BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI KAPAL
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan temuan yang dialami selama melaksanakan praktek laut (prala) di MV. MERATUS MANADO yang penulis laksanakan pada periode November 2019 sampai dengan November 2020 dengan rute perjalanan Surabaya-Luwuk-Kendari.
MV. MERATUS MANADO adalah sebuah kapal kontainer yang berada dibawah manajemen PT. MERATUS LINE. MV MERATUS MANADO memiliki nama panggilan (Call Sign) PMTK (Papa Mike Tango Kilo). Biro klasifikasi yang memeriksa adalah BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dengan nomor IMO 9154830 dan MMSI 525025049.
Kapal MV. MERATUS MANADO dengan bendera INDONESIA isi kotor :9.440 Tons. Pemilik kapal : PT. MERATUS LINE. Berikut data – data kapal MV. MERATUS MANADO yang didapat dari Ship Particular :
Ship’s Name : MV. MERATUS MANADO
Previous Name : BRIGHT GOLD
Call Sign : PMTK
Flag / Port of Registry : Indonesia / Surabaya
Registration Mark : 2006 Pst No.4387/L
Owner : PT. MITRA BUANA LINE
Operator : PT. MERATUS LINE
I M O Number 9154830
Classification : BKI & NK
Class Reg. No : NIPPON KAIJI KYOKAI (CONTAINER CARRIER)
MMSI Number 525025049
Inmarsat – C ID 452501223
Date Of Keel Laid : June 04, 1997/ Launched Aug 18, 1997/ Delivery 13 November 1997
Builder : Kyokuyo Shipyard Corps,1997.
Kind of Ship :Container Ship
L. O. A : 144.83 M
L. B. P : 134.25 M
Breadth (Moulded) : 22.40 M
Depth ( Moulded ) : 11.00 M
Tropical Draft : 8.216 M
Light Ship Draft : 4.97 M
Air Draft : 35.45 M
Gross Tonnage : 9440T
Net Tonnage : 5081T
Summer Deadweight : 12.847 T
Summer Displacement : 17.525.0 T
Light Ship Weight : 5,473.8 T
Main Engine : 2 Stroke Diesel Engine MITSUIMAN B & W GL50MC (7987 KW) X 148 RPM
Propeller : NAKASHIMA PROPELLER, PITCH
4.133 mm
Cargo Crane : 2 X 36 T SWL, GL 3628 - S
Container Capacity : 848 TEUs or 396 FEUs
Ballast Water Capacity : 9.366,8 M3
Fresh Water Capacity : 212 M3 (100%)
Fuel Oil Capacity : 1.071,82 M3 (100%)
Gambar 4.1 Kapal MV. MERATUS MANADO full muatan
Sumber: Dokumen pribadi
Gambar 4.2 Kapal MV. MERATUS MANADO saat berlabuh
Sumber: Dokumen pribadi
B. HASIL PENELITIAN
Peneliti melaksanakan pengumpulan data selama kurang lebih dua belas bulan dan mendapatkan data berupa hasil observasi lapangan dan hasil wawancara dengan subjek penelitian.
Dari hasil observasi lapangan didapatkan bahwa warna gas buang dari pembakaran mesin induk maupun mesin bantu yang ada di kapal cenderung normal. Dimana warna dari gas buang tersebut berwarna transparan atau tidak berwarna. Dengan observasi ini mengindefinisikan bahwa kapal telah memenuhi standar emisi gas buang yang diatur dalam MARPOL Annex VI.
Kemudian untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI Lampiran VI MARPOL 73/78 Peraturan Tentang Pencegahan Pencemaran Udara dari Kapal yang menyatakan bahwa Strategi kontrol emisi yang Irasional adalah setiap strategi atau ukuran ketika kapal dioperasikan dalam kondisi normal, sehingga mengurangi efektivitas dari sistem kontrol emisi sampai pada suatu tingkat dibawah yang diharapkan sesuai dengan pengujian emisi yang dapat diterapkan. Untuk emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kapal tidak mengandung bahan perusak ozon tetapi terdapat kandungan zat beracun dan berbahaya jika sampai masuk kedalam tubuh. Oleh karena itu jika terjadi aktifitas rutin kapal dan menghasilkan polusi udara yang tinggi sebaiknya selalu gunakan alat pelindung diri yang berhubungan dengan hal tersebut dan selalu memperhatikan Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja.
1. PENYAJIAN DATA
Menurut masinis III MV. MERATUS MANADO menjelaskan bahwa kapal telah menerapkan MARPOL Annex VI bisa dilihat dari hasil uji emisi gas buang yang ada di atas kapal. Dalam prakteknya pengujian emisi gas buang tidak serta langsung di uji dari tingkat berapa persen kandungan zat beracun yang terkandung di gas buang atau asap hasil pembakaran mesin kapal. Di kapal sendiri memang tidak tersedia alat untuk mengukur kandungan zat beracun di dalam gas buang tetapi bisa di ukur menggunakan sampel bahan bakar yang digunakan di atas kapal.
Dalam hal ini kapal MV. MERATUS MANADO bekerja sama kepada perusahaan MARITEC FUEL TESTING dalam menguji kandungan zat maupun kelayakan standar dalam pemakaian jenis bahan bakar yang digunakan di atas kapal. Dan pengujian tersebut rutin dilaksanakan di saat kapal akan bunker di dermaga.
Dari hasil observasi yang saya lakukan di kapal MV. MERATUS MANADO yaitu pengamatan warna dari asap atau gas buang di cerobong asap dari pembakaran mesin utama atau pembantu adalah kecenderungan berwarna transparan atau tidak berwarna. Dan hasil pengamatan, sementara bisa disimpulkan bahwa gas buang tersebut terbilang aman dari adanya polusi udara.
a. Pada tanggal 11 Februari 2020 saat kapal berlayar dari pelabuahan Berlian Surabaya menuju pelabuhan Tangkiang
Luwuk. Kapal menggunakan mesin utama atau main engine dan hasil pengamatan terhadap warna asap yaitu tidak berwarna.
Gambar 4.3 asap transaparan saat kapal berlayar
Sumber: Dokumen pribadi
b. Pada tanggal 25 Februari 2020 saat kapal sedang berlabuh di Jamuang Anchorage dan kapal menggunakan mesin bantu atau auxilary engine dan hasil pengamatan pun asap yang dikeluarkan dari cerobong asap tidak berwarna.
Gambar 4.4 Asap transparan saat kapal berlabuh
Sumber: Dokumen pribadi
Dengan adanya pengamatan warna asap atau gas buang dari cerobong asap yang dihasilkan pembakaran mesin kapal, tidak sepenuhnya dapat dindikasikan bahwa kapal tersebut layak untuk dikatakan telah menerapkan aturan MARPOL Annex VI tetapi di uji terhadap bahan bakar yang digunakan apakah mengandung zat beracun seperti sulfur, karbon monoksida dl. Berikut terdapat data hasil pengujian laboratorium kandungan zat beracun dalam bahan bakar yang nantinya berpengaruh terhadap emisi gas buang.
a. Pada pengujian tanggal 09 Desember 2019 dimana kapal menggunakan bahan bakar jenis MFO dengan hasil kandungan
sulphur 2.86 % dimana hal tersebut tidak sesuai standar MARPOL Annex VI.
Gambar 4.5 Data lab. Emisi MFO
Sumber: Dokumen pribadi
b. Pada pengujian tanggal 03 Februari 2020 dimana kapal merubah bahan bakar yang sebelumnya MFO menjadi VLSFO
dimana hasil pengujian tersebut kandungan sulphur 0.20 % dan sesuai standar MARPOl Annex VI yaitu kurang dari 0.5%.
hal ini mengindikasikan bahwa kapal MV. MERATUS MANADO mengikuti prosedur penerapan MARPOL Annex VI. Dan sesuai berlakuan yang dibuat oleh INSA yang isinya mengingatkan bahwa poin 5 Surat Edaran No. UM.
003/93/14/DJPL-18 yang membolehkan kapal berbendera Indonesia yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia untuk menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur melebihi 0.5% setelah 1 Januari 2020 lebih tepatnya berlaku untuk kapal non- konvensi, sedangkan kapal yang beroperasi di Indonesia mayoritas tidak termasuk ke dalam kategori kapal non-konvensi.
Gambar 4.6 Data lab. Emisi VLSFO
Sumber: Dokumen pribadi
Sedangkan Masinis II pada MV. MERATUS MANADO berpendapat tentang bagaimana cara penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal adalah dengan selalu memperhatikan gas buang mesin yang keluar dari cerobong dan selalu melakukan perawatan rutin mesin agar performa mesin bagus, pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga
tidak terjadi pencemaran udara berlebihan. Hal yang harus dilakukan jika ada aktivitas rutin pada kapal ini menghasilkan tingkat polusi udara yang tinggi dan dapat membahayakan kesehatan maka terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu dalam bekerja selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan, menggunakan alat pelindung diri lengkap, termasuk yang berhubungan dengan polusi jadi harus menggunakan masker dan Gas Detector. Emisi gas buang yang dikeluarkan dari kapal terdapat zat-zat dan gas beracun. Seperti Karbon monoksida, Karbon Dioksida, Hidrokarbon dan Nitrogen Oksida. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan beracun dan berbahaya jika saja sampai terhirup kemudian masuk kedalam tubuh. Dan juga bahan tersebut dapat mengakibatkan terjadi nya polusi merupakan tetapi bukan bahan perusak ozon. Terdapat struktur organisasi/tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan di atas kapal yang berguna untuk melaksanakan perawatan sistem dan peralatan hal tersebut dilakukan sesuai tugas dan tanggung jawab.
Adapun pelaksanaannya tetap harus saling membantu dan bekerja seperti tim agar operasional kapal berjalan dengan baik. Kemudian untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI adalah dengan dilakukan pemantauan dan pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin yang dikeluarkan lewat cerobong jika masih dalam ambang batas dapat dilanjutkan. Apabila terlalu banyak zat-zat pencemar
yang keluar dan mengakibatkan terjadinya polusi udara maka harus dihentikan dan segera melakukan perawatan dan perbaikan mesin.
2. ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang di dapat, dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Perbandingan analisis data
Dari hasil pengamatan tentang warna asap atau gas buang dari cerobong asap di atas kapal. Pertama saya amati pada tanggal 11 Februari 2020. Disaat kapal sedang berlayar dari pelabuhan Surabaya ke pelabuhan Luwuk, mendapatkan hasil pengamatan yaitu segi warna asap yang dikeluarkan di crobong asap cenderung tidak berwarna. Dan pengamatan kedua yang saya ambil pada tanggal 25 Februari 2020 disaat kapal sedang berlabuh di Jamuang Anchorage, kapal menggunakan mesin bantu atau auxilary engine menunjukkan warna asap yang dikeluarkan dari cerobong asap juga cenderung tidak berwarna. Dari hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa kandungan asap tersebut bersih alias tidak mengandung zat berbahaya dimana yang dilihat dari segi warna asap bisa menunjukkan apakah asap tersebut mempunyai kandungan zat yang berbahaya atau tidak.
Serta dari pengumpulan data diatas yang saya ambil pertama pada tanggal 09 Dsember 2020 bahwa kapal Meratus Manado menggunakan bahan bakar berjenis MFO dan diuji sebelumnya di laboratorium yang mana mempunyai kandungan Sulphur 2.86%. Dari hasil uji sampel tersebut kadar Sulphur terlalu tinggi sesuai dalam aturan Marpol Annex VI.
Dan sesuai berlakuan yang dibuat oleh INSA yang isinya mengingatkan bahwa poin 5 Surat Edaran No. UM.
003/93/14/DJPL-18 yang membolehkan kapal berbendera Indonesia yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia untuk menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur melebihi 0.5% setelah 1 Januari 2020. Maka saya mengambil data lagi pada tanggal 03 Februari 2020, kapal Meratus Manadao mengubah bahan bakar yang sebelumnya dari MFO ke VLSFO. Dari adanya uji sampel laboratorium menjelaskan bahwa bahan bakar VLSFO mengandung Sulphur 0.2% dan ini sesuai dengan aturan Marpol Annex VI dan aturan pemerintah dimana kandungan Sulphur tidak lebih dari 0.5%. Dengan adanya perubahan bahan bakar tersebut kapal MV MERATUS MANADO telah berupaya mengikuti prosedur yang dibuat oleh IMO serta pemerintah Indonesia sesuai aturan tentang pencemaran udara. Jadi dapat disimpulkan bahwa kapal telah menerapkan salah satu aturan MARPOL Annex VI.
b. Analisis hasil wawancara
Menurut kesimpulan yang saya dapat dari hasil wawancara antara masinis II dan masinis III, kapal MV MERATUS MANADO telah menerapkan aturan MARPOL Annex VI dimana kapal tersebut menggunakan bahan bakar VLSFO yang tentunya bahan bakar tersebut mengandung low sulphur dengan tingkat 0.2 %. Selain dari penggunaan bahan bakar, kapal tersebut juga selalu melakukan perawatan rutin pada mesin guna performa mesin tetap baik, pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan. Kemudian untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI adalah dengan dilakukan pemantauan dan pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin yang dikeluarkan lewat cerobong jika masih dalam ambang batas dapat dilanjutkan. Apabila terlalu banyak zat-zat pencemar yang keluar dan mengakibatkan terjadinya polusi udara maka harus dihentikan dan segera melakukan perawatan dan perbaikan mesin.
C. PEMBAHASAN
Untuk pembahasan mengeneai pelaksanaan penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal MV. MERATUS MANADO sesuai rumusan masalah yang saya ambil sebelumnya yaitu dimana kapal telah menggunakan bahan bakar VLSFO, berati bisa mengindikasikan bahwa kapal telah menerapkan aturan MARPOL Annex VI maupun aturan pemerintah dengan menggunakan bahan bakar low sulphur.
Selain dilihat dari bahan bakar yang sesuai aturan MARPOL Annex VI, kapal ini juga meninjau tentang Abnormal Exhaust Smoke yang artinya indikasi bahwa ada yang ridak beres dari mesin kapal. Hal ini ditandai dengan gas buang dari mesin yang berwarna hitam sehingga menyebabkan terjadinya polusi udara. Untuk mengatasi ini, biasanya saluran gas buang, blower, dan juga saluran lain yang tertutup kotoran dibersihkan dan dilakukan perbaikan dengan kondisi mesin mati. Dan jika sudah beroperasi seperti semula dapat dilakukan pemeriksaan mesin tersebut secara berkala.
Dan untuk pembahasan mengenai cara pelaksanaan MARPOL Annex VI di atas kapal. Kita selalu menguji sampel bahan bakar sebelum kapal bunker untuk mengtahui kandungan zat berbahaya dan apakah pemakasian jenis bahan bakar tersebut sesuai aturan MARPOL atau tidak. Dan pernyataan Masinis II dimana kapal telah menggunakan bahan bakar VLSFO, berarti bisa mengindikasikan bahwa kapal telah menerapkan aturan MARPOL Annex VI maupun aturan pemerintah dengan megggunakan bahan bakar low sulphur.
Pernyataan tersebut sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Organisasi Maritim Internasional (IMO/International Maritim Organization) yang mana mewajibkan kepada setiap negara anggotanya untuk menerapkan penggunaan bahan bakar rendah sulfur pada industri pelayarannya. Aturan mandatori tersebut bakal mulai berlaku per 1 Januari 2020 mendatang.
Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Agus H.
Purnomo mengatakan Indonesia siap untuk mengikuti aturan tersebut.
Saat ini pihaknya telah menerbitkan surat edaran kepada para pelaku industri pelayaran terkait kewajiban itu.
Menurut aturan baru IMO, kapal harus menggunakan 0,5% atau lebih rendah bahan bakar sulfur. Artinya, high sulphur fuel oil (HSFO) harus diganti dengan low sulphur fuel oil (LSFO). Program ini dinilai dapat memberi dampak positif bagi lingkungan. Sebab, penurunan kandungan sulfur pada bahan bakar dari 3,5% menjadi 0,5% dapat membuat emisi dari kapal berkurang sekitar 77%. Sulfur dianggap memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Pengurangan penggunaan sulfur diharapkan dapat mengurangi dampak tersebut, terutama yang tinggal di sekitar perairan atau pantai.
Selain itu juga perawatan mesin kapal juga sangat penting seperti dilakukan perawatan sistem dan peralatan terhadap pencegahan perbaikan untuk mengurangi resiko kerusakan pada mesin dan untuk untuk
mengurangi kerusakan yang lebih parah jika sebelumnya telah terjadi kerusakan pada mesin hal ini sesuai dengan referensi dari buku NSOS
“Manajemen Perawatan dan Perbaikan”. Sedangkan untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai dengan MARPOL Annex VI yang sesuai dengan Lampiran VI MARPOL 73/78 Peraturan Tentang Pencegahan Pencemaran Udara dari Kapal yang menyatakan bahwa Strategi kontrol emisi yang Irasional adalah setiap strategi atau ukuran ketika kapal dioperasikan dalam kondisi normal, sehingga mengurangi efektivitas dari sistem kontrol emisi sampai pada suatu tingkat dibawah yang diharapkan sesuai dengan pengujian emisi yang dapat diterapkan.
Pembakaran di atas kapal adalah pembakaran limbah atau bahan lain di atas kapal, apabila Iimbah atau bahan Iain dimaksud dihasilkan selama kapal beroperasi normal. Incenerator kapal adalah fasilitas kapal yang dirancang dengan tujuan utama untuk pembakaran limbah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang Penerapan MARPOL Annex VI guna mengurangi adanya pencemaran udara di atas kapal tempat penulis melaksanakan praktek layar adalah bahwa pada kapal MV. MERATUS MANADO telah menerapkan aturan MARPOL Annex VI di atas kapal.
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dari penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan bahan bakar berjenis VLSFO dimana hasil dari emisi gas buang tersebut memenuhi standar aturan MARPOL Annex VI yaitu kandungan Sulphur kurang dari 0.5%.
2. Gas buang/asap yang dikeluarkan berwarna transparan atau tidak berwarna dan ini menunjukkan gas buang tersebut tidak banyak mengandung unsur zat yang berbahaya.
3. Dilakukan pemantauan dan pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin.
4. Selalu dilakukan perawatan rutin pada mesin agar performa mesin bagus dan pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan.
B. SARAN
Dari pembahasan sehubungan dengan masalah tentang perawatan kapal maka penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan guna sebagai usaha untuk mengurangi adanya pencemaran udara di atas kapal, yaitu :
1. Selalu mengecek kondisi peralatan dan persediaan suku cadang yang ada di atas kapal dan melakukan perawatan rutin terhadap mesin kapal untuk mencegah adanya kerusakan sehingga mesin kapal dapat bekerja dengan baik.
2. Bagi peneliti sejenis yang selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan untuk memberikan informasi lebih pada kru kapal mengenai pentingnya dampak dari pencemaran udara.