Hari/Tanggal
{
Keahlian memfasilitasi merupakan perpaduan antara penguasaan teknik dengan unsur – unsur kreativitas, improvisasi, hubungan antar manusia (human relationship), dan juga keunikan ataukarakteristik setiap fasilitator.
{
Kata fasilitator berasal dari bahasa latin “fasilis” yang artinya:mempermudah.
{
Seperti yang disampaikan pada “Pendahuluan, seseorang fasilitator bukanlah penyuluh atau juru penerang (jupen) yang merupakanpetugas penyampai informasi dari lembaga formal (pemerintah).
{
Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog.{
Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.{
Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untukmendengarkan.
{
Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.{
Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif.Beberapa Konsep penting Dalam Komunikasi
{
Persepsi, yaitu tafsiran dari apa yang kita lihat, dengar, cicipi, cium, baui, dan raba, dengan panca indera kita.{
Sikap-nilai, yaitu kecenderungan untuk bereaksi positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai dan pengalamanseseorang. Sikap merupakan gabungan antara pemikiran, perasaan, dan anggapan seseorang terhadap suatu hal.
{
Sikap-perilaku, yaitu kecenderungan untuk menilai positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai danpengalaman diri sendiri dan orang lain.
{
Pendapat (opini), yaitu gagasan yang muncul sebagai hasil pemikiran subyektif seseorang. Pendapat merupakan sikap seseorang dalam bentuk kata-kata.Menggunakan Pendekatan Komunikasi Dalam Keempat Jendela
{
Fasilitator masyarakat sebaiknya mendorong peserta untuk menggunakan komunikasi yang positif.{
Ini berarti menggunakan persepsi (termasuk citra diri dan citra pihak lain); sikap; pendapat (opini) secara positif. Berikut ini contoh-contohnya:
x Jendela pertama (aku tahu, masyarakat tahu): fasilitator mengajak peserta mendialogkan sesuatu yang sama-sama diketahui, tetapi ternyata terdapat perbedaan pandangan dan pendapat terhadap topik tersebut. fasilitator mendorong sikap positif terhadap perbedaan pendapat. Fasilitator mengajak
peserta saling memahami persepsi dan sikap orang lain.
x Jendela kedua (aku tidak tahu, masyarakat tahu): fasilitator mendorong kepercayaan diri peserta bahwa pengetahuannya
penting bagi orang lain (mengubah ‘citra diri’ sebagai petani yang bodoh karena tidak sekolah tinggi). Sebaliknya fasilitator perlu
mengubah pandangan penyuluh yang beranggapan bahwa
teknologi lokal ketinggalan jaman (mengubah ‘citra terhadap orang lain/petani’ sebagai tidak inovatif).
x Jendela ketiga (aku tahu, masyarakat tidak tahu): fasilitator
mendorong peserta menerima pendapatnya sebagai alternatif dari pendapatnya sendiri. Fasilitator mendorong peserta untuk
memeriksa apakah pengetahuan baru perlu diterapkan atau tidak (butuh atau tidak).
x Jendela keempat (aku dan masyarakat sama-sama tidak tahu):
fasilitator mendorong pengembangan gagasan inovasi baru dan mencari sumber pengetahuan/informasi ‘luar’ secara selektif (diperiksa dahulu).
Tips Fasilitator Dalam Komunikasi Lisan
Berikut ini adalah tips bagi fasilitator dalam memfasilitasi sebuah proses dialogis yang juga merupakan proses komunikasi multi-arah secara
tatap muka (verbal):
{
Sampaikan pesan dengan makna tunggal agar komunikasi efektif, jelas dan dipahami peserta sesuai dengan maksud kita.{
Gunakan cara komunikasi yang baik karena cara berkomunikasi juga penting dalam mengatasi terjadinya perbedaan pendapat dankonflik.
{
Sederhanakan bahasa, hindari bahasa teknis dan jargon agar pesan kita tidak diartikan secara berganda.{
Gunakan istilah dan bahasa yang cocok dengan tempat dan pesertanya.{
Berbicara dengan bahasa yang ‘membumi’ dan dipahami orang lain.{
Gunakan kalimat pendek dan sederhana (jangan berbelit-belit dan‘sok ilmiah’) tetapi mengena/memikat.
{
Fokus tetap dijaga agar pembicaraan tidak kesana-kemari.{
Susunlah kalimat-kalimat kreatif yang bersifat POSITIF dan membangun.{
Pertimbangkan nilai-nilai yang dianut masyarakat/peserta dalam berbicara atau menyampaikan gagasan.{
Selalu sampaikan argumentasi dan kerangka logis dari pandangan/pendapat Anda.{
Buat hal-hal rumit menjadi sederhana. Apabila belum siapmembicarakan hal-hal rumit, tunda saja terlebih dahulu, daripada terjadi miskomunikasi.
{
Lakukan penekanan-penekanan terhadap gagasan atau pengalaman peserta dengan cara mengutip kembali untuk membangun perasaan dihargai (didengarkan).{
Hindari menanggapi atau memotong perkataan orang lain dengan kata : TAPI...{
Mendorong peserta untuk saling menanggapi.{
Jangan sibuk memikirkan apa yang akan diucapkan sementara orang lain sedang bicara.{
Sebaiknya tidak berdebat, tetapi bertukar pikiran.{
Membuat proses dialog menjadi menyenangkan bagi para peserta.{
Jangan menyakiti hati orang lain dengan kata-kata ‘jelek’ (itu bodoh, salah, ketinggalan jaman, ngawur, dsb).{
JANGAN PERNAH MENINGGIKAN SUARA!{
Berbicara jujur dan apa adanya (tidak sok tahu dan ingin tampil‘pintar’)
{
Hidari terlalu terfokus pada diri sendiri (berbicara tentang diri sendiri).{
Hindari perdebatan mengenai nilai-nilai.{
Tidak perlu terlalu banyak hal yang dibicarakan, cukup-cukup saja.{
Mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Mendorong peserta untuk saling mendengarkan.Tips Membangun Kerjasama Tim Fasilitator
{
Apabila FASILITATOR tidak dapat banyak menyampaikan teori atau teknik fasilitasi kepada relawan kalangan tua, perlu dicari trik yang tidak ‘mengajari’ secara verbal. Lain dengan relawan muda, kita bisa saja mengembangkan diskusi evaluasi fasilitasi danmengembangakan gagasan perbaikan.
{
Mengembangkan kerjasama tim dengan relawan kalangan tua barangkali bisa dimulai dengan memberi contoh langsung dan praktek. FASILITATOR dapat memandu proses pembelajaran terlebih dahulu, kemudian mempersilahkan mereka memanduproses berikutnya dengan cara yang sama. Apabila proses dirasakan menjadi kurang interaktif, barulah FASILITATOR masuk dengan
melontarkan pertanyaan “umpan” agar diskusi berkembang.
{
Gunakan model tendem “lari estafet” dan “valley ball” untukmembangun tim fasilitator, sebab cara ini lebih aman. Keberadaan tim fasilitator lainnya “tidak kentara” karena membaur dengan para peserta, sementara fasilitator utama memimpin di depan. Apabila tim sudah mulai solid, bisa coba model tendem yang lebih sulit yaitu
“balap sepeda” atau “bertinju”.
{
Selain itu, FASILITATOR dapat menyelenggarakan pelatihan teknik fasilitasi untuk para relawan secara bertahap (misal sebulan 1x) agar proses evaluasi tidak terasa sebagai menilai orang per orang. Dalam pelatihan, peserta –baik tua maupun muda- diminta untuk menilai perkembangan kemampuannya sendiri (self evaluation). Hindari evaluasi yang bersifat saling ‘membantai’ sehingga menimbulkan perasaan tidak enak, bahkan merusak kerjasama tim.{
Kembangkan ciri atau kekuatan fasilitator yang berbeda untuksetiap orang. Setiap orang punya perbedaan karakteristik, sehingga tidak bisa disamakan atau diperbandingkan. Misalnya: ada orang yang humoris sehingga suasana belajar selalu mudah cair; ada orang yang cenderung serius dan mempersiapkan segala
sesuatunya dengan cermat. Keberagaman ini sebaiknya menjadi kekuatan tim, bukan pertentangan.
Daur Belajar Orang
Dewasa
Pengguna Media
Dalam Daur DPO
Karakteristik
Fasilitator