• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN HUTAN ADAT KARAMPUANG DESA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT TERHADAP KELESTARIAN HUTAN ADAT KARAMPUANG DESA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

Judul : Kearifan Lokal Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Adat Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulu Poddo Kabupaten Sinjai. Judul : Kearifan Lokal Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Adat Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai. KEBIJAKSANAAN LOKAL MASYARAKAT TERHADAP KEBERLANJUTAN HUTAN ALAMI DESA KARAMPUANG TOMPOBULU KECAMATAN BULU PODDO KABUPATEN SINJAI.

Kearifan Lokal Masyarakat tentang Pelestarian Hutan Adat Karampuang, Desa Tompobulu, Kecamatan Bulu Poddo, Kabupaten Sinjai, dibimbing oleh IRMA SRIBIANTI dan HASANUDDIN MOLO.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kearifan Lokal Masyarakat Terhadap Pelestarian Hutan Adat Karampuang di Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai. Apa bentuk kegiatan masyarakat yang mendukung pelestarian Hutan Adat Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai? Bagaimana kearifan masyarakat lokal dalam mendukung hutan adat Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai.

Mengenali kearifan lokal masyarakat adat Karampuang dalam pelestarian hutan adat Karampuang di Desa Topobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Hutan
  • Pengertian Adat
  • Hutan Adat
  • Kerangka Pikir

Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat (UU. No. 41 Tahun 1999 Pasal 1, ayat 6). Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PPU-X/2012 tentang peninjauan kembali UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menegaskan pengakuan hutan adat, hutan adat bukan lagi hutan negara, hutan adat milik masyarakat hukum. adat (juga disebut hutan keluarga, hutan zotnie atau sebutan lain) berada dalam ruang lingkup hak ulayat kerana berada dalam satu kesatuan wilayah (unit teritorial) masyarakat hukum adat yang modelnya berdasarkan tradisi yang hidup dalam suasana rakyat dan mempunyai badan pemerintahan pusat yang berwibawa di seluruh wilayah. Dasar hutan adat (HA), hutan kampung (HD), hutan komuniti (HKM) membuka peluang yang lebih besar kepada masyarakat kampung/adat untuk mengakses dan mengekalkan hak pengurusan ke atas sumber hutan yang dikawal negara dengan keselamatan yang lebih kukuh (secara sah), walaupun ia masih mengandungi batasan (Suharjito.2012).

Pengertian kearifan lokal dalam kamus terdiri dari dua kata yaitu kearifan dan lokal.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.

METODE PENELITIAN

  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Definisi Operasional

Artinya, perusakan dan pelestarian hutan menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat adat Karampuang. Tanggung jawab ini muncul karena kepercayaan masyarakat adat Karampuang bahwa hutan tidak hanya untuk kepentingan manusia saja. Hal ini penting, karena kehidupan masyarakat adat Karampuang pada hakekatnya sangat bergantung pada keberadaan ekosistem hutan di sekitar tempat tinggalnya.

Upaya apa yang dilakukan lembaga adat untuk melestarikan ekosistem hutan adat Karampuang di kawasan pemukiman.

GAMBARN UMUM PENELITIAN

Keadaan Umum Wilayah Desa

Desa Tompobulu merupakan salah satu dari 7 desa di kecamatan Bulupoddo yang terletak ± 31 km dari ibukota daerah Sinjai. Desa Tompobulu yang dipilih sebagai lokasi penelitian merupakan salah satu desa di Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai. Menurut administrasinya, desa Tompobulu terbagi menjadi 7 dusun yaitu Dusun Data, Dusun Karampuang, Dusun Laiya, Dusun Salohe, Dusun Balle, Dusun Bulo dan Dusun Aholiang. Berjarak sekitar 31 kilometer dari pusat Sinjai, desa ini mencerminkan desa adat yang memegang teguh amanah leluhurnya.

Dalam legenda Karampuang juga diceritakan bahwa asal usul tanah Sinjai berasal dari Karampuang. Masyarakat Adat Karampuang menempatkan Desa Karampuang yang merupakan bagian dari Kawasan Tompobulu, Kecamatan Bulu Poddo, Kabupaten Sinjai. Tak heran, kondisi seperti ini juga membuat warga tidak pernah berniat mengubah tatanan yang ada dengan pembangunan yang begitu cepat di luar desanya.

Orde baru tidak mengubah tatanan lama dan mereka tidak pernah meninggalkan kehidupan sederhana. Karampuang dipimpin oleh seorang Pammatoa yang berfungsi sebagai raja, Panggela sebagai perdana menteri, Sanro atau dukun sebagai menteri kesehatan dan kesejahteraan. Namun ternyata Karampauang merupakan sebuah desa yang telah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu, hal ini dapat kita lihat dari berbagai situs peninggalan sejarah leluhur masyarakat Karampauang yang masih menjadi misteri dan belum tergali sepenuhnya.

Karampuang merupakan desa kuno yang sudah ada sejak zaman megalitik atau batu. Sebagai buktinya terdapat goresan pada sebuah situs purbakala bernama Man Kangkang. Sebelah utara berbatasan dengan desa Duapanuae, sebelah selatan berbatasan dengan desa Saohiring, sebelah barat berbatasan dengan desa Turunang Baji dan sebelah timur berbatasan dengan desa Bulutelle.

Keadaan Penduduk…

  • Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk laki-laki terbanyak terdapat di dusun dat, diikuti Karampuang, Laiya, Balle, Bulo, Salohe dan di dusun dat, diikuti Karampuang, Balle, Laiya, Salohe, Bulo dan terakhir Aholiang. Sedangkan penduduk terbanyak berada di dusun dat diikuti oleh Karampuang, Balle, Laiya, Salohe, Bulo dan terakhir Aholiang. Berdasarkan data Laporan Perkembangan Kependudukan Agustus 2014, diketahui jumlah KK sebanyak 679 KK, jumlah penduduk laki-laki 140 orang dan penduduk perempuan 1328 orang serta jumlah penduduk Desa Tompobullu Kecamatan Bulupoddo sebanyak 2728 orang. .

Tingkat pendapatan penduduk Desa Tompobulu dibandingkan dengan desa-desa sekitarnya tergolong rendah. Ketinggian di atas permukaan laut adalah 618 m/dpl, sehingga curah hujan dan tingkat kelembapan cukup tinggi, kondisi tanah di Desa Tompobulu rata-rata subur. Letak geografisnya yang tergolong terpencil, membuat tingkat pendidikan masyarakat adat Karampuang cukup rendah dibandingkan desa-desa di Kabupaten Bulupoddo sendiri maupun desa-desa di kabupaten lain.

Di wilayah adat Karampuang, saat ini hanya ada 4 SD dan satu gedung SLTP yang diampu oleh sekitar 14 guru. Jumlah siswa dan guru masih berdasarkan tingkat hubungan sarana dan prasarana pendidikan, jumlah siswa dan guru kurang berpengaruh terhadap output yaitu lulusan SD dan sederajat hanya 399 orang 196 orang. telah lulus SMP, 103 orang telah lulus SMA dan hanya 11 orang yang mendapatkan gelar sarjana di perguruan tinggi. Dari Tabel 4 terlihat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di Desa Tompobulu masih sangat rendah dibandingkan dengan desa sekitarnya.

Kurangnya sarana dan prasarana tersebut sangat mempengaruhi besaran iuran, dimana sebagian besar penduduknya masih buta huruf atau buta huruf, yaitu sekitar 287 orang. Akibat utama dari rendahnya kualitas kontribusi pendidikan desa Tompobulu tersebut di atas adalah kurangnya kesempatan kerja di pasar tenaga kerja.

Tabel 2. Topografi dan Fisiografi Desa Tompobulu
Tabel 2. Topografi dan Fisiografi Desa Tompobulu

Profil Responden

  • Tingkat Umur
  • Tingkat Pendidikan
  • Struktur Ade’ Eppa Karampuang

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Karampuang yang memiliki pengetahuan tentang tradisi adat Karampuang dan pernah mengamalkan tradisi adat tersebut, dengan kelompok usia 55-60 tahun hingga 66-70 tahun. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa usia responden pada penelitian ini berada pada kelompok usia 25-60 tahun sebanyak 25 orang atau 50 persen. Mengenai pemahaman dan pengalaman masyarakat Karampuang mengenai keberadaan tradisi adat Karampuang sebagai bentuk solidaritas sosial, perlu diketahui tingkat pendidikan responden dan bagaimana keterampilan mereka dalam memberikan jawaban berdasarkan pengalaman. mereka menang di sekolah.

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang atau 33,33 persen responden yang berpendidikan SD/sederajat dalam survei ini. 25 orang tamat SMP/sederajat atau 50 persen dan terakhir tamat S2/sederajat sebanyak 10 orang atau 16,67 persen.

Tabel 5. Profil Responden Menurut Tingkat Umur
Tabel 5. Profil Responden Menurut Tingkat Umur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bentuk aktivitas masyarakat adat karampuang…

  • Ritual Mappugau Hanua
  • Ritual Ma’ddui
  • Ma’bissa Lompu
  • Mappatinro Rese
  • Tempat Keramat Hutan Adat Karampuang
  • Potensi Sumber Daya Hutan Adat Karampuang

Kearifan Tradisional Masyarakat Karampuang Dalam

  • Sikap Hormat Terhada Alam ( Mappakalebbi Ale Hanua ) 43
  • Memanusiakan Hutan ( Mappattau Ale )
  • Prinsip Kasih Sayang Dan Kepedulian (Makkamase Ale ) 52
  • Prinsip Tidak Merusak
  • Prinsip Hidup Sederhana Dan Selaras Dengan Alam
  • Prinsip Keadilan ( Adele )
  • Prinsip Demokrasi ( Assamaturuseng )

Terkait dengan prinsip penghormatan terhadap hutan di atas adalah tanggung jawab moral terhadap hutan, karena manusia secara ontologis merupakan bagian integral dari hutan itu sendiri di Karampuang. Fakta ini saja melahirkan prinsip moral bahwa masyarakat memiliki tanggung jawab (jujung matane) baik terhadap hutan maupun isinya, baik dari segi keberadaan hutan. Prinsip tanggung jawab moral ini menuntut masyarakat untuk mengambil inisiatif, upaya, kebijakan dan tindakan nyata untuk melindungi hutan dan isinya.

Berbeda dengan milik pribadi yang setiap orang merasa bertanggung jawab untuk melindungi dan merawatnya, berbeda dengan milik bersama yang dieksploitasi tanpa tanggung jawab karena tidak ada rasa memiliki atas milik bersama tersebut. Sebuah tanggung jawab karena panggilan kosmik untuk menjaga hutan, menjaga keseimbangan dan keutuhan ekosistem. Apalagi jika dilihat dari sudut pandang ekofeminisme, manusia memiliki kedudukan yang setara dan setara dengan alam, dalam hal ini hutan dan segala makhluk yang ada di dalamnya.

Dengan sikap memanusiakan hutan, hal ini tentu mencegah manusia merusak dan mencemari hutan dan segala kehidupan di dalamnya, sama halnya dengan manusia yang tidak ingin merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Hal ini sejalan dengan penuturan informan C (1 November 2014), bahwa: Degaga alasan de nakkamase tauE llao ri alee. Di sisi lain, kewajiban dan tanggung jawab moral dapat dilakukan secara minimal, dengan melakukan tindakan yang tidak merusak hutan dan seisinya.

Hal tersebut terungkap dalam penuturan informan D (1 November 2014) bahwa: sudah menjadi adat atau kebiasaan masyarakat Karampuang, bahkan hampir di seluruh wilayah desa Tompobulu, jika ingin menebang kayu di hutan atau berburu manu kale (ayam hutan), maka dulu dahulu ada upacara, istilahnya disini maccera ale atau mattuli sebagai bentuk rasa syukur atau minta izin kepada fammaneng tana (orang yang dipercaya oleh masyarakat setempat). masyarakat sebagai klien yang memiliki hak dari Tuhan untuk memelihara tanah). Tentu saja, ini tidak berarti bahwa masyarakat tidak dapat memanfaatkan hutan untuk kepentingan hidup mereka. Hal ini disebabkan adanya cara hidup bersama, budaya modern yang sangat materialistis, konsumtif dan eksploitatif.

Seperti yang diungkapkan oleh informan D (1 November 2014), ya (konservasi hutan bukan tanggung jawab masyarakat adat semata, tetapi membutuhkan dukungan dan kerjasama dengan pemerintah).

PENUTUP

  • Kesimpulan
  • Saran
  • Kerangka Pikir Penelitian
  • Struktur Lembaga Adat Karampuang
  • Dokumentasi Kawasan Hutan Adat Karampuang
  • Dokumentasi Kawasan dan Rumah Adat Karampuang
  • Dokumentasi Kondisi Hutan Adat Karampuang
  • Dokumentasi Pemangku Adat Karampuang
  • Dokumentasi Wawancara Dengan Pemangku Adat Karampuang
  • Dokumentasi Sumur Tua Adat Karampuang
  • Dokumentasi Wawancara Dengan Sekdes Tompobulu
  • Angket Penelitian
  • Persentase Pertanyaan Informan
  • Daftar Nama Informan
  • Dokumentasi Penelitian

Harus ada perlindungan kelembagaan dan kearifan lokal yang diterapkan di wilayah adat Karampuang oleh pemerintah daerah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami peran lembaga adat Karampuang secara keseluruhan. Tujuan pengisian kuisioner ini adalah untuk mendapatkan data “Peran lembaga adat dalam pelestarian Hutan Adat Karampuang Desa Tompobulu Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai”.

Bagaimana keadaan/kondisi hutan adat karampuang di daerah tempat tinggal saudara, dilihat dari kerapatan pohon di ekosistem hutan adat karampuang. Sanksi apa yang berlaku bila ada masyarakat yang merusak hutan adat Karampuang. Apakah Anda berencana melakukan upaya pelestarian ekosistem hutan rakyat Karampuang di wilayah tempat tinggal Anda?

Apakah ada upaya dari pemerintah daerah/daerah untuk melakukan upaya pelestarian ekosistem hutan adat karampuang di kawasan pemukiman. Apakah ada Gella/tokoh adat tertentu yang bertanggung jawab untuk memantau/mengelola hutan adat di Karampuang? Karampuang Karampuang Karampuang Karampuang Tompobulu Tompobulu Tompobulu Tompobulu Sinjai Utara Tompobulu Tompobulu Tompobulu Karampuang Tompobulu Karampuang Karampuang.

Sangiaseri Sinjai Borong Tellulimpoe Tompobulu Sinjai Bulutellue Utara Karampuang Karampuang Karampuang Tompobulu Tompobulu Tompobulu Tompobulu Aholiang Tompobulu Tompobulu. Mahasiswa Wirausahawan SEKDES Wirausahawan Mahasiswa Petani Pengacara Wirausahawan Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Honorer Petani Pengusaha.

Gambar 1. Kawasan Hutan Adat Karampuang
Gambar 1. Kawasan Hutan Adat Karampuang

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.
Tabel 1. Keadaan Demografis Desa Tompobulu
Tabel 2. Topografi dan Fisiografi Desa Tompobulu
Tabel 3. Potensi Desa  Tompobulu  dalam  Sektor  Pertanian,  Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

that it takes a long time to make questions, it is not easy to provide a homogeneous and functional distractor, and students can guess the right answer. Educators often believe that