• Tidak ada hasil yang ditemukan

kejujuran ilmiah dalam melakukan praktikum fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kejujuran ilmiah dalam melakukan praktikum fisika"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

Penelitian ini merupakan penelitian Ex Post Facto yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui kejujuran ilmiah siswa dalam melakukan Praktikum Fisika Kelas X di SMA Barrang Lompo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melaporkan data siswa yang melakukan pengukuran panjang tali dan massa beban. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejujuran ilmiah yang dimiliki siswa kelas X SMA Barrang Lompo masih tergolong rendah.

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan keterampilan pengukuran siswa sebagai subjek yang terlibat langsung dalam proses penimbangan ikan. Jawabannya, secara tidak langsung siswa mendapatkan pengalaman tentang proses penimbangan ikan seperti yang dilakukan masyarakat Pulau Barrang Lompo. Sehingga timbul pertanyaan bagaimana kejujuran ilmiah siswa SMA Barrang Lompo dapat ditingkatkan dan dikembangkan.

Kejujuran ilmiah dapat dikembangkan dalam diri siswa melalui pengalaman yang diperolehnya di lingkungan tempat ia tinggal. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kejujuran Ilmiah Dalam Melaksanakan Praktikum Fisika di Kelas

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kejujuran Ilmiah

Menurut Sujari dan Suharto, kejujuran adalah sikap yang mencerminkan satu perkataan dan perbuatan yang maknanya sama dengan perbuatan. Orang jujur ​​selalu berkata jujur, tidak berbohong dan jujur, sehingga orang jujur ​​bisa dipercaya dan disukai banyak orang. Jadi penjelasan di atas adalah beralasan bahwa dengan pembelajaran fisika kejujuran ilmiah dapat tumbuh dan berkembang dalam diri siswa. Dalam hal ini sikap menjaga kejujuran ilmiah dapat diartikan sebagai sikap dimana seseorang masih memiliki keterbatasan pengetahuan untuk mengungkapkan apa yang belum diketahui.

Panen dan Purwanto (2001) menyatakan kejujuran ilmiah mencakup pengakuan dan pemanfaatan karya tulis orang lain, baik berupa aspek teoritis, hasil penelitian, pencantuman sumber referensi dan kejujuran dalam pengumpulan data. Pengertian lain juga dijelaskan oleh Koellhoffer (2009), bahwa kejujuran terdiri dari dua hal, yaitu kejujuran ilmiah dan kejujuran akademik. Kejujuran ilmiah adalah kejujuran dalam sains yang menjadi topik hangat selama beberapa dekade terakhir.

Koellhoffer (2009) mengatakan seseorang dikatakan memiliki kejujuran ilmiah apabila ia teliti dan akurat dalam mengumpulkan dan melaporkan data. Sesuai dengan ungkapan Khoelhoffer, Martawijaya (2014) menyatakan bahwa kejujuran ilmiah dapat dicapai seseorang jika segala tindakan yang dilakukannya dilandasi oleh perbuatan baik dan hanya dapat terwujud jika seseorang berperilaku tertib.

Pengukuran Dalam Fisika

Aspek pengukuran yaitu Presisi (akurasi) merupakan aspek pengukuran yang menunjukkan tingkat perkiraan nilai hasil pengukuran alat ukur. Akurasi merupakan aspek pengukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil pengukuran yang sama dengan pengukuran yang berulang-ulang. Alat ukur mempunyai ketelitian yang tinggi bila digunakan dalam pengukuran dan akan menghasilkan hasil yang tidak banyak berubah.

Sensitivitas merupakan aspek pengukuran yang menunjukkan ukuran minimum yang masih dapat dideteksi oleh suatu alat ukur. Terbatasnya skala alat ukur dan terbatasnya kemampuan mengamati serta banyaknya sumber kesalahan lainnya menyebabkan hasil pengukuran selalu mengandung ketidakpastian. Perbandingan antara ketidakpastian absolut dengan hasil pengukuran disebut ketidakpastian relatif nilai ( , sering dinyatakan dalam % (dikalikan 100%).

Hal ini menyebabkan hasil pengukuran lebih besar atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Sumber ketidakpastian acak antara lain: (1) Ketidakpastian dalam memperkirakan skala, sumber ketidakpastian yang pertama adalah keterbatasan skala alat ukur. Nilai yang kurang dari nilai skala minimal alat ukur (NST) tidak dapat terbaca, sehingga dibuat perkiraan.

Karena hasil pengukuran terdiri dari 3 angka penting, maka luas yang diharapkan dari pengukuran tersebut tidak boleh lebih dari 3 angka penting. Memet Mulyadi (Herowati, 2014:17) menjelaskan bahwa alat ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut.

Contoh alat ukur antara lain alat ukur panjang, seperti: penggaris, jangka sorong dan pengukur ulir; alat ukur massa seperti: timbangan digital, timbangan Ohaus 2610 dan timbangan Ohaus 311; alat pengukur waktu, seperti : jam dinding, jam dinding dan stopwatch. Alat ukur yang digunakan terdiri dari penggaris untuk mengukur panjang tali, kompas untuk mengukur diameter bola dan neraca pegas. untuk mengukur massa bola dalam kg. Hasil pengukuran pada neraca pegas adalah dengan melihat skala yang ditunjukkan oleh penunjuk neraca.

Kerangka Pikir

Sehingga pelaporan hasil pengukuran yang tepat dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat kejujuran ilmiah siswa, baik dalam melakukan pengukuran maupun melaporkan data hasil pengukuran. Oleh karena itu kejujuran ilmiah diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi SMA Barrang Lompo untuk membentuk siswa yang berkarakter. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang bersifat deskriptif.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya oleh (Sugiyono, 2016:6), jenis penelitian berdasarkan tingkat penjelasannya dibedakan menjadi tiga, yaitu penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang berupaya mendeskripsikan dan menafsirkan objek menurut apa adanya (Supardi.

Gambar 2.1 Alur Kerangka pikir
Gambar 2.1 Alur Kerangka pikir

Subyek dan Lokasi Penelitian

Tahap awal penelitian ini terdiri dari melakukan observasi langsung untuk mengamati perilaku siswa mengenai kejujuran ilmiah dalam pembelajaran fisika. Sedangkan alat ukurnya adalah tali nilon untuk mengukur panjang dan beban yang terbuat dari bola pimpong untuk mengukur massa suatu benda; Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah: (1) menentukan siswa yang dijadikan subjek penelitian yaitu kelas cara menggunakan alat ukur dan membaca skala, (3) membagikan Lembar Kerja Siswa (LKPD) kepada subjek, (4) siswa mengukur panjang tali dan massa beban bandul dengan menggunakan benda ukur yang disediakan peneliti, (5) mengumpulkan data hasil pengukuran yang dilakukan siswa.

Variabel Penelitian

Devinisi Operasional Variabel

Instrumen Penelitian

Teknik Analaisis Data

2; (4) hasil pengukuran menyimpang dari skala 1½ sehingga mendapat skor 1, (5) hasil pengukuran menyimpang >1 ½ pada skala sehingga mendapat skor 0,1 jika dijumlahkan skor. Hasil pengukuran dari panjang tali pendulum Kelas menunjukkan terdapat 22 siswa yang mempunyai predikat 'tidak baik'. Selain itu, pengukuran pembebanan massa yang dilakukan siswa yang dikelompokkan dalam kategori A (Sangat Baik), B (Baik), C (Sedang), D (Kurang) dapat dilihat pada Tabel 4.2.

2 tentang penjumlahan hasil pengukuran berat beban pada bandul kelas Berikut data hasil pengukuran panjang tali dan berat beban siswa yang tergolong dalam kategori A (sangat baik) , B (baik), C (buruk), D (buruk ) ditunjukkan pada tabel. 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3 mengenai hasil pengumpulan hasil pengukuran siswa kelas X SMA Barrang Lompo dengan menggunakan percobaan pendulum sederhana.

Penilaian kejujuran ilmiah siswa kelas X SMA Barrang Lompo disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh siswa pada saat mengukur panjang tali sangat rendah dibandingkan dengan hasil pada saat mengukur massa beban. Berdasarkan hasil analisis dari kedua tabel di atas, terlihat terdapat 17 siswa yang memenuhi kriteria kejujuran ilmiah, namun terdapat 3 siswa yang memiliki reputasi kejujuran ilmiah yang baik.

Artinya, kekhawatiran yang disebutkan masyarakat kepulauan secara umum telah tercermin pada siswa SMA Kelas X Barrang Lompo berdasarkan hasil pengukuran tinggi dan massa.

Tabel 4.1. Akumulasi Skor Hasil Pengukuran Panjang Tali   Rentang Skor  Predikat Penilaian  Frekuensi
Tabel 4.1. Akumulasi Skor Hasil Pengukuran Panjang Tali Rentang Skor Predikat Penilaian Frekuensi

Pembahasan

Dari indikator kejujuran ilmiah dalam pengukuran massal, terdapat 6 siswa yang mengamalkan kejujuran ilmiah secara konsisten, 13 siswa yang mengamalkan kejujuran ilmiah tidak konsisten, dan 6 siswa yang berkategori tidak jujur. Sedangkan pengukuran panjang tali menunjukkan tidak ada siswa yang dikategorikan memiliki kejujuran ilmiah yang konsisten. Di antara 25 orang tersebut, terdapat 9 orang mahasiswa yang dikategorikan memiliki kejujuran ilmiah yang tidak konsisten dibandingkan dengan yang tidak jujur.

Faktor lain yang membuat siswa berada pada kategori rendah adalah kurangnya keterampilan mengukur. Oleh karena itu, sebelum mengukur suatu benda, siswa harus terlebih dahulu mengenal dan mengetahui cara menggunakan alat ukur. Selain itu, mengukur suatu benda fisik tidak hanya memerlukan ketelitian, tetapi juga sikap ilmiah dimana siswa memposisikan dirinya sebagai peneliti.

Sehingga melalui pengukuran benda fisik, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah yang meliputi: rasa ingin tahu yang tinggi, kejujuran, tanggung jawab, ketekunan, objektivitas dan keterbukaan. Kejujuran ilmiah dalam penelitian ini mengacu pada pemahaman budaya siri'na pacce masyarakat Pulau Barrang Lompo yang mensyaratkan kejujuran. Hasil analisis dapat dijadikan barometer untuk mengetahui kejujuran ilmiah SMA Barrang Lompo.

Namun integritas ilmiah dalam penelitian ini sangat rendah akibat kesalahan penggunaan alat ukur. Oleh karena itu diharapkan hasil gambaran kejujuran ilmiah Kelas Barrang Lompo Sejalan dengan hal tersebut, kejujuran ilmiah siswa dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pitafi dan Muhammad Farooq (2012) menyatakan bahwa sikap siswa sekolah menengah cukup ilmiah pada unsur “Keingintahuan” dan tidak pada siswanya. sikap yang berkaitan dengan unsur rasionalitas, kemauan untuk menunda penilaian, keterbukaan pikiran, berpikir kritis, objektivitas, kejujuran dan kerendahan hati.

Martawijaya (2014) mengatakan dalam penelitiannya bahwa karakter siswa berdasarkan aspek kejujuran berada pada kategori rendah. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kejujuran ilmiah siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan kejujuran ilmiah Barrang Lompo Klas

Saran

Daftar Nama Peserta Didik Kelas X SMA Barrang Lompo

Lembar Tes Peserta Didik

Kunci Jawaban pengukuran Panjang, Diameter bola dan Massa Beban Pada

Rubrik Penilaian Kejujuran Ilmiah 5. Dokumentasi Penelitian

Ukur panjang tali menggunakan penggaris lalu catat hasil yang didapat pada tabel berikut. Ukur massa benda tersebut dengan menggunakan pegas, kemudian catatlah hasil yang diperoleh pada tabel berikut.

Tabel 1. Mengukur panjang tali  Kode Tali=
Tabel 1. Mengukur panjang tali Kode Tali=

Pengukuran Panjang Tali NST Mistar =

Data hasil pengukuran (3 pengukuran untuk setiap jumlah pengukuran) ada yang dapat diterapkan dan ada pula yang tidak dapat diterapkan. Data hasil pengukuran (3 kali pengukuran untuk setiap pengukuran besaran) tidak sesuai dengan jawaban peneliti.

Pengukuran Diameter Bola dan Panjang tali

Pengukuran Massa Beban

Akumulasi Skor Kejujuran Ilmiah Peserta Didik SMA Barrang Lompo

Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Kerangka pikir
Tabel 4.1. Akumulasi Skor Hasil Pengukuran Panjang Tali   Rentang Skor  Predikat Penilaian  Frekuensi
Tabel 4.2. Akumulasi Skor Hasil Pengukuran Massa Beban  Rentang Skor  Predikat Penilaian  Frekuensi
Tabel 4.3. Akumulasi Skor Hasil Pengukuran Panjang Tali dan Massa Beban   Rentang Skor  Predikat Penilaian  Frekuensi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Belajar Algoritma Pemograaman di Universitas Muhammadiyah