Intelegensi (Kecerdasan) berdasarkan perspektif
Al-Qur’an
Dosen Pengampu: Drs. Mukhlis, M.Si
Kelompok 3
< >
Anggota Kelompok:
Paras Paras
Sabila
Sabila Rinda Afrillya Rinda Afrillya Suryadani Suryadani
Wirdhatul Wirdhatul
Jannah Jannah
12260121397 12260124835 12260123598
Pengertian Intelegensi
Bahasa Arab Bahasa Inggris Secara Bahasa
Intelegensi berasal dari
bahasa Inggris “Intelligence”
yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan
Intelligentia”
Intelegensi disebut al-dzaka’, yang
berarti cerdas,
cerdik, cepat faham.
Menurut arti bahasa, intelegensi adalah
pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan
sesuatu
(Azis, 2020:35)
(Cahyo, 2021:8) (Maksum, 2020:5)
E t i m o l o g i
Pengertian Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan
individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulan yang diterimanya. (Arisanti, 2019:61)
Terminologi
Edward Thorndike
David Wescler
Kecerdasan adalah suatu kapasitas umum dari individu untuk
bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. (Binasih, 2012:9)
Howard Gardner
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
(Astaman, 2020:42)
K e s i m p u l a n
kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan
bertindak secara terarah dan hidup berhubungan dengan
lingkungan secara efektif.
> Term (istilah) Kecerdasan Dalam Al-Qur’an <
Definisi kecerdasan secara jelas tidak ditemukan di dalam al-Qur’an, tetapi melalui kata-kata atau istilah yang digunakan oleh al-Qur’an dapat disimpulkan makna kecerdasan. Istilah yang memiliki makna yang dekat (mirip) dengan kecerdasan
yang banyak digunakan di dalam al-Quran, antara lain:
Rusyd Mirrah Aql
Fiqh
Bashor Al-Fikr
Nazharo
Tadabbaro Tafakkaro
Tazakkaro Fahima
Lubb
Kata Rusyd ini berkaitan dengan kecerdasaan, seperti terdapat dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 6.
Rusyd 1
1. . Rusyd 1.
Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).”
Makna dasar kata rusyd artinya ketepatan dan kelurusan jalan. Maksudnya adalah kesempurnaan akal dan jiwa, sehingga mampu bersikap dan bertindak yang tepat.
~Ibnu Asyur dalam tafsirnya, rusyd bernakna kesempurnaan akal dan ilmu.
~Hamka mengartikan kata ﺪﺷر dengan kecerdikan, artinya bukan tergantung pada umur, tetapi tergantung kepada kecerdikan atau kedewasaan pikiran.
Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 6, yang berbunyi:
2. Mirrah 2. Mirrah
Artinya: “Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri
dengan rupa yang asli.”
3. Aql 3. Aql
Istilah kecerdasan dalam kata ﻞﻘﻋ terdapat dalam Al-Qur’an, tidak dalam kata benda tapi kata kerja. istilah kecerdasan terdapat dalam yunus ayat 100.
Kata mirrah terambil dari kalimat amrartu al-habla artinya melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Ibnu Asyur juga berpendapat bahwa mirrah adalah kekuatan fisik dan akal.
Latar belakang ayat ini berkaitan dengan proses penyampaian wahyu kepada Nabi Muhammad oleh makhluk yaitu Jibril yang mempunyai kekuatan dengan ditandai enam ratus sayap dan setiap sayap memenuhi ufuk, artinya kecerdasan adalah mempunyai kemampuan yang luas seperti luasnya langit dan seisinya. (Azis, 2020: 61-62)
4. Fiqh 4. Fiqh
Artinya: “Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan dijadikan-Nya kekotoran atas orang yang tidak mau berpikir.”
Hamka menjelaskan bahwa Allah telah memberikan akal kepada manusia untuk menimbang di antara baik dan buruk. Dan Allah juga yang memberikan iman, sehingga iman menjadi sinar hidup manusia. Dapat diketahui bahwa kecerdasan ialah kemampuan mempertimbangkan dan memilih jalan yang benar dan salah, untuk menuju keselamatan hidup manusia. (Azis, 2020: 69)
Kecerdasan dalam kata Fiqh berarti kemampuan memahami dan mendalami
sesuatu dengan benar, baik secara lahir maupun batin. Istilah kecerdasan dalam
kata Fiqh tersurat di kamus ناﺮﻘﻟا ظﺎﻔﻟا تادﺮﻔﻣ mengandung arti:
A. Kemampuan memahami pembicaraan
Kemampuan memahami pembicaraan terdapat dalam surah an-Nisa ayat 78.
Artinya:Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muham-mad).” Katakanlah,
“Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang
munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”
Ayat ini memberi peringatan kepada orang yang lemah iman dan enggan berperang, karena cinta dunia dan takut mati. Kata َنﻮُﻬَﻘْﻔَﻳ َنوُدﺎَﻜَﻳ َﻻ artinya mereka tidak mendekati pemahaman pembicaraan, karena permasalahan yang ada tidak dipahami dengan benar.
Hanya orang yang memiliki kecerdasan yang dapat memahami sesuatu dengan benar, bahwa setiap sesuatu ada yang menjadikannya, ada sebab-sebabnya dan juga tanda- tanda serta dampak-dampaknya.
B. Memahami Pengetahuan
Kecerdasan dalam arti memahami pengetahuan terdapat dalam surah at-Taubah ayat 122
artinya: “Dan tidaklah orang-orang yang beriman itu turut semuanya. Tetapi alangkah
baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, di antara mereka ada satu kelompok, supaya
mereka memperdalam pengertian agama, dan supaya memberi peringatan kepada kaum,
apabila mereka kembali kepada kaum mereka, supaya berhati-hati”.
5. Bashor 5. Bashor
Hamka menegaskan Fiqh dalam ayat tersebut bermakna kemampuan memdalami ilmu pengetahuan dan memperdalam ilmu agama. Oleh karena itu tugas yang harus diembannya adalah setelah memiliki kemampuan dan kedalaman ilmu, harus memberi peringatan dan ancaman kepada kaum muslimin hingga sekarang ini. (Azis, 2020: 72-75)
Arti kecerdasan dalam kata ﺮﺼﺑ mengandung makna kemampuan melihat secara lahir dan batin terhadap bukti-bukti dan fenomena yang Allah telah ciptakan baik di dunia dan akhirat. Oleh karena pertalian antara penglihatan mata lahir dan mata batin harus dilakukan dengan benar.
Terdapat dalam Q.S Al-Qiyamah:10
Artinya: “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.”
6. Al-Fikr 6. Al-Fikr
Berarti berpikir. Berasal dari bentuk kata at-tafakkur, dan semuannya berbentuk kata kerja (fi’l), hanya satu yang berbentuk kata fakkara, yaitu pada Surat al-Mudatstsir ayat 18.
Al-Jurjani mendefinisikan, at-tafakkur adalah pengerahan hati kepada makna sesuatu untuk menemukan sesuatu yang dicari, sebagai lentera hati yang dengannya dapat mengetahui kebaikan dan keburukan (Isnaini dan Iskandar, 2021:112). Kata ini dapat dijumpai pada surat Ar-Rum ayat 8:
Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.”
Dalam Al-Quran terdiri dari wazan nazharo ada sekitar 129 kata dalam 115 ayat. Kata ini oleh Quraisy Shihab diartikan sebagai “nalar”. Kata ini digunakan secara tegas sebagai “memandang”
dengan mata kepala dan mata hati.
Secara harfiah kata itu dekat dengan kata al-fahsh (penyelidikan) atau kontemplasi (al- ta’ammul). Juga semakna dengan melihat (ra’yu) dan memandang dengan mata (bashar). Secara istilah, lafadz ini menggambarkan proses pengertian terhadap sesuatu hal atau objek. Mula-mula melalui pandangan mata (kepala) yang memaksa seseorang memperhatikan suatu objek. Setelah itu ia akan berpikir untuk meyakinkan dirinya tentang kebenaran objek tersebut.
Harun Nasution menyebutkan redaksi nazharo berarti melihat secara abstrak dalam arti berfikir dan merenungkan, terdapat dalam Q.S Qaf: 6
7. Nazharo 7. Nazharo
Artinya: “Maka tidakkah mereka memperhatikan langit yang ada diatas mereka, bagaimana cara kami membangunnya dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-
retak sedikitpun?”
8. Tadabbaro 8. Tadabbaro
Berasal dari kata dabbaro yang mempunyai arti memikirkan akibat sesuatu atau menimbang sesuatu. Di dalam al-Qur’an, kata dabbaro digunakan sebanyak 44 kali dalam 44 ayat. Term ini salah satunya terdapat dalam surah An-Nisa ayat 82. Ayat ini berkaitan dengan pemahaman terhadap Al-Qur’an, yang memberi perintah terhadap kita untuk memahami dengan teliti dan memikirkan rahasia-rahasia dan keajaiban kandungan wahyu Ilahi.
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan
yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa ayat 82)
(Fuzi, 2015: 72)
Memiliki makna berfikir. Kata ini terdapat dalam 16 ayat, Allah swt juga mendorong manusia untuk ber-tafakkur (berfikir) secara total, berdua, atau sendiri sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S saba’ ayat 46:
9. Tafakkaro 9. Tafakkaro
Artinya: katakanlah, “aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu mencari kebenaran karena Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudia agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikitpun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang
keras”. (Q.S saba’ ayat 46)
(Fuzi, 2015: 63-64)
Menurut Al-Fudhail, tafakkur adalah cermin yang akan memperlihatkan padamu kebaikan dan
keburukanmu. Dalam hal lain, tafakkur adalah sebuah metode penyembuhan, pembersihan diri.
Artinya: “dan sungguh, telah kami berikan kepada musa kitab (taurat) setelah kami binasakan umat – umat terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan
petunjuk serta rahmat, agar mereka mendapat Pelajaran.”
(QS. Al-Qasas ayat 43)
Berasal dari kata zakaro. Menurut Harun Nasution, bermakna mengingat, memperoleh, mendapat pelajaran. Memperhatikan dan mempelajari yang semuanya mengandung perbuatan berfikir. Kata ini dalam Al-Qur’an disebutkan dalam 40 ayat, salah satunya dalam surat Al-Qasas ayat 43:
10. Tazakkaro 10. Tazakkaro
(Fuzi, 2015: 67)
11. Fahima 11. Fahima
Kata Fahima dalam Al-Qur’an mempunyai arti memahami. Dalam kaitannya berfikir, kata ini diartikan dengan mencari pengetahuan tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Kata ini dapat ditemukan dalam surat Al-Anbiya ayat 79:
Artinya: “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami
tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud”.
“Dan kamilah yang melakukannya.”. (QS. Al-Anbiyaa ayat 79)
(Fuzi, 2015: 75)
12. Lubb 12. Lubb
Lubb Adalah lingkaran lubuk hati terdalam. Lubb berarti inti dan pemahaman batiniah, artinya manusia yang telah berpaling dari sifat-sifat buruk dan telah membuka ke dalam lubuk hati terdalam.Lebih tegas lagi lubb adalah pengetahuan atau hikmah yang suci dari dosa dan setiap lubb mengandung hikmah. Pemahaman ini didasarkan pada al-Qur’an surah al-Baqarah: 269.
Artinya: “Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia dikehendaki. Barang siapa yang dianugerahi hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.”
(QS. Al-Baqarah ayat 269)
(Azis, 2020: 49)
Jenis-Jenis Intelegensi <
>
Meskipun Al-Qur’an memiliki konsep tersendiri mengenai kecerdasan, namun dalam hal pembagian kecerdasan sebenarnya tidak jauh berbeda antara pandangan islam
(al-qur’an) dan ilmu-ilmu barat. Terdapat 9 jenis kecerdasan.
(Aizid, 2016: 50)
kecerdasan Pribadi Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Spiritual kecerdasan Pribadi
Kecerdasan Emosi
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Visual Kecerdasan Tubuh
Kecerdasan Kesuksesan Kecerdasan Visual
Kecerdasan Tubuh
Kecerdasan Kesuksesan Kecerdasan Moral
Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan Finansial Kecerdasan Moral
Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan Finansial
1. Kecerdasan Pribadi
Jenis kecerdasan yang pertama dalam Al-Qur’an adalah kecerdasan pribadi atau yang dalam Bahasa Inggris disebut Personal Intelligence. Dalam ilmu barat, Howard Gardner
membagi kecerdasan ini menjadi dua kelompok yaitu, kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intelligence) dan kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence).
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang bergerak dalam akses perasaan diri sendiri, atau kecerdasan yang dapat membedakan perasaaan-perasaan secara instan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh diri sendiri. Sedangkan kecerdasan interpersonal
adalah kemampuan untuk memahami orang lain sehingga dapat berinteraksi dengan baik, atau bagaimana manusia dapat saling memahami satu sama lain yang juga
mempengaruhi bagaimana cara mereka berkomunikasi.
(Aizid, 2016: 51-52)
Dalam Al-Qur’an terdapat surat al-Baqarah ayat 242 yang menggambarkan tentang kecerdasan pribadi. Allah Swt berfirman sebagai berikut.
Artinya: “Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya
(hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.” (QS. al-Baqarah: 242).
(Aizid, 2016: 53-54)
1. Kecerdasan Pribadi
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-Nya agar senantiasa berpikir, dan bentuk perintah ini merupakan
wujud dari dorongan Allah Swt. dalam upaya meningkatkan kecerdasan
pribadi para hamba-Nya.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan ini disingkat dengan EQ atau emotional quotient. Menurut Golmen, kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki
seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa.
Menurut Paul Ekman, terdapat 6 jenis emosi dasar yaitu: anger (marah), fear (takut), surprise (kejutan), disgust (jengkel), happiness
(kebahagiaan), dan sadness (kesedihan).
(Aizid, 2016: 54)
2. Kecerdasan Emosional
Mengenai jenis kecerdasan ini, ada ayat al-Qur’an yang menjelaskan jenis emosi tersebut. Allah berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21.
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Melalui surat Ar-Rum ayat 21, Allah swt mengingatkan kepada orang-orang yang berpikir bahwa mereka telah diberikan nikmat cinta dan kasih sayang yang mesti dikelola dengan sebaik-baiknya.
Apabila mereka menggunakan kecerdasan emosionalnya dengan mengendalikan emosinya, mengelola cintanya dengan sebaik-baiknya, maka akan melahirkan kedamaian dan ketentraman.
(Aizid, 2016: 55)
3. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berada di bagian diri yang terdalam, berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran sadar. Adapun yang termasuk nilai-nilai spiritual yang umum ialah kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerja sama, kebebasan, kedamian, cinta, rasa percaya, kerendahan hati, kesetiaan, rasa syukur, ikhlas, hikamah, keadilan, dan keteguhan.
Ayat al-Qur’an yang secara tersirat menerangkan tentang kecerdasan spiritual adalah Q.S al- Baqarah ayat 164 berikut.
(Aizid, 2016: 58-60)
3. Kecerdasan Spiritual
Artinya: “Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi; dan (pada) pertukaran malam dan siang; dan (pada) kapal-kapal
yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan
yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan
dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang;
demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan
bumi; sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaan-Nya,
kebijaksanaan-Nya, dan keluasan rahmat-Nya) bagi kaum yang
(mahu) menggunakan akal fikiran.” (Q.S al- Baqarah: 164)
Kecerdasan Visual adalah kemampuan untuk memberikan gambar-gambar dan imaji-imaji serta kemampuan dalam mentransformasikan dunia visual-spasial (Aizid, 2016:60).
Kecerdasan ini dekat sekali dengan dunia seni. Seni adalah keindahan yang juga merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.
Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh
kecenderungan seniman kepada keindahan (apapun jenis keindahan). Dan dorongan itu merupakan naluri manusia,
atau fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba- hamba-Nya (Jalil, 2016:85).
4. Kecerdasan Visual
4. Kecerdasan Visual
Artinya: “Dan Kami hamparkan bumi dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).” (QS. Qaf ayat 7-8)
Kecerdasan visual yang dimaksud oleh ayat di atas ialah perintah Allah Swt. Kepada manusia agar melihat dan merenungkan keindahan alam semesta ciptaan-Nya.
(Aizid, 2016: 61)
5. Kecerdasan Tubuh
Kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai, dan memelihara
tubuh, serta membuatnya berfungsi seefisien mungkin.
Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik
dalam mengontrol tubuh
seseorang dengan sangat cermat.
Mengenai kecerdasaan ini, Al- Quran memberikan petunjuk
kepada manusia agar memiliki kecerdasan memelihara tubuhnya
sehingga terhindar dari hal- hal yang membahayakan,
seperti dalam surat Al-
Baqarah ayat 219:
5. Kecerdasan Tubuh
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
(QS. Al-Baqarah ayat 219)
(Aizid, 2016:62-63)
Kecerdasan kesuksesan ialah kecerdasan atau kemampuan dalam mencapai suatu target. Hal ini mengacu pada makna sukses, yaitu penyelesaian sesuatu dan pencapaian tujuan tertentu yang dipilih.
Dalam Al-Qur’an kecerdasan kesuksesan ini digambarkan sebagai kemampuan seseorang dalam membedakan yang baik dan buruk. Orang yang mampu membedakan baik dan buruk akan mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan di hari kemudian.
Adapun ayat yang berbicara tentang kesuksesan jenis ini adalah sebagai berikut.
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu. Maka, bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. al-Ma’idah: 100).
(Aizid, 2016: 63-64)
6. Kecerdasan Kesuksesan
7. Kecerdasan Moral
Kecerdasan moral adalah suatu kecakapan dalam diri seseorang untuk membedakan perkara yang benar dan juga yang salah, kemudian
meyakini hal tersebut dan menjadikan keyakinan itu sebagai pedoman dalam bertindak, sehingga seseorang itu akan bertindak secara benar dan terhormat. Sebagaimana fitrahnya, manusia sebagai makhluk sosial
akan terus melakukan interaksi dengan lingkungannya dan bersikap serta berperilaku sebagaimana kaidah-kaidah yang diberlakukan di masyarakat. Maka dari itu, kecerdasan moral merupakan suatu aspek
penting, yang selayaknya dimiliki oleh semua manusia.
(Suryati dkk, 2022: 200)
7. Kecerdasan Moral
Dalam al-Quran, terdapat ajaran tentang pentingnya kecerdasan moral dalam hidup setiap individu manusia. Meskipun tidak disebutkan secara terperinci, tetapi beberapa surat mengandung pengertian tentang kecerdasan moral. Salah satunya adalah Surat An- Nahl (16): 90, yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menyuruh manusia untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Kecerdasan moral membantu untuk memahami benar dan salah, serta pendirian yang kuat untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan norma moral.
(Nur’aini & Hamzah, 2023: 1787)
Kecerdasan bahasa adalah kemampuan menggunakan kata- kata secara terampil dan mengekspresikan konsep-konsep secara fasih. (Aizid, 2016:65)
Bahasa merupakan simbol pengertian, yaitu yang memungkinkan manusia untuk memahami semua
pengertian dalam pemikiranya dengan cara simbolis sehingga mampu memperoleh pengertian, ilmu
pengetahuan, dan berbagai keahlian. Kemudian dengan peran bahasa, mampu memberikan kemampuan kepada manusia untuk mencapai kemajuan yang terus menerus dalam belajar dan berfikir. (Jalil, 2016:65)
8. Kecerdasan Bahasa
8. Kecerdasan Bahasa
Karena itu pantaslah jika yang pertama-tama Allah ajarkan kepada Adam adalah nama dari segala sesuatu, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-
Baqarah 31-33.
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang- orang yang benar!”
(QS. Al-Baqarah ayat 31)
Potensi manusia untuk menyampaikan gagasan pikirannya lewat bahasa (komunikasi lisan) diberikan kepada manusia sebagai modal untuk
merealisasikan tugasnya yang telah diberikan Allah SWT dengan baik.
(Jalil, 2016: 67)
9. Kecerdasan Finansial
Kecerdasan finansial berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengatur dan mengelola keuangan. Dalam islam, kecerdasan ini juga termasuk asal muasal harta yang didapat: apakah haram atau halal. Ayat-ayat al-Qur’an yang memotivasi kecerdasan finansial antara lain ialah Q.S Hud ayat 51 berikut.
Ayat ini merupakan bagian dari kisah Nabi Hud (saw) yang diutus Allah untuk memberi petunjuk kepada umatnya. Dalam ayat khusus ini, Nabi Hud berbicara kepada umatnya dan menekankan bahwa beliau tidak meminta imbalan materi apa pun dari mereka atas penyampaian risalah Allah. Sebaliknya, pahalanya ada di sisi Sang Pencipta, dan ia mengajak umatnya untuk menggunakan akal dan kecerdasan mereka untuk memahami kebenaran pesannya.
(Aizid, 2016: 66-68)
Artinya: “Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini.
Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?”
(QS. Hud: 51)
Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan dalam Al-Quran
Artinya: “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang- orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Ar-Ra’d ayat 19)
Ayat ini menjelaskan tentang mukmin yang akal berpikirnya sehat diperintahkan untuk merenungkan fenomena-fenomena yang jelas memberikan bentuk keagungan Allah SWT beserta sifat-sifat baik-Nya.
Kaum mukmin senantiasa berpikir, mengamati akan keagungan ciptaan Allah, serta al-qur’an yang mengandung banyak kebenaran
atas segala fenomena yang terjadi.
Mempunyai Pengetahuan
Q.S Ar-Ra’d ayat 20 menjelaskan tentang kaum mukminin yang menjalankan dan taat atas segala bentuk perjanjian yang telah mereka
janjikan kepada Allah. Tujuan Allah SWT memberatkan amanah pada mukminin sebagai tolok ukur bentuk
sebuah keimanan.
Menyempurnakan Janji
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang
memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian” (QS. Ar-Ra’d ayat 20)
Menjalin Kekerabatan
Artinya: “Dan orang-orang yang
menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan” (QS.
Ar-Ra’d ayat 21)
Q.S Ar-ra’d ayat 21 menjelaskan
tentang bahwa orang-orang mukmin yang memiliki bentuk keimanan yang tinggi adalah menghubungkan segala
bentuk silaturahmi yang telah renggang, berbuat kebaikan pada
siapapun.
Ayat ini menjelaskan tentang orang mukmin yang takut pada Allah SWT dikarenakan takut pula akan hisab
yang buruk, dalam segala tindak perbuatan yang mereka lakukan di dunia akan berdampak sangat besar di
akhirat.
Takut Kepada Allah
Artinya: “dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. Ar-Ra’d ayat 21)
Sabar dalam Mengharap keridhaan Allah
Artinya: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya
” (QS. Ar-Ra’d ayat 22)
Q.S Ar-Ra’d ayat 22 menjelaskan tentang mukmin yang bersabar
karena mencari keridhaan Allah SWT adalah bersabar telah melepaskan
dan meninggalkan semua bentuk
larangan dan perbuatan dosa.
Yang dimaksud dengan mendirikan (sholat) adalah pelaksanaan sholat
yang dilakukan dengan disertai keikhlasan, kekhusyukan, dan penghayatan atas setiap kalimat
yang diucapkan dalam sholat.
Mendirikan Shalat
Artinya: “dan mendirikan sholat”
(QS. Ar-Ra’d ayat 22)
Membelanjakan Rizki
Artinya: “dan menafkahkan sebagian
rezeki yang Kami berikan kepada mereka”
(QS. Ar-Ra’d ayat 22)
Q.S Ar-Ra’d ayat 22 menjelaskan tentang menafkahkan atau
mensedekahkan beberapa rizki pada mukmin lainnya terutama
berkewajiban atas mereka nafkahi
yang menjadi tanggungan mereka.
Artinya: “secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang men-dapat tempat kesudahan (yang baik)”
(QS. Ar-Ra’d ayat 22)
Ayat ini menjelaskan tentang Jika ada orang yang mencela perbuatan baik kita, tanggapi dengan bersabar dan
menanggung perbuatan prilaku buruk orang tersebut dengan berusaha seikhlas mungkin, terutama bersabar dikarenakan Allah SWT maha mengetahui niat semua hambanya terutama
perbuatan baik menolong sesama orang yang sangat membutuhkan pertolongan.
Menolak Kejahatan dengan Kebaikan
Azis, 2020:81-82
THANK YOU
ANY QUESTION?
Daftar Pustaka
Aizid, Rizem. (2016). Tartil Al-Qur’an untuk Kecerdasan dan Kesehatanmu. Yogyakarta: DIVA Press.
Astaman. (2020). “Kecerdasan dalam Perspektif Psikologi dan Al-Qur’an/Hadit”. Tarbiya Islamica:
Jurnal Keguruan dan Pendidikan Islam, 1(1), 41-50.
Azis. (2020). Kecerdasan Al-Qur’an. Yogyakarta: STAIMS Press.
Binasih, Gulinda. (2012). “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap”.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Cahyo, David Dwi. (2021). “Analisis Konsep Kecerdasan Perspektif Howard Gardner dalam Buku
Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) dan Relevansinya dalam Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI)”. Skripsi. Bengkulu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu.
Indiarto, Fuzi. (2015). “Konsep Berpikir Dalam Perspektif Alquran: Studi Term-Term Berpikir Dan
Penafsirannya Menurut Muhammad Quraish Shihab”. Thesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.
Isnaini Muhammad & Iskandar. (2021). “Akal dan Kecerdasan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”.
Mushaf Journal: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis, 1(1), 103-118.
Daftar Pustaka
Jalil, Aqib Abdul. (2016). “Multiple Intelligences dalam Perspektif Al-Qur’an”. Thesis.
Jakarta: Institut PTIQ Jakarta.
Maksum, Imam. (2020). “Konsep Kecerdasan Menurut Al-Qur’an”. Al-Ifkar, 14(2), 5-24.
Nur’aini & Hamzah. (2023). “Kecerdasan Emosional, Intelektual, Spiritual, Moral dan Sosial Relevansinya Dengan Pendidikan Agama Islam Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Education, 9 (4), hlm. 1783-1790.
Rahman, Hamzani Aulia & Abdul Hafiz Alfatoni. (2021). “Tinjauan Alquran dalam Term Kecerdasan Intelektual”. Palapa: Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 9(2), 266- 280.
Suryati, dkk. (2022). “Membentuk Kecerdasan Moral Pada Anak Dalam Perspektif Islam”.
Innovative Education Journal, 4 (1), hlm. 200-205.