1 A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 menjadi 295.000 kematian dengan penyebab kematian ibu adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsiaa dan eklampsia), pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi yang tidak aman. Angka Kematian Bayi (AKB ) di dunia menurut WHO tahun 2020 sebesar 2.350.000 (Febriani, Tikazahra, Maryam and Nurhidayah, 2022).
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2015 AKI di Indonesia adalah 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, AKB 24/1000 KH. Target Sustainable Develovment Goals (SDGs) pada tahun 2030 adalah AKI mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000 KH. Bidan memiliki peran sangat penting dan strategis dalam penurunan AKI dan AKB serta penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas, melalui pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan (Anwar et al., 2022)
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya kematian bayi usia di bawah 1 tahun (0–11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Dalam rentang 50
tahun (periode 1971–2022), penurunan AKB di Indonesia hampir 90%.
AKB menurun signifikan dari 26 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Dari hasil Sensus Penduduk 2010 menjadi 16,85 kematian per 1.000 kelahiran hidup dari hasil Long Form SP2020. Hasil Long Form SP2020 menunjukkan Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 189 yang artinya terdapat 189 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan SP2010 dan SUPAS2015, Angka Kematian Ibu Indonesia menunjukkan tren menurun. Penurunan angka kematian ibu dari hasil SP2010 dan LF SP2020 mencapai 45% (Badan Pusat Statistik, 2021).
Sampai tahun 2020 jumlah kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara meskipun masih berfluktuasi namun cenderung stabil, kenaikan signifikan justru terjadi pada tahun terakhir dengan jumlah 117 kasus atau mengalami kenaikan sebesar 92%. Hasil ini memerlukan kajian yang lebih lanjut mengenai penyebabnya, serta keterkaitannya dengan indikator Kesehatan Ibu yang lain (Dinkes, 2021).
Jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2020 sebanyak 9/1000 KH dan tahun 2021 sebanyak 8/1000 KH. Adapun untuk jumlah kematian bayi tahun 2020 sebanyak 456 kasus dan tahun 2021 sebanyak 411 kasus (Dinkes, 2021).
Kematian Ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2021 umumnya disebabkan oleh penyebab lain-lain (Retensio Urine, Asma Bronkial, Febris, Post Sectio Caesarea, sesak nafas, Dekompensasi Cordis, Plasenta Previa, komplikasi TBC, gondok, gondok beracun, TBC) dengan 54 kasus, perdarahan 30 kasus, Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) 20 kasus, infeksi 6 kasus, gangguan metabolisme 4 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah 4 kasus. Berbagai sub faktor menjadi penyebab seperti kuantitas dan kuaitas ANC, deteksi resiko tinggi kehamilan, keterlambatan merujuk, terlambat sampai di fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat mendapat pertolongan, faktor sosial budaya dan ekonomi (Dinkes, 2021).
Proses kehamilan, persalinan dan tahap setelah persalinan yang disebut dengan masa nifas selalu menjadi perhatian khusus bagi mereka yang berada di pelayanan kesehatan. Sebab, banyaknya masalah yang timbul dari ketiga tahapan tersebut menjadi dasar tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) (Kartini et al., 2023).
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah hipertensi dalam kehamilan kehamilan dan perdarahan pasca persalinan (post partum). Penyabab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh komplikasi inpartum sebanyak 28,3% dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 19%. Hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat menentukan persalinan dengan kondisi bayi yang dilahirkan (Kemenkes RI., 2021)
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam penurunan AKI salah satunya adalah melalui Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan pada totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko pada Ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di Puskesmas (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
Pelaksanaan P4K di desa perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap siagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat. Bentuk upaya lain selain P4K adalah bidan dapat memberikan pelayanan dengan model Continuity of Care (CoC) (Kemenkes RI., 2021)
Continuity of Care (CoC) dalam kebidanan merupakan serangakaian kegiatan pelayanan berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir. Pelayanan tersebut dapat mengoptimalkan deteksi risiko tinggi maternal dan neonatal melalui konseling, informasi dan edukasi (KIE) serta kemampuan mengidentifikasi risiko pada ibu hamil sehingga mampu melakukan rujukan. UPTD Puskesmas Abeli telah menerapkan secara komprehensif dan berkesinambungan (CoC) (Saleh et al., 2022)
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny.S mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di UPTD Puskesmas Abeli.
B. Ruang Lingkup Asuhan
Ruang lingkup laporan ini adalah asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. S meliputi asuhan pada kehamilan trimester III, masa persalinan, masa nifas, dan asuhan bayi baru lahir (Neonatus) pada Ny.S.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan pada Ny. S di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas sehingga Abeli sehingga ibu mampu melewati masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas nya dengan aman serta bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat dengan melakukan pendekatan manajemen asuhan kebidanan Varney serta pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data pada Ny.S di UPTD Puskesmas Abeli
b. Menetapkan diagnosis dan masalah aktual pada Ny.S di UPTD Puskesmas Abeli
c. Mampu merumuskan diagnosis serta masalah potensial pada Ny.
S di UPTD Puskemas Abeli
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.S di UPTD Puskesmas Abeli
e. mendeskripsikan kesenjangan antara teori dan asuhan yang diberikan pada Ny.S di UPTD Puskesmas Abeli
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu dalam pemberian asuhan kebidanan secara continuity of care pada masa kehamilan, persalinan masa nifas, dan bayi baru lahir..
2. Manfaat praktis a. Bagi Klien
Mendapat asuhan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, sampai dengan bayi baru lahir.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan asuhan kebidanan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir sesuai dengan standar pelayanan asuhan kebidanan.
c. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan acuan untuk dapat mempertahankan asuhan kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan
(CoC) serta dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan asuhan yang berkualitas.