PERBEDAAN PERBANKAN
KONVENSIONAL DENGAN PERBANKAN SYARIAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Perbankan Syariah”
Dosen Pengampu:
Muh. Dzulfikar Izzaturrahman, S.E.Sy., M.E.K.
Disusun oleh: Kelompok 2
Ryang Estia Fahrudyn 401210265
Salma Umar 401210269
Ekonomi Syariah I
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT.
atas limpahan karunia serta kenikmatan kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh penerangan ini dan yang kami nantikan syafa`atnya di Yaumil Akhir kelak.
Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muh. Dzulfikar Izzaturrahman, S.E.Sy., M.E.K. selaku dosen pengampu mata kuliah Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa juga kepada tim anggota kelompok 2 yang telah konsisten dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas materi mengenai “Perbedaan Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah”. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan ataupun kesalahan, kami sangat membutuhkan masukan saran ataupun kritik dari teman-teman.
Ponorogo, 10 September 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang ... 3
B. Rumusan Makalah ... 3
C. Tujuan ... 4
BAB II PEMBAHASAN A. Sistem Operasional ... 5
B. Bunga vs Bagi Hasil ... 10
C. Dasar Hukum ... 11
D. Struktur Organisasi ... 13
E. Pengawasan ... 14
F. Bisnis Usaha yang Dibiayai ... 15
G. Kultur Perusahaan ... 16
H. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 18
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 19
DAFTAR PUSTAKA ...20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara. Selain itu, bank juga merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat.1
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2 Sistem lembaga keuangan bank umum di Indonesia ada 2 jenis, yaitu bank dengan sistem konvensional dan bank dengan sistem syariah. Bank konvensional adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, sedangkan bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem operasional pada perbankan konvensional dengan
1Dwi Umardani and Abraham Muchlish, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia,” Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa 9, no. 1 (May 23, 2017): 129.
2 Yusvita Nena Arinta, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Dan Bank Mandiri),” Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 7, no. 1 (2016): 120.
perbankan syariah?
2. Jelaskan mengenai bunga vs bagi hasil pada perbankan konvensional dengan perbankan syariah?
3. Apa dasar hukum perbankan konvensional dan perbankan syariah?
4. Bagaimana struktur organisasi pada perbankan konvensional dan perbankan syariah?
5. Bagaimana pengawasan perbankan konvensional dan perbankan syariah?
6. Bagaimana tentang bisnis usaha yang dibiayai antara perbankan konvensional dan perbankan syariah?
7. Bagaimana kultur perusahaan pada perbankan konvensional dan perbankan syariah?
8. Apa saja perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem operasional pada perbankan konvensional dengan perbankan syariah.
2. Untuk mengetahui tentang bunga vs bagi hasil pada perbankan konvensional dengan perbankan syariah.
3. Untuk mengetahui dasar hukum perbankan konvensional dan perbankan syariah.
4. Untuk mengetahui struktur organisasi pada perbankan konvensional dan perbankan syariah.
5. Untuk mengetahui pengawasan perbankan konvensional dan perbankan syariah.
6. Untuk mengetahui tentang bisnis usaha yang dibiayai antara perbankan konvensional dan perbankan syariah.
7. Untuk mengetahui kultur perusahaan pada perbankan konvensional dan perbankan syariah.
8. Untuk mengetahui perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Operasional
1. Sistem operasional bank syariah a. Sistem penghimpunan dana
Hubungan antara bank dengan nasabah dapat dilihat dari ketentuan yang ada dalam akad dan berdasarkan konsep operasional bank syariah teridiri atas lima sistem : sistem simpanan murni, sistem bagi hasil dalam penyaluran dana bank syariah, sistem jual beli dan margin keuntungan, sistem sewa (al ijarah), sistem fee( jasa). bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya3.
1) Titipan (Wadi’ah). Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan4. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Mudharabah. Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank5. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.
3 Ridwan Ridwan, “Sistem Operasi Bank Syariah Dan Penyajian Dalam Akuntansi Syariah,”
Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah 9, no. 2 (2016): 26.
4 Sayyid Sabiq, Fighus Sunnah, (Beirut: Darul Kitab al-Arabi, cetakan 8, 1987), h. 3, dalam Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktitik (Jakarta: Gema Insani, 2001): 85.
5 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktitik (Jakarta: Gema Insani, 2001): 178.
Jenis-jenis tabungan mudharabah yaitu : tabungan mudharabah (TABAH), tabungan trendy, tabungan haji, tabungan qurban, dan tabungan umat.
1) Deposito Mudharabah merupakan simpanan pihak ke III di bank dalam mata uang rupiah atau asing yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo, sesuai dengan jangka waktunya.
Demikian juga prinsip operasionalnya adalah nasabah bertindak sebagai pemilik modal (sohibul mal), dan bank bertindak sebagai pengusaha (mudharib)
2) Giro Wadiah merupakan simpanan pihak ke III kepada Bank yang penarikannya dapat dikatakan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro atau pemindah bukuan. Sedang prinsip operasionalnya adalah nasabah sebagai penitip (dalam hal dana) dan bank sebagai pemegang amanah yang diperbolehkan menggunakan sekaligus mempertanggungjawabkan menggunakan sekaligus mempertanggung jawabkannya titipan dana tersebut6
b. Sistem bagi hasil
Sistem ini merupakan tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank yang dengan penyimpan dana, ini dapat berbentuk mudharabah dan musyarakah. arti mudharabah yaitu: Musyarakah dalam bank syariah diartikan sebagai suatu perkongsian antara dua pihak atau lebih dalam suatu proyek, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan pernyataan masing-masing.
Bank syariah dalam kegiatan pembiayaan melakukan ketentuan- ketentuan sebagai berikut Pertama, Pembiayaan dana bank syariah dengan nasabahnya melakukan kerja sama dengan memberikan dana (sumber dana berasal dari kedua belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharaib). Kedua, Dalam menggunakna dana pihak shahibul mal (bank)
6 Moh Assyaf, “Al-Ahkamul Fiqhiyah Fil Mazahbil Islamiyah al-Arba’ah,” Darihya Al-Ulum 3 (1988): 51.
“boleh” ikut serta dalam meminjam mudharib. Ketiga, Shohibul mal (Bank) “boleh “ saja meminta jaminan, Keempat, Kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah berdasarkan musyarakah berupaL/C dan Join Financial.7
c. Sistem jual beli dan margin keuntungan
Sistem yang menerapkan suatu tata cara jual beli dimana pihak bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai bank melakukan pembelian-pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang itu kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungnan.
d. Sistem sewa (al-Ijarah/ak-Tajri)
Sistem sewa dalam bank syariah ada dua : yakni al IJarah dan al-Ta’jiri.
Al-ijarah yaitu merupakan perjanjian sewa yang memberi kesempatan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan uagn sewa yang sesuai dengan persetujuan, setelah masa sewa berakhir barang akan di kembalikan kepada si pemilik. Sedangkan al- Ta’jiri adalah suatu perjanjian kontrak sewa yang sama dengan al-jarah, tetapi setelah masa sewa berakhir pemilik barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang disepakati.
e. Sistem fee (Jasa)
Sistem ini adalah sistem kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembagian yang diberikan bank, bentuk jasa yang berdasarkan konsep ini yaitu :
1) Pemberian garansi denan konsep dasar al-kafalah, yaitu bank dapat memberikan garansi atau permintaan nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin, dan inkaso.
2) Pemberian transfer.
7 Sumitro Warkom, Asas-Asas Perbankan Dan Lembaga-Lembaga Terkait (Jakarta: Raja Grafindo, 1997): 42.
f. Sistem Penyaluran Dana (Financing) Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
3) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah diopersionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.
2. Sistem operasional bank konvensional
Sistem operasional bank konvensional umumnya melibatkan berbagai departemen dan fungsi, termasuk penerimaan deposito, pemberian pinjaman, manajemen risiko, layanan pelanggan, dan operasi harian lainnya.
Perbankan konvensional menerapkan suku bunga dan perjanjian umum yang berdasarkan pada aturan nasional. biasanya memiliki cabang fisik dan menyediakan layanan perbankan tradisional seperti tabungan, pinjaman, kartu kredit, dan transfer dana. Bank konvensional juga memiliki sistem perbankan online untuk memudahkan nasabah mengakses rekening mereka secara elektronik. Selain itu, bank konvensional tunduk pada regulasi dan pengawasan pemerintah yang ketat untuk memastikan keamanan dan keandalan operasional mereka.
Kegiatan usaha bank dapat digolongkan menjadi kegiatan di bidang pasiva (transaksi pasif), yaitu beberapa usaha menghimpun dana dan kegiatan di bidang aktiva (transaksi aktif), yaitu berupa usaha untuk
menyalurkan dana. Dalam operasionalnya usaha bank di Indonesia terutama dalam bank umum atau konvensional adalah sebagai berikut:
a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk:
1) Simpanan giro (deman deposit) yang berupa simpanan pada bank di mana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan check atau billyet giro.
2) Simpanan tabungan (saving deposit) yaitu simpanan pada bank yang slip penarikannya atau buku tabungan penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah dan penarikannya mengunakan kartu ATM atau sarana penarikan lainnya.
3) Simpanan deposito (time deposito) merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan billyet deposito atau sertifikat deposito.
b. Menyalurkan dana kemasyarakatan (landing) dalam bentuk kredit seperti:
1) Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna memperlancar transaksi perdagangan.
2) Kredit perdagangan yaitu yang diberikan kepada pedagang baik agen atau pengecer.
3) Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.
4) Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) antara lain:
1) Menerima setoran seperti pembayaran pajak, pembayaran telepon dan pembayaran listrik.
2) Melayani pembayaran-pembayaran seperti gaji, pensiun, honorarium, pembayaran defiden, dan pembayaran kupon.
d. Usaha dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi emisi, wali amanat dan perantara perdagangan efek.
e. Jasa-jasa lain seperti transfer, inkaso, kliring, save deposit box, bank notes, bank garansi, bank draf, letter of kredit, dan cek wisata.
Jadi perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada sistem operasional. Perbankan konvensional menerapkan suku bunga dan perjanjian umm yang berdasarkan pada aturan nasional yang berlaku,dalam hal ini akad antara pihak bank dengan pihak nasabah dilakukan dengan kesepakatan jumlah suku bunga, sedangkan bank syariah tidak menerapkan suku bungan dalam setiap transaksinya, suku bunga disebut sebagai riba.
Maka sistem operasional bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah antara pihak bank dengan pihak nasabah. dalam hal ini pihak bank dan nasabah biasanya melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan kegiatan jual beli.
B. Bunga Vs Bagi Hasil
Menurut Purwaatmaja pengertian bunga adalah biaya yang dikenakan kepada peminjam uang atau imbalan yang diberikan kepada penyimpanan uang yang besarnya telah ditetapkan di muka, biasanya ditentukan dalam bentuk persentase (%) dan terus dikenakan selama masih ada sisa simpanan/
pinjaman sehingga tidak hanya terbatas pada jangka waktu kontrak8. Sedangkan sistem bagi hasil menurut Sumitro yaitu suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah mudharabah dan musyarakat9
Pada kenyataanya konsep bunga dan bagi hasil merupakan dua sistem yamg berbeda, yang mana bunga merupakan sistem yang ada pada kegiatan ekonomi konvensional seperti pada bank konvensional, sedangkan bagi hasil merupakan sistem yang diterapkan pada kegiatan ekonomi islam. Untuk lebih
8 Lisdayanti Lisdayanti, “Pemikiran Syafruddin Prawiranegara Tentang Bunga Bank Dan Relevansinya Dengan Keberadaan Perbankan Umum Nasional” (PhD Thesis, IAIN PAREPARE, 2022):
94.
9 Nur Aksin, “Perbandingan Sistem Bagi Hasil Dan Bunga Di Bank Muamalat Indonesia Dan CIMB Niaga,” JEJAK 6, no. 2 (2013):16.
jelasnya, berikut ini merupakan table perbedaan anatara bunga dan bagi hasil.10
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi hasil
1 Tingkat bunga ditentukan pada saat kontrak perjanjian dan mengikat antara kedua belah pihak yang melakukan akad dengan perkiraan peminjam selalu memperoleh laba
1 Pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan proporsi yang disepakati anatara pihak-pihak yang mengadakan kontrak pada saat kontrak dibuat, dengan mengacu pada kemungkinan untung atau rugi
2 Tingkat bunga yang diterima didasarkan pada perhitungan
persentase dikali dengan total modal yang dipinjam
2 Tingkat bagi hasil dihitung dengan mengalihkan nisbah yang telah disepakati dengan jumlah laba yang didapat
3 Walaupun bisnis peminjam untung atau rugi, tingkat bunga yang diterima tidak berubah (tetap)
3 Tingkat bagi hasil dipengaruhi oleh jumlah pendapatan atau laba. Bagi hasil akan berubah sesuai pendapatan 4 Sistem bunga nir adil, lantaran nir
terkait dengan output bisnis peminjam
4 Bagi hasil merupakan sistem yang adil, karena di perhitungkan berdasarkan hasil usaha
5 Semua agama meragukan ekstensi
bunga 5 Dalam skeama bagi hasil, tidak ada
agama yang meragukannya C. Dasar Hukum
1. Perbankan Konvensional
Bank konvensional menggunakan prinsip konvensional dengan acuan peraturan nasional dan internasional berdasarkan hukum berlaku. Dasar hukum Bank adalah Undang-Undang Perbankan, yang pada konsideran pertimbangan undang-undang ini dinyatakan11:
a. Bahwa pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
b. UU nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan beserta perubahnnya, yaitu UU nomor 10 Tahun 1998.
c. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
10 Yenti Sumarni, Dr. Desi Isnaini, and dkk, IMPLEMENTASI BAGI HASIL DI PERBANKAN SYARIAH (Bengkulu: CV Brimedia Global, 2020): 24.
11 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005). 29.
diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 dan perubahan terakhir dengan UU Nomor 6 Tahun 2009
d. UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan e. UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah
f. UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan 2. Perbankan Syariah
Bank syariah di Indonesia telah di atur dalam undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan dan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan “Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah dalam kegiatannya dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayarannya”.12
Landasan hukum perbankan syariah selain undang-undang terdapat pada Al Qur’an
a. (Q.S 2:275) tentang allah mengahalalkan jual beli, mengharamkan riba13
Artinya : “orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah) kepada Allah SWT. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya”.
12 Dendiwijaya lukman, Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional 1998-2003 (Jakarta:
Ghalis Indonesia, 2004), 193.
13 RI Depag, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: DepagRI, 1998).
b. Q.S Ali Imran ayat 13014
ْفُت ْمُكَّلَعَل َ َّللَّٱ ۟اوُقَّتٱ َو ۖ ًةَفَع ََٰضُّم اًفََٰعْضَأ ۟ا ََٰٰٓوَب ِ رلٱ ۟اوُلُكْأَت َلَ ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَََٰٰٓي َنوُحِل
Artinya : “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan hasil riban yang berlipat ganda, takwalah kamu kepada Allah agar kamu memperoleh kebahagiaan.”
c. Hampir semua pekerjaan muamalah adalah mubah kecuali ada dalil yang melanggarnya (ushul fiqh)
d. UU No. 7 TAHUN 1972 e. PP No. 72 TAHUN 1992 f. UU No. 10 TAHUN 1998 g. UU No. 23 TAHUN 1999 h. UU No 3 TAHUN 2004
Dasar hukum yang mendukung terbentuknya sistem perbankan syari’ah sangat efisien dalam melengkapi keberadaan sistem perbankan konvensional yang notaben sudah lebih dulu lahir. Sistem perbankan syariah dan konvensional secara bersama-sama diaharapkan bisa melayani berbagai kebutuhan masyarakat dalam jasa perbankan sekaligus bisa berkontribusi terhadap stabilitas sistem keuangan untuk mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi indonesia.
D. Struktur Organisasi 1. Bank Konvensional
14 Depag.
RUPS/ Rapat Anggota
Dewan Komisaris
Direksi
Dewan Audit
2. Bank Syariah
Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan Bank Konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.15 Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
E. Pengawasan
Dalam menjaga eksistensi perbankan syariah sebagai lembaga keuangan
15 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Gema Insani, 2001), 30.
Divisi/Urusan
Kantor Cabang
Divisi/Urusan
yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, maka diperlukan sebuah skema yang khusus dari pemerintah dalam mengawasi perbankan syariah. Pengawasan terhadap perbankan syariah tidak bisa hanya dilakukan dari sisi kepatuhan hukum bank syariah terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetapi juga dilakukan dari sisi prinsip syariah yang dijalankan oleh bank syariah. Oleh karena itu, pengawasan terhadap perbankan syariah tidak dapat disamakan dengan pengawasan terhadap perbankan konvensional.16
Pengawasan terhadap perbankan syariah dilakukan oleh lembaga yang sama yang juga mengawasi perbankan konvensional. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai landasan hukum pertama bagi perbankan syariah menyebutkan bahwa pengawasan terhadap bank, baik bank konvensional maupun bank syariah, dilakukan oleh Bank Indonesia.
Bank Indonesia merupakan bank sentral yang ada di Indonesia. Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam bentuk menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.17
Perbedaan bank syariah dan konvensional juga ditinjau dari pengawas kegiatannya. Meskipun keduanya sama-sama diatur oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai Perbankan, tetapi pihak yang mengawasinya berbeda. Bank konvensional diawasi oleh dewan komisaris dalam aktivitasnya. Sementara struktur pengawasan bank syariah terdiri dari berbagai lembaga, diantaranya dewan pengawas syariah, dewan syariah nasional, dan dewan komisaris bank.18
F. Bisnis Usaha Yang Dibiayai
16 Andrew Shandy Utama, “Kebijakan Pengawasan Terhadap Perbankan Syariah Dalam Sistem Hukum Di Indonesia,” Jurnal Cahaya Keadilan 8, no. 1 (2020): 40.
17 Utama, 41.
18 Sari Wahyuna and Zulhamdi Zulhamdi, “Perbedaan Perbankan Syariah Dengan Konvensional,” Al-Hiwalah: Journal Syariah Economic Law 1, no. 2 (2022): 193.
Pada bank konvensional, pengelolaan dana dapat dilakukan dalam seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang yang berlaku.
Sementara, bank syariah harus mengelola dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam. Akibatnya, uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha bertentangan dengan nilai Islam.19
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.20
Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, di antaranya sebagai berikut.
1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?
2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?
3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?
4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal?
6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung?
G. Kultur Perusahaan 1) Bank Konvensional
Untuk mencapai kinerja yang baik telah diupayakan berbagai usaha oleh pihak perbankan termasuk menciptakan kondisi kerja yang baik dengan melaksanakan dan menanamkan nilai-nilai budaya kerja pada seluruh karyawan dengan harapan budaya tersebut dapat diterima dengan baik dan menjadi motivasi bagi seluruh karyawan dalam bekerja. Budaya kerja yang ditanamkan berpedoman pada nilai-nilai budaya yang diadopsi
19 Wahyuna and Zulhamdi, 193.
20 Antonio, Bank Syariah, 33.
sesuaikan dengan sifat organisasi. Diharapkan dengan penyebaran budaya kerja dapat berdampak positif pada perubahan cara kerja karyawan yang kurang baik menjadi lebih baik, perubahan pada tingkat disiplin karyawan, sehingga kinerja karyawan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan setiap tahunnya ada peningkatan targetan yang diberlakukan pihak perbankan kepada para karyawannya. Sehingga perlu adanya saling kerjasama dan budaya kerja yang kuat agar tercapainya targetan yang di berikan.21
Sedangkan persaingan dalam dunia usaha yang semakin kompetitif mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan daya saingnya. Aspek manusia memegang peranan penting dalam kelangsungan serta perkembangan perusahaan sebab pada dasarnya setiap aktivitas perusahaan tidak pernah lepas dari elemen manusia. Kegiatan produksi, pemasaran dan teknologi tidak dapat berjalan tanpa dijalankan oleh manusia. Peningkatan kinerja perusahaan tidak terlepas dari kinerja karyawan, meningkatnya kinerja karyawan akan diikuti pula peningkatan kinerja perusahaan, sehingga perlu diketahui apa yang mendorong meningkatnya kinerja karyawan.
2) Bank Syariah
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh) Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.22
Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan
21 Mudrajad Kuncoro Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi. (Jakarta:
Penerbit BPFE, 2002), 89.
22 Nanang Sobarna, “Analisis Perbedaan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional,” Eco-Iqtishodi: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (2021): 59.
merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga. Nabi saw, mengatakan bahwa senyum adalah sedekah.23
H. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut:
Bank Islam Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi yang halal saja
Investasi yang halal dan haram.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual- beli, atau sewa.
Memakai perangkat bunga Profit dan falah oriented. Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor.
Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Deawan Pengawas Syariah.
Tidak terdapat dewan sejenis.
23 Ibid. 34.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
perbedaan bank syariah dan bank konvensional terletak pada sistem operasional. Perbankan konvensional menerapkan suku bunga dan perjanjian umm yang berdasarkan pada aturan nasional yang berlaku,dalam hal ini akad antara pihak bank dengan pihak nasabah dilakukan dengan kesepakatan jumlah suku bunga, sedangkan bank syariah tidak menerapkan suku bungan dalam setiap transaksinya, suku bunga disebut sebagai riba.
Maka sistem operasional bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah antara pihak bank dengan pihak nasabah. dalam hal ini pihak bank dan nasabah biasanya melakukan kesepakatan berdasarkan pembagian keuntungan dan kegiatan jual beli
DAFTAR PUSTAKA
Aksin, Nur. “Perbandingan Sistem Bagi Hasil Dan Bunga Di Bank Muamalat Indonesia Dan CIMB Niaga.” JEJAK 6, no. 2 (2013).
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Gema Insani, 2001.
Arinta, Yusvita Nena. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri Dan Bank Mandiri).” Muqtasid: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 7, no. 1 (2016):
119–40.
Depag, RI. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: DepagRI, 1998.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.
Lisdayanti, Lisdayanti. “Pemikiran Syafruddin Prawiranegara Tentang Bunga Bank Dan Relevansinya Dengan Keberadaan Perbankan Umum Nasional.” PhD Thesis, IAIN PAREPARE, 2022.
lukman, Dendiwijaya. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional 1998-2003.
Jakarta: Ghalis Indonesia, 2004.
Moh Assyaf. “Al-Ahkamul Fiqhiyah Fil Mazahbil Islamiyah al-Arba’ah.” Darihya Al- Ulum 3 (1988).
Ridwan, Ridwan. “Sistem Operasi Bank Syariah Dan Penyajian Dalam Akuntansi Syariah.” Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah 9, no. 2 (2016).
Sobarna, Nanang. “Analisis Perbedaan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional.” Eco-Iqtishodi: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Keuangan Syariah 3, no. 1 (2021): 51–62.
Suhardjono, Mudrajad Kuncoro. Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit BPFE, 2002.
Umardani, Dwi, and Abraham Muchlish. “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA.”
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa 9, no. 1 (May 23, 2017): 129–56.
Utama, Andrew Shandy. “Kebijakan Pengawasan Terhadap Perbankan Syariah Dalam Sistem Hukum Di Indonesia.” Jurnal Cahaya Keadilan 8, no. 1 (2020):
34–46.
Wahyuna, Sari, and Zulhamdi Zulhamdi. “Perbedaan Perbankan Syariah Dengan Konvensional.” Al-Hiwalah: Journal Syariah Economic Law 1, no. 2 (2022):
183–96.
Warkom, Sumitro. Asas-Asas Perbankan Dan Lembaga-Lembaga Terkait. Jakarta:
Raja Grafindo, 1997.
Yenti Sumarni, Dr. Desi Isnaini, and dkk. IMPLEMENTASI BAGI HASIL DI PERBANKAN SYARIAH. Bengkulu: CV Brimedia Global, 2020.