Individu dengan gangguan perkembangan neurologis yang kompleks, ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial,

komunikasi, dan perilaku yang repetitif.

7. Hiperaktif Defisit Perhatian (ADHD): Individu dengan kesulitan dalam konsentrasi, impulsivitas, dan hiperaktivitas.

8. Cerebral Palsy: Kelainan pada otak yang dapat menyebabkan gangguan pada gerakan, postur, dan koordinasi.

9. Gangguan Emosional dan Perilaku: Individu dengan kesulitan dalam mengelola emosi dan perilaku, seperti kecemasan, depresi, atau perilaku agresif.

PESERTA DIDIK YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH KAMI

1. Peserta didik dengan gangguan Belajar Spesifik:

Siswa yang kesulitan dalam membaca, menulis, atau berhitung.

2. Peserta didik lamban belajar:

Siswa yang membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami dan menguasai materi pelajaran dibandingkan dengan teman sebayanya.

Foto Dokumen

(14)

Dokumen sosialisasi pendidikan inklusi kepada

teman sejawat

(15)

Setelah saya ikut mendalami pembelajaran keragaman peserta didik Teknik

pengelolaan kelas yang baik bisa membantu menciptakan suasana yang lebih inklusif? Misalnya, strategi untuk mengatur kelompok kecil yang dapat memfasilitasi partisipasi semua siswa."

Firma Mandasari, S.Pd Guru kelas IV

Materi pembelajaran yang Guru gunakan sangat bermanfaat. Namun, mungkin kita bisa mempertimbangkan untuk

memasukkan contoh atau konten yang mencerminkan lebih banyak perspektif budaya dan latar belakang berbeda dari peserta didik

Hayati Nufus , S.Pd Guru kelas V

Saya Mengamati Proses pemetaan

kemampuan awal siswa sangat membantu dalam membagi mereka ke dalam

kelompok belajar sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Ini membuat kegiatan belajar menjadi lebih efektif karena saya dapat menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan spesifik setiap kelompok. “

Pariyem S.Pd Guru kelas I

Dokumen refleksi dari teman

sejawat

(16)

Memberikan pendampingan kepada

peserta didik yang lambat belajar dan

kesulitan berkomunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam implementasi pendidikan inklusif memiliki ciri-ciri pokok : Mengakomodasi semua anak (tidak diskriminatif), sistem sekolah disesuaikan dengan kebutuhan anak, anak

Mengembangkan pendidikan di lingkungan sekolah yang inklusif saat ini sudah menjadi sebuah keharusan. Banyak sekolah yang telah merintis program inklusi berusaha memastikan

Menganalisis sistem dan kebutuhan sistem, mengenal model- model System Development Life Cycle (SDLC), memahami pengertian basis data, dbms, sql, erd, simbol-simbol bagan

ata kuliah Dinamika Kelompok memiliki bobot 3 SKS yang membahas tentang pengertian, cakupan/batasan dan bentuk kelompok, peranan, tugas, keuntungan dan kerugian bekerja

Jelaskan pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah umum dalam setting pendidikan inklusif JAWABAN Pendidikan inklusif adalah suatu pendekatan di mana siswa dengan berbagai kebutuhan

Jelaskan pendidikan bagi siswa tunanetra di sekolah umum dalam setting pendidikan inklusif JAWABAN Pendidikan inklusif adalah suatu pendekatan di mana siswa dengan berbagai kebutuhan

Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif harus bisa memenuhi kebutuhan aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak tunanetra yang memiliki banyak kesulitan dalam

Pendidikan Inklusif: • Guru masa depan akan terampil dalam merancang pembelajaran inklusif yang memenuhi kebutuhan beragam peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus atau