35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis mendapatkan temuan yang dialami selama melaksanakan praktek laut (prala) di KMP. DLN Oasis yang penulis laksanakan pada periode Agustus 2019 sampai dengan Agustus 2020 dengan rute perjalanan Surabaya-Lembar.
KMP. DLN Oasis adalah sebuah kapal Ro-Ro Passanger yang berada dibawah manajemen PT. Damai Lautan Nusantara yang beralamatkan di Jl.
Perak Barat No. 06 Surabaya. KMP. DLN Oasis memiliki nama panggilan (Call Sign) Y C S D 2 (Yankee Charlie Sierra Delta 2) dengan pelabuhan induk (home port) di Surabaya.
KMP. DLN Oasis memiliki ruang muat untuk kendaraan yaitu car deck dan upper deck serta juga terdapat ruang untuk penumpang/passanger deck. Dengan sistem kendaraan yang akan masuk ke kapal melalui Rampdoor agar dapat dimuat pada car deck dan melalui Rampside yang ada pada car deck apabila muatan tersebut dimuat pada upper deck yang terletak di atas car deck. Untuk penumpang juga harus masuk melewati Rampdoor kapal dan dilanjutkan melewati tangga agar bisa sampai pada passanger deck yang terletak di atas upper deck.
Pada KMP. DLN Oasis menggunakan bahan bakar jenis Biosolar B20.
B20 adalah program Pemerintah yang mewajibkan pencampuran 20% Biodiesel dengan 80% bahan bakar minyak jenis Solar, yang menghasilkan produk
Biosolar B20. Program ini mulai diberlakukan sejak Januari 2016 sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain.
Kapal ini terbuat dari baja dengan tempat pembuatan di Fujian Changxing China, pada tahun 2018. Biro klasifikasi yang memeriksa adalah BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dengan nomor IMO 9869502 dan MMSI 525300929.
Berikut adalah data-data kapal tempat penulis melakukan observasi selama melaksanakan praktek belayar.
Gambar 4.1 Ship Particullar
B. HASIL PENELITIAN
Peneliti melaksanakan pengumpulan data selama kurang lebih dua belas bulan dan mendapatkan data berupa hasil observasi lapangan dan hasil wawancara dengan subjek penelitian.
Dari hasil observasi lapangan didapatkan bahwa adanya warna gas buang yang abnormal. Hal ini merupakan salah satu gangguan pada mesin diesel yang mengidentifikasi jika ada kesalahan di bagian mesin kapal yang ditandai dengan gas buang dari bagian mesin kapal yang berwarna. Tiap-tiap warna dapat menandakan adanya kerusakan yang terjadi pada mesin. Beberapa warna gas buang yang abnormal ialah seperti hitam, putih dan abu-abu.
Dan dari hasil wawancara yang didapat dari ketiga Masinis di kapal KMP.
DLN Oasis bahwa selalu melakukan perawatan rutin mesin agar performa mesin bagus, pembakaran bahan bakar sempurna sehingga tidak terjadi polusi udara berlebihan. Untuk melakukan perawatan sistem dan peralatan di atas kapal dapat dilakukan sesuai tugas dan tanggung jawab menurut jabatan dalam melaksanakan program perawatan. Kemudian untuk mengatur pembuangan zat- zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI Lampiran VI MARPOL 73/78 Peraturan Tentang Pencegahan Pencemaran Udara dari Kapal yang menyatakan bahwa Strategi kontrol emisi yang Irasional adalah setiap strategi atau ukuran ketika kapal dioperasikan dalam kondisi normal, sehingga mengurangi efektivitas dari sistem kontrol emisi sampai pada suatu tingkat dibawah yang diharapkan sesuai dengan pengujian emisi yang dapat diterapkan.
Untuk emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kapal tidak mengandung bahan perusak ozon tetapi terdapat kandungan zat beracun dan berbahaya jika sampai
masuk kedalam tubuh. Oleh karena itu jika terjadi aktifitas rutin kapal dan menghasilkan polusi udara yang tinggi sebaiknya selalu gunakan alat pelindung diri yang berhubungan dengan hal tersebut dan selalu memperhatikan Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja.
1. Paparan Data
Menurut Masinis III pada KMP. DLN Oasis tentang bagaimana cara penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal adalah dengan mengambil sampel bahan bakar setiap bunker dan bahan bakar yang dipakai oleh kapal tidak mengandung Belerang lebih dari 4,5 %. Hal yang harus dilakukan jika aktivitas rutin pada kapal menghaslkan tingkat polusi udara yang tinggi dan dapat membahayan kesehatan maka dianjurkan memakai Breathing Apparatus ataupun masker sebagai alat pelindung diri untuk membantu pernafasan. Emisi yang dikeluarkan oleh kapal ini tidak mengandung zat-zat kimia seperti CO2, CO, CFC dan zat-zat lain yang merusak ozon. Kemudian cara perawatan sistem dan peralatan yang bersifat menunjang di atas kapal adalah dengan cara mengecek kondisi peralatan yang ada di atas kapal dan melaksanakan PMS (Planned Maintenance System) guna melakukan perawatan sesuai prosedur.
Pengaturan pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai dengan MARPOL Annex VI adalah dengan menggunakan Incinerator di atas kapal agar tidak terjadi pencemaran udara dan dilarang membakar bahan yang mengandung Polyclonated Biphenyl, logam berat dan campuran Halogen.
Sedangkan Masinis II pada KMP. DLN Oasis berpendapat tentang bagaimana cara penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal adalah dengan selalu memperhatikan gas buang mesin yang keluar dari cerobong dan selalu melakukan perawatan rutin mesin agar performa mesin bagus, pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan. Hal yang harus dilakukan jika ada aktivitas rutin pada kapal ini menghasilkan tingkat polusi udara yang tinggi dan dapat membahayakan kesehatan maka terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu dalam bekerja selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan, menggunakan alat pelindung diri lengkap, termasuk yang berhubungan dengan polusi jadi harus menggunakan masker dan Gas Detector. Emisi gas buang yang dikeluarkan dari kapal terdapat zat-zat dan gas beracun. Seperti Karbon monoksida, Karbon Dioksida, Hidrokarbon dan Nitrogen Oksida. Bahan-bahan tersebut merupakan bahan beracun dan berbahaya jika saja sampai terhirup kemudian masuk kedalam tubuh. Dan juga bahan tersebut dapat mengakibatkan terjadi nya polusi merupakan tetapi bukan bahan perusak ozon. Terdapat struktur organisasi/tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan di atas kapal yang berguna untuk melaksanakan perawatan sistem dan peralatan hal tersebut dilakukan sesuai tugas dan tanggung jawab.
Adapun pelaksanaannya tetap harus saling membantu dan bekerja seperti tim agar operasional kapal berjalan dengan baik. Kemudian untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI adalah dengan dilakukan pemantauan dan
pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin yang dikeluarkan lewat cerobong jika masih dalam ambang batas dapat dilanjutkan. Apabila terlalu banyak zat-zat pencemar yang keluar dan mengakibatkan terjadinya polusi udara maka harus dihentikan dan segera melakukan perawatan dan perbaikan mesin.
Begitu juga dengan Masinis I pada KMP. DLN Oasis yang melakukan tindakan yang tidak jauh berbeda dengan Masinis II dan III.
Menurut Masinis I cara penerapan MARPOL Annex VI di atas kapal adalah dengan selalu melakukan perawatan rutin mesin agar terjadi pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan. Adapun aktivitas rutin kapal yg menghasilkan polusi udara tingkat tinggi yang dapat membahayakan kesehatan yang mengharuskan selalu menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja. Terdapat emisi gas buang beracun yang dapat merusak tubuh jika zat itu sampai terhirup seperti Nitrogen Oksida, Karbon Dioksida, Karbon Monoksida dan Sulfur. Gas tersebut merupakan gas beracun dan dapat menyebabkan pencemaran udara tetapi kandungan emisi tersebut tidak merusak lapisan ozon. Untuk menunjang perawatan sitem dan peralatan kapal dapat dilakukan dengan melihat pada Buku Panduan (Instruction Book) kemudian selalu melakukan pengecekan pada peralatan dan perlengkapan suku cadang. Kemudian perawatan sistem dan peralatan juga dilakukan untuk mengurangi kerusakan yang lebih parah jika sebelumnya telah terjadi kerusakan pada
mesin. Selain itu dapat juga dilakukan perawatan sistem dan peralatan terhadap pencegahan perbaikan untuk mengurangi resiko kerusakan pada mesin digunakan incinerator untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara agar tidak terjadi pencemaran udara yang berlebihan.
Dari hasil observasi selama melakukan praktek berlayar, di atas kapal KMP. DLN terdapat asap atau gas buang dari mesin yang berwarna yang keluar dari cerobong kapal. Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya beberapa warna asap yang berbeda dikeluarkan oleh cerobong kapal dan hal ini yang menyebabkan polusi udara di atas kapal.
1) Pada 29 November 2019 saat kapal akan bergerak lepas sandar dari Pelabuhan Jamrud Utara, Surabaya timbul asap yang keluar dari cerobong kapal yang terlihat berwarna abu-abu. Apabila gas buang mesin diesel berwarna abu-abu, maka kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah perbandingan bahan bakar yang kurang tepat dan kualitas bahan bakar yang kurang baik.
Gambar 4.2 Asap abu-abu dari cerobong kapal
2) Pada 11 Januari 2020 saat kapal akan bergerak lepas sandar dari Pelabuhan Lembar, Lombok terlihat asap yang keluar dari cerobong kapal berwarna putih. maka kemungkinan kerusakan yang terjadi adalah adanya bahan bakar yang tersisa pada pipa pembuangan dan tidak ada kompresi/tekanan di ruang pembakaran.
Gambar 4.3 Asap putih dari cerobong kapal
3) Pada 03 Maret 2020 saat kapal akan bergerak lepas sandar dari Pelabuhan Lembar, Lombok terlihat asap yang keluar dari cerobong tidak berwarna, yang berarti ini tidak terjadi masalah pada mesin kapal dan kapal dapat beroperasi dengan baik.
Gambar 4.4 Asap yang dikeluarkan cerobong tidak berwarna
2. Analisis Data
Berdasarkan pada data yang didapat, KMP. DLN Oasis selalu melakukan perawatan rutin pada mesin agar performa mesin tetap baik, pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan. Dengan melaksanakan PMS (Planned Maintenance System) pada saat perawatan sistem dan peralatan dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, akan tetapi pelaksaan perawatan tersebut harus dilakukan dengan saling membantu dan bekerja seperti tim. Hal tersebut bertujuan agar operasional kapal berjalan dengan baik. Kemudian untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai prosedur MARPOL Annex VI adalah dengan dilakukan pemantauan dan pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin yang dikeluarkan lewat cerobong jika masih dalam ambang batas dapat dilanjutkan. Apabila terlalu banyak zat- zat pencemar yang keluar dan mengakibatkan terjadinya polusi udara maka harus dihentikan dan segera melakukan perawatan dan perbaikan mesin.
C. PEMBAHASAN
Pernyataan Masinis I dan II sesuai dengan referensi yang ditulis oleh Winny Andalia, Sukarmansyah dan Amin Fauzie pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa penggunaan biodiesel pada boiler memiliki manfaat yang besar karena dapat mengurangi emisi gas buang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kualitas bahan baku solar dan biosolar sebagai bahan bakar boiler, menganalisis konsentrasi gas pencemar (NOx, CO2, SO2) hasil pembakaran biosolar dan solar
secara eksperimental. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Masinis III yang menyatakan bahawa emisi yang dikeluarkan oleh kapal ini tidak mengandung zat-zat kimia seperti CO2, CO, CFC dan zat-zat lain yang merusak ozon.
Ketidaksesuaian tahuan Masinis III ini terjadi karena ketidaktahuan Masinis III tentang gas buang hasil pembakaran biosolar.
Sedangkan diberikan pernyataan yang sama oleh ketiga Masinis yang sesuai dengan ILO (International Labour Organization) tentang Kesehatan dan Keselamatan pada pembangunan dan perbaikan kapal pada tahun 2019 (Edisi Revisi) yang mengatakan bahwa Aturan ini harus dapat berkontribusi dalam peningkatan kondisi kesehatan dan keselamatan dalam konteks pembangunan berkelanjutan dengan cara melindungi semua pekerja pada pembangunan dan perbaikan kapal dari bahaya di tempat kerja dan mencegah atau mengurangi cidera dan penyakit yang berhubungan dengan kerja, kesehatan buruk dan kejadian-kejadian yang membahayakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan ketiga Masinis yang menyatakan bahwa yaitu dalam bekerja selalu memperhatikan keselamatan dan kesehatan serta mengharuskan untuk menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk menunjang keselamatan dan kesehatan kerja.
Kemudian diberikan pernyataan yang sama juga dari Masinis I dan II sesuai dengan referensi yang ditulis oleh M. Solikhan Arif pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa Abnormal Exhaust Smoke menjadi sebuah indikasi bahwa ada yang ridak beres dari mesin kapal. Hal ini ditandai dengan gas buang dari mesin yang berwarna hitam sehingga menyebabkan terjadinya polusi udara.
Kerusakan ini harus segera mendapatkan penanganan khusus karena beberapa
kali mesin dapat black out di tengah laut. Untuk mengatasi ini, biasanya saluran gas buang, blower, dan juga saluran lain yang tertutup kotoran dibersihkan dan dilakukan perbaikan dengan kondisi mesin mati. Dan jika sudah beroperasi seperti semula dapat dilakukan pemeriksaan mesin tersebut secara berkala. Dan Masini III beranggapan bahwa pencegahan pencemaran udara oleh gas buang juga dapat dilakukan dengan mengambil sampel bahan bakar pada saat kapal sedang bunker dan bahan bakar yang digunakan tidak memiliki kandungan belerang melebihi dari 4,5% hal ini sesua dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Menurut ketiga Masinis cara perawatan sistem dan peralatan yang bersifat menunjang di atas kapal dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Masinis I berpendapat bahwa dilakukan perawatan sistem dan peralatan terhadap pencegahan perbaikan untuk mengurangi resiko kerusakan pada mesin dan untuk untuk mengurangi kerusakan yang lebih parah jika sebelumnya telah terjadi kerusakan pada mesin hal ini sesuai dengan referensi dari buku NSOS
“Manajemen Perawatan dan Perbaikan”. Adapun Masinis II dan III mengatakan dapat dilakukan dengan menerapkan struktur organisasi di atas kapal atau tugas dan tanggung jawab sesuai jabatan serta melaksanakan PMS (Planned Maintenance System) guna melakukan perawatan sesuai prosedur. Hal ini telah sesuai dengan referensi yang ada pada buku “Main Engine Proportion “Diesel”
for Marine Engineer Class-III pada tahun 2006 yaitu suatu sistim yang menjalankan komitmen apa yang sudah direncanakan sesuai dengan prosedur perawatan dan perbaikan yang sudah ditetapkan bagi permesinan kapal. Dan dalam menjalanjak sistim perawatan berencana, untuk semua pekerjaan
membutuhkan penempatan tenaga/personil yang sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawabnya.
Sedangkan untuk mengatur pembuangan zat-zat pencemar ke udara sesuai dengan MARPOL Annex VI ketiga Masinis memiliki pendapat yang sesuai dengan Lampiran VI MARPOL 73/78 Peraturan Tentang Pencegahan Pencemaran Udara dari Kapal yang menyatakan bahwa Strategi kontrol emisi yang Irasional adalah setiap strategi atau ukuran ketika kapal dioperasikan dalam kondisi normal, sehingga mengurangi efektivitas dari sistem kontrol emisi sampai pada suatu tingkat dibawah yang diharapkan sesuai dengan pengujian emisi yang dapat diterapkan. Pembakaran di atas kapal adalah pembakaran limbah atau bahan lain di atas kapal, apabila Iimbah atau bahan Iain dimaksud dihasilkan selama kapal beroperasi normal. Incenerator kapal adalah fasilitas kapal yang dirancang dengan tujuan utama untuk pembakaran limbah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang Penerapan MARPOL Annex VI guna mengurangi adanya pencemaran udara di atas kapal tempat penulis melaksanakan praktek layar adalah bahwa pada KMP. DLN OASIS belum sepenuhnya dapat menerapkan konvensi MARPOL Annex VI, meskipun belum sepenuhnya bisa menerapkan konvensi tersebut tetapi tetap berupaya untuk mengurangi adanya polusi udara. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dari penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dilakukan pemantauan dan pemeriksaan ketika kapal mengeluarkan gas buang dari pembakaran bahan bakar mesin.
2. Jika gas buang dari mesin masih berwarna hitam sehingga menyebabkan terjadinya polusi udara, maka ini menjadi sebuah indikasi bahwa ada yang ridak beres dari mesin kapal kemudian dilakukan perbaikan dengan kondisi mesin mati. Dan jika sudah beroperasi seperti semula dapat dilakukan pemeriksaan mesin tersebut secara berkala.
3. Selalu dilakukan perawatan rutin pada mesin agar performa mesin bagus dan pembakaran bahan bakar yang sempurna sehingga tidak terjadi pencemaran udara berlebihan.
B. SARAN
Dari pembahasan sehubungan dengan masalah tentang perawatan kapal maka penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan guna sebagai usaha untuk mengurangi adanya pencemaran udara di atas kapal, yaitu :
1. Selalu mengecek kondisi peralatan dan persediaan suku cadang yang ada di atas kapal dan melakukan perawatan rutin terhadap mesin kapal untuk mencegah adanya kerusakan sehingga mesin kapal dapat bekerja dengan baik.
2. Bagi peneliti sejenis yang selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan untuk memberikan informasi lebih pada kru kapal mengenai pentingnya dampak dari pencemaran udara.