PBL 2.2
Yulita Eva Fadirubun
202383133
Seorang anak laki laki usia 8 tahun berdomisili di pulau Romang kabupaten Maluku Barat Daya, dibawa
ibunya ke puskesmas setempat dengan keluhan sering pucat disertai lemas sejak 1 bulan yang lalu.Keluhan lemas disertai dengan demam sumer sumer setiap hari selama 1 bulan. Pasien juga mengalami pembesaran perut. Ibu pasien mengaku bahwa kondisi sanitasi di lingkungan rumah mereka kurang baik dan sering
terjadi kasus demam pada anak-anak lain. Riwayat gizi anak juga kurang baik karena keterbatasan ekonomi keluarga untuk membeli makanan bergizi seimbang. Dari pemeriksaan fisis didapatkan Tanda Vital: Tekanan Darah: 90/60 mmhg, HR: 134x/menit, Suhu Tubuh: 38.3°C, Frekeunsi Napas: 35x/menit, Sp02: 92% udara
ruangan. BB: 20kg, Tb: 110 cm, konjungtiva anemis, hepar teraba 2 cm bac dan 2 cm bpx, lien teraba 4 cm bac.
Di puskesmas dilakukan pemeriksaan Hb Metode Sahli dan didapatkan Hb 4,5 gr/dL. Berdasarkan
pertimbangan kondisi klinis dan fasilitas yang terbatas maka pasien tersebut kemudian dirujuk untuk
mendapatkan penananganan lebih lanjut di RS di kabupaten.Jarak menuju RS di kabupaten menggunakan perahu motor kurang lebih 4 jam. Sesampainya disana dilakukan pemeriksaan Darah Rutin dan didapatkan hasil sebagai berikut: hb 4 gr/dL, WBC 2000 µL, PLT 16.000 µL, HCT 20%, MCV 64 fl, MCHC 70 gr/dL. Pasien disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan apusan darah tepi, Profil besi, aspirasi sumsum tulang, dan pemeriksaan penanda infeksi.
SKENARIO
LEARNING OBJECTIVE
1. Menjelaskan fisiologi pembentukan sel darah (proses hematopoesis)
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan gejala klinis dari Anemia Berat (<4 gr/dL) 3. Mahasiswa dapat menjelaskan tatalaksana pasien dengan anemia berat (4 gr/dL) di daerah terpencil 4. Tatalaksana pansitopenia beserta terapi gizi buruk berdasakan diagnosis.
5. Edukasi pada pasien-pasien dengan anemia yang disertai infeksi 6. Diagnosis banding dan diagnosis yg mungkin pada kasus
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding 8. Algoritma diagnosis anemia berdasarkan pendekatan klinis
9. Alur rujukan pasien dengan anemia
1. Menjelaskan fisiologi pembentukan sel darah (proses hematopoesis)
Sherwood L. Human Physiology: From Cells to Systems. 9th ed. Boston: Cengage Learning; 2015.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan gejala klinis dari Anemia Berat (<4 gr/dL)
anemia berat didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin kurang dari 6,0 g/L.
1.Etiologi
Defisiensi zat besi Anemia aplastik
Sindrom mielodisplasia
kehilangan darah secara berlebihan chronic disease
Anemia hemolitik autoimun
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal (PNH) Infeksi malaria.
Thalassemia dan anemia sel sabit
1.Song J, Dong H, Xu F, Wang Y, Li W, Jue Z, et al. The association of severe anemia, red blood cell transfusion and necrotizing enterocolitis i1n neonates. PLoS ONE. 2021;16(7):e0254810.
2.Thaha P, Lestari AAW, Yasa IWP. Diagnosis, diagnosis diferensial dan penatalaksanaan imunosepresif serta terapi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik. Bali Med J. 2014;3(1):45-55.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan gejala klinis dari Anemia Berat (<4 gr/dL)
2.Patofisiologi
University of Calgary. Anemia of chronic disease [Internet]. Calgary:
Calgary Guide; [cited 2025 May 2].
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan gejala klinis dari Anemia Berat (<4 gr/dL)
2.Patofisiologi
University of Calgary. Iron deficiency anemia [Internet].
Calgary: Calgary Guide;
[cited 2025 May 2].
2. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan gejala klinis dari Anemia Berat (<4 gr/dL)
3.Gejala klinis 1. Gejala Umum
Kelelahan berat Sesak napas
Pusing atau sakit kepala Palpitasi
Kulit pucat
2. Gejala Lain yang Mungkin Ditemukan Tinnitus
Tangan dan kaki dingin Edema ringan
Gejala gagal jantung kongestif pada kasus anemia berat kronik 3. Tanda Bahaya Klinis
Hemoglobin sangat rendah (misal <5 g/dL) Kesadaran menurun
Hipotensi atau syok
Perdarahan aktif seperti mimisan, hematemesis, melena
Burden of anemia and its underlying causes in 204 countries and territories, 1990–2019
Safiri S, Kolahi AA, Noori M, Nejadghaderi SA, Karamzad N, Bragazzi NL, et al. Burden of anemia and its underlying causes in 204 countries and territories, 1990–2019: results
from the Global Burden of Disease Study 2019. J Hematol Oncol. 2021;14(185).
3. Mahasiswa dapat menjelaskan tatalaksana pasien dengan anemia berat (4 gr/dL) di daerah terpencil
1. Identifikasi dan Stabilkan Pasien 2. Siapkan untuk Rujukan
3. Transfusi Darah
4. Pengobatan Sementara Sebelum Diagnosis Pasti 5. Nutrisi dan Edukasi
6. Pencatatan dan Pelaporan
Burden of anemia and its underlying causes in 204 countries and territories, 1990–2019 Safiri S, Kolahi AA, Noori M, Nejadghaderi SA, Karamzad N, Bragazzi NL, et al. Burden of anemia and its underlying causes in 204 countries and territories, 1990–2019: results from the Global Burden of
Disease Study 2019. J Hematol Oncol. 2021;14(185).
4. Tatalaksana pansitopenia beserta terapi gizi buruk berdasakan diagnosis.
Penatalaksanaan pansitopenia bergantung pada etiologi yang mendasarinya.
Priyanto MH, Mas'ud I. Pancytopenia:
Challenges of approach and case
handling in peripheral hospitals. Eduvest - J Univ Stud. 2024;4(10):9565-9584.
4. Tatalaksana pansitopenia beserta terapi gizi buruk berdasakan diagnosis.
1.World Health Organization. Management of severe malnutrition: a manual for physicians and
other senior health workers. Geneva: WHO; 1999 .
2.World Health Organization. Updates on the management of severe malnutrition: guidelines for physicians and health workers. Geneva: WHO;
2013
5. Edukasi pada pasien-pasien dengan anemia yang disertai infeksi
A cohort analysis of survival and outcomes in severely anaemic children with moderate to
severe acute malnutrition in Malawi Nkosi- Gondwe T, Calis J, Boele van Hensbroek M, Bates
I, Blomberg B, Phiri KS. A cohort analysis of survival and outcomes in severely anaemic
children with moderate to severe acute malnutrition in Malawi. PLoS ONE.
2021;16(2):e0246267
6. Diagnosis banding dan diagnosis yg mungkin pada kasus
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin:
considerations for safety and efficacy
assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
1.Manifestasi Klinis
Gejala sistemik: demam terus-menerus, lemas, pucat, penurunan berat badan Gejala hematologi:
Anemia: pucat, lemas
Neutropenia: infeksi berulang
Trombositopenia: mudah memar, perdarahan gusi/hidung Hepatosplenomegali (akibat infiltrasi sel leukemia)
Limfadenopati umum 2.Kriteria dianosis
Kriteria Diagnosis WHO (untuk Leukemia Akut):
Ditemukan ≥20% sel blast di sumsum tulang atau darah tepi
Subtipe ALL atau AML ditentukan dengan imunofenotipe dan morfologi
Leukimia Akut
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
3.Tatalaksana
Kemoterapi multi-agent (misalnya protokol ALL: fase induksi, konsolidasi, pemeliharaan) Transfusi darah dan trombosit sesuai kebutuhan
Profilaksis sistem saraf pusat (intratekal)
Terapi suportif: antibiotik, nutrisi, pemantauan infeksi
Transplantasi sumsum tulang untuk kasus risiko tinggi atau relaps
Leukimia Akut
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
1.Manifestasi Klinis
Gejala anemia (lemas, pucat) leukopenia
trombositopenia
Tidak disertai organomegali atau limfadenopati
Riwayat paparan obat, virus (Hepatitis, EBV), toksin (benzena), atau autoimun 2.Kriteria dianosis
2 dari 3 berikut:
Hb <10 g/dL
PLT <50.000/μL ANC <1.500/μL
Sumsum tulang hiposeluler (<25% cellularity)
Anemia Aplastik
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
3.Tatalaksana
Imunosupresif: ATG (Anti-Thymocyte Globulin) + siklosporin Transplantasi sumsum tulang
Transfusi darah/trombosit bila perlu
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi
Anemia Aplastik
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
1.Manifestasi Klinis
Demam periodik atau terus-menerus Anemia berat (hemolisis)
Splenomegali signifikan Kadang hepatomegali
Lemas, nyeri kepala, mual
Riwayat tinggal atau bepergian ke daerah endemis
2.Kriteria dianosis
Kriteria Diagnosis WHO:
Konfirmasi parasit malaria di darah Gejala klinis + laboratorium
Kriteria malaria berat: anemia berat, hipoglikemia, gangguan kesadaran, gagal ginjal
Malaria
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
3.Tatalaksana
Malaria ringan: artemisinin combination therapy (ACT) Malaria berat: artesunat IV, diikuti ACT oral
Transfusi darah bila Hb sangat rendah
Penanganan komplikasi (kejang, hipoglikemia, asidosis)
Malaria
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
1.Manifestasi Klinis
Demam lama (>2 minggu) Pucat, lemas
Berat badan turun
Hepatosplenomegali
Riwayat kontak TB, gizi buruk 2.Kriteria dianosis
Gejala klinis + bukti radiologis + kontak TB
Konfirmasi mikrobiologis dengan GeneXpert atau kultur (jika memungkinkan)
Tuberkulosis Miliaris
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
3.Tatalaksana
OAT lengkap 6–12 bulan: fase intensif (2 bulan) + fase lanjutan (4–10 bulan) Nutrisi adekuat dan pemantauan efek samping
Vitamin tambahan (misal B6 dengan INH)
Tuberkulosis Miliaris
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
1.Manifestasi Klinis Pucat, lemas
Nafas cepat, palpitasi
Pica (makan tanah/kertas) Pertumbuhan terganggu
Tidak ada hepatosplenomegali yang dominan
2.Kriteria dianosis
Mikrositik hipokrom
Ferritin <12 ng/mL + Hb rendah Respons terhadap terapi besi
Defisiensi Besi Berat
7. Manifestasi klinis dan penunjang, kriteria diagnosis serta tatalaksana dari tiap diagnosis banding
3.Tatalaksana
Suplemen zat besi oral (3–6 mg/kg/hari) Edukasi nutrisi
Transfusi bila anemia sangat berat atau gejala jantung Pemantauan Hb tiap bulan
Defisiensi besi berat
1.Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessmennt2 N Engl J Med. 2009;361(17):1714.
2.New England Journal of Medicine Chan-Tack KM, Murray JS, Birnkrant DB. Ribavirin: considerations for safety and efficacy assessment. N Engl J Med.
2009;361(17):1714.
8. Algoritma diagnosis anemia berdasarkan pendekatan klinis
Bakta IM. Pendekatan diagnosis dan terapi terhadap penderita
anemia. Bali Health Journal.
2017;1(1):37-48.
9. Alur rujukan pasien dengan anemia
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/2015/2023 TENTANG PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER