• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of KELIMPAHAN GASTROPODA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN PADA ALIRAN SUNGAI DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN MADURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of KELIMPAHAN GASTROPODA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN PADA ALIRAN SUNGAI DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN KAMAL KABUPATEN BANGKALAN MADURA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KELIMPAHAN GASTROPODA SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN PADA ALIRAN SUNGAI DI DESA GILI TIMUR KECAMATAN

KAMAL KABUPATEN BANGKALAN MADURA

GASTROPODABUNDANCEASABIOINDICATOROFWATERQUALITYIN RIVERFLOWINEASTGILIVILLAGE,KAMALDISTRICT,BANGKALAN

MADURAREGENCY

Akhmad Farida,*, Feranita Tricha Desyderiaa, Apri Arisandia, Haryo Triajiea

aUniversitas Trunojoyo Madura, Jl. Raya Telang PO Box 2, Kec. Kamal, Kabupaten Madura, Indonesia

*Koresponden penulis : akhmadfarid@trunojoyo.ac.id

Abstrak

Gastropoda merupakan kelompok fauna yang paling dominan dari ketuju kelas dalam fillum mollusca.

Kelimpahan jenis gastropoda dapat menggambarkan kodisi perairan, serta berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi di ekosistem sungai. Gastropoda merupakan biota air yang juga dapat digunakan sebagai indikator yang baik tidaknya kondisi kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan gastropoda sebagai bioindikator kualitas perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2022. Pengambilan sampel gastropoda dan sampel air dilakukan menggunakan metode purposive sampling dan transek, dengan 3 stasiun masing-masing stasiun 3 plot dengan melakukan pengulangan 3 kali setiap minggunya. Parameter kualitas air yang meliputi suhu, salinitas pH, kecerahan, DO, kecepatan arus, BOD, Nitrat, dan fosfat. Jumlah kelimpahan gastropoda pada stasiun 1 yang didapatkan nilai sebesar 10,33 ind. Pada stasiun 2 didaptakan nilai 62,00 ind. Stasiun 3 mendapatkan nilai kelimpahan gastropoda sebesar 146,33 ind.

Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, kualitas perairan di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan berada dalam kondisi tercemar ringan. Perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu seimbang sedangkan perairan yang tercemar akan menunjukkan persebaran individuyang tidak merata dan cenderung ada spesies mendominasi.

Kata kunci: Gastropoda, Gili Timur, Bioindikator, Kelimpahan, Kualitas Air Abstract

Gastropods are the most dominant group of fauna of the class in the mollusca phyla. The abundance of gastropod species can describe the codition of waters, as well as play an important role in maintaining ecological balance in river ecosystems. Gastropods are aquatic biota that can also be used as a good indicator of whether the condition of water quality is good. This study aims to determine the abundance of gastropods as a bioindicator of water quality. Oini research was carried out in November-December 2022. Gastropod sampling and water samples were carried out using purposive sampling and transect methods, with 3 stations each station 3 plots by repeating 3 times each week. Water quality parameters include temperature, pH salinity, brightness, DO, current speed, BOD, Nitrate, and phosphate. The total abundance of gastropods at station 1 obtained a value of 10.33 ind. At station 2 there is a value of 62.00 ind. Station 3 received a gastropod abundance value of 146.33 ind. Based on the Shannon-Wiener diversity index, the quality of the waters in the river flow in East Gili Village, Kamal District, Bangkalan Regency is in a mildly polluted condition. Unpolluted waters will show a balanced number of individuals while polluted waters will show an uneven distribution of individuals and there tends to be species dominating.

Keywords: Gastropod, Gili Timur, Bioindicator, Abundance, Water Quality

(2)

PENDAHULUAN

Sungai merupakan perairan tawar yang mengalir dari bagian hulu menuju ke bagian hilir. Ekosistem sungai merupakan tersusun atas komponen biotik dan abiotik yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk suatu unit yang fungsional.

Ekosistem sungai habitat bagi biota air yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Sungai memiliki fungsi sebagai tempat berkembang biak, tempat tinggal dan tempat untuk mencari akan bagi biota air. Sumber makanan bagi biota air berupa bahan organic yang bersal dari hulu, daun yang berguguran maupun limah sampah dari pemukiman penduduk setempat sungai yang akan membusuk dan menjadi sumber makanan bagi berbagai macam Gastropoda [1].

Gastropoda merupakan kelompok fauna yang paling dominan dari ketuju kelas dalam fillum mollusca. Gastropoda dapat di temukan diseluruh dunia mulai dari perairan dangkal, berpasir, terumbu karang dan juga laut dalam.

Gastropoda memiliki peran secara ekologiberperan dalam rantai makanan yang berfungsi sebagai herbivor, karnivor, detritivor dan menjadi mangsa bagi biota perairan.

Gastropoda yang hidup biota air yang umumnya tidak dapat bergerak cepat dan mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar kimiawi serta keberadaan lumpur, pasir dan arus air. Gastropoda hidup berdiam diri pada dasar substrat disuatu ekosistem pada kurun waktu yang cukup lama. Gastropoda merupakan biota air yang juga dapat digunakan sebagai indikator yang baik tidaknya kondisi kualitas perairan [2].

Kondisi kualitas perairan di bumi selalu berubah-ubah dalam segi kualitas maupun kuantitas, hal ini secara langsung dipengaruhi oleh aktivitas makhluk hidup, manusia memanfaatkan air untuk berbagai keperluan sehari-hari untuk mandi, mencuci, mengairi sawah dan lain-lain. Kegiatankegiatan tersebut apabila tidak dikelola dengan benar akan menyebabkan dampak negatif terhadap sumberdaya air, alah satunya dapat menurunkan kualitas air. Kualitas air dapat dilihat dengan parameter pengukuran yaitu Suhu, pH, DO, Salinitas, Kecerahan, Uji BOD, Nitrat dan juga Fosfat untuk menentukan kualitas perairan tersebut bagus tidaknya.Kondisi perairan sungai secara tidak

langsung dapat menunjukkan kondisi lingkungan [3].

Kondisi lingkungan perairan yang belum tercemar sebaran organisme gastropoda ini realtif merata begitu juga sebaliknya pada perairan yang sudah tercemar akan ada spesies yang mendominasi. Menurut Mardatila et al.

(2016), kelimpahan dan penyebaran gastropoda ditentukan oleh lingkungan abiotik dan biotik serta toleransi terhadap faktor lingkungan tersebut. Aliran sungai gili timur biasanya digunakan masyarakat setempat untuk kegiatan yang ada di dalamnya seperti pengairan sawah, penyiraman untuk perkebunan, maka dari itu aliran sungai ini akan dilakukan penelitian agar dapat memastikan apakahan kuliatas perairan sungai tersebut dapat digunakan untuk pengairan budidaya sesuai dengan kulitas perairan.

METODE

Penelitian ini akan dilaksanakan selama bulan November - Desember 2022. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di aliran sungai Gili Timur, Kecematan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Pengukuran suhu, pH, salinitas, kecerahan, dan Kecepatan Arus dilakukan secara in situ (langsung di lapangan).

Pengambilan Gastropoda dan sampel air dilakukan menggunakan metode purposive sampling dan transek, dengan 3 stasiun masing-masing stasiun 3 plot dengan melakukan pengulangan 3 kali setiap minggunya. Stasiun pertama terletak di aliran sungai yang terdapat di dekat sumber mata air, sedangkan stasiun kedua berada di sekitar area persawahan masyarakat setempat, untuk stasiun ketiga berada pada dibawah jembatan samping jalan raya. Hasil transek tersebut digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman dan indeks dominansi gastropoda. Analisa BOD, Nitrat dan Fosfat dilakukan di Laboratorium Oseanografi Universitas Trunojoyo Madura. Nitrat dan fosfat yang relative tinggi di perairan merupakan salah satu indikasi adanya penumpukan bahan organik di dasar perairan.

Gastropoda adalah biota makrozoobentik sehingga kehidupannya dipengaruhi kondisi dasar perairan. Oleh karena itu data nitrat dan fosfat harus diketahui.

(3)

HASILDANPEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian lapang yang dilaksanakan di aliran sungai Gili Timur, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura bahwa kelimpahan gastropoda tersebut dapat disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan data tersebut yang telah disajikan pada Tabel 1 ditemukan 14 jenis atau spesies gastropoda yang ada di aliran sungai Desa Gili Timur, Kecamatan Kamal, Madura.

Berdasarkan 14 spesies tersebut yang paling banyak ditemukan adalah spesies dengan jenis Partula affnis yang dapat ditemukan pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 dan ditemukan pada setiap plot pengambilan data. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh [4]

menyatakan bahwa gastropoda yang memiliki

nilai kelimpahan tinggi pada habitat perairan sungai merupakan jenis gastropoda yang telah sesuai dan menyukai habitat yang memiliki aliran air yang deras dan memiliki substrat berlumpur sehingga gastropoda tersebut hampir seluruh habitat dapat ditempati.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa pada Stasiun 2 berlokasi di sungai dekat dengan persawahan serta pada Stasiun 3 berlokasi di sungai yang berdekatan dengan jembatan. Pada kedua lokasi tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat substrat yang lumayan tebal dan terdapat nutrisi yang tercampur dari sungai di muara, jika dibandingkan dengan Stasiun 1, karena pada Stasiun 1 berasal dari mata air secara langsung yang dapat dikatakan bahwa tidak terdapat substrat yang melimpah seperti pada Stasiun 2 dan Stasiun 3.

Tabel 1. Kelimpahan Gastropoda

No. Spesies Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3

1 Banded carocal 5 3 8 - - - -

2 Natica gualteriana 1 - - - -

3 Potamididae 1 - - - -

4 Buccinum undatum - 1 - - - -

5 Pila ampullaceal - 6 4 - 5 - 2 - 1

6 Polinicies lacteus - - 1 - - - -

7 Polinicies albumen - - 1 - - - -

8 Partula affnis - - - 38 56 65 52 165 188 9 Tylomenia

palicolarum - - - 5 - - - - -

10 Red-rimmer Melania - - - 6 1 - 16 - 8

11 Cipangopaludina

Chinese - - - 4 5 1 - - -

12 Epitonium clathrus - - - 1 - 2

13 Tereblaria palustris - - - 3 - -

14 Radix auricularia - - - 1

Jumlah Total Kelimpahan 7 10 14 53 67 66 74 165 200 Keanekaragaman Gastropoda

Data indeks keanekaragaman gastropoda yang dilakukan penelitian di aliran sungai Gili Timur, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura dapat disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan data indeks keanekaragaman gastropoda, memiliki beberapa kategori keanekaragaman gastropoda diantaranya yaitu keanekaragaman rendah, keanekaragaman sedang dan keanekaragaman tinggi yang dikategorikan oleh [5] menurut Shannon-Winner. Stasiun 1 menunjukkan

keanekaragaman sedang, pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 termasuk kedalam kategori keanekaragaman rendah karena memiliki nilai

<1. Berdasarkan pendapat [6] yaitu dengan adanya kelimpahan gastropoda di suatu perairan dapat mengindikasikan bahwa perairan yang mengalami pencemaran tidak akan memiliki jumlah gastropoda yang melimpah. Sedangkan pada perairan yang memiliki jumlah gastropoda melimpah maka dapat dikatakan bahwa perairan tersebut mengalami pencemaran dan terdapat spesies

(4)

gastropoda yang tidak beragam sehingga menyebabkan terdapat adanya spesies yang paling mendominasi pada lokasi atau wilayah tersebut. Berdasarkan penelitian ini tidak terdapat spesies yang mendominansi. Namun, pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 memiliki jenis gastropoda yang jumlahnya paling banyak ditemukan dibandingkan jenis gastropoda lainnya yaitu jenis Partula affnis. Menurut [7]

didalam penelitiannya menyatakan bahwa jenis gastropoda yang memiliki jumlah banyak dalam suatu perairan merupakan gastropoda yang mampu dalam beradaptasi pada segala kondisi lingkungan diantaranya termasuk dapat bertahan saat tidak ada air yang menggenang dan lingkungan yang terdapat tekanan mekanik. Selain itu, data tersebut dapat diringkas menggunakan gambar diagram seperti pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Indeks Keanekaragaman Gastropoda

Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat perbandingan keanekaragaman gastropoda [8]

pada Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3.

Perbedaan terlihat sangat besar karena pada Stasiun 1 memiliki nilai indeks keanekaragaman yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan Stasiun 2 dan Stasiun 3.

Nilai indeks keanekaragaman Stasiun 1 memiliki nilai 1,26 sedangkan pada Stasiun 2 nilainya 0,61 dan pada Stasiun 3 memiliki nilai 0,35. Namun, keanekaragaman tersebut dapat dikatakan tinggi ataupun rendah tidak berdasarkan adanya spesies gastropoda yang mendominasi pada wilayah perairan.

Dominansi Gastropoda

Data indeks dominansi gastropoda yang dilakukan penelitian di aliran sungai Gili Timur, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura dapat disajikan pada Gambar 2 .Data tersebut menunjukkan adanya

data indeks dominansi gastropoda, dimana dominansi gastropoda juga dapat dibedakan menjadi beberapa kategori diantaranya kategori dominansi rendah, dominansi sedang dan dominansi tinggi. Kategori Indeks Dominansi tersebut berdasarkan penelitian oleh [9] dimana pada Stasiun 1 dikategorikan sebagai dominansi rendah, pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 dapat dikategorikan sebagai dominansi tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 spesies gastropoda yang memiliki jumlah paling banyak saat ditemukan adalah spesies Partula affnis. Spesies tersebut dikatakan memiliki jumlah paling banyak saat ditemukan, namun tidak dapat dikatakan sebagai spesies yang mendominasi pada habitat perairan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 menemukan beberapa jenis atau spesies gastropoda meskipun dengan jumlah sedikit.

Sama halnya pada Stasiun 1 dimana jumlah spesies gastropoda yang ditemukan sedikit namun memiliki beberapa macam spesies yang ditemukan pada habitat perairan sungai tersebut. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh [10] bahwa dengan adanya indeks dominansi yang tergolong pada kategori dominansi rendah karena disebabkan tidak ditemukannya jenis gastropoda yang mendominasi jenis gastropoda lainnya. Maka, dapat dikatakan bahwa pada Stasiun 1 yang memiliki kategori dominansi rendah persebaran gastropoda yang ada dapat dikatakan merata dan tidak didominansi oleh satu jenis saja. Namun, pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 dominansi dikategorikan tinggi karena pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 memiliki gastropoda yang paling banyak ditemukan yaitu Partula affnis namun menemukan beberapa jenis gastropoda lainnya.

Berdasarkan data tersebut dapat disajikan menggunakan gambar diagram yang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbandingan dominansi gastropoda pada Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3.

Perbedaan terlihat sangat jelas pada diagram batang Stasiun 1. Nilai dominansi pada Stasiun 1 memiliki nilai dominansi 0,3 (kategori rendah) pada Stasiun 2 memiliki nilai dominansi 0,7 dan Stasiun 3 memiliki nilai dominansi 0,8 (kategori tinggi) [2]. Stasiun 1

1,26

0,61 0,35

0,00 0,50 1,00 1,50

1 2 3

Indeks Keanekaragaman

(H')

(5)

memiliki nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan Stasiun 2 dan Stasiun 3, hal tersebut dapat disebabkan karena Stasiun 2 dan Stasiun 3 memiliki jenis atau spesies gastropoda yang saat ditemukan berjumlah sangat banyak yaitu spesies Partula affnis.

Sedangkan pada Stasiun 1 spesies gastropoda yang ditemukan memiliki jumlah yang sedikit.

Gambar 2. Indeks Dominansi Gastropoda

Parameter Kualitas Perairan

Parameter yang digunakan untuk memantau dan mengetahui kualitas air sungai dibagi menjadi parameter fisika, kimia dan biologi.

Parameter fisika terdiri dari suhu, kecerahan dan kecepatan arus. Parameter kimia yaitu DO, pH, salinitas, BOD, fosfat, nitrat, sedangkan parameter biologi dalam penelitian ini yaitu gastropoda.

Pengukuran parameter fisika yaitu suhu dilakukan pada 3 stasiun setiap pagi dan sore dengan tiga kali pengulangan. Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut:

Gambar 3. Pengukuran Suhu

Berdasarkan Gambar 3, pengukuran suhu pada masing-masing stasiun di perairan sungai Desa Gili Timur menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang besar atau relatif stabil dengan kisaran suhu sebesar 26,2 – 32,0°C.

Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari dan

sore hari setiap minggu selama 3 minggu dengan melakukan pengulangan. Pengukuran suhu air pada stasiun 1 rata-rata sebesar 28,3°C, stasiun 2 rata-rata sebesar 29,9°C dan stasiun 3 rata-rata sebesar 28,8. Suhu tertinggi terjadi pada stasiun 3 minggu ke 2 dengan nilai sebesar 32°C. Hal ini dikarenakan stasiun 3 berada di dekat jembatan dengan aliran deras.

Suhu perairan meningkat juga dapat disebabkan oleh peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba [11]. Suhu terendah terjadi pada stasiun 3 minggu ke 1 pada waktu sore hari dengan nilai sebesar 25,6°C. Tinggi rendahnya suhu pada perairan akan mempengaruhi keanekaragaman gastropoda. Hal ini didukung oleh penelitian [12] menyatakan bahwa, semakin tinggi suhu pada perairan maka keanekaragaman gastropoda semakin menurun. Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan dan reproduksi gastropoda yaitu antara 25-32°C, sehingga ketika suhu berada pada kisaran 21-32°C gastropoda akan muncul ke permukaan batu [13].

Pengukuran parameter kimia yaitu salinitas dilakukan pada 3 stasiun dengan hasil pengukuran salinitas dapat dikatakan bahwa perairan sungai di Desa Gili Timur Madura merupakan perairan tawar dengan nilai salinitas 0. Gastopoda umumnya dapat mentolerir salinitas pada kisaran antara 25- 40 ‰. Salinitas akan mempengaruhi terjadinya perubahan komposisi dalam suatu ekosistem secara tidak langsung [13].

Pengukuran parameter kimia yaitu DO (Dissolve Oxygen) dilakukan pada 3 stasiun setiap minggu dengan tiga kali pengulangan.

Hasil pengukuran DO (Dissolve Oxygen) dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut:

Gambar 4 Pengukuran DO (Dissolve Oxygen) 0

10 20 30 40

pagi sore pagi sore pagi sore minggu1 minggu 2 minggu 3

Suhu (°C)

Stasiun 1 Stasiun 2 0

2 4 6 8 10

pagi sore pagi sore pagi sore minggu1 minggu 2 minggu 3

DO (mg/l)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 0,38

0,74 0,85

0,00 0,50 1,00

1 2 3

Indeks Dominansi (C)

(6)

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa, nilai DO selama penelitian berkisar antara 2,86-7,89 mg/l. Stasiun 1 pada minggu ke I, II dan III diperoleh rata-rata DO sebesar 2,96 mg/l, pada stasiun 2 minggu I, II dan III diperoleh rata-rata DO sebesar 5,55 mg/l, sedangkan pada stasiun 3 minggu ke I, II dan III diperoleh rata-rata DO sebesar 5,39 mg/l.

Nilai DO yang rendah dikarenakan banyaknya masukan limbah domestik pada perairan sungai. Hasil pengukuran DO pada perairan sungai Desa Gili Timur Madura tidak terjadi perbedaan yang besar atau relatif sama setiap minggunya. Semakin tinggi nilai oksigen terlarut dalam perairan, maka kualitas dalam perairan tersebut semakin baik untuk kehidupan organisme seperti gastropoda. Nilai DO yang sangat rendah akan menyebabkan hipoksia dan akan mempengaruhi siklus hidup, terjadinya perubahan fisiologis, sehingga akan rentan terhadap penyakit [14].

Hasil penelitian pengukuran DO perairan Desa Gili Timur Madura pada masing-masing stasiun menunjukkan hasil yang relatif rendah.

Kisaran nilai DO yang baik untuk perairan yaitu antara 6-8 mg/l. Perairan dengan konsentrasi DO yang rendah terjadi karena banyaknya masukan limbah pada perairan akibat semakin banyaknya aktivitas manusia di sekitar perairan termasuk di stasiun 1. Kegiatan mandi dan kegiatan domestik masyarakat terpusat di stasiu 1. Perairan yang mengalami pencemaran memiliki kandungan oksigen terlarut yang rendah, jika bahan buangan organik di dalam perairan semakin banyak oksigen terlarut akan semakin berkurang.

Pengukuran parameter kimia yaitu pH dilakukan pada 3 stasiun setiap minggu dengan tiga kali pengulangan. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Pengukuran pH

Berdasarkan Gambar 5, diperoleh hasil pengukuran pH pada perairan sungai Desa Gili Timur Madura dengan nilai yang tidak jauh berbeda pada masing-masing stasiun setiap minggunya. Hasil pengukuran pH pada setiap stasiun berkisar antara 7,3-9,3 pada waktu pagi dan sore. Nilai pH terendah sebesar 7,3 pada stasiun 1 minggu ke II dan ke III sedangkan nilai pH tertinggi sebesar 9,3 pada stasiun 3 minggu ke III saat pagi hari. Baku mutu air kelas III berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 berkisar antara 6-9, hal ini menunjukkan bahwa nilai pH pada perairan sungai Gili Timur Madura masih memenuhi baku mutu sesuai peruntukannya. Nilai pH netral berpengaruh baik terhadap kehidupan berbagai jenis gastropoda di dalam perairan, sehingga perbedaan nilai pH pada perairan di Desa Gili Timur Madura tidak terlalu fluktuatif yang menandakan bahwa ekosistem perairan masih tergolong stabil. Organisme gastropoda dapat hidup dengan nilai pH antara 6-9 pada lingkungannya, jika nilai pH perairan <6-9 maka akan terjadi penurunan populasi gastropoda pada perairan tersebut [1].

Pengukuran parameter fisika yaitu kecerahan dilakukan pada 3 stasiun setiap minggu dengan tiga kali pengulangan. Hasil pengukuran kecerahan dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut:

Gambar 6. Pengukuran Kecerahan

Berdasarkan Gambar 6 dapat diperoleh hasil pengukuran kecerahan pada perairan Desa Gili Timur Madura yaitu sama pada semua stasiun dan setiap minggu nya. Nilai kecerahan pada semua stasiun sebesar 100%, hal ini dikarenakan sungai memiliki kedalaman yang sama. Kecerahan yang baik untuk kehidupan populasi gastropoda dan biota yang lain yaitu sekitar >30 cm. Jika terdapat banyak material yang ada di sungai maka akan

0 2 4 6 8 10

pagi sore pagi sore pagi sore minggu1 minggu 2 minggu 3

pH

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

0 5 10 15 20

pagi sore pagi sore pagi sore minggu1 minggu 2 minggu 3

Kecerahan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(7)

semakin menurun kecerahan pada perairan tersebut [13]. Hasil fotosintesis memiliki kaitan erat dengan kecerahan perairan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi keberadaan gastropoda di perairan. Menurut [15] menyatakan bahwa kondisi perairan dikategorikan menjadi 3 berdasarkan kecerahan yaitu perairan keruh (25-100 cm), perairan sedikit keruh (100-500 cm), dan perairan jernih (>500 cm). Perairan yang keruh dapat menurunkan kadar oksigen di dalam air dan juga dapat mempengaruhi keberadaan gastropoda serta pertumbuhan dan perkembangannya.

Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada 3 stasiun setiap minggu dengan tiga kali pengulangan. Hasil pengukuran kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Pengukuran Kecepatan arus

Berdasarkan Gambar 7 diperoleh hasil pengukuran kecepatan arus pada masing- masing stasiun setiap minggunya. Kecepatan arus tertinggi diperoleh pada stasiun 3 minggu ke-I saat pagi hari yaitu sebesar 0,6 m/s, sedangkan kecepatan arus terendah diperoleh pada stasiun 1 dan 2 setiap minggunya dengan hasil sebesar 0,1 m/s. Kecepatan arus cukup berpengaruh terhadap keberadaan gastropoda karena gastropoda akan memanfaatkan kecepatan arus untuk memperoleh makanannya. Namun jika kecepatan arus terlalu kuat akan menyebabkan terhempasnya organisme perairan termasuk gastropoda dan hanya organisme tertentu saja yang akan bertahan. Artinya bahwa semakin tinggi kecepatan arus, maka semakin rendah indeks keanekaragaman gastropoda [16].

Gambar 8. Pengukuran BOD

Berdasarkan hasil pengukuran kadar Biological Oxygen Demand (BOD) yang berada di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamataan Kamal Kabupaten Bangkalan didapatkan hasil nilai kadar Biological Oxygen Demand (BOD) pada minggu pertama stasiun pertama dengan nilai 14.8 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 didapatkan nilai sebesar 10.8 mg/l,dan stasiun 3 didapatkan hasil 30 mg/l.

Minggu kedua didapatkan nilai BOD pada stasiun 1 sebesar 23.6 mg/l, sedangkan stasiun 2 didapatkan hasil sebesar 5.6 mg/l, dan pada stasiun 3 didapatkan nilai sebesar 34 mg/l.

Pengukuran BOD pada minggu ketiga didapatkan hasil pada stasiun 1 mendapatkan nilai sebesar 30 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 mendapatkan nilai BOD 6.8 mg/l, dan stasiun 3 didapatkan nilai 40 mg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisa BOD didapatkan nilai tertinggi pada stasiun 3 pada minggu ke 3 sebesar 40 mg/l, sedangkan nilai terendah didapatkan pada stasiun 2 minggu ke dua dengan nilai sebesar 5.6 mg/l.

Tingginya nilai BOD pada stasiun 3 dikarenakan banyaknya sampah organik yang ada pada stasiun tersebut, dimana stasiun 3 ini adalah lokasinya berada di bawah jembatan pinggir jalan raya. Nilai BOD tinggi maka nilai DO rendah, hal ini disebabkan pemecahan bahan organik akan berlangsung secara anaerob. Menurut [17] menyatakan bahwa jika nilai BOD tinggi maka nilai DO pada perairan tersebut rendah, hal ini disebabkan karena dengan banyaknya oksigen yang terlarut dalam perairan akan menurun dan peraiaran yang nilai BOD nya tinggi pada umumnya memiliki bau yang tidak sedap dan akan melakukan pemecahan bahan organik secara anaerob.

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan selama penelitian yang berada di Aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal

0 0,2 0,4 0,6 0,8

pagi sore pagi sore pagi sore minggu1 minggu 2 minggu 3

Kec. Arus (m/s)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

0 50

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 BOD

BOD (mg/l)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(8)

Kabupaten Bangkalan didapatkan hasil bahwasannya nilai Biological Oxygen Demand (BOD) yang berada di perairan telah melebihi standar baku mutu, PP No. 22 Tahun 2021 bahwasannya konsentrasi BOD 12 mg/l.

Berikut merupakan grafik pengukuran nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dapat dilihat pada Gambar 8.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di aliran sungai desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten nilai pengukuran kadar nitrat pada minggu pertama stasiun pertama didapatkan nilai kadar nitrat sebesar 0.421 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 didapatkan nilai sebesar 0.284 mg/l, dan pada stasiun ke 3 didapatkan hasil sebesar 0.191 mg/l. Minggu kedua pengukuran didapatkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0.432 mg/l, sedangkan nilai terrendah di peroleh pada stasiun 2 dengan nilai kadar nitrat sebesar 0.264 mg/l. Pada minggu ketiga pengukuran kadar nitrat didapatkan pada stasiun 1 nilai sebesar 0.651 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 terdapat nilai sebesar 0.432 mg/l dan pada stasiun 3 didapatkan hasil nilai sebesar 0.488 mg/l. Dari hasil yang di peroleh dari analisa nitrat di dapatkan nilai tertinggi pada stasiun 1 di minggu ke 3 sebesar 0.651 mg/l, sedangkan nilai terendah didapatkan pada minggu ke satu di stasiun 3 dengan nilai sebesar 0.191 mg/l.

Gambar 9. Pengukuran Nitrat

Nitrat merupakan bentuk utama dari nitrogen yang berada di perairan. Nitrat yang berada di perairan sangat dibutuhkan oleh organisme yang berada di perairan tersebut, hal ini dikarenakan nitrat merupakan nutrient utama bagi tumbuhan dan alage [18].

Dibandingkan dengan stasiun 2 dan stasiun 3, stasiun 1 kandungan nitratnya relatif rendah, diduga dikarenakan oleh rendahnya beban

masukan dari luar, sehingga proses penguraian nitrit menjadi nitrat pada daerah ini rendah.

Nitrat merupakan produk akhir dari sutau proses penguraian protein dan nitrit yang berada di perairan merupakan suatu zat yang dibutuhkan oeh tumbuhan agar dapat tumbuh dan berkembang. [19] menyatakan bahwa tinggi rendahnya suatu kandungan nitrat yang berada di perairan dapat dipengarui oleh parameter kualitas perairan, dalam hal ini seperti diduga yang mempengaruhi tinggi rendahnya nitrat di perairan yaitu oleh oksigen terlarut. Standar baku mutu nitrat menurut PP Nomor 22 Tahun 2021 sebesar 10- 20 mg/l, maka hasil yang didapatkan kadar nitrat yang diperoleh dalam penelitian ini dibawah baku mutu sehingga masih sesuai diperuntukan untuk kelas 1, 2, 3 dan 4. Berikut grafik hasil pengukuran kadar nitrat di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada Gambar 9.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan mengenai kadar fosfat yang berada di perairan tersebut didaptkan hasil pada minggu pertama pengukuran kadar fosfat pada stasiun 1 didapatkan nilai sebesar 0.124 mg/l, stasiun 2 memiliki nilai sebesar 0.266 mg/l dan pada stasiun 3 memiliki nilai 0.622 mg/l. Pada pengukuran kadar fosfat minggu ke dua yang dilakukan pada stasiun 1 memiliki nilai 0.480 mg/l, sedangkan pada stasiun 2 didapatkan hasil nilai sebesar 0.338 mg/l dan nilai sebesar 0.800 mg/l pada stasiun 3. Minggu ketiga pengukuran kadar fosfat didapatkan nilai pada stasiun1 sebesar 0.907 mg/l, pada stasiun 2 memiliki nilai sebesar 0.373 mg/l, dan pada stasiun 3 memiliki nilai 0.373 mg/l untuk kadar fosfat.

Gambar 10. Pengukuran Fosfat 0

0,5 1

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Fosfat mg/l

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 0

0,5 1

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Nitrat (mg/l)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(9)

-100 -50 0 50 100

0 2 4 6

X: BOD, Nitrat, Fosfat ; Y: …

Series1

Linear (Series1)

Fosfat merupakan salah satu zat hara yang memiliki peran penting dan memiliki pengaruh terhadap suatu pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di perairan [20]. Rendahnya kadar fosfat yang berada pada lapisan permukaan mungkin dapat disebabkan oleh aktivitas organisme yang berada pada perairan tersebut [21]. Kadar fosfat tinggi berada pada stasiun 1 dan stasiun 3 hal ini dikarenakan bahwasannya perairan tersebut merupakan perairan dekat muara dan terdapat pepohonan yang berada disekitar perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan [3]

bahwasannya tinggi kadar fosfat yang berada di perairan dikarenakan terdapat serasah dari daun-daun dari pepohonan yang jatuh ke perairan sehingga akan di dekomposisi oleh decomposer, decomposer perairan sendiri yaitu gastropoda yang dimana hal ini dapat menyebablan bertambahnya kadar nutrient di perairan tersebut. Perairan memiliki tingkat kadar fosfat yang tinggu dan melebihi batas normal maka dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. PP No. 82 Tahun 2001 menyebutkan bahwa ambang batas baku mutu lingkungan perairan tidak lebih dari 1 mg/l [22]

berikut merupakan grafik hasil pengukuran kadar fosfat, dapat dilihat pada Gambar 10.

Hubungan Biological Oxygend Demand (BOD), Nitrat, dan Fosfat Terhadap Kelimpahan Gastropoda

Gambar 11. Analisa Regresi Sederhana

Berdasarkan pengamatan Biological Oxygen Demand (BOD), Nitrat dan Fosfat terhadap kelimpahan gastropoda menunjukkan linier positif. Hasil analisa regresi sederhana yang dilakukan Biological Oxygen Demand (BOD), Nitrat dan Fosfat terhadap kelimpahan gastropoda yang dilakukan pada bulan

November-Desember mendapatkan nilai regresi yaitu Y = 68,36 + 4,116X1 + -5,748X2

+ -61,53X3. Hasil dari nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,433 yang artinya 43% kelimpahan gastropoda di pengaruhi oleh BOD, Nitrat dan Fosfat dan sisanya di pengaruhi oleh faktor lain.

Penelitian yang sama dilakukan oleh [23]kelimpahan gastropoda di pengaruhi oleh lingkungan habitatnya, ketersedian makanan dan juga kompetisi. Kelimpahan gastropoda pada perairan di pengaruhi oleh bahan organik, lingkungan habitat, dan ketersediaan makanan.

Bahan organik yang mempengaruhi kelimpahan gastropoda yaitu meliputi BOD, Nitrat dan Fosfat. Kandungan BOD yang tinggi menandakan minimnya oksigen terlarut yang terdapat di dalam perairan. Menurut [24]

kondisi tersebut akan berdampak terhadap kematian organisme perairan skibat kekurangan oksigen terlarut. Nilai BOD tinggi dapat dipengaruhi oleh banyaknya serasa pepohonan yang merupakan bahan organik untuk didekomposisi oleh mikroorganisme.

Kandungan bahan organik yang tinggi di perairan berdambapak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen terlarut (BOD) di perairan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan [17]yang menyatakan bahwa nilai BOD akan semakin tinggi dengan bertambahnya bahan organik di perairan. Sebaliknya, seamakin rendah jumlah bahan organik di perairan maka nilai BOD juga semakin berkurang.

Gastropoda Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan

Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, kualitas perairan di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan berada dalam kondisi tercemar ringan. Perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu seimbang sedangkan perairan yang tercemar akan menunjukkan persebaran individu yang tidak merata dan cenderung ada spesies mendominasi .

Pada penelitian ini tidak ditemukan spesies yang mendominansi namun beberapa ditemukan dalam jumlah besar, salah satunya Partula affnis. Spesies tersebut dapat dijadikan bioindikator kualitas perairan karena memiliki adaptasi agar tetap bertahan hidup di lingkungan yang berubah-ubah. Adaptasi

(10)

mencakup daya tahan terhadap kehilangan air, pemeliharaan keseimbangan panas tubuh dan adaptasi terhadap tekanan mekanik [25]

Partula affnis banyak ditemukan di aliran sungai di Desa Gili Timur pada stasiun 2 karena mampu beradaptasi dan memiliki operkulumyang akan melindungi cangkangnya saat kondisi perairan berada di luar kisaran toleransinya [26].

KESIMPULAN

1. Kondisi kualitas perairan pada aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan dari hasil yang didapatkan pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa kondisi pada stasiun 1 dan stasiun 2 masih pada batas pencemaran yang sedang dapat dilihat dari hasil yang didapatkan bahwa pada stasiun 1 dan 2 sesuai dengan standar baku mutu PP No. 22 Tahun 2021. Pada stasiun 3 mendapatkan hasil pengukuran kualitas perairan yang didapatkan bahwa stasiun 3 kondisi kualitas perairannya tergolong dalam kondisi tercemar berat.

2.

Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, kualitas perairan di aliran sungai di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan berada dalam kondisi tercemar ringan.

Perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu seimbang sedangkan perairan yang tercemar akan menunjukkan persebaran yang tidak merata dan cenderung ada spesies mendominasi. Spesies yang mendominansi pada aliran sungai Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan yaitu Partulla Affnis. Semakin banyak gastropoda yang mendominansi mengindikasikan bahwa perairan tercemar berat.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Trunojoyo

Madura yang telah memberikan dukungan finansial serta kesempatan penulis dan tim sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTARPUSTAKA

[1] B. Mardika, S. Utami, and J.

Widiyanto, “Identifikasi Keanekaragaman Gastropoda Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Nogosari Pacitan,” Pros. Semin.

SIMBIOSIS V, pp. 349–357, 2020.

[2] S. C. Dewi, “Keragaman Gastropoda sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Hulu Sub DAS Gajahwong,” 2013.

[3] S. Rohani, A. Gappar, and Kurniah,

“Telaah Kualitas Air Tambak Di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur,” no. April, pp. 61–65, 2015.

[4] D. A. B. A, C. A. Suryono, and R. Ario,

“Studi Kelimpahan Gastropoda Di Bagian Timur Perairan Semarang Periode Maret – April 2012,” J. Mar.

Res., vol. 2, no. 4, pp. 56–65, 2013.

[5] D. M. Ayu, A. S. Nugroho, and R. C.

Rahmawati, “Keanekaragaman Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran Lindi TPA Jatibarang di Sungai Kreo Kota Semarang The Diversity of Gastropod as Bio-Indicator of Contamination of Leachate of Jatibarang Dumping Ground in Kreo River Semarang City,” pp. 700–707, 2015.

[6] D. F. Wulansari and S. Kuntjoro,

“Keanekaragaman Gastropoda dan Peranannya Sebagai Bioindikator Logam Berat Timbal (Pb) di Pantai Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya,” LenteraBio, vol. 7, no. 3, pp. 241–247, 2018.

[7] A. Mushthofa, S. Rudiyanti, and M. R.

Muskanonfola, “Analisis Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Sungai Wedung Kabupaten Demak,” Manag.

(11)

Aquat. Resour. J., vol. 3, no. 1, pp. 81–

88, 2014, doi:

10.14710/marj.v3i1.4289.

[8] Sriwahjuningsih, Hudi Hernawan, dan Nurul Fitri, “Indeks Ekologi Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran Air Di Ekowisata Situ Bagendit Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut,” J. Cahaya Mandalika, ISSN 2721-4796, vol. 3, no. 1, pp. 33–43, 2022, doi:

10.36312/jcm.v3i1.554.

[9] A. R. Kn, D. Ratnasari, and J. Pertiwi,

“Pengaruh Nutrien Antropogenik terhadap Kandungan Klorofil-a sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Situ Cipondoh Abstrak,” vol. 7, no. 200, pp.

101–116, 2022, doi:

10.14203/oldi.2022.v7i2.391.

[10] M. W. Tyas and J. Widiyanto,

“Identifikasi Gastropoda Di Sub Das Anak Sungai Gandong Desa Kerik Takeran,” Florea J. Biol. dan Pembelajarannya, vol. 2, no. 2, pp. 52–

57, 2015, doi:

10.25273/florea.v2i2.416.

[11] M. HZ, B. Amin, J. Jasril, and S. H.

Siregar, “Analisis Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode STORET Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan (Studi Kasus: Dua Aliran Sungai di Kecamatan Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau),” Din. Lingkung. Indones., vol. 5, no. 2, p. 84, 2018, doi:

10.31258/dli.5.2.p.84-96.

[12] D. M. Ayu, A. S. Nugroho, and R. C.

Rahmawati, “Keanekaragaman Gastropoda Sebagai Bioindikator Pencemaran Lindi TPA Jatibarang di Sungai Kreo Kota Semarang,” Semin.

Nas. XII Pendidik. Biol. FKIP UNS, pp.

700–707, 2015.

[13] E. Wahyuningsih and K. Umam,

“Keanekaragaman Gastropoda Di Sungai Logawa Banyumas,” Binomial, vol. 5, no. 1, pp. 81–94, 2022, doi:

10.46918/bn.v5i1.1244.

[14] S. M. Rahayu, A. Damar, and M.

Krisanti, “Perbedaan konsentrasi nitrat dan intensitas cahaya terhadap laju pertumbuhan diatom Chaetoceros muelleri,” Acta Aquat. Aquat. Sci. J., vol. 9, no. 2, p. 95, 2022, doi:

10.29103/aa.v9i2.8126.

[15] S. Wahyuni, R. Yolanda, and A. A.

Purnama, “Struktur Komunitas Gastropoda (Moluska) di Perairan Bendungan Menaming Kabupaten Rokan Hulu Riau,” J. Biol., pp. 2–6, 2014.

[16] N. C. Ningrum and S. Kuntjoro,

“Kualitas Perairan Sungai Brangkal Mojokerto Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos,”

LenteraBio Berk. Ilm. Biol., vol. 11, no.

1, pp. 71–79, 2021, doi:

10.26740/lenterabio.v11n1.p71-79.

[17] T. A. Daroini and A. Arisandi,

“Analisis BOD (Biological Oxygen Demand) di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan,”

Juvenil, vol. 1, no. 4, pp. 558–566, 2020.

[18] P. S. Sara, W. Astono, and D. I.

Hendrawan, “Kajian Kualitas Air Di Sungai Ciliwung Dengan Parameter BOD Dan COD,” Pros. Semin. Nas.

Cendekiawan, vol. 0, no. 0, pp. 591–

597, 2018.

[19] Y. Sugianti and L. P. Astuti, “Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum,” J. Teknol.

Lingkung., vol. 19, no. 2, p. 203, 2018, doi: 10.29122/jtl.v19i2.2488.

[20] D. W. Dicky Aulia, Herry Boesono and Program, “Analisis Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Yang Berwawasan Lingkungan (Ecoport) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (Ppn) Pengambengan, Jembrana, Bali,”

News.Ge, vol. 3, no. 1, pp. 1–10, 2018.

(12)

[21] S. I. Patty, “Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara,” J. Pesisir Dan Laut Trop., vol. 3, no. 2, p. 1, 2015, doi: 10.35800/jplt.3.2.2015.9581.

[22] Y. Erwina, R. Kurnia, and Y.

Yonvitner, “Status Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan Di Perairan Bengkulu,” J. Sos. Ekon. Kelaut. dan Perikan., vol. 10, no. 1, p. 21, 2016, doi:

10.15578/jsekp.v10i1.1245.

[23] O. Supratman, A. M. Farhaby, and J.

Ferizal, “Kelimpahan Dan Keanekaragaman Gastropoda Pada Zona Intertidal Di Pulau Bangka Bagian Timur,” J. Enggano, vol. 3, no.

1, pp. 10–21, 2018, doi:

10.31186/jenggano.3.1.10-21.

[24] E. Hanisa, W. D. Nugraha, and A.

Sarminingsih, “Penentuan Status Mutu

Air Sungai Berdasarkan Metode Indeks kualitas Air – National Sanitation Foundation ( IKA-NSF ) Sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan,” J.

Tek. Lingkung., vol. 6, no. 1, pp. 1–15, 2017.

[25] A. Fitriyah, M. Zainuri, and N.

Indriyawati, “Perbedaan dan Hubungan Nitrat, Fosfat Dengan Kelimpahan Fitoplankton Pada Saat Air Pasang dan Surut di Muara Ujung Piring Bangkalan,” J. Kelaut. Indones. J. Mar.

Sci. Technol., vol. 15, no. 1, pp. 60–68, 2022, doi: 10.21107/jk.v15i1.13990.

[26] B. Andika, P. Wahyuningsih, and R.

Fajri, “Penentuan Nilai BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan,” Quim. J. Kim. Sains dan Terap., vol. 2, no. 1, pp. 14–22, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Bangkalan - Madura, Jawa Timur (Di bawah birnbingan R.S. SINAGA dan HARIANTO). Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang..

Skripsi yang penulis angkat berjudul”Status Pencemaran Air Sungai Dengan Gastropoda Sebagai Bioindikator Di Aliran Sungai Sumur Putri Teluk Betung”, merupakan tugas

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Analisis Status Kualitas Perairan Daerah Aliran Sungai Hilir Kreung Meureubo Aceh Barat ” adalah benar

Berdasarkan hasil perhitungan Indek pencemaran (IP) dapat diketahui status mutu perairan sungai-sungai pantau di Kabupaten Jayapura telah mengalami penurunan kualitas

Dari uraian diatas, perlu dilakukan penelitian lanjutan atau monitoring untuk mengetahui keanekaragaman spesies ikan sebagai bioindikator kualitas perairan di Sungai

Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kelimpahan plankton sebagai bioindikator status trofik perairan di Sungai Komering, khususnya di wilayah Desa Serdang

Kualitas perairan di Sungai Musi bagian hilir di kelompokkan menjadi tiga kelompok besar, Kelompok pertama ; tercemar berat mulai dari stasiun Musi Kramasan, Muara Ogan,

Untuk mendapatkan gambaran mengenai struktur komunitas makrozoobentos pada 18 stasiun lokasi penelitian di perairan Sungai Musi bagian hilir maka dilakukan analisa data yang