• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISA DI POLI HEMODIALISA RSUD BAHTERAMAS KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISA DI POLI HEMODIALISA RSUD BAHTERAMAS KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. RSU Bahteramas Provinsi Sultra adalah rumah sakit pusat rujukan di Wilayah Sulawesi Tenggara. Saat ini status RSU Bahteramas Kota Kendari adalah Rumah Sakit Pendidikan Kelas B dan berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi dokter, dan tenaga kesehatan lainnya, termasuk gizi. Tertanggal sejak 21 November 2012, Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (BLUD RSU Bahteramas) berpindah lokasi dari jalan Dr. Ratulangi No. 115 Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga, menjadi Jalan Kapt.Piere Tendean No.40 Baruga. Di lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama.

Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga.

Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk

Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara

RSU Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan ruangan berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis , dan kelompok kegiatan administrasi.

(2)

2. Karakteristik Sampel

Data distribusi karakteristik sampel disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik

No Karakteristik n %

1 Jenis kelamin

Laki-laki 24 53.3

Perempuan 21 46.7

Total 45 100

2 Usia

21-30 4 8.8

31-40 28 24.4

41-50 7 17.4

51-60 14 30.4

61-70 6 13.3

>70 2 4.4

Total 45 100

3 Pendidikan

SD 4 8.9

SMP 5 11.1

SMA 16 35.6

S1 20 44.4

Total 45 100

Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan tabel 2. Distribusi karakteristik sampel pasien penyakit Gagal Ginjal Kronik di Poli Hemodialisa RSUD Bahteramas menujukkan bahwa Frekuensi karakteristik jenis kelamin pada pasien Gagal Ginjal Kronik paling dominan pada laki-laki sebanyak 24 orang (53,3 %) dari pada perempuan sebanyak 21 orang (46,7).

3. Hasil Analisis Univariat a. Asupan Protein

(3)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Protein

Asupan Protein n %

Cukup 4 8,8

Kurang 41 91,1

Total 45 100

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 3. Dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian besar sampel, memiliki asupan protein cukup yaitu sebesar 8,8% (n=4).

Sementara itu sisanya, memiliki asupan protein kurang yaitu sebesar 91,1%

(n=41).

b. Asupan Fe (Zat Besi)

Berikut ini tabel distribusi frekuensi asupan zat besi pada pasien Gagal Ginjal Kronik :

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Zat Besi

Asupan Fe n %

Cukup 1 2,2

Kurang 44 97,8

Total 45 100

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 4. Dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian besar sampel, memiliki asupan Fe cukup yaitu sebesar 2,2% (n=1). Sementara itu sisanya, memiliki asupan Fe yang kurang yaitu sebesar 97,8% (n=44).

c. Asupan Vitamin C

Berikut ini tabel distribusi frekuensi asupan vitamin C pada pasien Gagal Ginjal Kronik :

(4)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Vitamin C

Asupan Vitamin C n %

Cukup 1 2,2

Kurang 44 97,8

Total 45 100

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan Tabel 5. Dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian besar sampel, memiliki asupan Vitamin C cukup yaitu sebesar 2,2% (n=1).

Sementara itu sisanya, memiliki asupan Vitamin C yang kurang yaitu sebesar 97,8% (n=44).

d. Status Anemia

Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah daripada normal yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani and Wirjatmadi, 2012). Menurut WHO 1975 (dalam Supariasa, 2012), pada wanita batas normal kadar Hb yaitu 12 mg/dl. Kadar Hb dikategorikan ke dalam 2 kategori yaitu kadar Hb normal bila≥ 12 mg/dl dan kadar Hb rendah bila < 12 mg/dl

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan kadar Hemoglobin

Status Anemia n %

Anemia 43 95,6

Tidak Anemia 2 4,4

Total 45 100

Sumber : Data Sekunder 2023

Pada tabel 6. Dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian besar sampel

(5)

4. Hasil Analisis Bivariat

a. Hubungan Asupan Protein dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik.

Hasil distribusi hubungan asupan protein dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Hubungan Asupan Protein dengan Status Anemia

Asupan Protein

Status Anemia Total P-value

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Cukup 3 6,7 1 2,2 4 8,8 0,172

Kurang 40 88,8 1 2,2 41 91,1

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan tabel 7. Hipotesis ditolak didapatkan data, 4 orang sampel memiliki asupan protein cukup dengan status anemia normal 8,8%, dan 41 orang sampel dengan asupan protein kurang dengan status anemia normal 91,1%. P- value sebesar 0,172. Hal ini berarti menunjukan tidak adanya hubungan antara asupan ptotein dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik.

b. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik

Hasil distribusi hubungan asupan zat besi dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel berikut :

(6)

Tabel 8. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Status Anemia

Asupan Zat Besi

Status Anemia Total P-value

Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Cukup 0 0,0 1 2,2 1 2,2 0,044

Kurang 43 95,6 1 2,2 44 97,8

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan tabel 8. Hipotesis Diterima didapatkan data, 1 orang sampel memiliki asupan zat besi cukup dengan status anemia normal 2,2%, dan 44 orang sampel dengan asupan zat besi kurang dengan status anemia normal 97.8%. P- value sebesar 0,044. Hal ini berarti menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara asupan fe dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik.

c. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik

Hasil distribusi hubungan asupan vitamin C dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Hubungan Asupan vitamin C dengan Status Anemia

Asupan Vitamin C

Status Anemia Total P-value Anemia Tidak Anemia

n % n % n %

Cukup 0 0 1 2,2 1 2,2 0,044

Kurang 43 95,6 1 2,2 44 97,8

Sumber : Data Primer Penelitian, 2023

Berdasarkan tabel 9. Hipotesis diterima didapatkan data, 1 orang sampel memiliki asupan vitamin C cukup dengan status anemia normal 2,2%, dan 44 orang sampel dengan asupan vitamin C kurang dengan status

(7)

adanya hubungan yang signifikan antara asupan vitamin C dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik.

B. Pembahasan

1. Hubungan Asupan Protein dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik

Protein dalam tubuh manusia berperan sebagai pembentuk butir-butir darah (hemopoiesis) yaitu pembentukan eritrosit dengan hemoglobin di dalamnya. Di dalam tubuh zat besi tidak terdapat bebas, tetapi bersosialisasi dengan molekul protein membentuk feritin rendah. Kekurangan zat besi dianggap penyebab anemia paling umum secara global, tetapi, beberapa faktor lain, seperti kekurangan gizi (termasuk folat, vitamin B12, vitamin A, dan vitamin C), peradangan akut dan kronis, serta infeksi parasit juga dapat menyebabkan anemia (Almatsier, 2013)

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik. berdasarkan hasil P-value diperoleh 0,0172 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara variabel asupan protein dengan dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik. Data asupan protein diambil dengan menggunakan kusioner Food Recall 2x 24 jam.

Hal ini disebabkan karena proteinuria atau albuminuria terjadi ketika urine mengandung protein dalam jumlah yang terlalu banyak. Bocornya protein ke dalam urine biasanya disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah kecil (glomeruli) pada ginjal, sehingga tidak dapat menyaring darah dengan baik.

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti dapat disimpulkan bahwa belum ditemukan persamaan teori yang mengemukakan tidak

(8)

adanya hubungan asupan protein dengan status anemia pada pasien gagal ginjal kronik yang tercatat sebagai pasien hemodialisa di rumah sakit umum daerah tertentu. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa banyak kehilangan zat gizi tertentu pada saat melakukan terapi hemodialisa.

2. Hubungan Asupan Zat Besi dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik

Asupan zat besi heme membantu peningkatkan penyerapan 15-35%

dibandingkan dengan besi nonheme. Hal ini karena besi heme memiliki transporter sendiri, yaitu haem carrier protein 1 (HCP1), sedangkan transporter besi non heme yaitu divalent metaltransporter 1 (DMT1). DMT 1 adalah transportasi duodenum, membawa tidak hanya besi non-heme, tetapi juga mineral lain seperti seng, mangan, tembaga, timbal, dll, penyerapan besi non-heme juga dipengaruhi oleh beberapa mineral tersebut yang bisa didapatkan oleh beberapa makanan (Roziqo & Nuryanto, 2016).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan fe dengan dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik. Berdasarkan hasil P-value diperoleh 0,044 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara variabel asupan fe dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik. Data asupan fe diambil dengan menggunakan kusioner Food Recall 2x 24 jam.

(9)

Pada penelitian ini asupan rata-rata zat besi pasien hemodialisis tertinggi 8,20 mg/hari. Sumber zat besi yang biasanya dikonsumsi sumber protein hewani seperti ikan, daging sapi dan sayuran-sayuran hijau. Dengan nilai asupan zat besi cukup sebesar 2,2% dan asupan zat besi kurang sebesar 97,8%.

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Andreyas pada tahun 2020 Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin menujukkan arah hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin besar asupan zat besi, maka meningkatnya kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Harapan Dan Doa Kota Bengkulu.

3. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Status Anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik

Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin dalam darah.

Vitamin C membantu penyerapan zat besi dari makanan sehingga dapat diproses menjadi sel darah merah kembali (Senduk et al., 2016).

Defisiensi vitamin C sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis karena restriksi diet sayur dan buah yang terlalu ketat untuk menghindari hiperkalimia, kehilangan vitamin selama dialisis, kurangnya asupan akibat uremia, dan peningkatan katabolisme vitamin C in-vivo oleh proses peradangan (Wijaya & Agustina, 2016).

Hasil uji statistik terdapat hubungan antara asupan vitamin c dengan dengan status anemia pada penderita gagal ginjal kronik yang melakukan rawat jalan di poli hemodialisa dalam RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

(10)

dengan nilai yaitu p= 0,044 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara asupan vitamin c dengan dengan Status Anemia yang dimana jika tubuh kekurangan vitamin c maka dapat mengakibatkan kemampuan tubuh umtuk menyerap zat besi sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia defisiensi besi.

Hasil nilai asupan vitamin C cukup sebesar 2,2% dan asupan vitamin C kurang sebesar 97,8%. Defisiensi vitamin C sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis karena restriksi diet sayur dan buah yang terlalu ketat untuk menghindari hiperkalemia, kehilangan vitamin selama dialisis, kurangnya asupan akibat uremia, dan peningkatan katabolisme vitamin C.

Pada hasil Penelitian yang dilakukan Andreyas dan Deri Andika Putra 2021 hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara asupan vitamin C dan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin dan menunjukkan arah hubungan yang kuat dan berpola positif artinya semakin besar asupan vitamin C dan asupan zat besi, maka terjadi peningkatan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu.

Referensi

Dokumen terkait

52 Aulia Dewi Fitripancari, 2023 HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DAN VITAMIN C, FREKUENSI KONSUMSI MINUMAN BERISIKO, DAN PERILAKU DIET DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI REMAJA PUTRI SMAN 6