• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan Seksual di Kampus

N/A
N/A
29@Naily Zahrotun Arifah

Academic year: 2024

Membagikan "Kekerasan Seksual di Kampus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kekeresan Seksual di kampus

Halo teman-teman semuanya perkenalkan saya priyanka sian ressy mahasiswi magister ilmu hukum Universitas Gadjah Mada angkatan 2021 Selamat datang teman-teman di perkuliahan dengan tema kekerasan seksual hari ini kita akan membahas mengenai kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus telah bergabung dengan kita narasumber hebat ibu Sri Wiyant Eddyono, S.H., LL.M, Ph.D atau yang biasa dipanggil dengan Bu Iyik Halo Bu Iyik Bagaimana kabarnya Buk Alhamdulillah hari ini sehat-sehat selalu Wah luar biasa ya Bu walaupun di awal tahun tetapi ibu tetap semangat harus lebih semangat baik ibu baik ibu dan teman-teman sebelum kita memulai ada beberapa hal yang ingin saya beberapa temuan saya bu jadi sepert yang kita ketahui bahwa kekerasan seksual itu terjadi kepada siapa saja dan dimana saja Ibu bahkan di lingkungan pendidikan kekerasan seksual itu terjadi kekerasan seksual ini di lingkungan pendidikan saat ini perguruan tnggi itu menempat posisi pertama ibu untuk tempat dengan rentan terjadinya kekerasan seksual ibu bahkan kasus-kasus yang muncul di publik ini sangat menarik perhatan ya Bu ya karena masyarakat menganggap bahwa kampus yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman untuk mahasiswa dan mahasiswinya belajar Tetapi ada juga terjadinya kekerasan seksual ibu nah beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan untuk buy itu antara lain Bu yang pertama itu Mengapa sih Ibu kekerasan seksual itu pentng untuk dibahas di lingkungan khususnya di kampus ibu baik mbak bahasa ingin menjawab Ya bahwa memang kampus itu menjadi pentng karena banyak Harapan di dalam masyarakat ya terhadap dunia kampus kampus itu dianggap menjadi tempat-tempat orang pintar tempat orang-orang terpelajar di tempat orang-orang yang dihormat baik yang menjadi guru atau dosen ataupun mahasiswa-mahasiswa jadi tdak banyak orang Indonesia yang bisa menikmat dunia kampus jadi dunia kampus itu dianggap dunia yang haid di satu sisi karena kampus itu banyak orang sehingga kampus menjadi ruang tempat berinteraksi baik berinteraksi untuk belajar menjadi tempat proses pembelajaran ataupun ketka menjadi tempat bekerja karena ada orang yang bekerja di sana Baik dosen staff tendik yang mengelola kampus ya ruangan parkir Taman Nah dengan itu memang kampus menjadi ruang yang terbuka karena menjadi ruang yang terbuka ini ataupun bisa terjadi Nah itulah yang menjadi problem adalah ketka kampus yang dianggap tempat yang sakral ini ternyata tdak sakral banyak sekali kekerasan seksual yang terjadi di dalamnya tersembunyi Nah kita mau bicara tentang kekerasan seksual karena kita ingin menjadikan kampus sebagai tempat yang aman nyaman tempat Interaksi yang kondusif bekerja yang kondusif lingkungan belajar yang kondusif sehingga kalau semuanya kondusif itu kampus menjadi tempat yang berintegritas dan bagi kita kampus yang berintegritas menjadi kampus yang pentng ya kalau kampusnya menjadi kampus yang berintegritas yang kondusif kampus akan menciptakan orang-orang yang memiliki kontributf kepada negeri ini ya itulah mengapa kita pentng membahas kekerasan seksual di kampus jika kita membahas Mengapa perlu dan pentng untuk mempelajari kekerasan seksual di kampus Ibu Berart ada aturannya Ibu Ya sepert aturan umumnya kan ada undang-undang tndak pidana kekerasan seksual kalau di kampus sendiri itu apa saja peraturannya Bu Jadi kalau di kampus itu ada berbagai aturan ya Apakah aturan yang bersifat internal di kampus ataupun aturan yang menjadi panduan bagi semua kampus yang menjadi panduan itu adalah Peraturan Menteri Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 1 tahun 2020 itu judulnya adalah kebijakan ya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tnggi nah peraturan ini sorry ya Saya ulangi bukan 2020 [Musik] menjawab pertanyaan tentang peraturan yang berlaku di kampus maka ada dua kategori ya Yang pertama adalah peraturan yang bersifat internal di setap kampus ataupun peraturan yang menjadi dasar adanya kebijakan internal itu kalau di UGM kita memiliki peraturan Rektor nomor satu tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di masyarakat UGM nah peraturan ini sebetulnya sangat baik ya dan merupakan perubahan dari peraturan-peraturan sebelumnya yaitu

(2)

tentang peraturan kode etk dosen di tahun 2004 ada juga tentang peraturan Rektor tentang tata perilaku mahasiswa UGM nomor 711 tahun 2013 dan yang sebetulnya tahun 2016 UGM juga sudah memiliki surat keputusan Rektor ya tentang pedoman pencegahan dan pelecehan di lingkungan pencegahan pelecehan di lingkungan UGM nah itu yang bersifat internal jadi setap universitas bisa membuat kebijakan-kebijakan sepert yang terjadi di UGM nah dasar dari pembuatan kebijakan internal Ini pertama bisa jadi keputusan di tngkat internal ataupun yang sekarang dengan adanya peraturan menteri nomor 30 tahun 2021 disebut dengan permendikbuddikt tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tnggi Nah ini kan kebijakan yang tadi saya masukkan sebagai kategori kedua untuk menjadi dasar adanya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus Baik Ibu jadi banyak ya peraturannya Ibu maupun di internal maupun betul banyak cuma memang tdak semua kampus atau universitas ataupun perguruan tnggi memiliki peraturan tersebut UGM termasuk beruntung kita punya aturan dan bahkan aturannya UGM mendahului ya dari Peraturan Menteri 2016 kita sudah punya 2020 kita sudah punya peraturan menteri baru ada pada tahun 2021 ya Nah ini harapan kita memang setap kampus memiliki kebijakan internal tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus Saya ingin bertanya mengenai faktor penyebab ibu terjadinya kekerasan seksual khususnya di lingkungan kampus itu apa-apa saja jadi kalau kita bicara faktor penyebab kekerasan seksual di kampus gitu Sebetulnya tdak jauh berbeda dengan faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual dimana-mana ya Yang pertama memang ada konteks budaya patriarki ada yang berpengaruh terhadap Bagaimana perempuan dan laki-laki dikonstruksikan dimana perempuan seringkali dianggap sebagai objek seks sehingga apa yang dilihat terhadap perempuan apapun yang dilakukan perempuan itu seolah-olah selalu berkonotasi dengan seksualitas Dan ini menjadi satu dasar yang sangat kuat sehingga terjadi kekerasan seksual dan kita sering sebutkan bahwa kekerasan seksual Ini adalah kekerasan yang berbasis gender itu faktor pertama faktor lainnya adalah relasi Kuasa ya Nah relasi kuasa ini berpengaruh sekali jadi orang yang punya kuasa rendah itu past akan lebih rentan mendapatkan kekerasan seksual nah di kampus faktor relasi kuasa ini sangat berpengaruh karena Biar bagaimanapun orang masuk Universitas ingin mendapatkan nilai dan ijazah di samping ilmu ya karena ilmu saja kadang-kadang cukup ilmu kan bisa juga didapat tdak hanya di kampus ya tapi kadang-kadang orang ke kampus orang mau mendapatkan pengakuan bahwa dia sudah melampaui satu proses pendidikan nah ternyata proses Pengakuan itu kan kadang-kadang ada nilai ada tugas- tugas ada kebutuhan-kebutuhan ujian persyaratan-persyaratan nah ketka tugas ujian nilai-nilai ini mau dikeluarkan ataupun relasi-relasi yang berpengaruh terhadap hasil pendidikan itu ternyata di situ Itu ada kondisi-kondisi yang rentan yang menyebabkan orang yang membutuhkan ya nilai-nilai itu menjadi menjadi korban menjadi korban ya itu yang pertama itu relasi kuasa yang sangat jelas tapi ada juga relasi kuasa yang berbasis gender yang tadi ya jadi sesama pemberi materi tapi yang satu laki-laki yang satu perempuan mahasiswa yang satu laki-laki dan perempuan Nah itu juga ternyata karena tadi yang saya sebutkan budaya patriarki berpengaruh tentang bagaimana perempuan dikonsumsikan jadi perempuan mahasiswa perempuan masuk saya itu biasanya menjadi lebih rentan ada lagi realistk kuasa berbasis usia jadi dia mahasiswi perempuan muda lagi mudanya gini ada di kampus UGM misalnya kan ada program afirmasi ya dimana mahasiswa- mahasiswanya bahkan di bawah usia 17 tahun nah ternyata mereka ini juga rentan untuk mendapatkan kekerasan seksual dari seniornya Nah jadi ada kasih kekuasaan yang berlapis di kampus dan itu berpengaruh terhadap rentannya orang yang berada pada lapisan kekuasaan yang rendah ini mengalami kekerasan seksual lalu berikutnya Ibu apa saja sih Bu bentuk-bentuk kekerasan seksual ibu apa di kampus khususnya Apakah dia memang sepert kekerasan seks bentuk-bentuk kekerasan seksual pada umumnya yang ada dalam undang-undang tndak pidana kekerasan seksual atau ada bentuk-bentuk khususnya lagi bu ya jadi memang pada umumnya kalau kita bicara kekerasan seksual di kampus baik peraturan menteri nomor 30 tahun 2021 tadi permendikbudity

(3)

itu sudah mendefinisikan ya bahwa kekerasan seksual itu merupakan perbuatan yang merendahkan menghina melecehkan dan atau menyerang tubuh dan atau fungsi reproduksi seseorang karena ketmpangan relasi kuasa dan atau gender nah yang menjadi pentng itu adalah relasi itu dan perbuatan itu memberi akibat pada penderita psikis ya fisik termasuk mengganggu kesehatan reproduksi seseorang ya dan bahkan sampai pada hilangnya kesempatan melakukan pendidikan secara aman dan optmal nah Peraturan Menteri membuat kategorisasi dengan demikian dampaknya itu adalah dampak fisik psikis ya dan juga ada bentuk kekerasan non fisik dan kekerasan seksual berbasis online itu bentuk-bentuknya 30 tahun 2021 ini bahkan membuat apa aturan-aturan yang lebih rinci gitu ya jadi misalnya ada di pasal 5 itu yang yang detl sekali perbuatan-perbuatannya sampai pada menyampaikan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan tampilan fisik kondisi tubuh atau identtas gender korban itu satu memperlihatkan alat kelamin dengan sengaja atau tanpa persetujuan korban menyampaikan ucapan yang memuat rayuan lelucon atau siulan menatap korban dengan nuansa seksual mengirimkan pesan lelucon gambar foto audio atau video yang bernuansa seksual kepada korban ya apalagi kalau korbannya sudah melarang ya mengambil merekam mengedarkan foto atau rekaman audio yang bernuansa seksual tanpa persetujuan korban dan bahkan mengunggah foto-foto tersebut tanpa persetujuan korban termasuk ya Di dalamnya adalah menyebarkan informasi terkait dengan tubuh jadi tdak selalu fotonya langsung dengan alat kelamin nggak tapi ungkapan-ungkapan yang membicarakan tubuh ya atau pribadi korban yang bernuansa seksual tanpa izin gitu ya Ada juga perbuatan yang mengintp nah yang paling banyak ini adalah membujuk menjanjikan menawar sesuatu mengancam korban untuk melakukan transisi transaksi ritual ya karena hal ini sebetulnya menjadi bagian yang kita sebut dengan eksploitasi sampai pada tndakan-tndakan fisik menyentuh mengusap meraba memegang memeluk bahasa kerennya adalah annuanttaching ya dan bahkan praktek-praktek yang menghukum mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain atau menghukum pihak-pihak lain dengan kaitannya dengan seksualitas nah ini detail sekali sebetulnya bentuk- bentuk kekerasan seksual yang telah disebutkan oleh permendikbuddikt 30 tahun 2021 Jadi cukup detail ibu di dalam permendiktenya lalu yang berikut itu ibu jika memang terjadi kekerasan seksual di kampus itu proses Penanganannya Sepert apa ibu untuk penanganan korban maupun untuk pelakunya terkait dengan Penanganannya ya dalam permen dibudikt 30 tahun 2021 itu menyatakan bahwa ada pembentukan Satgas di setap universitas dan Satgas ini yang kemudian melakukan pencegahan maupun penanganan jadi tugas Satgas ini mulai dari menerima pelaporan dari korban ya kemudian melakukan bantuan atau pendampingan bagi korban untuk memenuhi apa kebutuhannya dan termasuk melanjutkan kasus ini sampai pada adanya pemeriksaan terhadap terlapor dan adanya pemberian sanksi kepada pelapor termasuk terakhir adalah pemulihan terhadap korban jadi memang berdasarkan permendikbuddikt 30 tahun 2021 keberadaan Satgas itu yang menjadi pentng nah pelaporan itu biasanya bisa jadi juga bermacam-macam ya karena keberadaan Satgas untuk ada dan kemudian menerima pelaporan dan pelaporan itu yang menjadi dasar Bagaimana kemudian Satgas bisa Menindaklanjut laporan tersebut Nah kalau di tngkat UGM sendiri Kita sudah ada peraturan Rektor kan Nomor 1 tahun 2020 dan peraturan ini akan kita rubah ya saya sudah mendapat informasi dalam waktu yang dekat ini sudah akan bergant menyesuaikan dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ya Nah kita juga sudah membentuk Satgas dan tapi kita memang menekankan ada yang namanya disebut dengan sistem penanganan atau pelayanan terpadu ya Di mana bagaimana caranya korban itu tdak bersusah payah proses-proses pelayanan itu dipercepat sudah ada jelas misalnya kalau ada korban yang membutuhkan konseling maka harus ada penanganan psikologi kalau dia membutuhkan layanan medis maka diarahkan untuk mendapatkan penanganan medis di rumah sakit punya UGM ya kemudian kalau memang kasusnya harus segera diproses oleh kepolisian maka didampingi untuk melaporkan kasus di kepolisian jadi kalau kita lihat maka pendampingan korban ini memiliki aspek yang beragam baik

(4)

yang proses cepat maupun prosesnya adalah yang biasa yang proses cepat itu yang memang dalam waktu dua kali 24 jam atau bahkan satu kali 24 jam harus segera diproses Nah jadi memang saat gas ini nantnya yang dia yang memiliki kewenangan untuk Bagaimana menangani korban nah cuma memang dalam permendikbuddikt 30 tahun 2021 dan kemudian sudah ada pedomannya yang diterbitkan melalui sekretaris jenderal kementerian pendidikan dan kebudayaan pada Tahun 2022 penanganan korban ini harus memiliki standar-standar ya yang pertama bahwa Penanganannya harus empat Sensitf ya ramah disabilitas mempertmbangkan adanya keberagaman korban nant kalau ada proses lanjutan untuk pemeriksaan terhadap pelaku itu ada sifat independensinya dan yang menjadi pentng itu adalah menjaga kerahasiaan baik kerahasiaan data dan informasi dari korban sehingga pelaporan itu kemudian tdak tersebar kemana-mana tapi tekanannya adalah Bagaimana penanganan yang layak yang diberikan kepada korban nah itu yang pertama yang kedua adalah sistem layanan terpadu yang berorientasi pada kepentngan terbaik bagi korban dan ini Artnya bahwa apapun pelayanan itu selalu mempertmbangkan kepentngan korban dan tdak membuat korban mengalami Resiko yang berlebih ya berlebihan gitu jadi maksudnya Awalnya dia melaporkan itu kan ingin kasusnya ditangani tapi kalau kemudian bocor rahasia laporannya itu malah korban pelakunya malah tahu nant pelakunya kan kemudian melakukan ancaman ya kepada dirinya Nah itu termasuk yang harus dijaga Nah dengan demikian memang ada yang namanya perlindungan kepada korban termasuk bukan hanya pada korbannya tapi saksi dan pendampingnya nah di samping itu juga ketka korban melapor dia berhak untuk mendapatkan informasi-informasi ya tentang bagaimana nant Penanganannya langkah-langkah penanganan kepada mereka sepert apa Nah termasuk nant sanksi yang bakal diberikan kalau memang pelaporan itu terjadi dan sampai pada adanya semacam panduan tentang sanksi yang dapat diberikan jadi memang dengan adanya satgasnya Diharapkan semua pelaporan itu dapat ditangani memang ujungnya adalah ada sanksi karena dan sanksi ini menjadi pentng untuk bagian dari Penjaraan dan perubahan perilaku dan kemudian juga untuk pemulihan korbannya supaya korbannya merasa tenang dia dihargai dia dipertmbangkan pengalamannya dan dia dilindungi dan dia bisa menyelesaikan proses pendidikannya di kampus Baik Ibu lalu kalau tadi soal Penanganannya ibu jika untuk pencegahannya itu sepert apa Ibu nah pencegahan ini hal yang sangat pentng ya Karena gini kalau pencegahan tdak ada kita hanya fokus pada penanganan ini akan menjadi situasi yang sepert siklus ya kasusnya terus ada gitu ya Walaupun memang bukan berart kalau telah ada Satgas kasus berhent itu sama kayak orang sakit ya orang sakit itu kan selalu ada walaupun sudah ada rumah sakit ya tetap ada kan jadi ada yang berobat nah ini juga sama nah pencegahan kalau di Peraturan Menteri jadi pencegahan berdasarkan permendikbuddikt 30 tahun 2021 itu ada macamnya banyak ya Apakah misalnya adalah pencegahan secara tdak langsung memasukkan materi-materi melalui mata kuliah program pengenalan di lingkungan kampus ya melalui pelathan-pelathan untuk kenaikan pangkat ya atau bahkan menyediakan pedoman penanganan tentang pelaporan kasus kekerasan seksual jadi ternyata Mbak orang sendiri nggak tahu bagaimana mau melapor Nah jadi pelaporan itu sendiri harus dikasih tahu harus diinformasikan kepada siapa Lewat media apa Nah jadi pedoman pelaporan ini pun bahkan harus dibuat dan itu bagian dari pencegahan termasuk ya tadi penguatan perspektf gender penguatan perspektf tentang seksualitas perempuan dan disabilitas ya itu menjadi pentng nah di samping yang tadi sifatnya pencegahan sosialisasi penyebaran materi maka pedoman ini meletakkan pencegahan yang Juga misalnya dengan membuat mekanisme pengaduan atau pelaporan baik di tngkat internal ataupun di tngkat eksternal ya Jadi kalau gini kalau ada kasus melapor ya melapornya di tngkat internal nggak jalan di tngkat eksternalnya Sepert apa Nah ini juga harus dibangun ya atau bahkan ya kalau sudah ada Satgas terus orang nggak tahu Satgas ini bagaimana Jadi pencegahannya adalah mensosialisasikan adanya Satgas ini bahkan membuat semacam tanda-tanda peringatan bahwa ini area bebas dari kekerasan seksual Ini Ini loh tempatnya Satgas gitu ya Nah termasuk kemudian melakukan

(5)

sosialisasi tentang layanan yang ada melalui kanal-kanal yang tersedia gitu ya ketka ada orientasi mahasiswa kepada ori dosen penerimaan tendik nah ini disebar informasi itu dan dia bagian dari orientasi materi orientasi ya termasuk misalnya kampanye-kampanye baik melalui media sosial ataupun program-program kampanye lainnya sepert seminar dialog ya Dan ini bisa dilakukan kolaborasi gitu antar fakultas antar Universitas ataupun dengan pihak lain nah termasuk misalnya pencegahan ini dengan membangun kode etk kode etk kode etk di mahasiswa organisasi mahasiswa kode etk dosen ya atau kode etk pihak lainnya staff gitu ya Nah dan satu lagi permendikbuddikt ini ternyata sudah membuat pengaturan tentang pembatasan pertemuan individual di luar kampus nah ini bahkan jadinya sekarang udah tdak boleh lagi ada pertemuan- pertemuan individu kalau tdak di kampus di luar area kampus ya Nah ternyata itu yang juga menjadi peluang terjadinya kekerasan misalnya ketemu di cafe ketemu di hotel atau ketemu di tempat-tempat lain yang sebetulnya tdak tdak terlalu tepat permen ini berharap bahwa efektvitas kegiatan kampus itu terpusat ya di kampus bukan berart tdak boleh boleh saja tapi tdak bersifat individual bisa dan juga memang harus mendapatkan izin kalau mau melakukan kegiatan di luar kampus yang bersifat individual Baik Ibu lalu kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus itu sepert apa bu ya Jadi ini menarik Mbak permendikbuddikt 30 tahun 2021 kan sudah membuat tuh kerangka beragam secara detail nah ternyata pengalaman saya ini ya dalam menjadi ketua satgasnya UGM itu banyak loh yang disebutkan di dalam peraturan menteri itu benar-benar terjadi termasuk juga hasil survei UGM tentang penanganan kasus kekerasan seksual itu ternyata para responden juga menyampaikan bahwa kekerasan seksualnya terjadi beragam mulai ada yang paling banyak itu adalah pelecehan seksual ungkapan-ungkapan siulan siulan termasuk pelecehan seksual yang fisik yang sentuhan-sentuhan yang tdak dikehendaki tapi biasanya mereka itu sungkan ya menyatakan Aduh aku nggak suka kamu sentuh gitu ya tapi dia biasanya mereka memberikan tanda untuk begini saja tubuhnya didirikan gitu tapi sebetulnya mereka tdak suka jadi ungkapan maupun yang sifatnya pelecehan non fisik dan fisik itu relatf banyak ya terjadi di kampus dan sekarang yang menonjol juga adalah kekerasan seksual ada sisa online di kampus jadi pengiriman teks-teks SMS melalui chat personal melalui chat personal dan bahkan misalnya merekam secara tdak izin persetujuan apa dan yang paling banyak adalah ancaman-ancaman penyebaran nah menarik ini di kampus tapi yang terjadi itu beragam sih pelakunya ya Ada pelakunya dosen ada pelakunya tendik ada pelakunya mahasiswa terhadap mahasiswi dan ini yang paling banyak ya mahasiswa dengan mahasiswi jadi kan orang ngebayangin kan kalau kekerasan seksual di kampus past dosen dengan mahasiswa dong gitu ternyata kebanyakannya itu gitu ya ternyata kan relasi di kampus itu bukan hanya di kelas yang paling banyak malah di luar kelas ketka mereka sedang belajar bersama di cafe ketka dalam organisasi Nah itu pula yang saya temukan Selama saya menjadi Satgas malah kegiatan-kegiatan di luar kampus oleh mahasiswa dengan mahasiswa itu yang paling banyak Nah ini yang perlu kita garis bawahi bukan berart dosen dengan mahasiswa tdak terjadi itu ada tapi presentasinya jauh lebih kecil ketmbang antar mahasiswa gitu ya lalu Ibu sepert yang tadi ibu jelaskan lalu untuk proses Penanganannya itu kalau misalnya dosen dengan mahasiswa atau mahasiswa dengan mahasiswa itu berbeda atau pada umumnya sama ibu ya ini memang jadi catatan ya pertama past kalau dosen dengan mahasiswa itu harus ditangani secara serius ya karena biasanya dan lebih menjadi hat-hat karena biasanya ya apalagi kalau dosen sudah terkenal posisinya tnggi pertama belum tentu orang percaya kalau dia melakukan itu ya Jadi ada ada keragu-raguan kadang-kadang mungkin di kampus-kampus yang lain misalnya yang saya temukan ragu nih Apa betul sih Bapak itu yang melakukan dia kan orangnya posisinya tnggi dia orangnya sopan dia Alim gitu ya tapi itu yang menjadi pertanyaan juga bahkan Biasanya karena dia punya posisi tnggi karena dia punya sesuatu yang mungkin menurut dia menjadi daya tawarnya tnggi sehingga kalau dia melakukan dia percaya diri untuk tdak diproses nah menurut saya memang penanganan kasus kalau dosen dengan mahasiswa ini past menjadi lebih hat-hat ya karena susah

(6)

penyelesaiannya tapi kalau di UGM sih alhamdulillah ya kita sudah menyelesaikan kasus dimana dosen dengan mahasiswa terjadi dan prosesnya sudah diberi sanksi gitu ya kalau mahasiswa dengan mahasiswa juga tetap ditangani apa ada bedanya Saya kira bedanya adalah ketka satu korban dan pelaku kalau di UGM nih ya pelaku dan korban berasal dari fakultas yang berbeda ya kalau dari fakultas yang sama kalau sama-sama mahasiswa itu Penanganannya oleh pihak fakultas ya jadi Satgas ini lebih berkoordinasi dengan pihak fakultas untuk Bagaimana Penanganannya tapi kalau korban dan pelaku sudah berbeda fakultas di sini memang yang paling banyak berperan adalah Satgas ya untuk Bagaimana proses perlindungan korbannya sampai pada pemberian sanksinya termasuk kalau misalnya dibutuhkan komite etk untuk penyelesaian memeriksa dan mengambil keputusan untuk pemberian sanksi kalau untuk dosen nah ini juga menjadi lebih banyak di Satgas ya Nah hanya mahasiswa dengan mahasiswi atau mahasiswa dengan mahasiswa yang lokasinya atau Penanganannya di fakultas tapi standar Penanganannya sama sama-sama berhak untuk mendapatkan perlindungan berhak untuk mendapatkan layanan ya berhak untuk diperiksa secara cepat dan berhak untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana proses penanganan yang yang diberikan dan ketka sudah ada keputusan memang itu kekerasan seksual maka korbannya kemudian mendapatkan apa pemulihan ya pemulihan fisik psikis ataupun sosial Baik Ibu dari penjelasan Ibu ini ada satu pertanyaan yang menjanggal buat saya yang ingin saya tanyakan pada ibu Apakah sejauh ini khususnya di UGM itu Ibu apakah proses Penanganannya ini memang hanya dalam proses di lingkungan kampus dan berakhir untuk diberikan sanksi administrasi atau ada yang lanjut itu untuk ke proses pidananya mungkin itu Iya jadi memang beragam Mbak ya tdak semua kasusnya sama karena kasus kekerasan sama-sama kekerasan seksual Tapi korbannya beragam dan karena korbannya beragam keinginan dan kebutuhan korban juga beragam ada keinginan korban yang nggak mau kasusnya dibawa sampai ke Rana publik dia maunya penyelesaiannya di tngkat kampus saja tapi ada korban yang tngginya adalah penyelesaiannya di publik ada korban ya ingin di ranah etk atau di internal dan juga di ranah publik nah ini sangat tergantung dengan kebutuhan dan keinginan korban dan permendikbudikt itu mengakomodir dan permendikbudikt bilang bahwa penyelesaian di internal tdak menggantkan penyelesaian dalam konteks ranah pidana jadi ada kekerasan seksual yang akhirnya lanjut sampai pihak kepolisian nah ini memang betul-betul sangat tergantung dengan keinginan dan kebutuhan korban dan termasuk tergantung juga dengan jenis tndak pidananya ya kalau tdak pidananya sudah perkosaan kalaupun korban nggak mau itu dibawa ke polisi itu sudah menjadi delik biasa mau nggak mau korban harus dikuatkan dikeluarkan untuk menyatakan Eh ini kasusnya udah nggak bisa kalau nggak dibawa ke polisi dan dia penyelesaian pidananya harus ada ya tapi kalau tdak masuk dalam biasa yang tngkat kategori kekerasan seksualnya tdak berat maka masih dimungkinkan itu tdak ke ranah pidana dan itu didasar pada kepentngan dan keinginan korban gitu mbak Baik Ibu sangat detail dan kompresif penjelasan dari Bu iyik dan ini sangat menambah wawasan kami ibu sebagai khususnya sebagai mahasiswa dan mahasiswi baik teman-teman semuanya ini adalah sesi akhir kita teman-teman beberapa poin yang menjadi pentng untuk kita adalah teman-teman jika menonton video ini teman-teman sudah mengetahui bentuk-bentuk kekerasan seksual di kampus faktor penyebab apa saja Bahkan ada aturan yang sudah dikeluarkan dari pihak kampus terkait dengan isu kekerasan seksual proses penanganan bahkan sampai proses pencegahan itu juga teman-teman sudah tahu baik teman-teman jadi Mari kita bersama untuk menciptakan kampus yang aman dan bersih daripada dan bersih dari kekerasan seksual Mungkin itu saja jika ada salah kata mohon maaf Dan salam sehat untuk kita semua terima kasih terima kasih

Referensi

Dokumen terkait

disusun untuk memberikan informasi bagaimana kekerasan seksual dapat terjadi pada anak dan bagaimana peran orang tua dalam menangani anak yang mengalami kekerasan

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menarasikan bahwa bentuk- bentuk kekerasan seksual yang diatur dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

1 Dari jumlah tersebut, Komnas Perempuan merekam 6.480 dari 8.234 kasus kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga (KDRT)/ranah personal merupakan kasus kekerasan seksual. 2

Monitoring data anak korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia tahun 2011 menunjukkan dari 110 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di

Menurutnya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di AS, setiap lembaga perguruan tinggi dihimbau untuk memiliki kebijakan pencegahan dan penanggulangan kekerasan seksual

Laporan ini membahas proses pembuatan media game Children Safety untuk mengemas pendidikan seksual kepada anak sebagai antisipasi kekerasan seksual pada

2104 Namun, pada umumnya, kekerasan seksual di lingkungan pendidikan mencakup tindakan atau perilaku yang tidak diinginkan, Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu tindakan yang

Dokumen ini membahas tentang pembelajaran pencegahan kekerasan seksual pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) di