• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keahlian Fasilitasi dalam Proses Belajar

N/A
N/A
TRIFONIA PRISCA

Academic year: 2024

Membagikan "Keahlian Fasilitasi dalam Proses Belajar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Hari/Tanggal

(2)

{

Keahlian memfasilitasi merupakan perpaduan antara penguasaan teknik dengan unsur – unsur kreativitas, improvisasi, hubungan antar manusia (human relationship), dan juga keunikan atau

karakteristik setiap fasilitator.

{

Kata fasilitator berasal dari bahasa latin “fasilis” yang artinya:

mempermudah.

{

Seperti yang disampaikan pada “Pendahuluan, seseorang fasilitator bukanlah penyuluh atau juru penerang (jupen) yang merupakan

petugas penyampai informasi dari lembaga formal (pemerintah).

(3)

{

Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog.

{

Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya.

{

Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untuk

mendengarkan.

{

Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi.

{

Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif.
(4)

Beberapa Konsep penting Dalam Komunikasi

{

Persepsi, yaitu tafsiran dari apa yang kita lihat, dengar, cicipi, cium, baui, dan raba, dengan panca indera kita.

{

Sikap-nilai, yaitu kecenderungan untuk bereaksi positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai dan pengalaman

seseorang. Sikap merupakan gabungan antara pemikiran, perasaan, dan anggapan seseorang terhadap suatu hal.

{

Sikap-perilaku, yaitu kecenderungan untuk menilai positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai dan

pengalaman diri sendiri dan orang lain.

{

Pendapat (opini), yaitu gagasan yang muncul sebagai hasil pemikiran subyektif seseorang. Pendapat merupakan sikap seseorang dalam bentuk kata-kata.
(5)

Menggunakan Pendekatan Komunikasi Dalam Keempat Jendela

{

Fasilitator masyarakat sebaiknya mendorong peserta untuk menggunakan komunikasi yang positif.

{

Ini berarti menggunakan persepsi (termasuk citra diri dan citra pihak lain); sikap; pendapat (opini) secara positif. Berikut ini contoh-

contohnya:

x Jendela pertama (aku tahu, masyarakat tahu): fasilitator mengajak peserta mendialogkan sesuatu yang sama-sama diketahui, tetapi ternyata terdapat perbedaan pandangan dan pendapat terhadap topik tersebut. fasilitator mendorong sikap positif terhadap perbedaan pendapat. Fasilitator mengajak

peserta saling memahami persepsi dan sikap orang lain.

(6)

x Jendela kedua (aku tidak tahu, masyarakat tahu): fasilitator mendorong kepercayaan diri peserta bahwa pengetahuannya

penting bagi orang lain (mengubah ‘citra diri’ sebagai petani yang bodoh karena tidak sekolah tinggi). Sebaliknya fasilitator perlu

mengubah pandangan penyuluh yang beranggapan bahwa

teknologi lokal ketinggalan jaman (mengubah ‘citra terhadap orang lain/petani’ sebagai tidak inovatif).

x Jendela ketiga (aku tahu, masyarakat tidak tahu): fasilitator

mendorong peserta menerima pendapatnya sebagai alternatif dari pendapatnya sendiri. Fasilitator mendorong peserta untuk

memeriksa apakah pengetahuan baru perlu diterapkan atau tidak (butuh atau tidak).

x Jendela keempat (aku dan masyarakat sama-sama tidak tahu):

fasilitator mendorong pengembangan gagasan inovasi baru dan mencari sumber pengetahuan/informasi ‘luar’ secara selektif (diperiksa dahulu).

(7)

Tips Fasilitator Dalam Komunikasi Lisan

Berikut ini adalah tips bagi fasilitator dalam memfasilitasi sebuah proses dialogis yang juga merupakan proses komunikasi multi-arah secara

tatap muka (verbal):

{

Sampaikan pesan dengan makna tunggal agar komunikasi efektif, jelas dan dipahami peserta sesuai dengan maksud kita.

{

Gunakan cara komunikasi yang baik karena cara berkomunikasi juga penting dalam mengatasi terjadinya perbedaan pendapat dan

konflik.

{

Sederhanakan bahasa, hindari bahasa teknis dan jargon agar pesan kita tidak diartikan secara berganda.
(8)

{

Gunakan istilah dan bahasa yang cocok dengan tempat dan pesertanya.

{

Berbicara dengan bahasa yang ‘membumi’ dan dipahami orang lain.

{

Gunakan kalimat pendek dan sederhana (jangan berbelit-belit dan

‘sok ilmiah’) tetapi mengena/memikat.

{

Fokus tetap dijaga agar pembicaraan tidak kesana-kemari.

{

Susunlah kalimat-kalimat kreatif yang bersifat POSITIF dan membangun.

{

Pertimbangkan nilai-nilai yang dianut masyarakat/peserta dalam berbicara atau menyampaikan gagasan.

{

Selalu sampaikan argumentasi dan kerangka logis dari pandangan/pendapat Anda.

{

Buat hal-hal rumit menjadi sederhana. Apabila belum siap

membicarakan hal-hal rumit, tunda saja terlebih dahulu, daripada terjadi miskomunikasi.

(9)

{

Lakukan penekanan-penekanan terhadap gagasan atau pengalaman peserta dengan cara mengutip kembali untuk membangun perasaan dihargai (didengarkan).

{

Hindari menanggapi atau memotong perkataan orang lain dengan kata : TAPI...

{

Mendorong peserta untuk saling menanggapi.

{

Jangan sibuk memikirkan apa yang akan diucapkan sementara orang lain sedang bicara.

{

Sebaiknya tidak berdebat, tetapi bertukar pikiran.

{

Membuat proses dialog menjadi menyenangkan bagi para peserta.

{

Jangan menyakiti hati orang lain dengan kata-kata ‘jelek’ (itu bodoh, salah, ketinggalan jaman, ngawur, dsb).

{

JANGAN PERNAH MENINGGIKAN SUARA!
(10)

{

Berbicara jujur dan apa adanya (tidak sok tahu dan ingin tampil

‘pintar’)

{

Hidari terlalu terfokus pada diri sendiri (berbicara tentang diri sendiri).

{

Hindari perdebatan mengenai nilai-nilai.

{

Tidak perlu terlalu banyak hal yang dibicarakan, cukup-cukup saja.

{

Mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Mendorong peserta untuk saling mendengarkan.
(11)

Tips Membangun Kerjasama Tim Fasilitator

{

Apabila FASILITATOR tidak dapat banyak menyampaikan teori atau teknik fasilitasi kepada relawan kalangan tua, perlu dicari trik yang tidak ‘mengajari’ secara verbal. Lain dengan relawan muda, kita bisa saja mengembangkan diskusi evaluasi fasilitasi dan

mengembangakan gagasan perbaikan.

{

Mengembangkan kerjasama tim dengan relawan kalangan tua barangkali bisa dimulai dengan memberi contoh langsung dan praktek. FASILITATOR dapat memandu proses pembelajaran terlebih dahulu, kemudian mempersilahkan mereka memandu

proses berikutnya dengan cara yang sama. Apabila proses dirasakan menjadi kurang interaktif, barulah FASILITATOR masuk dengan

melontarkan pertanyaan “umpan” agar diskusi berkembang.

(12)

{

Gunakan model tendem “lari estafet” dan “valley ball” untuk

membangun tim fasilitator, sebab cara ini lebih aman. Keberadaan tim fasilitator lainnya “tidak kentara” karena membaur dengan para peserta, sementara fasilitator utama memimpin di depan. Apabila tim sudah mulai solid, bisa coba model tendem yang lebih sulit yaitu

“balap sepeda” atau “bertinju”.

{

Selain itu, FASILITATOR dapat menyelenggarakan pelatihan teknik fasilitasi untuk para relawan secara bertahap (misal sebulan 1x) agar proses evaluasi tidak terasa sebagai menilai orang per orang. Dalam pelatihan, peserta –baik tua maupun muda- diminta untuk menilai perkembangan kemampuannya sendiri (self evaluation). Hindari evaluasi yang bersifat saling ‘membantai’ sehingga menimbulkan perasaan tidak enak, bahkan merusak kerjasama tim.
(13)

{

Kembangkan ciri atau kekuatan fasilitator yang berbeda untuk

setiap orang. Setiap orang punya perbedaan karakteristik, sehingga tidak bisa disamakan atau diperbandingkan. Misalnya: ada orang yang humoris sehingga suasana belajar selalu mudah cair; ada orang yang cenderung serius dan mempersiapkan segala

sesuatunya dengan cermat. Keberagaman ini sebaiknya menjadi kekuatan tim, bukan pertentangan.

(14)

Daur Belajar Orang

Dewasa

(15)

Pengguna Media

Dalam Daur DPO

(16)
(17)

Karakteristik

Fasilitator

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X mata pelajaran gambar teknik Program Keahlian

PENGARUH FASILITAS BELAJAR TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA PERALATAN KANTOR KELAS X PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI

Pengaruh Minat Masuk Program Keahlian Teknik Audio Video Dan Fasilitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik SMK Negeri 2 Demak Tahun Ajaran 2007/2008. Program Studi

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui persepsi siswa mengenai pengaruh fasilitas belajar siswa kelas XI program keahlian Teknik Komputer Jaringan SMK

Pada intinya, baik daur pembelajaran partisipatif maupun proses komunikasi multi- arah, membangun sebuah dialog di antara anggota masyarakat atau peserta belajar dalam sebuah

Kegiatan Materi teknik fasilitasi perlu diadakan bagi insan pendidik agar menguasai teknik-teknik khusus dalam memfasilitasi proses pembelajaran orang dewasa

dan kreativitas peserta didik juga akan nampak pada saat proses pembelajaran,. sehingga hasil belajar peserta didik dapat mencapai

RENCANA ALUR PROSES FASILITASI Nama Fasilitator : Nama Rapat/Sesi : Tanggal Pelaksanaan : Bentuk Fasilitasi : Jumlah Peserta : Tujuan Rapat/Sesi : Durasi : Persiapan Tools/Alat