• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kearifan Lokal Suku di Sulawesi Tenggara dalam Perspektif Etnopedagogi

N/A
N/A
Sabri Sabi

Academic year: 2025

Membagikan "Kearifan Lokal Suku di Sulawesi Tenggara dalam Perspektif Etnopedagogi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“Kearifan Lokal yang Terdapat di Suku di Sulawesi Tenggara”

DISUSUN OLEH:

IDA FEBRIYANI A1G121104

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2024

(2)

ETNOPEDAGOGI

“Kearifan Lokal yang Terdapat di Suku di Sulawesi Tenggara”

A. Ciri-ciri Kearifan Lokal di Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, tercermin dalam berbagai suku yang mendiaminya. Masing-masing suku memiliki kearifan lokal yang unik, terutama terkait dengan:

1. Pertanian

a. Suku Tolaki memiliki sistem pertanian ladang berpindah yang disebut

"Mongosawu". Mereka menggunakan teknik yang menggabungkan praktik pertanian dengan kesadaran lingkungan, seperti menanam berbagai tanaman secara bergiliran untuk menjaga kesuburan tanah. Suku ini juga melakukan ritual Mopende sebelum musim tanam sebagai bentuk penghormatan kepada alam.

b. Suku Muna memiliki sistem "Kebun Ganda", yaitu kebun yang ditanam berbagai jenis tanaman (palawija, padi, dan buah-buahan) sekaligus untuk menghindari ketergantungan pada satu jenis komoditas dan menjaga keseimbangan ekosistem.

2. Perikanan

a. Suku Bajo, yang dikenal sebagai pelaut ulung, menerapkan metode tradisional dalam menangkap ikan dengan mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya laut. Mereka menggunakan alat tangkap ramah lingkungan seperti tombak dan jaring kecil, dan memiliki ritual adat sebelum melaut untuk meminta keselamatan dan hasil laut yang baik.

b. Suku Buton juga memiliki kearifan dalam menjaga ekosistem laut melalui aturan adat yang melarang penangkapan ikan pada waktu-waktu tertentu untuk memberi kesempatan bagi ikan berkembang biak.

3. Pengelolaan Lingkungan

a. Suku Wakatobi memiliki kearifan lokal yang disebut "Batas Kampung", di mana mereka secara adat menetapkan zona perlindungan lingkungan untuk

(3)

dijaga ketat dari aktivitas manusia.

b. Suku Tolaki juga mengadopsi konsep "Inumai", di mana hutan dan sumber air diperlakukan sebagai bagian dari kehidupan spiritual mereka. Menebang pohon atau mengambil sumber air dari wilayah sakral ini harus dilakukan dengan ritual dan izin dari pemuka adat.

4. Sosial dan Budaya

a. Suku Tolaki memiliki adat "Poasalengga" yang merupakan bentuk musyawarah dalam penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan bersama. Setiap warga dihormati dan diajak untuk menyuarakan pendapatnya.

b. Suku Muna menghormati tradisi "Posipondo", sebuah upacara adat yang bertujuan untuk mempererat hubungan sosial dan solidaritas antarwarga desa.

Upacara ini melibatkan persembahan makanan dan simbol-simbol persatuan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

5. Seni dan Kesenian

a. Tari Lulo, sebuah tarian khas dari Suku Tolaki, mencerminkan semangat kebersamaan dan saling mendukung antaranggota masyarakat. Tarian ini sering digunakan dalam acara-acara adat sebagai simbol persatuan.

b. Seni ukir kayu dari Suku Muna menggambarkan flora, fauna, dan kehidupan spiritual yang diambil dari mitos dan kepercayaan adat mereka. Setiap ukiran memiliki makna mendalam tentang kehidupan dan keharmonisan dengan alam.

B. Kearifan Lokal yang Mulai Punah

Banyak kearifan lokal di Sulawesi Tenggara yang mulai terkikis akibat modernisasi dan globalisasi. Beberapa faktor yang menyebabkan kepunahan kearifan lokal antara lain:

1. Tradisi Ritual Pertanian dan Lingkungan

a. Ritual Mopende pada suku Tolaki yang dulu sangat dihormati sebelum musim tanam kini mulai jarang dilakukan, terutama oleh generasi muda yang lebih memilih metode pertanian modern tanpa unsur spiritual.

(4)

b. Sistem pertanian ladang berpindah yang menjaga keseimbangan tanah mulai ditinggalkan karena adanya sistem pertanian intensif yang menggunakan bahan kimia, yang pada akhirnya mengurangi kesuburan tanah secara alami.

2. Pengelolaan Sumber Daya Laut

a. Suku Bajo yang dulu menjaga ekosistem laut dengan cara tradisional mulai beralih menggunakan alat-alat penangkapan ikan modern yang tidak ramah lingkungan, seperti pukat harimau, yang menyebabkan penurunan hasil laut dan kerusakan terumbu karang.

b. Larangan adat di beberapa suku terkait waktu penangkapan ikan mulai tidak dipatuhi, karena permintaan pasar yang meningkat, sehingga merusak keseimbangan populasi ikan.

3. Pengabaian Hutan dan Sumber Air

a. Hutan yang dulunya dianggap sakral oleh Suku Tolaki, kini mulai dirambah untuk perkebunan komersial dan tambang. Hal ini mengancam keberadaan sumber air yang dulunya sangat dijaga oleh masyarakat adat.

b. Kawasan yang dijadikan batas perlindungan kampung oleh Suku Wakatobi, kini mulai beralih fungsi menjadi lahan untuk pembangunan infrastruktur, mengikis kesadaran akan perlindungan alam yang telah diwariskan.

4. Tradisi Lisan dan Seni

c. Cerita rakyat dan mitos lokal yang dahulu menjadi sarana edukasi moral dan sejarah lokal semakin jarang dituturkan karena generasi muda lebih terpapar media modern. Banyak dari cerita ini tidak terdokumentasi dan berisiko hilang.

d. Seni ukir dari Suku Muna juga mengalami penurunan karena kurangnya regenerasi seniman lokal dan minimnya minat generasi muda terhadap seni tradisional.

C. Upaya Pelestarian

Untuk mencegah kepunahan kearifan lokal, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1. Dokumentasi: Melakukan dokumentasi terhadap berbagai bentuk kearifan lokal, baik secara tertulis maupun audiovisual.

(5)

pendidikan formal dan non-formal.

3. Pengembangan wisata budaya: Mengembangkan wisata budaya yang berbasis pada kearifan lokal untuk menarik minat wisatawan dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

4. Penguatan kelembagaan adat: Memberikan dukungan kepada lembaga adat agar dapat berperan aktif dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, maka skripsi ini dengan judul model dan kearifan lokal (model dakwah KH Ahmad Karim pada masyarakat Buton Sulawesi

Dengan demikian pengetahuan indigenous atau kearifan budaya lokal sebagai sebuah akumulasi pengalaman kolektif dari generasi ke generasi perlu dikembangkan sebagai

Berdasarkan uraian tentang kearifan lokal suku Sasak, mulai dari masalah krama sampai dengan sesenggak, dapat dirumuskan dan disimpulkan bahwa terdapat sepuluh

8 Nilai-nilai kearifan budaya lokal yang dimaksud dalam tulisan ini adalah nilai-nilai kearifan budaya Bugis, yang tentu saja terdapat pada nilai-nilai budaya suku

Pola kehidupan sosial budaya masyarakat Suku Tengger Desa Wonokitri bersumber dari nilai budaya, religi dan adat-istiadat setempat yang merupakan bentuk nilai-nilai kearifan

Dengan melihat nilai penting dari kearifan lokal maka Labalawa memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lokasi agrowisata untuk melestarikan tradisi pertanian

Salah satu bagian dari kebudayaan Aceh adalah kearifan lokal itu sendiri dan menjadi peran yang penting dalam perkembangan taraf pendidikan masyarakat, agama, bahasa, perkembangan

Modul ajaran ini membahas tentang kekayaan budaya Indonesia dan cara untuk menyabutkan kearifan lokal di daerah tempat