• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA "

Copied!
153
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemadatan berulang terhadap sifat Asbuton Campuran Panas Paving Dingin dengan pengujian metode Marshall. Penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat, bimbingan dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Kompresi Berulang Terhadap Sifat CPHMA”. Campuran aspal”.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku ................ II-7  Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Perkerasan Lentur dan Kaku ....................
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku ................ II-7 Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Perkerasan Lentur dan Kaku ....................

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Pokok Bahasan dan Batasan Masalah 1. Pokok Bahasan

  • Batasan Masalah
  • Bab I Pendahuluan
  • Bab II Tinjauan Pustaka
  • Bab III Metode Penelitian
  • Bab IV Hasil dan Pembahasan
  • Bab V Kesimpulan dan Saran
  • Fungsi jalan

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lokal dengan karakteristik jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah akses jalan yang tidak terbatas. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang melayani angkutan lingkungan hidup dengan karakteristik jarak pendek dan kecepatan rata-rata rendah.

Struktur jalan

Lapis pondasi atas (Base course)

Tanah dasar (Subgrade)

Perkerasan jalan adalah segala jenis bahan konstruksi yang disebar dan dipadatkan pada lapisan tanah bawah. Maka konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan tertentu yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Gambar 2.1 Struktur jalan  2.3.  Perkerasan jalan
Gambar 2.1 Struktur jalan 2.3. Perkerasan jalan

Syarat Berlalu Lintas

Syarat-Syarat Kekuatan/Struktural

Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas lapisan tanah bawah yang dipadatkan. Kekuatan struktur perkerasan kaku lebih ditentukan oleh kekuatan pelat beton itu sendiri (substrat tidak begitu menentukan).

Gambar 2.3 lapisan perkerasan jalan kaku
Gambar 2.3 lapisan perkerasan jalan kaku

Preservasi Jalan

  • Tujuan Preservasi Jalan
  • Lingkup Preservasi Jalan
  • Agregat
  • Bahan Pengisi (Filler)
  • Aspal

Agregat yang berbutir tinggi (berbutir halus) akan lebih mudah dipadatkan dibandingkan dengan agregat berbutir seragam. Semakin besar ukuran agregat maksimum yang digunakan maka semakin besar pula perbedaan ukuran campurannya.

Gambar 2.5 Lingkup Preservasi Jalan  Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum, 2011  2.6.  Bahan Penyusun Perkerasan Jalan
Gambar 2.5 Lingkup Preservasi Jalan Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum, 2011 2.6. Bahan Penyusun Perkerasan Jalan

Sifat – Sifat Aspal a. Sifat Kimia Aspal

Peningkatan kadar aspalten pada aspal akan menghasilkan aspal yang lebih keras dengan nilai penetrasi yang rendah, titik lembek yang tinggi, dan tingkat kekentalan aspal yang tinggi. Sifat-sifat aspal, SOL (larutan) atau GEL (gel), sangat ditentukan oleh perbandingan kandungan resin terhadap kandungan aspalten pada aspal. b) Aromatik. Aromanya berupa cairan kental berwarna coklat tua, dan kandungan dalam aspal antara 40% - 60% dari berat aspal.

Aromatik terdiri dari rantai karbon non polar yang didominasi oleh unsur tak jenuh dan mempunyai kelarutan tinggi dalam molekul hidrokarbon. c) Jenuh. Jenuhnya terdiri dari parafin (lilin) ​​dan non parafin, kandungan dalam aspal bervariasi antara 5% - 20% dari berat aspal.

Durabilitas

Sifat-sifat aspal berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi selama pencampuran, pengangkutan dan penyebaran campuran aspal di permukaan tanah.

Adesi dan Kohesi

Kepekaan aspal terhadap temperatur

Kedap Air (Impermeabilitas)

Sifat Tahan Air (Impermeability) adalah kemampuan beton aspal untuk bersifat kedap air atau kedap terhadap air. Pasalnya, air dan udara dapat mempercepat proses penuaan aspal dan mengelupas selimut aspal dari permukaan agregat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan suhu, serta gradasi agregat dan kondisi agregat.

Fungsi Aspal

Adhesi merupakan kemampuan agregat dalam mengikat aspal sehingga terbentuk ikatan yang baik antara agregat dengan aspal.

Tes Standar Bahan Aspal

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui suhu/titik lembek aspal berkisar antara 30oC sampai 200oC dengan menggunakan metode ring and ball. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengukur jarak terjauh yang dapat ditarik antara 2 cetakan berisi aspal keras sebelum dipatahkan pada suhu dan kecepatan penarikan tertentu. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah bahan aspal tersebut mengandung bahan lain yang tidak menyatu dengan aspal, karena jika terdapat bahan asing lainnya maka panjang benang aspal yang ditarik mesin tidak akan mencapai 100 cm.

Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal padat dengan berat air suling dengan kandungan yang sama pada suhu 25oC atau 15,6oC. Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh nilai berat jenis aspal keras dengan menggunakan rumus berat jenis hasil pengujian.

Tabel 2.6 Ketentuan Aspal Keras  No.  Jenis pengujian  Metode pengujian
Tabel 2.6 Ketentuan Aspal Keras No. Jenis pengujian Metode pengujian

Jenis – Jenis Aspal

Karakteristik Pada Campuran Aspal Beton

Fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/rasa) dan pergerakan pondasi atau tanah dasar, tanpa retak. Ketahanan lelah merupakan kemampuan beton aspal dalam menerima lendutan yang berulang-ulang akibat beban yang berulang-ulang, tanpa mengalami kelelahan berupa alur dan retakan. Ketahanan selip merupakan kemampuan aspal beton terutama pada kondisi basah dalam memberikan gaya gesek pada roda kendaraan agar kendaraan tidak selip atau tergelincir.

Sifat kedap air (impermeabilitas) merupakan kemampuan beton aspal dalam mencegah masuknya air atau udara ke dalam lapisan beton aspal. Kemudahan pengaplikasian (workability) merupakan kemampuan campuran aspal beton untuk mudah dihamburkan dan dipadatkan.Tingkat kemudahan pengaplikasian menentukan tingkat efisiensi kerja.

Aspal Buton

  • Pengertian Aspal Buton
  • Lokasi Sumber Daya Asbuton

Lokasi sumber daya aspal terletak di Pulau Buton, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sumber daya aspal alam di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya endapan aspal alam yang ada di Indonesia. Jenis-jenis Asbuton yang diproduksi secara manufaktur maupun manual beberapa tahun terakhir ini adalah :.

Asbuton Butir

Asbuton Murni Full Ekstraksi

  • Karakteristik Asbuton
  • Ekstraksi Asbuton
  • Prinsip Kerja Asbuton
  • Penggunaan Asbuton
  • Keunggulan Asbuton
  • Kelemahan Asbuton
  • Modifier/Peremaja
    • Bahan CPHMA
  • Karakteristik Marshall Test/Sifat Campuran Aspal Beton

Kandungan aspal aspal Buton mampu menggantikan aspal minyak bumi karena kualitasnya lebih baik dibandingkan aspal minyak bumi. dimana penggunaan aspal Buton dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan sangat layak dan dapat segera dilaksanakan di Indonesia bahkan dunia. Guna memenuhi standar pasar aspal Buton yang diinginkan konsumen, manajemen perusahaan telah menetapkan standar aspal aspal Buton yaitu 18-24.

Modifier/rejuvenator adalah bahan yang digunakan untuk meremajakan/melembutkan aspal asbuton sehingga mempunyai sifat yang sesuai sebagai bahan pengikat pada campuran aspal (Kementerian Pekerjaan Umum, 2013). Perkiraan penggunaan rejuvenator PH -1000 diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Campuran Aspal Panas dengan Aspal Granulasi (Ditjen Bina Marga, 2006b) sesuai Tabel 2.

Gambar 2.12 Aspal buton dalam bentuk bongkahan
Gambar 2.12 Aspal buton dalam bentuk bongkahan

Stabilitas (stability)

Sifat-sifat campuran aspal dapat diukur dari sifat Marshall yang ditunjukkan pada nilai berikut. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh bentuk, kualitas, tekstur permukaan dan gradasi agregat yaitu gesekan internal dan interlocking, kohesi dan kadar aspal dalam campuran. Penambahan aspal diatas batas maksimal justru akan mengurangi kestabilan campuran itu sendiri sehingga lapisan perkerasan menjadi kaku dan rapuh.

Lapisan perkerasan jalan dengan nilai keawetan kurang dari 800 kg akan mudah mengalami goresan karena perkerasan tersebut lunak sehingga kurang mampu memikul beban. Sebaliknya jika ketahanan perkerasan terlalu tinggi maka perkerasan akan mudah retak karena sifat perkerasan menjadi kaku.

Kelelehan (flow)

Sementara itu, campuran dengan tingkat kelelahan tinggi dan stabilitas rendah cenderung bersifat plastis dan mudah berubah bentuk ketika terkena beban lalu lintas. Kepadatan campuran yang baik, jumlah aspal yang cukup dan kestabilan yang baik akan mempengaruhi penurunan nilai aliran. Nilai aliran yang rendah akan menyebabkan campuran menjadi kaku sehingga lapisan penekan cepat retak, sedangkan campuran dengan nilai aliran tinggi akan menimbulkan lapisan tekanan plastis sehingga perkerasan mudah mengalami perubahan bentuk seperti gelombang (washboarding) dan alur ( lutut).

Kerapatan (density)

Rongga Udara dalam Campuran / VIM (Void In Mix)

Selain itu massa jenis juga mempengaruhi massa jenis campuran, semakin besar nilai massa jenis campuran maka akan semakin kedap campuran tersebut terhadap air dan udara. Penurunan kadar aspal dalam campuran menyebabkan daya rekat antar butiran agregat menurun sehingga menyebabkan lepasnya butiran (emerging) dan terkelupasnya permukaan (stripping) lapisan perkerasan. Nilai VIM yang terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya pendarahan karena viskositas aspal menurun pada temperatur tinggi sesuai dengan sifat termoplastiknya.

Jika lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas pada saat itu, maka aspal akan terdorong keluar dari permukaan karena tidak tersedianya rongga yang cukup bagi aspal untuk menembus ke dalam lapisan perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari 5% akan mengakibatkan berkurangnya ketahanan lapisan perkerasan jalan, karena rongga yang terlalu besar mudah menimbulkan oksidasi.

Rongga Terisi Aspal / VFA (Void Filled With Asphalt)

Sifat Volumetrik Dari Campuran Beton Aspal Yang Telah

VMA = volume pori antar butiran agregat tercampur, pada beton aspal padat, termasuk yang diisi aspal, (void pada agregat mineral). VFA = volume rongga yang terisi aspal. VIM (Void In Mix) merupakan volume pori-pori yang tersisa setelah campuran aspal beton dipadatkan.

VMA (Void In The Mineral Aggregate) adalah banyaknya pori-pori pada beton aspal padat jika seluruh lapisan penutup aspal dihilangkan. VFA (Void Filled With Asphalt) adalah volume pori beton aspal padat yang diisi aspal, atau volume aspal film/karpet.

Gambar 2.14 Skematis berbagai jenis volume beton aspal  (Sumber : Buku Beton Aspal Campuran Panas)
Gambar 2.14 Skematis berbagai jenis volume beton aspal (Sumber : Buku Beton Aspal Campuran Panas)

Alat Penunjang Pemadatan

Tandem roller adalah alat berat yang memiliki roda baja depan dan belakang untuk memadatkan campuran aspal. Ada tiga tahapan dalam pemadatan aspal, yaitu pemadatan awal, pemadatan kedua, dan pemadatan akhir. Setiap titik perkerasan harus menerima minimal dua kali lintasan penggulungan awal dengan kecepatan maksimum 4 km/jam.

Pemadatan kedua atau pemadatan utama sebaiknya dilakukan dengan alat pemadat roda karet atau PTR sedekat mungkin setelah putaran awal dengan kecepatan maksimum 10 km/jam. Pemadatan akhir atau penyelesaian akhir harus dilakukan dengan pemadat roda baja yang tidak bergetar.

Gambar 2.15 Tandem Roller  b.  Pemadatan Kedua
Gambar 2.15 Tandem Roller b. Pemadatan Kedua

Penelitian Terdahulu

Uji Marshall dilakukan pada semua fasilitas pengujian untuk mengetahui sifat campuran pada variasi kadar aspal yang berbeda. Pengaruh Jumlah Dampak Pemadatan Benda Uji terhadap Ukuran Marshall pada Nilai Campuran Aspal Panas yang Digradasi Terus Menerus.

1 BAB III

Diagram Flowchart

4 3.3. Bahan Penelitian

Penentuan Jumlah Benda Uji

Pengujian Menggunakan Metode Marshall

Pemadatan Berulang

  • Pengetesan Benda Uji Dengan Pemadatan Berulang

Sebelum dilakukan pengujian dengan alat Marshall, benda uji terlebih dahulu direndam dalam air bersuhu 60ºC selama 30 menit dalam penangas air. Setelah 30 menit, keluarkan benda uji lalu uji dengan alat Marshall. Dari pengujian fasilitas pengujian akan diambil data kestabilan dan aliran sebagai dasar penentuan sifat-sifat campuran. Prosedur pengujiannya adalah dengan mengambil 3 buah sampel benda uji yang telah dikompres lalu didinginkan dan ditimbang sehingga diperoleh berat benda uji di udara, berat benda uji di dalam air, dan berat benda uji SSD.

Benda uji lainnya sebanyak 9 sampel direndam selama 1 hari, kemudian dikeluarkan dan ditimbang sehingga diperoleh berat benda uji di udara, berat benda uji di air, dan berat uji SSD. obyek. Pada hari ke 7 seluruh benda uji dipadatkan kembali sebanyak 2 kali 75 pukulan, kemudian dilakukan pengujian terhadap 3 sampel dengan menggunakan alat Marshall.

1 BAB IV

Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat

4 Jenis

Hasil pemeriksaan Kadar Aspal

Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Campuran

6 4.2. Data Hasil Uji Dengan Alat Marshall

7 A.BJ Max Campuran

Volume Benda Uji Rumus

Satu )

  • 8 D. % VIM
  • Stabilitas
  • BJ Bulk Campuran Pemadatan Rumus
    • Normal (24 jam)
  • Marshall Quotient ( Kg/mm)
  • VFB Rumus
    • Analisa Hasil Pengujian Dengan Pemadatan Berulang Pada Campuran Beraspal Panas Asbuton Dihampar Dingin (CPHMA)
    • 1 BAB V

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa, pada pemadatan berulang yang dilakukan terhadap campuran diperoleh nilai massa jenis pada pemadatan normal yang direndam selama 24 jam sebesar 2306. Pada pemadatan ulang campuran pada hari ke 7 dan hari ke 14 terjadi peningkatan dengan nilai 3,87mm dan 4,77mm. Gambar 4.5 menunjukkan nilai VIM pada pemadatan normal yang dilakukan pada CPHMA sebesar 5,79%, kemudian pada pemadatan normal tanpa perendaman mengalami penurunan menjadi nilai 5,05%, kemudian pada hari ke 7 pemadatan ulang meningkat menjadi nilai 5,13%.

Gambar 4.6 menunjukkan nilai VFB pada pemadatan normal yang dilakukan pada CPHMA sebesar 64,84%, kemudian pada pemadatan normal tanpa perendaman meningkat menjadi nilai 68,03% dan pada hari ke 7 pemadatan ulang mengalami penurunan menjadi nilai 67,68%. Nilai stabilitas maksimum yang diperoleh adalah pada hari ke 7 pemadatan berulang dengan nilai sebesar 987,26 kg.

Gambar 4.1 Diagram hubungan pemadatan berulang terhadap kepadatan.
Gambar 4.1 Diagram hubungan pemadatan berulang terhadap kepadatan.

DAFTAR PUSTAKA

28/SE/M/2015 tentang Pedoman Penggunaan Campuran Paving Panas dan Dingin Asbuton (CPHMA). Kadar aspal BJ Massa BJ BJ Efektif Volume campuran maksimal Laju serapan BJ Marshall. Kadar aspal BJ Massa BJ BJ Efektif Volume campuran maksimal Laju serapan BJ Marshall.

Gambar

Gambar 3.4 Satu Set Saringan .............................................................................
Tabel 2.1 Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku
Gambar 2.4 Distribusi beban roda melalui lapisan perkerasan jalan  (Sumber, dikutip dari bahan kuliah Material Perbaikan Tanah
Gambar 2.5 Lingkup Preservasi Jalan  Sumber : Kementrian Pekerjaan Umum, 2011  2.6.  Bahan Penyusun Perkerasan Jalan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kohesi optimum diperoleh pada pemadatan tanah dengan memberikan pukulan sebesar 21 pukulan per lapis sebanyak 4 lapis, sedangkan nilai sudut gesek dalam optimum diperoleh pada