• Tidak ada hasil yang ditemukan

kel 3. Intelegensi dalam perspektif al quran

N/A
N/A
velya azzahra

Academic year: 2025

Membagikan "kel 3. Intelegensi dalam perspektif al quran"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Intelegensi (Kecerdasan) berdasarkan perspektif

Al-Qur’an

Dosen Pengampu: Drs. Mukhlis, M.Si

Kelompok 3

(2)

< >

Anggota Kelompok:

Paras Paras

Sabila

Sabila Rinda Afrillya Rinda Afrillya Suryadani Suryadani

Wirdhatul Wirdhatul

Jannah Jannah

12260121397 12260124835 12260123598

(3)

Pengertian Intelegensi

Bahasa Arab Bahasa Inggris Secara Bahasa

Intelegensi berasal dari

bahasa Inggris “Intelligence”

yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan

Intelligentia”

Intelegensi disebut al-dzaka’, yang

berarti cerdas,

cerdik, cepat faham.

Menurut arti bahasa, intelegensi adalah

pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan

sesuatu

(Azis, 2020:35)

(Cahyo, 2021:8) (Maksum, 2020:5)

E t i m o l o g i

(4)

Pengertian Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan

individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulan yang diterimanya. (Arisanti, 2019:61)

Terminologi

Edward Thorndike

David Wescler

Kecerdasan adalah suatu kapasitas umum dari individu untuk

bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. (Binasih, 2012:9)

Howard Gardner

Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

(Astaman, 2020:42)

K e s i m p u l a n

kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan

bertindak secara terarah dan hidup berhubungan dengan

lingkungan secara efektif.

(5)

> Term (istilah) Kecerdasan Dalam Al-Qur’an <

Definisi kecerdasan secara jelas tidak ditemukan di dalam al-Qur’an, tetapi melalui kata-kata atau istilah yang digunakan oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna kecerdasan. Istilah yang memiliki makna yang dekat (mirip) dengan kecerdasan

yang banyak digunakan di dalam al-Quran, antara lain:

Rusyd Mirrah Aql

Fiqh

Bashor Al-Fikr

Nazharo

Tadabbaro Tafakkaro

Tazakkaro Fahima

Lubb

(6)

Kata Rusyd ini berkaitan dengan kecerdasaan, seperti terdapat dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 6.

Rusyd 1

1. . Rusyd 1.

Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).”

(7)

Makna dasar kata rusyd artinya ketepatan dan kelurusan jalan. Maksudnya adalah kesempurnaan akal dan jiwa, sehingga mampu bersikap dan bertindak yang tepat.

~Ibnu Asyur dalam tafsirnya, rusyd bernakna kesempurnaan akal dan ilmu.

~Hamka mengartikan kata ﺪﺷر dengan kecerdikan, artinya bukan tergantung pada umur, tetapi tergantung kepada kecerdikan atau kedewasaan pikiran.

Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 6, yang berbunyi:

2. Mirrah 2. Mirrah

Artinya: “Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri

dengan rupa yang asli.”

(8)

3. Aql 3. Aql

Istilah kecerdasan dalam kata ﻞﻘﻋ terdapat dalam Al-Qur’an, tidak dalam kata benda tapi kata kerja. istilah kecerdasan terdapat dalam yunus ayat 100.

Kata mirrah terambil dari kalimat amrartu al-habla artinya melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Ibnu Asyur juga berpendapat bahwa mirrah adalah kekuatan fisik dan akal.

Latar belakang ayat ini berkaitan dengan proses penyampaian wahyu kepada Nabi Muhammad oleh makhluk yaitu Jibril yang mempunyai kekuatan dengan ditandai enam ratus sayap dan setiap sayap memenuhi ufuk, artinya kecerdasan adalah mempunyai kemampuan yang luas seperti luasnya langit dan seisinya. (Azis, 2020: 61-62)

(9)

4. Fiqh 4. Fiqh

Artinya: “Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan dijadikan-Nya kekotoran atas orang yang tidak mau berpikir.”

Hamka menjelaskan bahwa Allah telah memberikan akal kepada manusia untuk menimbang di antara baik dan buruk. Dan Allah juga yang memberikan iman, sehingga iman menjadi sinar hidup manusia. Dapat diketahui bahwa kecerdasan ialah kemampuan mempertimbangkan dan memilih jalan yang benar dan salah, untuk menuju keselamatan hidup manusia. (Azis, 2020: 69)

Kecerdasan dalam kata Fiqh berarti kemampuan memahami dan mendalami

sesuatu dengan benar, baik secara lahir maupun batin. Istilah kecerdasan dalam

kata Fiqh tersurat di kamus ناﺮﻘﻟا ظﺎﻔﻟا تادﺮﻔﻣ mengandung arti:

(10)

A. Kemampuan memahami pembicaraan

Kemampuan memahami pembicaraan terdapat dalam surah an-Nisa ayat 78.

Artinya:Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muham-mad).” Katakanlah,

“Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang

munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

(11)

Ayat ini memberi peringatan kepada orang yang lemah iman dan enggan berperang, karena cinta dunia dan takut mati. Kata َنﻮُﻬَﻘْﻔَﻳ َنوُدﺎَﻜَﻳ َﻻ artinya mereka tidak mendekati pemahaman pembicaraan, karena permasalahan yang ada tidak dipahami dengan benar.

Hanya orang yang memiliki kecerdasan yang dapat memahami sesuatu dengan benar, bahwa setiap sesuatu ada yang menjadikannya, ada sebab-sebabnya dan juga tanda- tanda serta dampak-dampaknya.

B. Memahami Pengetahuan

Kecerdasan dalam arti memahami pengetahuan terdapat dalam surah at-Taubah ayat 122

artinya: “Dan tidaklah orang-orang yang beriman itu turut semuanya. Tetapi alangkah

baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, di antara mereka ada satu kelompok, supaya

mereka memperdalam pengertian agama, dan supaya memberi peringatan kepada kaum,

apabila mereka kembali kepada kaum mereka, supaya berhati-hati”.

(12)

5. Bashor 5. Bashor

Hamka menegaskan Fiqh dalam ayat tersebut bermakna kemampuan memdalami ilmu pengetahuan dan memperdalam ilmu agama. Oleh karena itu tugas yang harus diembannya adalah setelah memiliki kemampuan dan kedalaman ilmu, harus memberi peringatan dan ancaman kepada kaum muslimin hingga sekarang ini. (Azis, 2020: 72-75)

Arti kecerdasan dalam kata ﺮﺼﺑ mengandung makna kemampuan melihat secara lahir dan batin terhadap bukti-bukti dan fenomena yang Allah telah ciptakan baik di dunia dan akhirat. Oleh karena pertalian antara penglihatan mata lahir dan mata batin harus dilakukan dengan benar.

Terdapat dalam Q.S Al-Qiyamah:10

Artinya: “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.”

(13)

6. Al-Fikr 6. Al-Fikr

Berarti berpikir. Berasal dari bentuk kata at-tafakkur, dan semuannya berbentuk kata kerja (fi’l), hanya satu yang berbentuk kata fakkara, yaitu pada Surat al-Mudatstsir ayat 18.

Al-Jurjani mendefinisikan, at-tafakkur adalah pengerahan hati kepada makna sesuatu untuk menemukan sesuatu yang dicari, sebagai lentera hati yang dengannya dapat mengetahui kebaikan dan keburukan (Isnaini dan Iskandar, 2021:112). Kata ini dapat dijumpai pada surat Ar-Rum ayat 8:

Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara

manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”

(14)

Dalam Al-Quran terdiri dari wazan nazharo ada sekitar 129 kata dalam 115 ayat. Kata ini oleh Quraisy Shihab diartikan sebagai “nalar”. Kata ini digunakan secara tegas sebagai “memandang”

dengan mata kepala dan mata hati.

Secara harfiah kata itu dekat dengan kata al-fahsh (penyelidikan) atau kontemplasi (al- ta’ammul). Juga semakna dengan melihat (ra’yu) dan memandang dengan mata (bashar). Secara istilah, lafadz ini menggambarkan proses pengertian terhadap sesuatu hal atau objek. Mula-mula melalui pandangan mata (kepala) yang memaksa seseorang memperhatikan suatu objek. Setelah itu ia akan berpikir untuk meyakinkan dirinya tentang kebenaran objek tersebut.

Harun Nasution menyebutkan redaksi nazharo berarti melihat secara abstrak dalam arti berfikir dan merenungkan, terdapat dalam Q.S Qaf: 6

7. Nazharo 7. Nazharo

Artinya: “Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada diatas mereka, bagaimana cara kami membangunnya dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-

retak sedikitpun?”

(15)

8. Tadabbaro 8. Tadabbaro

Berasal dari kata dabbaro yang mempunyai arti memikirkan akibat sesuatu atau menimbang sesuatu. Di dalam al-Qur’an, kata dabbaro digunakan sebanyak 44 kali dalam 44 ayat. Term ini salah satunya terdapat dalam surah An-Nisa ayat 82. Ayat ini berkaitan dengan pemahaman terhadap Al-Qur’an, yang memberi perintah terhadap kita untuk memahami dengan teliti dan memikirkan rahasia-rahasia dan keajaiban kandungan wahyu Ilahi.

Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan

yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa ayat 82)

(Fuzi, 2015: 72)

(16)

Memiliki makna berfikir. Kata ini terdapat dalam 16 ayat, Allah swt juga mendorong manusia untuk ber-tafakkur (berfikir) secara total, berdua, atau sendiri sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S saba’ ayat 46:

9. Tafakkaro 9. Tafakkaro

Artinya: katakanlah, “aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu mencari kebenaran karena Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudia agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikitpun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang

keras”. (Q.S saba’ ayat 46)

(Fuzi, 2015: 63-64)

Menurut Al-Fudhail, tafakkur adalah cermin yang akan memperlihatkan padamu kebaikan dan

keburukanmu. Dalam hal lain, tafakkur adalah sebuah metode penyembuhan, pembersihan diri.

(17)

Artinya: “dan sungguh, telah kami berikan kepada musa kitab (taurat) setelah kami binasakan umat – umat terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan

petunjuk serta rahmat, agar mereka mendapat Pelajaran.”

(QS. Al-Qasas ayat 43)

Berasal dari kata zakaro. Menurut Harun Nasution, bermakna mengingat, memperoleh, mendapat pelajaran. Memperhatikan dan mempelajari yang semuanya mengandung perbuatan berfikir. Kata ini dalam Al-Qur’an disebutkan dalam 40 ayat, salah satunya dalam surat Al-Qasas ayat 43:

10. Tazakkaro 10. Tazakkaro

(Fuzi, 2015: 67)

(18)

11. Fahima 11. Fahima

Kata Fahima dalam Al-Qur’an mempunyai arti memahami. Dalam kaitannya berfikir, kata ini diartikan dengan mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Kata ini dapat ditemukan dalam surat Al-Anbiya ayat 79:

Artinya: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami

tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud”.

“Dan kamilah yang melakukannya.”. (QS. Al-Anbiyaa ayat 79)

(Fuzi, 2015: 75)

(19)

12. Lubb 12. Lubb

Lubb Adalah lingkaran lubuk hati terdalam. Lubb berarti inti dan pemahaman batiniah, artinya manusia yang telah berpaling dari sifat-sifat buruk dan telah membuka ke dalam lubuk hati terdalam.Lebih tegas lagi lubb adalah pengetahuan atau hikmah yang suci dari dosa dan setiap lubb mengandung hikmah. Pemahaman ini didasarkan pada al-Qur’an surah al-Baqarah: 269.

Artinya: “Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia dikehendaki. Barang siapa yang dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.”

(QS. Al-Baqarah ayat 269)

(Azis, 2020: 49)

(20)

Jenis-Jenis Intelegensi <

>

Meskipun Al-Qur’an memiliki konsep tersendiri mengenai kecerdasan, namun dalam hal pembagian kecerdasan sebenarnya tidak jauh berbeda antara pandangan islam

(al-qur’an) dan ilmu-ilmu barat. Terdapat 9 jenis kecerdasan.

(Aizid, 2016: 50)

kecerdasan Pribadi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Spiritual kecerdasan Pribadi

Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan Visual Kecerdasan Tubuh

Kecerdasan Kesuksesan Kecerdasan Visual

Kecerdasan Tubuh

Kecerdasan Kesuksesan Kecerdasan Moral

Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan Finansial Kecerdasan Moral

Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan Finansial

(21)

1. Kecerdasan Pribadi

Jenis kecerdasan yang pertama dalam Al-Qur’an adalah kecerdasan pribadi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut Personal Intelligence. Dalam ilmu barat, Howard Gardner

membagi kecerdasan ini menjadi dua kelompok yaitu, kecerdasan intrapersonal

(intrapersonal intelligence) dan kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence).

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang bergerak dalam akses perasaan diri sendiri, atau kecerdasan yang dapat membedakan perasaaan-perasaan secara instan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh diri sendiri. Sedangkan kecerdasan interpersonal

adalah kemampuan untuk memahami orang lain sehingga dapat berinteraksi dengan baik, atau bagaimana manusia dapat saling memahami satu sama lain yang juga

mempengaruhi bagaimana cara mereka berkomunikasi.

(Aizid, 2016: 51-52)

(22)

Dalam Al-Qur’an terdapat surat al-Baqarah ayat 242 yang menggambarkan tentang kecerdasan pribadi. Allah Swt berfirman sebagai berikut.

Artinya: “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya

(hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.” (QS. al-Baqarah: 242).

(Aizid, 2016: 53-54)

1. Kecerdasan Pribadi

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa berpikir, dan bentuk perintah ini merupakan

wujud dari dorongan Allah Swt. dalam upaya meningkatkan kecerdasan

pribadi para hamba-Nya.

(23)

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan ini disingkat dengan EQ atau emotional quotient. Menurut Golmen, kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan, serta

mengatur keadaan jiwa.

Menurut Paul Ekman, terdapat 6 jenis emosi dasar yaitu: anger (marah), fear (takut), surprise (kejutan), disgust (jengkel), happiness

(kebahagiaan), dan sadness (kesedihan).

(Aizid, 2016: 54)

(24)

2. Kecerdasan Emosional

Mengenai jenis kecerdasan ini, ada ayat al-Qur’an yang menjelaskan jenis emosi tersebut. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21.

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Melalui surat Ar-Rum ayat 21, Allah swt mengingatkan kepada orang-orang yang berpikir bahwa mereka telah diberikan nikmat cinta dan kasih sayang yang mesti dikelola dengan sebaik-baiknya.

Apabila mereka menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan mengendalikan emosinya, mengelola cintanya dengan sebaik-baiknya, maka akan melahirkan kedamaian dan ketentraman.

(Aizid, 2016: 55)

(25)

3. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang terdalam, berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran sadar. Adapun yang termasuk nilai-nilai spiritual yang umum ialah kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerja sama, kebebasan, kedamian, cinta, rasa percaya, kerendahan hati, kesetiaan, rasa syukur, ikhlas, hikamah, keadilan, dan keteguhan.

Ayat al-Qur’an yang secara tersirat menerangkan tentang kecerdasan spiritual adalah Q.S al- Baqarah ayat 164 berikut.

(Aizid, 2016: 58-60)

(26)

3. Kecerdasan Spiritual

Artinya: “Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi; dan (pada) pertukaran malam dan siang; dan (pada) kapal-kapal

yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan

yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan

dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang;

demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan

bumi; sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaan-Nya,

kebijaksanaan-Nya, dan keluasan rahmat-Nya) bagi kaum yang

(mahu) menggunakan akal fikiran.” (Q.S al- Baqarah: 164)

(27)

Kecerdasan Visual adalah kemampuan untuk memberikan gambar-gambar dan imaji-imaji serta kemampuan dalam mentransformasikan dunia visual-spasial (Aizid, 2016:60).

Kecerdasan ini dekat sekali dengan dunia seni. Seni adalah keindahan yang juga merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.

Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh

kecenderungan seniman kepada keindahan (apapun jenis keindahan). Dan dorongan itu merupakan naluri manusia,

atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba- hamba-Nya (Jalil, 2016:85).

4. Kecerdasan Visual

(28)

4. Kecerdasan Visual

Artinya: “Dan Kami hamparkan bumi dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah

dipandang mata untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).” (QS. Qaf ayat 7-8)

Kecerdasan visual yang dimaksud oleh ayat di atas ialah perintah Allah Swt. Kepada manusia agar melihat dan merenungkan keindahan alam semesta ciptaan-Nya.

(Aizid, 2016: 61)

(29)

5. Kecerdasan Tubuh

Kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai, dan memelihara

tubuh, serta membuatnya berfungsi seefisien mungkin.

Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik

dalam mengontrol tubuh

seseorang dengan sangat cermat.

Mengenai kecerdasaan ini, Al- Quran memberikan petunjuk

kepada manusia agar memiliki kecerdasan memelihara tubuhnya

sehingga terhindar dari hal- hal yang membahayakan,

seperti dalam surat Al-

Baqarah ayat 219:

(30)

5. Kecerdasan Tubuh

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa

yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”

(QS. Al-Baqarah ayat 219)

(Aizid, 2016:62-63)

(31)

Kecerdasan kesuksesan ialah kecerdasan atau kemampuan dalam mencapai suatu target. Hal ini mengacu pada makna sukses, yaitu penyelesaian sesuatu dan pencapaian tujuan tertentu yang dipilih.

Dalam Al-Qur’an kecerdasan kesuksesan ini digambarkan sebagai kemampuan seseorang dalam membedakan yang baik dan buruk. Orang yang mampu membedakan baik dan buruk akan mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan di hari kemudian.

Adapun ayat yang berbicara tentang kesuksesan jenis ini adalah sebagai berikut.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu. Maka, bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”

(QS. al-Ma’idah: 100).

(Aizid, 2016: 63-64)

6. Kecerdasan Kesuksesan

(32)

7. Kecerdasan Moral

Kecerdasan moral adalah suatu kecakapan dalam diri seseorang untuk membedakan perkara yang benar dan juga yang salah, kemudian

meyakini hal tersebut dan menjadikan keyakinan itu sebagai pedoman dalam bertindak, sehingga seseorang itu akan bertindak secara benar dan terhormat. Sebagaimana fitrahnya, manusia sebagai makhluk sosial

akan terus melakukan interaksi dengan lingkungannya dan bersikap serta berperilaku sebagaimana kaidah-kaidah yang diberlakukan di masyarakat. Maka dari itu, kecerdasan moral merupakan suatu aspek

penting, yang selayaknya dimiliki oleh semua manusia.

(Suryati dkk, 2022: 200)

(33)

7. Kecerdasan Moral

Dalam al-Quran, terdapat ajaran tentang pentingnya kecerdasan moral dalam hidup setiap individu manusia. Meskipun tidak disebutkan secara terperinci, tetapi beberapa surat mengandung pengertian tentang kecerdasan moral. Salah satunya adalah Surat An- Nahl (16): 90, yang berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menyuruh manusia untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Kecerdasan moral membantu untuk memahami benar dan salah, serta pendirian yang kuat untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan norma moral.

(Nur’aini & Hamzah, 2023: 1787)

(34)

Kecerdasan bahasa adalah kemampuan menggunakan kata- kata secara terampil dan mengekspresikan konsep-konsep secara fasih. (Aizid, 2016:65)

Bahasa merupakan simbol pengertian, yaitu yang memungkinkan manusia untuk memahami semua

pengertian dalam pemikiranya dengan cara simbolis sehingga mampu memperoleh pengertian, ilmu

pengetahuan, dan berbagai keahlian. Kemudian dengan peran bahasa, mampu memberikan kemampuan kepada manusia untuk mencapai kemajuan yang terus menerus dalam belajar dan berfikir. (Jalil, 2016:65)

8. Kecerdasan Bahasa

(35)

8. Kecerdasan Bahasa

Karena itu pantaslah jika yang pertama-tama Allah ajarkan kepada Adam adalah nama dari segala sesuatu, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-

Baqarah 31-33.

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang- orang yang benar!”

(QS. Al-Baqarah ayat 31)

Potensi manusia untuk menyampaikan gagasan pikirannya lewat bahasa (komunikasi lisan) diberikan kepada manusia sebagai modal untuk

merealisasikan tugasnya yang telah diberikan Allah SWT dengan baik.

(Jalil, 2016: 67)

(36)

9. Kecerdasan Finansial

Kecerdasan finansial berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengatur dan mengelola keuangan. Dalam islam, kecerdasan ini juga termasuk asal muasal harta yang didapat: apakah haram atau halal. Ayat-ayat al-Qur’an yang memotivasi kecerdasan finansial antara lain ialah Q.S Hud ayat 51 berikut.

Ayat ini merupakan bagian dari kisah Nabi Hud (saw) yang diutus Allah untuk memberi petunjuk kepada umatnya. Dalam ayat khusus ini, Nabi Hud berbicara kepada umatnya dan menekankan bahwa beliau tidak meminta imbalan materi apa pun dari mereka atas penyampaian risalah Allah. Sebaliknya, pahalanya ada di sisi Sang Pencipta, dan ia mengajak umatnya untuk menggunakan akal dan kecerdasan mereka untuk memahami kebenaran pesannya.

(Aizid, 2016: 66-68)

Artinya: “Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini.

Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?”

(QS. Hud: 51)

(37)

Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan dalam Al-Quran

Artinya: “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan

kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang- orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Ar-Ra’d ayat 19)

Ayat ini menjelaskan tentang mukmin yang akal berpikirnya sehat diperintahkan untuk merenungkan fenomena-fenomena yang jelas memberikan bentuk keagungan Allah SWT beserta sifat-sifat baik-Nya.

Kaum mukmin senantiasa berpikir, mengamati akan keagungan ciptaan Allah, serta al-qur’an yang mengandung banyak kebenaran

atas segala fenomena yang terjadi.

Mempunyai Pengetahuan

(38)

Q.S Ar-Ra’d ayat 20 menjelaskan tentang kaum mukminin yang menjalankan dan taat atas segala bentuk perjanjian yang telah mereka

janjikan kepada Allah. Tujuan Allah SWT memberatkan amanah pada mukminin sebagai tolok ukur bentuk

sebuah keimanan.

Menyempurnakan Janji

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang

memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian” (QS. Ar-Ra’d ayat 20)

Menjalin Kekerabatan

Artinya: “Dan orang-orang yang

menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan” (QS.

Ar-Ra’d ayat 21)

Q.S Ar-ra’d ayat 21 menjelaskan

tentang bahwa orang-orang mukmin yang memiliki bentuk keimanan yang tinggi adalah menghubungkan segala

bentuk silaturahmi yang telah renggang, berbuat kebaikan pada

siapapun.

(39)

Ayat ini menjelaskan tentang orang mukmin yang takut pada Allah SWT dikarenakan takut pula akan hisab

yang buruk, dalam segala tindak perbuatan yang mereka lakukan di dunia akan berdampak sangat besar di

akhirat.

Takut Kepada Allah

Artinya: “dan mereka takut kepada

Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d ayat 21)

Sabar dalam Mengharap keridhaan Allah

Artinya: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya

” (QS. Ar-Ra’d ayat 22)

Q.S Ar-Ra’d ayat 22 menjelaskan tentang mukmin yang bersabar

karena mencari keridhaan Allah SWT adalah bersabar telah melepaskan

dan meninggalkan semua bentuk

larangan dan perbuatan dosa.

(40)

Yang dimaksud dengan mendirikan (sholat) adalah pelaksanaan sholat

yang dilakukan dengan disertai keikhlasan, kekhusyukan, dan penghayatan atas setiap kalimat

yang diucapkan dalam sholat.

Mendirikan Shalat

Artinya: “dan mendirikan sholat”

(QS. Ar-Ra’d ayat 22)

Membelanjakan Rizki

Artinya: “dan menafkahkan sebagian

rezeki yang Kami berikan kepada mereka”

(QS. Ar-Ra’d ayat 22)

Q.S Ar-Ra’d ayat 22 menjelaskan tentang menafkahkan atau

mensedekahkan beberapa rizki pada mukmin lainnya terutama

berkewajiban atas mereka nafkahi

yang menjadi tanggungan mereka.

(41)

Artinya: “secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik)”

(QS. Ar-Ra’d ayat 22)

Ayat ini menjelaskan tentang Jika ada orang yang mencela perbuatan baik kita, tanggapi dengan bersabar dan

menanggung perbuatan prilaku buruk orang tersebut dengan berusaha seikhlas mungkin, terutama bersabar dikarenakan Allah SWT maha mengetahui niat semua hambanya terutama

perbuatan baik menolong sesama orang yang sangat membutuhkan pertolongan.

Menolak Kejahatan dengan Kebaikan

Azis, 2020:81-82

(42)

THANK YOU

ANY QUESTION?

(43)

Daftar Pustaka

Aizid, Rizem. (2016). Tartil Al-Qur’an untuk Kecerdasan dan Kesehatanmu. Yogyakarta: DIVA Press.

Astaman. (2020). “Kecerdasan dalam Perspektif Psikologi dan Al-Qur’an/Hadit”. Tarbiya Islamica:

Jurnal Keguruan dan Pendidikan Islam, 1(1), 41-50.

Azis. (2020). Kecerdasan Al-Qur’an. Yogyakarta: STAIMS Press.

Binasih, Gulinda. (2012). “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap”.

Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Cahyo, David Dwi. (2021). “Analisis Konsep Kecerdasan Perspektif Howard Gardner dalam Buku

Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) dan Relevansinya dalam Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Skripsi. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.

Indiarto, Fuzi. (2015). “Konsep Berpikir Dalam Perspektif Alquran: Studi Term-Term Berpikir Dan

Penafsirannya Menurut Muhammad Quraish Shihab”. Thesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Isnaini Muhammad & Iskandar. (2021). “Akal dan Kecerdasan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”.

Mushaf Journal: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis, 1(1), 103-118.

(44)

Daftar Pustaka

Jalil, Aqib Abdul. (2016). “Multiple Intelligences dalam Perspektif Al-Qur’an”. Thesis.

Jakarta: Institut PTIQ Jakarta.

Maksum, Imam. (2020). “Konsep Kecerdasan Menurut Al-Qur’an”. Al-Ifkar, 14(2), 5-24.

Nur’aini & Hamzah. (2023). “Kecerdasan Emosional, Intelektual, Spiritual, Moral dan Sosial Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Education, 9 (4), hlm. 1783-1790.

Rahman, Hamzani Aulia & Abdul Hafiz Alfatoni. (2021). “Tinjauan Alquran dalam Term Kecerdasan Intelektual”. Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 9(2), 266- 280.

Suryati, dkk. (2022). “Membentuk Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif Islam”.

Innovative Education Journal, 4 (1), hlm. 200-205.

Referensi

Dokumen terkait

Ayat diatas menjelaskan emosi Nabi Nuh as. terhadap kaumnya merupakan sebuah gambaran tentang pelaksanaan perintah Allah dalam memisahkan kaumnya yang beriman dengan

Terhadap ketiga tafsir di atas, yang dijadikan sebagai fokus kajian penulis adalah kecenderungan tafsir bil ma’tsur dalam menjelaskan ayat-ayat tentang kebebasan

Kemudian dalam surat An-Nisa ayat 135, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka menjadi para penegak

Ibnu Abbas berkata, &#34;maka janganlah kamu bertengkar tentang hal mereka kecuali pertengkaran lahir semata, &#34;artinya, cukuplah bagimu apa yang telah Aku (Allah)

Makna dari ayat tersebut adalah bahwa Allah memerintahkan kepada umatnya yang beriman untuk menjaga diri mereka dari api neraka dan menjauhkan darinya. Di samping

Maksud dari ayat tersebut adalah: Apa saja harta rampasan atau fai yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota seperti tanah Shafra, lembah Al-Qura dan

Hamka menambahkan dengan mengutip dari penafsiran Ibnu Kathir tersebut bahwa seruan Allah melalui utusan-Nya pada ayat kedua dalam surat ini “Aku tidaklah menyembah apa yang kamu

Disebutkan juga bahwa umat manusia hendaknya dilatih untuk menjelajah luar angkasa, padahal pada prinsipnya tidak mungkin tanpa izin Allah subhanahu wa ta'ala, sebagaimana tertuang