• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISA DI POLI HEMODIALISA RSUD BAHTERAMAS KENDARI - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN STATUS ANEMIA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISA DI POLI HEMODIALISA RSUD BAHTERAMAS KENDARI - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi dimana terdapat penurunan fungsi ginjal karena adanya parenkim ginjal yang bersifat kronik dan irreversible. Seseorang didiagnosis gagal ginjal kronik jika terjadi kelainan dan kerusakan selama 3 bulan atau lebih pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal sebesar 78- 85% atau laju filtrasi glomerulusnya (LFG) kurang dari 60 ml/min/1,73 m2 dengan atau tanpa kelainan ginjal. Penurunan LGF akan terus berlanjut hingga pada akhirnya terjadi disfungsi organ pada saat laju filtrasi glomerulus menurun hingga kurang dari 15 ml/min/1,73 m2 yang biasanya disebut dengan End-Stage Renal Disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. (WHO, 2018)

World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 mengemukakan bahwa angka kejadian GGK di seluruh dunia mencapai 10% dari populasi, sementara itu pasien GGK yang menjalani hemodialisis (HD) diperkirakan mencapai 1,5 juta orang di seluruh dunia. Angka kejadiannya diperkirakan meningkat 8% setiap tahunnya.

GGK menempati penyakit kronis dengan angka kematian tertinggi ke-20 di dunia.

Data riskesdas 2018 menyebutkan penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia

≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi

peningkatan pada tahun 2018 sebesar 0,38%. Berdasarkan proporsi pernah/sedang cuci darah menurut prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2018 adalah 19,3%. (Riskesdas, 2018).

Sedangkan prevalensi di Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2018 sebesar

(2)

0,35%, mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi pada Tahun 2013 sebesar 0,2% (Kemenkes RI, 2018).

Data Rumah Sakit Bahteramas Kendari pada Tahun 2019 menunjukkan pasien penderita GGK yang menjalani hemodialisa sebanyak 184 orang. Peningkatan yang signifikan terjadi sepanjang Tahun 2020 yaitu jumlah pasien GGK baru yang menjalani hemodialisa bertambah sebanyak 219. Dan data terbaru pada Tahun 2021 menunjukkan pertambahan jumlah pasien baru yang menjalani hemodialisa bertambah sebanyak 32 orang. Jumlah pasien GGK pada tahun 2019 hingga tahun 2021 yang menjalani hemodialisa sebanyak 435 orang. (RSUD. Bahteramas, 2019, 2020 & 2021).

Berdasarkan data hasil penelitian kadar hemoglobin terhadap pasien penderita gagal ginjal kronik (GGK), bahwa rentangan kadar hemoglobin pasien penderita gagal ginjal kronik berkisar antara 3–12 g/dL. Sedangkan, kadar hemoglobin orang normal berkisar antara 14 – 18 g/dL. Hal itu berarti kadar hemoglobin pasien penderita gagal ginjal berada di bawah kadar normal. Penurunan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti defesiensi hormon eritropoeitin, defisiensi besi, berkurangnya masa hidup sel darah merah, hiperparatiroidisme berat, inflamasi akut atau kronik, infeksi, toksisitas aluminium, defisiensi asam folat dan hipotriroidisme. Akan tetapi, penyebab utama terjadinya penurunan kadar hemoglobin tersebut adalah defisiensi hormon eritropoeitin. (laporan Hendra R, 2019)

Kehilangan protein yang berat atau terjadi lebih dari 3.0 gram per hari dengan disertai edema disebut nephrotic syndrome. Nephrotic syndrome berakibat pada

(3)

pengurangan pada konsentrasi dari albumin dalam darah atau disebut hypoalbuminemia. Karena albumin membantu mempertahankan volume darah pada pembuluh-pembuluh darah, yang dapat mengurangi cairan pada pembuluh-pembuluh darah. Ginjal kemudian akan mencatat bahwa ada penipisan atau pengurangan volume darah, sehingga mencoba menahan asupan garam. Hal tersebut membuat cairan bergerak ke dalam ruang-ruang interstitial, yang selanjutnya menyebabkan pitting edema.

pada gagal ginjal kronik akan mengalami rendahnya kadar Fe dalam tubuh dan biasanya defisiensi besi terjadi pada 25%- 45% pasien GGK. Defisiensi besi disebabkan oleh berbagai faktor seperti perdarahan dan asupan nutrisi yang kurang.

Selain itu, GGK dapat menyebabkan gangguan mukosa lambung (Gastropati uremikum) yang sering menyebabkan 3 perdarahan saluran cerna. Adanya toksin uremik pada penderita GGK akan mempengaruhi masa paruh dari sel darah merah menjadi pendek, pada keadaan normal 120 hari menjadi 70-80 toksin uremik ini mempunyai efek inhibisi (menekan) eritropoiesis (Pantara, 2016).

Konsumsi vitamin C dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Vitamin C mempunyai peran dalam pembentukan hemoglobin dalam darah, dimana vitamin C membantu penyerapan zat besi dari makanan sehingga dapat diproses menjadi sel darah merah kembali. Defisiensi vitamin C sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dengan HD karena restriksi diet sayur dan buah yang terlalu ketat untuk menghindari hiperkalimia, kehilangan vitamin selama dialisis, kurangnya asupan akibat uremia, dan peningkatan katabolisme vitamin C in-vivo oleh proses peradangan. Defisiensi vitamin C sering terjadi pada pasien

(4)

terlalu ketat untuk menghindari hiperkalimia, kehilangan vitamin selama dialisis, kurangnya asupan akibat uremia, dan peningkatan katabolisme vitamin C in-vivo oleh proses peradangan (Wijaya & Agustina, 2016).

Menurut Yuniarti (2021), anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik umumnya disebabkan oleh kurangnya hormon eritroprotein, yakni hormon yang diproduksi oleh ginjal. Kurangnya hormon tersebut berpengaruh juga dalam produksi sel darah merah di sum-sum tulang belakang. Meski begitu, anemia pada penderita Gagal Ginjal Kronik mayoritas berjenis anemia normositik normokrom (ukuran sel dan konsentrasi Hb normal). Hal ini dikarenakan pemberian terapi eritropoeitin dan konsumsi tablet besi (Fe), serta vitamin lainnya seperti B12.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang ”Hubungan asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari”

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan asupan protein dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari?

2. Apakah ada hubungan asupan zat besi dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari ?

3. Apakah ada hubungan asupan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari?

(5)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui asupan protein pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

b. Untuk mengetahui asupan zat besi pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

c. Untuk mengetahui asupan vitamin C pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

d. Untuk mengetahui status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

e. Untuk mengetahui Hubungan asupan protein dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

f. Untuk mengetahui Hubungan asupan zat besi dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

g. Untuk mengetahui Hubungan asupan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari

(6)

D. Manfaat Penelitian a. Bagi institusi

Hasil penelitian ini agar dapat digunakan untuk menambah informasi tentang hubungan asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas Kendari.

b. Bagi peneliti

Menambah wawasan serta pengalaman dan dapat menambah pengetahuan penulis tentang hubungan asupan protein, zat besi dan vitamin C dengan status anemia pasien gagal ginjal kronik hemodialisa di poli hemodialisa RSUD Bahteramas.

(7)

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian

No Peneliti Judul Desain

Penelitian

Hasil Persamaan Perbedaan

1. ANDREYAS, (2020)

Hubungan asupan protein, vitamin C dan zat besi dengan kadar

hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalankan hemodialisasi di RSUD Harapan dan doa kota bengkulu tahun 2020

Analitik dengan cross sectional

Berdasarkan penelitian sebelumya yang diungkapakan oleh (Nura Ma’shumah, dkk, 2014) dan (Sumiasih, 2012) ada hubungan asupan protein dengan kadar Hb. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Deicher et al., 2005) yang menyimpulkan bahwa pemberian vitamin C 300 mg tiga kali seminggu pada setiap hemodialisis, terjadi respon positif yang ditandai dengan adanya peningkatan yang signifikan pada kadar hemoglobin.

- Dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian cross sectional dengan metode penelitian analitik observasional

Tempat penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan di RSUD harapan dan Doa kota Bengkulu tahun 2020.

Sementara, penelitian berikutnya akan dilakukan di RSUD Bahteramas Kendari.

(8)

2. Ni komang nia trijayani (2020)

Hubungan asupan protein dengan status gizi dan kadar hemoglobin pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodisalisi di RSD mangusada badung

observasion al

dengan rancangan cross- sectional

Berdasarkan status gizi diperoleh hasil yaitu sebanyak 31 sampel (72,1%)

dalam penelitian ini memiliki status gizi normal. Ditinjau dari asupan proteinnya,

sebagian lebih sampel memiliki asupan protein kurang yaitu sebanyak 27 sampel

(62,8%). Sedangkan dilihat dari kadar hemoglobinnya sebagian besar

sampel

memiliki kadar hemoglobin yang rendah yaitu sebanyak 31 sampel (72,1%).

Dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian cross sectional dengan metode penelitian analitik observasional

Tempat penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan di RSD mangusada badung tahun 2020. Sementara, penelitian berikutnya akan dilakukan di RSUD Bahteramas Kendari.

Perbedaan juga terdapat pada variable yang diteliti

3. Risda Sari, Sugiarto Sugiarto, Ari

Probandari, Diffah Hanim (2018)

Hubungan asupan energy, protein, vitamin B6, Natrium dan Kalium terhadap status gizi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodilisis

Cross sectional

Asupan energi yang adekuat 43 subjek (30,3%), rata-rata asupan energi subjek 1229 kkal±406,07 kkal, asupan protein yang adekuat 47 subjek (33,1%), rata-rata asupan protein 44,73 gr ±14,94 gr, asupan vitamin B6 yang adekuat 40 subjek (28,2%), rata-rata asupan vitamin B6 0,7 mg±0,76 mg, asupan natrium yang adekuat 46 subjek (32,4%), rata- rata asupan natrium 424,37

Dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian cross sectional

Dalam penelitian sebelumnya terdapat beberapa perbedaan variabel yang diteliti yaitu asupan energy, protein vitamin B6, natrium dan kalium terhadap status gizi

(9)

mg±267,76 mg, asupan kalium yang adekuat 40 subjek (28,2%), rata-rata asupan kalium 928,57 mg±523,80 mg.

pasien GGK. sementara dalam penelitian

berikut vaiabel yang diteliti yaitu asupan protein, Fe dan kadar hemoglobin dengan status gizi pasien GGK.

4.

Sri Hartati, Sufiati Bintanah (2018)

Asupan Energi dan Protein Dengan kadar Ureumndan Kreatinin Pasien Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. M.

Ashari Pemalang

Desain cross- sectional dengan teknik consecutive sampling

Karateristik pasien umur 45–54 tahun 36.7 %, jenis kelamin laki- laki 50 % perempuan 50 %, pendidikian 73.3 % jenjang pendidikan dasar, pekerjaan 33

% wiraswasta, asupan energi 40 % defisit berat (< 60%), Asupan protein70 % defisit

berat (< 60 %). Kadar ureum 96.7 % tidak normal, Kadar kreatinin 100 % tidak normal,

Tidak ada hubungan antara asupan energi dengan kadar ureum ( p value 0.150 ), Tidak

ada hubungan antara asupan energi dengan kadar kreatinin (p value 0.093) . Tidak

Dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian cross sectional

Tempat penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan di RSUD Dr. M Ashari

Pemalang. Sementara, penelitian berikutnya akan dilakukan di RSUD Bahteramas Kendari.

(10)

hubungan antara asupan protein dengan kadar ureum (p value 0.890) dan tidak ada

hubungan antara asupan protein dengan kadar kreatinin (p value 0.802).

5. Anak agung istri kencana sari devi (2020)

Hubungan antara tingkat komsumsi protein dan lama

hemodialysis dengan status gizi pasien gagal ginjal kronis di RSUD wangaya

denpasar

observasion al dengan desain cross sectional

Berdasarkan kriteria tingkat konsumsiprotein diperoleh hasil sebanyak 31 orang (91,2%) yang tidak sesuai dengan kebutuhan proteinperharinya. Sebagian besar sampel yang menjalani hemodialisis sudah > 3 tahun yaitu sebanyak 15 orang (44,1%). Status gizi sampel terbanyak dalam kategori malnutrisi ringan sampai sedang dengan indikator status gizi dalam rentang skor 14-23 yaitu sebanyak 19 orang (55,9%). Hasil uji korelasi Rank Spearman didapatkan tidak ada hubungan (nilai p = 0,70) antaratingkatkonsumsiprotein dengan status gizi,dengan (nilai r = - 0,06) dan tidak ada hubungan (nilai p = 0,08) antaralama hemodialisis dengan status gizi dengan (nilai r = 0,29

Dalam penelitian ini menggunakan desain

penelitian cross sectional

Tempat penelitian, penelitian sebelumnya di lakukan di RSUD wangaya denpasar.

Sementara, penelitian berikutnya akan dilakukan di RSUD Bahteramas Kendari.

Referensi

Dokumen terkait

I GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN PROTEIN, ASUPAN ZAT BESI DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 8 KENDARI Tugas Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk