• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuasaan & Politik dalam Organisasi

N/A
N/A
Kggzif Fira

Academic year: 2023

Membagikan "Kekuasaan & Politik dalam Organisasi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi yang diampu oleh Bapak Agus Syaifuddin Amin, M. Si

Disusun Oleh:

Fira Fiktusia (20381092065)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

2022

(2)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah wasyukurillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal, sehingga kita senantiasa berada dalam genggaman-Nya dengan penuh kepasrahan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada sang baginda Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak Agus Syaifuddin Amin, M. Si selaku Dosen pengampumata kuliah Perilaku Organisasi telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk dijadikan pedoman dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Harapan kami, semoga makalah “Kekuasaan Dan Politik dalam Organisasi” yang kami susun ini dapat menjadi suatu ilmu yang bermanfaat baik bagi kami maupun bagi pembaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pamekasan, 14 Juni 2022

Penyusun

(3)

Kelompok 3

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Studi tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit. Beberapa studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan dan Politik merupakan sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang- orang yang ada dalam organisasi.

Pada saat individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran kekuasaan.

Kekuasaan merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.

Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada unit keluarga. Politik merupakan suatu jaringan interaksi antar manusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan.

Politik yang dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu karyawan dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, maka kepentingan individu akan mendorong pencapaian kepentingan organisasi.

B. RumusanMasalah

(4)

1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dalam organisasi?

2. Bagaimana sifat, sumber, dan jenis kekuasaan dalam organisasi?

3. Bagaimana karakteristik kekuasaan dalam organisasi?

4. Apa saja unsur-unsur kekuasaan dalam organisasi?

5. Apa yang dimaksud dengan politik dalam organisasi?

6. Apa saja faktor-faktor perilaku berpolitik dalam organisasi?

7. Apa saja elemen politik dalam organisasi?

8. Bagaimana taktik memainkan politik dalam organisasi?

C. TujuanMasalah

1. Untuk mengetahui pengertian kekuasaan dalam organisasi.

2. Untuk mengetahui sifat, sumber, dan jenis kekuasaan dalam organisasi.

3. Untuk mengetahui karakteristik kekuasaan dalam organisasi.

4. Untuk mengetahui unsur-unsur kekuasaan dalam organisasi.

5. Untuk mengetahui apa pegertian politik dalam organisasi.

6. Untuk mengetahui faktor-faktor perilaku berpolitik dalam organisasi.

7. Untuk mengetahui elemen politik dalam organisasi.

8. Untuk mengetahui taktik memainkan politik dalam organisasi.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Kekuasaan dalam Organisasi

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Sangat memungkinkan untuk melibatkan kekuasaaan dalam setiap interaksi dan hubungan sosial pada organisasi. Orang cenderung untuk mempengaruhi individu lain dan organisasi dalam setiap tindakan atau perilakunya dengan melakukan social influence dan tindakan.1 Aspek penting dari kekuasaan adalah apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan orang lain terhadap seseorang, maka akan semakin besar kekuasaan orang yang berkuasa dalam hubungan tersebut.2

Pengertian kekuasaan menurut Gilbert W. Fairholm adalah kekuasaan sebagai kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka. Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menekankan bahwa kapasitas personal yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaigan dengan orang lain.

B.Sifat, Sumber dan Jenis Kekuasaan dalam Organisasi Sifat Kekuasaan

a. Bersifat Positif

1) Kekuasaan yang bersumber dari Tuhan 2) Tidak menggunakan paksaan

b. Bersifat Negatif

1) Menggunakan sifat/ watak egois, arogan untuk mempengaruhi orang lain

2) Kurang memiliki kecerdasan intelektual/emosional

1 2

(6)

Sumber Kekuasaan

Sumber-Sumber Kekuasaan dalam Organisasi Kekuasaan Berdasarkan Kedudukan memiliki pengaruh potensial yang berasal dari kewenangan yang sah karena kedudukannya dalam organisasi terdiri dari :

a. Kewenangan Formal

Kewenangan Formal, yaitu kewenangan yang mengacu pada hak prerogatif, kewajiban dan tanggung jawab seseorang berkaitan dengan kedudukannya dalam organisasi atau sistem sosial. Kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, merupakan kontrol dan penguasaan terhadap sumber daya dan imbalan terkait dengankedudukan formal. Makin tinggi posisi seseorang dalam hirarki organisasi, makin banyak kontrol yang dipunyai orang tersebut terhadap sumber daya yang terbatas. Kontrol terhadap hukuman merupakan kapasitas untuk mencegah seseorang memperoleh imbalan.. Kontrol terhadap informasi menyangkut kontrol terhadap akses terhadap informasi penting maupun kontrol terhadap distribusinya kepada orang lain. Kontrol ekologis menyangkut kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi dan metode pengorganisasian pekerjaan.

b. Kekuasaan Pribadi.

Kekuasaan pribadi menjelaskan bahwa kelompok sumber kekuasaan berdasarkan kedudukan akan berlimpah pada orang-orang yang secara hirarki mempunyai kedudukan dalam organisasi. Pengaruh potensial yang melekat pada keunggulan individu terdiri dari :

1) Kekuasaan keahlian (expert power)

(7)

Kekuasaan keahlian (expert power) merupakan kekuasaan yang bersumber dari keahlian dalam memecahkan masalah tugas-tugas penting.

Semakin tergantung pihak lain terhadap keahlian seseorang, semakin bertambah kekuasaan keahlian (expert power) orang tersebut.

2) Kekuasaan kesetiaan (referent power)

Kekuasaan kesetiaan (referent power) merupakan potensi seseorang yang menyebabkan orang lain mengagumi dan memenuhi permintaan orang tersebut. Referent power terkait dengan keterampilan interaksi antar pribadi, seperti pesona, kebijaksanaan, diplomasi dan empati.

3) Kekuasaan karisma

Kekuasaan karisma merupakan sifat bawaan dari seseorang yang mencakup penampilan, karakter dan kepribadian yang mampu mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan tertentu.

Jenis- Jenis Kekuasaan

Dalam tanggapannya atas taksonomi jenis kekuasaan French and Raven, Douglas Fairholm mengklasifikasi 10 jenis kekuasaan yang banyak diaplikasikan hingga saat ini, yang menurutnya adalah :

1. Reward Power

Reward Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan seseorang menyediakan keuntungan bagi sesuatu atau orang lain. Kekuasaan mengalir dari individu yang mampu menyediakan reward yang dibutuhkan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan pemilik kekuasaan mengendalikan perilaku orang lain dan mencapai hasil yang diharapkan sejauh adanya kebutuhan orang lain tersebut akan reward yang disediakan olehnya.

(8)

Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi hirarki organisasi, mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah psikologis (senyum, perhatian, pujian, kata-kata manis).

Manajemen tingkat menengah dan para supervisor juga biasanya memiliki jenis kekuasaan ini. Sebaliknya, pekerja juga dapat menerapkan kekuasaan reward ini kepada atasannya, dengan cara menerapkan energi dan skill yang mereka miliki guna menyelesaikan pekerjaan yang diharapkan seorang manajer. Karena manajer bergantung pada kinerja pekerja, maka pekerja dapat menyetir perilaku manajer agar sesuai keinginan mereka.

2. Coercive Power

Coercive Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang menyediakan dampak hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan ini terletak pada kemampuan seseorang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik. Seperti reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan. Ketidakpatuhan atas orang yang punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman dalam bentuk menahan reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan koersif, kekuasaan yang mengikuti model militer.

3. Expert Power

Expert Power adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan pengetahuan khusus yang dimiliki seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan atau bergantung kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power

(9)

merupakan sumber kekuasaan yang pentung untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari orang yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain. Jika orang merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang ia miliki untuk membantu mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.

4. Legitimate Power

Legitimate Power adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan orang lain bahwa pelaku kekuasaan punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka.

Perasaan ini merupakan hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan hadir pada mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah.

Delegasi otoritas melegitimasikan hak seseorang memaksakan kepatuhan pada mereka yang menyatukan wajib untuk mentaati sumber kekuasaan (organisasi).

Persepsi legitimasi di benak target kekuasaan bersifat kritis. Baru setelah target ini yakin bahwa pemberi perintah punya hak yang legitimate untuk memerintah sajalah mereka akan patuh.

5. Identification Power with Other

Hubungan seseorang dengan orang lain yang punya kekuasaan menular pada orang yang berhubungan tersebut. Sebab itu, kekuasaan yang ada merujuk pada penguasa lain. Jenis kekuasaan ini bisa datang lewat hubungan personal seperti sekretaris atau asisten administrasi yang kerap kerja bareng boss eksekutif. Jika orang yang mendekatkan diri dengan kekuasaan tersebut juga meniru gagasan, norma, metode, dan tujuan dari orang berkuasa, kekuasaan orang tersebut akan bertambah.

(10)

6. Critical Power

Pada tingkat lain, seseorang berkuasa hingga derajat mana kontribusi orang tersebut bersifat kritis bagi orang lain atau bagi organisasi. Bilamana orang lain berhasrat pada energi, sumberdaya, dan keahlian seseorang, hingga derajat tersebut pula ia punya kekuasaan atas mereka.

Seseorang juga menerapkan kekuasaan sejauh orang tersebut terhubung dengan sumber daya yang mereka kuasai.

7. Social Organization Power

Sumber kekuasaan lainnya adalah organisasi kekuasaan juga diturunkan lewat hubungan terstruktur di mana seseorang mengkombinasikan kekuatan individual mereka guna memenuhi tujuan kelompok. James MacGregor Burns menyatakannya dalam kata-kata “kekuasaan seorang pemimpin mengalir dari kekuasaan pengikut”. Pencapaian tujuan hanya dapat terselenggara ketika satu individu berhasil memobilisasi dan mentransformasi pengikut, yang pada gilirannya mentransformasikan kekuasaan tersebut kepada pemimpin.

8. Power Using Power

Kekuasaan juga bisa bersumber tatkala seseorang menggunakan kekuasaan-nya. Kekeliruan menerapkan kekuasaan dapat berakibat hilangnya kekuasaan.

Sebaliknya, penggunaan kekuasaan cenderung meningkatkan kekuasaan itu sendiri. Persepsi dari orang lain seputar kekeliruan seorang pengguna kekuasaan bisa menghasilkan berkurangnya dukungan. Kekeliruan bertindak atau sering melakukan kekuasaan secara sembrono bisa mengikis kekuasaan dan dukungan dari orang lain yang kita butuhkan agar kekuasaan kita

(11)

langgeng. Kekuasaan, pada dirinya sendiri, adalah sumber bagi kekuasaan lainnya.

9. Charismatic Power

Karisma yang digambarkan Max Weber dan Referent Power diidentifikasi menyediakan teoretis bagi dasar kekuasaan. Orang yang punya karisma biasanya punya personalitas menyenangkan, menarik, dan mendorong orang mau mematuhi si pemilik karisma. Orang yang punya charisma biasanya ada di lingkar tengah klik-klik berpengaruh dan punya akses pada orang-orang berpengaruh di dalam komunitas.

10. Centrality Power

Penempatan strategis individu ke dalam organisasi juga merupakan sumber kekuasaan. Lokasi fisik di jantung kegiatan atau interaksi dengan orang-orang berkuasa menambah perkembangan dan penggunaan efektif dari kekuasaan. Sentralitas kekuasan ini penting dalam konteks kekuasaan, baik secara fisik ataupun sosial.

C.Karakteristik Kekuasaan dalam Organisasi Karakter kekuasaan menurut Fairholm yaitu:

1. Kekuasaan bersifat sengaja, karena meliputi kehendak, bukan sekedar tindakan acak,

2. Kekuasaan adalah alat (instrumen), ia adalah alat guna mencapai tujuan,

3. Kekuasaan bersifat terbatas, ia diukur dan dipertimbangkan di aneka situasi atau dideteksi kemunculannya,

4. Kekuasaan melibatkan keberuntungan, terdapat kebebasan atau factor keberuntungan-keberuntungan yang melekat pada penggunaan kekuasaan,

5. Kekuasaan adalah gagasan bertindak, ia bersifat samar dan tidak selalu dimiliki,

(12)

6. Kekuasaan ditentukan dalam istilah hasil, hasil menentukan kekuasaan yang kitamiliki,

7. Kekuasaan bersifat siyusional, taktik kekuasaan tertentu efektif disuatu hubungan tertentu, buka seluruh hubungan, dan

8. Kekuasaan didasarkan pada oposisi atau perbedaan, partai harus berbeda sebelum mereka bisa menggunakan kekuasaan-nya.3

D. Unsur-Unsur Kekuasaan dalam Organisasi

Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan, cara, dan hasil. Tujuan dari penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara yang dipilih oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika pemegang kekuasaan memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dipilih juga akan baik.

Sebaliknya, jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Hasil dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu yang dapat dikendalikan atau dipengaruhi dan seberapa besar pengaruh kekuasaan tersebut. Sikap pihak yang dikuasai juga akan menentukan kualitas kekuasaan yang berlaku atas dirinya. Jika diterima dan di dukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa.

Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan (kekuatan) dalam penggunaannya.

E. Pengertian Politik dalam Organisasi

Politik dalam organisasi adalah sesuatu yang sulit dihindarkan ketika organisasi terdiri atas dua orang atau lebih. Organisasi terdiri dari berbagai individu dan kelompok dengan niali-nilai, tujuan, dan kepeningan yang berbeda.

Perbedaan tersebut dapat memunculkan potensi adanya

3 Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership, 2nd, (Santa Barbara: Preager, 2009), hlm. 5

(13)

konflik atau masalah yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan politik.

Gilbert W. Fairholm mendefinisikan politik keorganisasian sebagai tindakan-tindakan yang diambil untuk memperoleh dan menggunakan kekuasaan (power) dalam hal pengendalian sumber daya organisasi demi mencapai hasil yang diharapkan oleh satu pihak.4 Politik organisasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseoranng dalam suatu organisasi untuk memperjuangkan dan mencapai kepentingan pribadi.

F. Faktor-Faktor Perilaku Berpolitik dalam Organisasi Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi politik, diantaranya adalah faktor yang mempengaruhi perilaku politik yang datang dari dalam diri seseorang atau kelompok itu sendiri, seperti :

1. Tingkat partisipasi dan keaktifan seseorang dalam aktivitas politik.

maksudnya motivasi seseorang dalam berpolitik sangat berpengaruh terhadap perilaku politik.

2. Tingkat kemampuan dan kecakapan seseorang dalam politik. Misalnya kemampuan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

3. Keyakinan individu akan kemampuannya dalam mempengaruhi keputusan-keputusan pemimpin yang merupakan dorongan psikologis untuk berpartisipasi.5

Arbi Sanit menyebut lima faktor yang mendorong perilaku politik masyarakat Indonesia.

1. Adanya kebebasan berkompetisi di segala bidang, termasuk bidang politik.

2. Adanya kenyataan berpolitik secara luas dan terbuka.

3. Adanya keleluasaan untuk mengorganisir diri, sehingga organisasi masyarakat dan partai politik dapat tumbuh dengan subur

4 Jeffrey Pfeiffer, Managing with Power:Politics and Influence in Organizations, (New York:

Harvard Business School Press, 1992), 14.

5 Utsman Abdul Muiz Ruslan, At Tarbiyah As Siyasivah Inda Jama'ah Al Ikhusan Al Muslimin, Fi Al Fatrah Min 1928 la 1054 Fi Mishr Dirasah Tahliliyah Taimiyah, 102-103.

(14)

4. Adanya penyebaran sumber daya politik dalam masyarakat yang berupa kekayaan dalam masyarakat

5. Adanya distribusi kekuasaan di kalangan masyarakat sehingga tercipta suatu pertimbangan kekuatan.6

Jadi, perilaku politik suatu individu atau kelompok juga bisa dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur kekuasaan. Seorang pemimpin sebagai pemilik kekuasaan bisa dengan mudah dapat mempengaruhi, bahkan mengintervensi dan menggiring opini orang lain, menjadi pengikutnya dan bahkan memilihnya dalam pemilihan.

Selain itu, hal lain yang banyak mempengaruhi perilaku politik adalah faktor eksternal dari individu atau kelompok masyarakat itu sendiri. faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik tersebut adalah:

1. Status sosial dan ekonomi.

Status sosial ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan dan pekerjaan. Sedangkan status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam pelapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik.

2. Situasi.

Situasi politik juga dipengaruhi oleh keadaan yang mempengaruhi seseorang secara langsung seperti cuaca, keluarga, kehadiran orang lain, keadaan ruang, suasana kelompok, dan ancaman.

3. Afiliasi politik orang tua.

Artinya perilaku politik seorang individu seringkali juga mengikuti afiliasi politik orang tuanya atau seniornya dalam sebuah organisasi.

4. Pengalaman berorganisasi.

6 Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat; Telaah Tentang Keterkaitan Organisasi Masyarakat, Partisipasi Polik, Pertumbuhan Hukum dan Hak Asasi, 96-97.

(15)

Orang yang memiliki pengalaman organisasi biasanya memiliki minat dan perhatian yang tinggi terhadap politik, dikarenakan dia mengerti dan memahami konsep tentang politik.

5. Kesadaran politik.

Artinya seseorang menyadari bahwa politik merupakan sebuah wadah untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Dengan demikian ia terdorong untuk ikut sebisa mungkin dapat berperan aktif dalam politik.

6. Kepercayaan terhadap pemerintah

Kepercayaan terhadap pemimpin ialah penilaian seseorang terhadap pemimpin apakah ia menilai pemimpin dapat dipercaya dan dapat. dipengaruhi atau tidak, baik dalam pembuatan kebijakan kebijakan atau pelaksanaan kepemimpinan.

7. Perangsang partisipasi melalui sosialisasi media massa dan diskusi- diskusi informal.7

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perilaku politik merupakan realitas sosial politik yang tidak bisa lepas dari pengaruh internal dan ekternal dari individu, kelompok, lembaga, maupun organisasi yang bersangkutan. Secara internal perilaku politik merupakan tindakan yang didasarkan atas rasionalisasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Sedangkan secara eksternal perilaku politik merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi atas nilai-nilai dari lingkungannya.

G. Elemen Politik dalam Organisasi

Ada lima elemen iklim politis dalam organisasi yang hendaknya dapat dipahami manajer senior dalam mengendalikan organisasi, antara lain :

1. Inner Circle Relationship

Mengidentifikasi hubungan antara Manager Upper dengan Chief Executive, apakah hubungan tersebut bersifat kekeluargaan, kerabat atau pertemanan (Friendlines). Disamping itu apakah terjadi kolaborasi antar

7 Ihsan Hamid, Perilaku Politik: Dialektika Teoritis-Empiris untuk Penguatan Demokrasi di Era Post Truth, (Sanabil, 2020), 77-79.

(16)

manajer dan apa ada grup khusus baik dari dalam departemen maupun dari luar departemen yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

2. Axis of Influence

Mengidentifikasi hubungan pertemanan dari manager menengah / area yang memiliki hubungan langsung ke Chief Executive tanpa melewati Manajer Divisinya. Apakah ada hubungan khusus antara berbagai manajer level menengah dengan pimpinan puncak sehingga dapat mengesampingkan peran manajer divisinya. Bisa jadi hubungan tersebut timbul karena memang adanya special expertise (keahlian khusus) yang dimilikinya dalam pengelolaan unit yang dipimpinnya sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas tanpa diperlukan manager divisi.

3. Informal Power Centers

Apakah ada karyawan level operasional yang memiliki hubungan khusus /pertemanan dengan manajer senior, sehingga melewati atasannya.

4. Polarizing Elements

Adakah ketidakcocokan antara Manajer dengan bawahannya dan dalam hal apa sajakah itu terjadi, dalam semua aktivitas organisasi atau hanya perbedaan yang tidak seprinsip saja. Timbulnya hubungan antar personal yang saling berkompetisi sehingga mempengaruhi interaksi emosional bila akan mempengaruhi pengambilan keputusan maka akan menjadi kendala pelaksanaan tugas-tugas saja.

5. Informal Coalitions

Apakah ada grup manajer yang berkoalisi untuk menolak keputusan atau mengambil keputusan yang lain dengan yang sudah ditetapkan manajer atasnya dan sejauh mana hal ini akan diteruskan.8 H. TaktikMemainkanPolitikdalamOrganisasi

Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam memenagkan permainan politik, individu atau subunit dapat

8 Ibid.

(17)

menggunakan beberapa taktik politik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketidakmampuan mengganti, misalkan jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu melakukan tugas yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai pemilik ketidakmampuan mengganti.

2. Dekat dengan menajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.

3. Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginannya.

4. Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari luar.

5. Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melalukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.

6. Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah memanipulasi informasi manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.

(18)

7. Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan yang baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.

(19)

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan

B.Saran

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua, baik bagi kami maupun bagi pembaca. Segala sesuatu yang baik datangnya dari Allah Swt., dan yang buruk datangnya dari kami sebagai manusia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami mengharap saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership2nd, (Santa Barbara: Preager, 2009)

Pfeiffer, Jeffrey, Managing with Power:Politics and Influence in Organizations, New York: Harvard Business School Press, 1992

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian menunjukkan dimensi tingkah laku pengetua menyokong, tingkah laku guru involved dan tingkah laku guru mesra merupakan dimensi iklim organisasi yang mempengaruhi

Daft mendefinisikan politik organisasi sebagai “ [kegiatan yang] melibatkan kegiatan memperoleh, mengembangkan dan menggunakan kekuasaan (power) dan sumber daya lainnya

Pengertian kinerja (performance) menurut Suntoro (1999: 12) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

consesus.Perumusan yang umumnya di kenal bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseoramg atau suatu kelompok manusia untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain sedemikian

Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggeakkan, dan mengarahkan tingkah laku orang

“Gaya kepemimpinan seseorang dalam suatu jabatan akan mempengaruhi pola tingkah laku yang digunakan untuk mempengaruhi perilaku aktivitas- aktivitas individu bawahan atau kelompok

yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang/kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau

orang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah lakunya sesuai dengan keinginan/tujuan orang yang mempunyai kekuasaan itu.” (Miriam Budiardjo)...