• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEL.5 Filsafat Hukum. Teori hukum progresif

N/A
N/A
WAZHELATUL HASANAH

Academic year: 2023

Membagikan "KEL.5 Filsafat Hukum. Teori hukum progresif"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI HUKUM PROGRESIF

Makalah ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Filsafat Hukum Dosen Pengampu: Dr. Wildani Hefni, M.A.

Disusun Oleh:

Yesi Nur Septialisa (222102030088)

Ummi Hamidah (222102030083)

Nuril Azizatur Rokhmah (222102030062)

Wazhelatul Hasanah (222102030085)

Ifan Fauzi (224102030025)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

OKTOBER 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.

Yang telah memberi kami nikmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat Hukum bapak Dr. Wildani Hefni, M.A. yang telah membimbing kami dalam perkuliahan ini. Dan juga saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah bersedia membantu dalam mengumpulkan data dan materi dalam pembuatan makalah ini.

Dengan demikian agar tercapainya makalah yang sempurna, mungkin dalam pembuatan dan penyampaian ini masih banyak kekurangan yang belum diketahui, maka dari itu kami mohon maaf dan bisa memberikan kritik dan saran dari dosen maupun teman-teman sekalian.

Jember, 01 Oktober 2023

Penyusun

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 1

BAB II ... 2

PEMBAHASAN ... 2

A. Pengertian Teori Hukum Progresif ... 2

B. Konsep Hukum Progresif ... 5

C. Manfaat Teori Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum ... 6

BAB III ... 7

PENUTUP ... 7

A. Kesimpulan ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hukum dan undang-undang tidaklah otonom. Ia tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan mempunyai kekuasaan absolut. Jika kita mendekati kehidupan hukum suatu negara hanya berdasarkan kriteria hukum, maka hasilnya tidak akan positif. Dengan kata lain, sulit mengetahui keadaan hukum yang sebenarnya hanya dengan membaca peraturan perundang-undangan. Gambaran kenyataan hukum hanya dapat diperoleh dari praktik hukum sehari-hari. Hukum Progresif mengatasi masalah ini. Menurut Hukum Progresif, aparat hukum harus berani menafsirkan pasal untuk memperadabkan bangsa. Jika itu benar, prinsip penegakan hukum akan sejalan dengan upaya negara untuk mencapai tujuan nasional. Idealnya, ini akan mencegah praktik ketimpangan hukum yang tidak terkendali saat ini. untuk memastikan bahwa di masa depan tidak ada lagi diskriminasi hukum di Indonesia karena hukum tidak hanya menguntungkan orang kaya.

Keberpihakan adalah mutlak ketika kesetaraan di depan hukum tidak dapat dicapai.

Hukum dibuat oleh manusia untuk kepuasan dan stabilitas. Hukum Progresif tidak boleh berdiri sendiri dan menghindari elemen lain. Sebaliknya, ia harus berkembang dan berinteraksi dengan bidang lain, seperti sosiologi dan antropologi, untuk menghasilkan individu yang mampu mengobati penyakit hukum yang rumit dan lama.

B. Rumusan Masalah

Berikut adalah beberapa rumusan masalah yang dapat dibahas terkait dengan teori hukum progresif:

1. Bagaimana Pengertian Teori Hukum Progresif 2. Bagaimana Konsep Hukum Progresif

3. Bagaimana Manfaat Teori Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum

(5)

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Teori Hukum Progresif

Progresif adalah kata yang berasal dari bahasa asing (Inggris) yang asal katanya adalah progress yang artinya maju. Progressive adalah kata sifat, jadi sesuatu yang bersifat maju. Hukum Progresif berarti hukum yang bersifat maju. Pengertian progresif secara harfiah ialah, favouring new, modern ideas, happening or developing steadily (menyokong ke arah yang baru, gagasan modern, peristiwa atau perkembangan yang mantap), atau berhasrat maju, selalu (lebih) maju, meningkat.1

Istilah hukum progresif di sini adalah istilah hukum yang diperkenalkan oleh Satjipto Rahardjo, yang dilandasi asumsi dasar bahwa hukum adalah untuk manusia.

Satjipto Rahardjo merasa prihatin dengan rendahnya kontribusi ilmu hukum dalam mencerahkan bangsa Indonesia, dalam mengatasi krisis, termasuk krisis dalam bidang hukum itu sendiri. Untuk itu beliau melontarkan suatu pemecahan masalah dengan gagasan tentang hukum progresif.

Adapun pengertian hukum progresif itu sendiri adalah mengubah secara cepat, melakukan pembalikan yang mendasar dalam teori dan praksis hukum, serta melakukan berbagai terobosan. Pembebasan tersebut didasarkan pada prinsip bahwa hukum adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya dan hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas yaitu untuk harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan manusia.2

Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo tersebut berarti hukum progresif adalah serangkaian tindakan yang radikal, dengan mengubah sistem hukum (termasuk merubah peraturan-peraturan hukum bila perlu) agar hukum lebih berguna, terutama dalam mengangkat harga diri serta menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.

Secara lebih sederhana beliau mengatakan bahwa hukum progresif adalah hukum yang melakukan pembebasan, baik dalam cara berpikir maupun bertindak dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu mengalir saja untuk menuntaskan tugasnya mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Jadi tidak ada rekayasan atau keberpihakan dalam menegakkan hukum. Sebab menurutnya, hukum bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua rakyat.3

Hukum progresif bermakna hukum yang peduli terhadap kemanusiaan sehingga bukan sebatas dogmatis belaka. Secara spesifik hukum progresif antara lain bisa disebut sebagai hukum yang pro rakyat dan hukum yang berkeadilan. Konsep hukum

1 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), 628.

2 Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif (Jakarta: Kompas, 2007), 154.

3 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan (Surakarta: Muhammadiyah Press University, 2004), 17.

(6)

3

progresif adalah hukum tidak ada untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk suatu tujuan yang berada di luar dirinya. Oleh karena itu, hukum progresif meninggalkan tradisi analytical jurisprudence atau rechtsdogmatiek. Hukum progresif bersifat responsif yang mana dalam responsif ini hukum akan selalu dikaitkan pada tujuan-tujuan di luar narasi tekstual hukum itu sendiri.4

Progresifisme hukum mengajarkan bahwa hukum bukan raja, tetapi alat untuk menjabarkan dasar kemanusiaan yang berfungsi memberikan rahmat kepada dunia dan manusia. Asumsi yang mendasari progresifisme hukum adalah pertama hukum ada untuk manusia dan tidak untuk dirinya sendiri, kedua hukum selalu berada pada status law in the making dan tidak bersifat final, ketiga hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan.5

Kriteria-kriteria hukum progresif adalah:

1. Mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

2. Memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat.

3. Hukum progresif adalah hukum yang membebaskan meliputi dimensi yang amat luas yang tidak hanya bergerak pada ranah praktik melainkan juga teori.

4. Bersifat kritis dan fungsional

Setiap teori ilmiah, baik yang sudah mapan maupun yang masih dalam proses kematangan, memiliki landasan filosofis. Ada tiga landasan filosofis pengembangan ilmu termasuk hukum yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis. Landasan ontologis ilmu hukum artinya hakikat kehadiran ilmu hukum itu dalam dunia ilmiah.

Artinya apa yang menjadi realitas hukum sehingga kehadirannya benar-benar merupakan sesuatu yang substansial.

Landasan epistemologis ilmu hukum artinya cara-cara yang dilakukan di dalam ilmu hukum sehingga kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Kemudian landasan aksiologis ilmu hukum artinya manfaat dan kegunaan apa saja yang terdapat dalam hukum itu sehingga kehadirannya benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh Masyarakat.

Landasan ontologis hukum progresif lebih terkait dengan persoalan realitas hukum yang terjadi di Indonesia. Masyarakat mengalami krisis kepercayaan terhadap peraturan hukum yang berlaku. Hukum yang ada dianggap sudah tidak mampu mengatasi kejahatan kerah putih (white colar crime) seperti korupsi, sehingga masyarakat mengimpikan teori hukum yang lebih adekuat. Ketika kehausan

4 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan (Surakarta: Muhammadiyah Press University, 2004), 19.

5 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan (Surakarta: Muhammadiyah Press University, 2004), 20.

(7)

4

masyarakat akan kehadiran hukum yang lebih baik itu sudah berakumulasi, maka gagasan tentang hukum progresif ibarat gayung bersambut. Persoalannya adalah substansi hukum progresif itu sendiri seperti apa, belum ada hasil pemikiran yang terprogram secara ilmiah.

Landasan epistemologis hukum progresif lebih terkait dengan dimensi metodologis yang harus dikembangkan untuk menguak kebenaran ilmiah. Selama ini metode kasuistik --dalam istilah logika lebih dekat dengan pengertian induktif—lebih mendominasi bidang hukum. Kasus pelanggaran hukum tertentu yang dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku – dicari dalam pasal-pasal hukum yang tertulis, menjadikan dimensi metodologis belum berkembang secara optimal.

Landasan aksiologis hukum progresif terkait dengan problem nilai yang terkandung di dalamnya. Aksiologi atau Teori Nilai menurut Runes adalah hasrat, keinginan, kebaikan, penyelidikan atas kodratnya, kriterianya, dan status metafisiknya. Hasrat, keinginan, dan kebaikan dari hukum progresif perlu ditentukan kriteria dan status metafisiknya agar diperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang nilai yang terkandung di dalamnya. Kriteria nilai terkait dengan standar pengujian nilai yang dipengaruhi aspek psikologis dan logis.

Hukum progresif sebagaimana hukum yang lain seperti positivisme, realisme, dan hukum murni, memiliki karakteristik yang membedakannya dengan yang lain, sebagaimana akan diuraikan dibawah ini.6 Paradigma dalam hukum progresif adalah, bahwa hukum adalah suatu institusi yang bertujuan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera dan membuat manusia bahagia. Artinya paradigma hukum progresif mengatakan bahwa hukum adalah untuk manusia. Pegangan, optik atau keyakinan dasar ini tidak melihat hukum sebagai sesuatu yang sentral dalam berhukum, melainkan manusialah yang berada di titik pusat perputaran hukum.

Hukum itu berputar di sekitar manusia sebagai pusatnya. Hukum ada untuk manusia, bukan manusia untuk hukum. Apabila kita berpegangan pada keyakinan bahwa manusia itu adalah untuk hukum, maka manusia itu akan selalu diusahakan, mungkin juga dipaksakan, untuk bisa masuk ke dalam skema-skema yang telah dibuat oleh hukum.7 Hukum progresif memberikan perhatian besar terhadap peranan perilaku manusia dalam hukum. Ini bertentangan dengan diametral dengan paham, bahwa hukum itu hanya urusan peraturan. Peranan manusia disini merupakan konsekuensi terhadap pengakuan, bahwa sebaiknya kita tidak berpegangan secara mutlak kepada teks formal suatu peraturan.

6 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir (Kompas, Jakarta, 2007), 139.

7 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir (Kompas, Jakarta, 2007), 140.

(8)

5

B. Konsep Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum

Secara historis dapat dilihat, penegakkan hukum di Indonesia ada beberapa faktor yang menggerakkan semangat penegakkan hukum. Pertama, substansi hukum di Indonesia (undang-undang dan peraturan di bawah undang-undang) cenderung pasif dan tidak futuristik, dalam arti bahwa substansi-substansi hukum tersebut tertinggal dari dinamika masyarakat yang melahirkan banyak persoalan baru yang sama sekali tidak tersentuh hukum. Hal tersebut merupakan suatu cerminan bahwa hukum positif di Indonesia masih klasik dan tidak visioner.

Kedua, penegakan hukum di Indonesia cenderung permisif dan pasif (lemah) terhadap terdakwa yang notabene punya nama dan struktur kekuasaan yang cukup kuat, baik di masyarakat maupun di pemerintahan. Hal inilah yang akan berdampak pada tidak terwujudnya keadilan sebagaimana kita harapkan. Penegakkan hukum yang yang tidak tebang pilih, jujur dan adil jelas adalah prasyarat terwujudnya peradilan yang berintegritas.

Gagasan hukum progresif dikampanyekan oleh Satjipto Raharjo yang pada prinsipnya bertolak dari dua komponen basis dalam hukum, yaitu peraturan dan perilaku (rules and behavior). Hukum progresif berangkat dari asumsi dasar bahwa hukum adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Berangkat dari asumsi dasar ini, maka kehadiran hukum bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan besar, itulah sebabnya ketika terjadi permasalahan di dalam hukum, maka hukumlah yang harus ditinjau dan diperbaiki, bukan manusia yang dipaksa- paksa untuk dimasukkan ke dalam skema hukum. Predikat penegakan hukum progresif akan terkait dengan ideologi para penegak hukum itu sendiri. Bagaimana pandangan penegak hukum tentang hukum dan fungsi hukum akan mempengaruhi nilai dan kualitas produk hukum melalui putusan-putusan yang dihasilkannya.

Apakah penegak hukum memandang hukum itu secara formal, atau melihat juga apa yang ada dalam metayuridis, atau melihat hukum dalam kacamata holoyuridis, atau memandang hukum tidak lepas dari relevansi sosial.

Dalam konsep hukum progresif,manusia berada di atas hukum, hukum hanya menjadi sarana untuk menjamin dan menjaga berbagai kebutuhan manusia. Hukum tidak lagi dipandang sebagai suatu dokumen yang absolut dan ada secara otonom.

Berangkat dari pemikiran ini, maka dalam konteks penegakan hukum, penegak hukum tidak boleh terjebak pada kooptasi rules atas hati-nurani yang menyuarakan kebenaran.8

Hukum progresif yang bertumpu pada rules and behavior, menempatkan manusia untuk tidak terbelenggu oleh tali kekang rules secara absolute. Itulah sebabnya, ketika terjadi perubahan dalam masyarakat, ketika teks-teks hukum mengalami keterlambatan atas nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, penegak hukum tidak

8 Dey Ravena, "Wacana Konsep Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum di Indonesia", Jurnal Wawasan Hukum Vol. 23 No.02, 2010. 164.

(9)

6

boleh hanya membiarkan diri terbelenggu oleh tali kekang rules yang sudah tidak relevan tersebut, tetapi harus melihat keluar (out world), melihat konteks sosial yang sedang berubah tersebut dalam membuat keputusan-keputusan hukum.

Hukum progresif yang bertumpu pada manusia, membawa konsekuensi pentingnya sebuah kreativitas. Kreativitas dalam konteks penegakan hukum selain untuk mengatasi ketertinggalan hukum, mengatasi ketimpangan hukum, juga dimaksudkan untuk membuat terobosan-terobosan hukum. Terobosan-terobosan hukum inilah yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan kemanusian melalui bekerjanya hukum, yang menurut Satjipto Rahardjo diistilahkan dengan hukum yang membuat bahagia.

Kreativitas penegak hukum dalam memaknai hukum tidak akan berhenti pada

“mengeja undang-undang”, tetapi menggunakannya secara sadar untuk mencapai tujuan kemanusiaan. Menggunakan hukum secara sadar sebagai sarana pencapaian tujuan kemanusiaan berarti harus peka dan responsif terhadap tuntutan sosial

C. Manfaat Teori Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum

Teori hukum progresif memiliki manfaat dalam penegakan hukum, antara lain:

1. Mendorong terciptanya hukum yang lebih responsif dan pro rakyat, yang mengutamakan nilai moral keadilan pada masyarakat.

2. Menuntut keberanian aparat hukum untuk menafsirkan pasal dan membuat terobosan dalam menjalankan hukum di Indonesia.

3. Membebaskan diri dari tipe, cara berpikir, asas, dan teori hukum yang legalistik-positivistik.

4. Menempatkan hukum sebagai suatu institusi manusia yang saling melengkapi satu dengan lain dengan aspek manusia, baik dalam hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya.

5. Memperhatikan sumber-sumber hukum yang baru untuk tercapainya keadilan.

Dengan demikian, teori hukum progresif dapat membantu menciptakan penegakan hukum yang lebih adil dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

(10)

7

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Penegakan hukum tidak hanya terbatas pada penegakan norma-norma hukum saja, tetapi juga pada nilai-nilai keadilan yang di dalamnya mengandung ketentuan tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subyek hukum dalam lalu lintas hukum.

Hukum progresif dan ilmu hukum progresif tidak bisa disebut sebagai suatu tipe hukum yang khas dan selesai, melainkan merupakan gagasan yang mengalir yang tidak mau terjebak dalam status quo sehingga menjadi stagnant. hukum progresif dan ilmu hukum progresif selalu ingin setia kepada asas besar bahwa hukum adalah untuk manusia, karna kehidupan manusia penuh dengan dinamika dan berubah dari waktu ke waktu.

Konsep dari Teori Hukum Progresif hari ini harus ditetapkan dalam peraturan Undang-undangan di Indonesia sebagai salah satu pedoman pembentukan dan penegakan hukum. Bahwa Hukum atau setiap perundang-undangan dibuat oleh manusia bukan manusia untuk hukum dimana kedudukan manusia di anggap sebagai subyek hukum bukan obyek hukum. Para penegak hukum dalam menegakan hukum harus menggunakan pendekatan keadilan progresif, artinya memandang hukum itu bukan hanya normatif melainkan hukum itu di anggap sebagai kaidah atau nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat agar tercermin nilai keadilan.

(11)

8

DAFTAR PUSTAKA

Dey Ravena, "Wacana Konsep Hukum Progresif dalam Penegakan Hukum di Indonesia", Jurnal Wawasan Hukum Vol. 23 No.02, 2010.

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001).

Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir (Kompas, Jakarta, 2007).

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan Pencerahan (Surakarta:

Muhammadiyah Press University, 2004).

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif (Jakarta: Kompas, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia.. yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh

Hukum progresif yang salah satu visinya ingin menjadikan hukum untuk manusia dan rakyat, dan bukan sebaliknya, serta hukum yang bukan merupakan institusi yang mutlak

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  hukum  progresif  memiliki  kesesuaian  dengan  asas­asas  hukum  Islam,  karena  sama­sama  mementingkan  kemaslahatan 

Dalam pandangan hukum progresif sekali lagi faktor manusia lebih diutamakan dari pada faktor hukum, jadi perlu dipahami bahwa hukum sebagai suatu proses dimana, hukum

Oleh karena menurut teori hukum integratif, fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan bukan sebagai alat pemaksaan kehendak penguasa kepada rakyatnya ( dark

Tidak kalah pentingnya dari prinsip- prinsip di atas, untuk mendukung penegakan hukum berkeadilan yang dilakukan oleh Polri, supaya tetap melakukan tugasnya dengan

Sebagaimana diketahui bahwa hukum memang untuk manusia, akan tetapi siapa yang bisa menjamin bahwa hukum yang nota bene dibuat oleh manusia juga dapat

Pernan Filsafat Hukum Sebagai Bagian Dari Teori Hukum Dalam Arti Luas Bagi Pengembangan Ilmu Hukum Filsafat hukum adalah salah satu teori hukum dalam arti luas, yang merupakan cabang