• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Manfaat Bagi Pengetahuan
  • Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
  • Manfaat Bagi Masyarakat
  • Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

  • Pengertian ISPA
  • Etiologi ISPA
  • Klasifikasi ISPA
  • Gejala ISPA
  • Penularan ISPA
  • Pencegahan ISPA

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang satu atau beberapa bagian saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk pelengkapnya (sinus, rongga telinga, dada). Infeksi saluran pernapasan akut dibagi menjadi infeksi saluran pernapasan bawah dan infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi saluran pernapasan atas meliputi rinitis atau flu biasa, nasofaringitis, faringitis, tonsilitis, dan otitis media (Kemenkes RI, 2012).

ISPA adalah singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah bahasa Inggris infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, pernafasan dan akut a) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan reproduksinya sehingga menimbulkan gejala penyakit. Dengan demikian, ISPA secara anatomis meliputi saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah (termasuk jaringan paru), serta saluran dan organ pernapasan. c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang mengenai sebagian atau lebih saluran udara mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk jaringan apendikular seperti sinus prenasal, rongga telinga tengah, dan rongga dada. Menurut Depkes (2006), ISPA memiliki tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli dan pelengkapnya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan tulang rusuk.

ISPA adalah radang saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh infeksi virus tanpa atau disertai radang parenkim paru. Secara umum infeksi saluran pernafasan dapat disebabkan oleh virus dan bakteri, dan penyebarannya dapat ditularkan dari orang ke orang, melalui tangan atau melalui benda yang telah terkontaminasi mikroorganisme, melalui droplet (Jawetz, 2014). Infeksi mulut dan pernafasan biasanya dapat disebabkan oleh flora oronasal: campuran termasuk anaerob (Kemenkes RI, 2012).

Tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan antara lain: batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, mengi, sakit telinga, dan demam. Seorang anak dengan batuk atau kesulitan bernapas mungkin menderita pneumonia atau infeksi pernapasan serius lainnya. Namun sebagian besar anak batuk yang datang ke fasilitas kesehatan hanya menderita infeksi saluran pernafasan ringan (Depkes RI, 2010).

Tabel 2.1  Agen Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Tabel 2.1 Agen Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Pneumonia

  • Definisi Pneumonia
  • Klasifikasi Pneumonia
  • Etiologi Pneumonia
  • Epidemiologi Pneumonia
  • Gejala Pneumonia
  • Komplikasi Pneumonia

ISPA disebabkan oleh virus dari bakteri yang ditularkan dari seseorang yang terjangkit penyakit tersebut melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. a) Didapat dari masyarakat: Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Pneumonia Legionella, Chlamydia pneumonia, oral anaerob, Adenovirus, Influenza tipe A dan B. b) Didapat dari rumah sakit: gram-edomoneeeucili, gram negatif ruginosa, Staphylococcus aureus, oral anaerob (Wilson LM, 2012). Berdasarkan penelitian Karundeng, dkk (2016), bakteri yang diketahui menyebabkan pneumonia adalah Klebsiella pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Mycoplasma pneumonia, Haemophilus influenza, Erythrobacter sp dan Enterococcus sp. Klebsiella Pneumoniae adalah bakteri Gram-negatif, non-motil, berkapsul, memfermentasi laktosa, anaerobik fakultatif, berbentuk batang.

Kondisi tersering yang disebabkan oleh bakteri Klebsiella di luar rumah sakit adalah pneumonia, biasanya berupa bronkopneumonia dan juga bronkitis. Individu dengan pneumonia Klebsiella cenderung batuk dengan dahak yang khas, serta demam, mual, takikardia, dan muntah. Bakteri patogen manusia yang penting, Streptococcus Pneumoniae, diakui sebagai penyebab utama pneumonia pada akhir 1800-an.

Streptococcus pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia dan meningitis yang didapat masyarakat pada anak-anak dan orang tua, dan septikemia pada orang yang terinfeksi HIV. Terlepas dari namanya, organisme ini menyebabkan banyak jenis infeksi pneumokokus selain pneumonia.Penyakit pneumokokus invasif meliputi bronkitis, rinitis, sinusitis akut, otitis media, konjungtivitis, meningitis, bakteremia, sepsis, osteomielitis, artritis septik, endokarditis, peritonitis, perikarditis, selulitis, dan abses otak. Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat anaerob fakultatif, tidak menghasilkan spora, dan tidak bergerak, biasanya tumbuh berpasangan atau berkelompok, berdiameter sekitar 0,8 - 1,0 µm.

Kehadiran Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan bagian atas dan kulit individu jarang menyebabkan penyakit pada individu yang sehat. biasanya hanya berfungsi sebagai pembawa. Haemophilus influenzae (sebelumnya disebut Pfeiffer's bacillus atau Bacillus influenzae) adalah bakteri patogen anaerob fakultatif Gram-negatif, coccobacillary milik keluarga Pasteurellaceae. Penyakit yang didapat secara alami yang disebabkan oleh Haemopgilus influenzae tampaknya hanya terjadi pada manusia.

Pada bayi dan anak kecil, Haemophilus influenzae tipe b (Hib) menyebabkan bakteremia, pneumonia, epiglottitis, dan meningitis bakteri akut. Gambaran klinis dapat berupa gejala awal infeksi saluran pernapasan atas yang menyerupai infeksi virus, biasanya disertai demam, seringkali ringan. Ini dapat berkembang ke saluran pernapasan bagian bawah dalam beberapa hari, dengan ciri-ciri yang sering menyerupai meningitis.

Pneumonia adalah infeksi rumit yang seringkali sulit dibedakan dengan penyakit paru lainnya, terutama sindrom gangguan pernapasan dewasa, bronkitis, emfisema, dan gagal jantung kongestif. Otitis media akut (OMA) terjadi jika tidak diobati, maka kelebihan dahak akan masuk ke tuba Eustachius, menghalangi suplai udara ke telinga tengah dan menciptakan ruang hampa, kemudian menarik gendang telinga ke dalam dan menyebabkan efusi.

Gambar  2.1    :  Klebsiella  Pneumonia  (sumber  :  Sherris  Medical  Microbiology, 2014)
Gambar 2.1 : Klebsiella Pneumonia (sumber : Sherris Medical Microbiology, 2014)

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel
    • Populasi
    • Sampel
  • Persiapan Penelitian
  • Prosedur Pemeriksaan
    • Metode Kultur Manual
    • Metode Vitek 2
  • Teknik Pengumpulan dan Analisa Data

Data dikumpulkan dan diperoleh dari dokumen rekam medik pasien pneumonia ISPA yang dilakukan pemeriksaan laboratorium tahun 2019 di RS Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasil penelitian tentang gambaran bakteri pneumonia pada pasien ISPA di RS Arifin Ahmad Pekanbaru dan pengambilan sampel diperoleh tahun 2019 di Fakultas Kedokteran UNRI, data dari 30 sampel. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas terlihat bahwa Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbanyak yaitu sebanyak 8 sampel atau 27% dari total sampel.

Data yang diperoleh diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Ariffin Ahmad seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.1 dari 30 sampel yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium Straphylococcus aureus 8 sampel atau 27% dari total sampel, Streptococcus Pneumonia 4 sampel atau 13% dari total sampel, Klebsiella Pneumonia 2 sampel atau 7% dari total sampel, Haemaphilus influenza 5 sampel atau 17% dari total sampel, Corynebacterium diphtheriae 4 sampel atau 13% dari total sampel, Klebsiella ozaenae 2 sampel atau 7% dari total sampel, Enterobacter aerogenes 1 sampel atau 3% dari total sampel, Bordetella 3 sampel atau 10% dari total sampel dan Chlamydhopila Pneumonia 1 sampel atau 3% dari total sampel. Ditemukan bahwa agen penyebab tersering adalah bakteri Staphylococcus aureus yaitu sebanyak 8 sampel atau 27% dari total sampel. Hasil penelitian serupa oleh David dkk (2015) menemukan bahwa bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Staphylococcus aureus dan menyatakan bahwa bakteri tersebut merupakan flora normal tubuh manusia di nasofaring.

Selain bakteri dan virus penyebab infeksi saluran pernafasan juga disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, pencahayaan dan sirkulasi udara yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri patogen. Sedangkan pada penelitian Imelda, dkk (2013), bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Streptococcus non-hemolitik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Andreas et al (2009), bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Klebsiella.

Tabel 4.2 menunjukkan distribusi sampel menurut umur dan jenis kelamin, untuk kelompok umur < 20 tahun dengan jumlah pasien sebanyak 17 orang atau 57%, dimana terdapat 9 pasien dan 8 pasien, dimana pada kelompok umur terdapat jumlah pasien terbanyak dan dominan. Untuk rentang usia 20-40 tahun terdapat 3 pasien laki-laki dan 2 pasien perempuan dengan pangsa 17% dari total sampel, untuk rentang usia 40-60 tahun terdapat 6 pasien laki-laki dan 1 pasien perempuan dengan pangsa 23% dari total sampel, untuk rentang usia > 60 tahun terdapat satu pasien atau 3% dari total sampel. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian gambaran bakteri pneumonia pada pasien ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) di RS Ariffin Achmad Pekanbaru tahun 2019 sebanyak 34 orang adalah sebagai berikut.

Kusetriarini A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut Non-pneumonia pada balita di Puskesmas Simo, Kecamatan Madiun, Jakarta. 2012. Universitas Indonesia. Identifikasi pola bakteri pada penderita ISPA dewasa di Puskesmas Ciputat Tangerang. Rasyid, Z. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 2 No 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pembahasan

Menurut Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2012, pneumonia menduduki peringkat kedua penyebab kematian bayi dan balita setelah diare. Faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita antara lain: karakteristik ibu (pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pneumonia, pekerjaan ibu), faktor balita (ASI, imunisasi, gizi), jenis kelamin balita, faktor lingkungan (polusi udara). Menurut penelitian Zulmeliza didapatkan bahwa pendidikan ibu, jenis kelamin anak balita, status gizi anak balita, pekerjaan ibu, pemberian ASI, imunisasi anak balita berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita.

Terutama bagi para ibu yang memiliki anak kecil untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan bayi kecil. Dan bagi orang dewasa khususnya pria, kurangi kebiasaan yang berisiko mengganggu kesehatan, seperti merokok, minum alkohol dan kebiasaan buruk lainnya. Sajinadiyasa GK, Rai IB, Sriyeni LG 2011. Perbandingan pemberian antibiotik monoterapi dengan dual terapi terhadap luaran pada pasien Community Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah Sakit Sanglah Denpasar.

Hubungan ventilasi ruangan, kelembaban, pencahayaan, kepadatan hunian dan status gizi dengan ISPA pada anak usia 1-5 tahun di Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif di Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi: konsep klinis proses penyakit E/6 Vol.2.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 2.1  Agen Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas
Gambar  2.1    :  Klebsiella  Pneumonia  (sumber  :  Sherris  Medical  Microbiology, 2014)
Gambar  2.2  :  Streptococcus  Pneumonia  (sumber  :  Sherris  Medical  Microbiology, 2014)
Gambar 2.3 : Staphylococcus Aureus (sumber : Sherris Medical  Microbiology, 2014)
+6

Referensi

Dokumen terkait

H 1 : Diduga pemberian vaksin Streptococcus dengan metode injeksi berpengaruh terhadap titer antibodi dan kelulushidupan ikan Nila.. yang diinfeksi bakteri bakteri