• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 1 Diabetes Melitus pada Ibu Hamil

N/A
N/A
Agustina Dewi

Academic year: 2023

Membagikan "Kelompok 1 Diabetes Melitus pada Ibu Hamil"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPERAWATAN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi

Disusun oleh : KELOMPOK I

1. I NENGAH ANTARA (223221330) 1. PUTU VINA VITRIADEWI (223221345) 2. NI PUTU KRISNA ANDIANI (223221342) 3. AGUSTINA DEWI ASTUTI (223221310) 4. DWI ANDRIYANI (223221369)

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Medika Bali

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional (DMG), merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.

Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yangpernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai dibawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dankadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian.

Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa, 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM. DM Gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin dan atau bayi dimasa yang akan datang, juga saat persalinan. Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah makalah keperawatan tentang “Penyakit Diabetes Melitus dan Asuhan Keperawatan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan ?

2. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM ?

(3)

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk dapat memperoleh pengetahuan tentang penyakit – penyakit yang berhubungan dengan penyakit menular seksual

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian DM.

b. Mengetahui pengertian DM pragestasi.

c. Mengetahui pengertian DM gestasional.

d. Mengetahui patofisiologi DM yang dikaitkan dengan etiologi dan manifestasi klinis.

e. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:

diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM Gestasional dan DM yang telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM Pragstasi. Diabetes Melitus merupakan ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif padatingkat seluler. (Bobak.

Lowdermilk, Jensen.2004. Edisi 4 hal 699).

B. Diabetes Pragestasi

Diabetes Pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes melitus kemudian hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. mereka dengan komplikasi berat,khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi. Ada 4 hal penting mengapa diabetes gestasi perlu ditegakkan diagnosisnya. Diabetes Pragestasi adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada sistem metabolik yang terganggu selama masa pragestasi memiliki implikasi yang signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol glikemia pada pasien diabetes pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990).

C. Diabetes Gestasional 1. Pengertian

Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi ada ibu yang sedang hamil. Disebut Diabetes Gestasional bila gangguan toleransi glukosa yang terjadi sewaktu hamil kembali normal dalam 6 minggu setelah persalinan. Dianggap Diabetes Melitus (jadi bukan gestasi) bila gangguan toleransi glukosa menetap setelah persalinan. Pada golongan ini, kondisi

(5)

diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai

“unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, danriwayat abortus berulang. Angka lahir mati terutama pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi 10 kali dari normal.

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DM Gasimtomatis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.

Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu sering buang air kecil (polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar (polyfagi). Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.

2. Klasifikasi

Pada Diabetes Mellitus Gestasiona, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu, yaitu :

- Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil - Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

a. Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.

b. Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.

c. Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).

(6)

3. Etiologi

Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.

4. Manifestasi Klinis

 Sering kencing pada malam hari (polyuria)

 Selalu merasa haus (polydipsia)

 Selalu merasa lapar (polyfagia)

 Selalu merasa lelah atau kekurangan energi

 Penglihatan menjadi kabur

 Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)

 Glaikosuria (glukosa dalam urine)

 Mata kabur

 Pruritus vulva.

 Ketonemia.

 BB menurun

 Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.

 Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

 Gula darah puasa > 126 mg/dl.

5. Faktor presdiposisi a. Umur sudah mulai tua b. Multiparitas

c. Penderita gemuk

d. Kelainan anak lebih besar dari 4000 g e. Bersifat keturunan

f. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine

g. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran.

h. Glokusuri

(7)

D. Patofisiologi DM yang Dikaitkan dengan Etiologi dan Manifestasi Klinis

Pada DMG terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal.

Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan

E. Pengaruh DM terhadap Kehamilan

1. Pengaruh kehamilan, persalinan dan nifas terhadap DM

a. Kehamilan dapat menyebabkan status pre diabetik menjadi manifes ( diabetik ) b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan

2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan a. Abortus dan partus prematurus

b. Hidronion c. Pre-eklamasi

d. Kesalahan letak jantung e. Insufisiensi plasenta

3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan

a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama / terlantar.

b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

(8)

c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir mati

d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.

e. Post partum mudah terjadi infeksi.

f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat menimbulkan kematian 4. Pengaruh DM terhadap kala nifas

a. Mudah terjadi infeksi post partum

b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar 5. Pengaruh DM terhadap bayi

a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu b. Janin besar ( makrosomia )

c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

F. Pencegahan

1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.

2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan.

3. Tersier

a. Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi.

b. Pemeriksaan optalmologist

c. Albuminuria monitor penyakit ginjal

d. Kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein

e. Pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi

G. Terapi

 Dialysis : peritoneal, hemodialisa

 Total Nutrisi Parenteral

 Tube Feeding Hyperosmolar

 Pembedahan

 Obat : Glukokortikoid, diuretic, dipenilhidonsion, Agmen Beta Adrenergik Bloking, Agen Immunosupresive, diazoxida.

(9)

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL

A. PENGKAJIAN 1. Anamnesis

a. Identitas klien

Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus, karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang dijelaskan pada klasifikasi DM.

b. Keluhan utama

Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati

c. Riwayat kehamilan

- Diabetes mellitus gestasional - Hipertensi karena kehamilan - Infertilitas

- Bayi low gestasional age - Riwayat kematian janin - Lahir mati tanpa sebab jelas - Anomali congenital

- Aborsi spontan - Polihidramnion - Makrosomia

- Pernah keracunan selama kehamilan d. Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan..

2. Pola Aktivitas Sehari-hari

Adapun yang harus dikaji antara lain:

a. Pola Nutrisi - Polidipsi.

- Poliuri.

- Mual dan muntah.

- Obesitas.

(10)

- Nyeri tekan abdomen.

- Hipoglikemi.

- Glukosuria.

- Ketonuria.

- Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang sering.

- Mata : Kerusakan penglihatan atau retinopati.

b. Pola Eliminasi

BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih.

BAB : biasanya tidak ada gangguan.

c. Pola Personal Hygiene

Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.

d. Pola Istirahat Tidur

Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.

e. Pola Aktifitas dan Latihan

Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.

3. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih - TD ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu

dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.

- Nadi pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.

- Respirasi pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas bau keton.

- Suhu tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi.

- Berat badan ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.

(11)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penyakit Diabetes Melitus pada ibu hamil berdasarkan SDKI, diantaranya :

 Ketidakstabilan gula darah (D.0027) berhubungan dengan resistensi insulin.

 Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen cedera fisik.

 Ansietas (D.0080) berhubungan dengan krisis situasional.

 Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrient.

(12)

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan yang terdiri dari tujuan dan kriteria hasil sesuai SLKI dan intervensi keperawatan sesuai SIKI, diantaranya yaitu : No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

1 Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027) berhubungan dengan resistensi insulin.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, kadar gula dalam darah stabil (L.03022).

Kriteria hasil :

1. Kesadaran meningkat 2. Mengantuk menurun 3. Perilaku aneh menurun 4. Keluhan lapar menurun 5. Kadar glukosa dalam darah

membaik

Manajemen Hiperglikemia (I.03115) Observasi

 Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia.

 Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis.

penyakit kambuhan).

 Monitor kadar glukosa darah, jika perlu.

 Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia, polivagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala).

 Monitor intake dan output cairan.

 Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi.

Terapeutik

 Berikan asupan cairan oral.

 Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk.

 Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik.

(13)

Edukasi

 Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL.

 Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri.

 Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga.

 Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu.

 Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan).

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu.

 Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu.

 Kolaborasipemberian kalium, jika perlu.

Manajemen Hipoglikemia (I.03113) Observasi

 Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia.

 Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia.

Terapeutik

 Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu.

 Batasi glucagon, jika perlu.

 Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet.

 Pertahankan kepatenan jalan nafas.

(14)

 Pertahankan akses IV, jika perlu.

 Hubungi layanan medis, jika perlu.

Edukasi

 Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat.

 Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat.

 Anjurkan monitor kadar glukosa darah.

 Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian program pengobatan.

 Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahraga.

 Anjurkan pengelolaan hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko dan pengobatan hipoglikemia).

 Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis. mengurangi insulin atau agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk

berolahraga.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu.

 Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu.

2 Nyeri akut (D.0077) b.d agen cedera fisik.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8jam, maka status tingkat nyeri pasien menurun

Manajemen Nyeri (I.08238) dikolaborasikan dengan Pemberian Analgetik (I.08243)

Observasi

(15)

(L.08066).

Kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi pasien membaik (60-100 x/menit)

2. Pola nafas pasien membaik (16-20 x/menit)

3. Keluhan nyeri pasien menurun (Skala 0)

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

 Identifikasi skala nyeri.

 Identifikasi faktor memperberat dan memperingan nyeri.

 Identifikasi riwayat alergi obat.

 Monitor efektifitas analgetik Terapeutik

 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

 Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

 Jelaskan strategi meredakan nyeri.

 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian farmakologis (analgetik).

3 Ansietas (D.0080) b.d krisis situasional, kurang terpapar informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status tingkat ansietas pasien dan keluarga menurun (L.09093).

Kriteria hasil :

1. Frekuensi pernapasan pasien

Reduksi Ansietas (I.09314) Observasi

 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.

 Identifikasi kemamopuan mengambil keputusan.

 Monitor tanda-tanda ansietas.

(16)

membaik (16-20 x/menit) 2. Frekuensi nadi pasien membaik

(60-100 x/menit)

3. Tekanan darah pasien membaik, Pola tidur pasien membaik (7-9 jam/hari)

4. Pasien dan keluarga tidak merasa kebingungan

5. Pasien dan keluarga tidak merasa khawatir.

6. Pasien dan keluarga tidak merasa gelisah dan tegang

Terapeutik

 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.

 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika perlu.

 Pahami situasi yang membuat ansietas.

 Dengarkan dengan penuh perhatian.

 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.

 Diskusikan perencanaan realistis tntang peristiwa yang akan datang.

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang akan dialami.

 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis.

 Amjurkan mngungkapkan perasaan dan pressepsi.

 Latih teknik relaksasi.

4 Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrient.

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 8 jam, maka status nutrisi membaik (L.03030).

Kriteria hasil :

1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 2. Kekuatan otot pengunyah

Managemen Nutrisi (I.03119) Observasi

 Identifikasi status nutrisi.

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan.

 Identifikasi makanan yang disukai.

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient.

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric.

(17)

meningkat

3. Kekuatan otot menelan meningkat

4. Nafsu makan membaik

 Monitor asupan makanan.

 Monitor berat badan.

 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.

Terapeutik

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.

 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan).

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.

 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

 Berikan suplemen makanan, jika perlu.

 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi.

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu.

 Ajarkan diet yang diprogramkan.

Edukasi

 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

(18)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

DM yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan DM gestasional, sedangkan bila DM telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan DM pregestasi. DM yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan DM gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan DM belum juga sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi DM. Dm gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin kedepannya.

sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan DM, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan.

B. Saram

Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan DM, dan paham bagaimana patofiologi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami DM. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Diakses di https://idoc.pub/documents/asuhan-keperawatan-pada-ibu-hamil-dengan-diabetes- melitus-k6nqmxokkq4w pada tanggal 10 Oktober 2022 pukul 18.38 WITA.

Diakses di https://yantitjane.blogspot.com/2015/03/askep-dm-pada-ibu-hamil.html pada tanggal 10 Oktober 2022 pukul 18.55 WITA.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.

Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.

Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

yakni Diabetes Mellitus yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi glogosa pada pasien tersebut. Penyakit ini merupakan penyakit yang menurun

"Edukasi Diabetes terhadap Penurunan Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2",.. Journal of Telenursing

Meskipun penatalaksanaan diabetes mellitus sangat kompleks, penderita yang mampu melakukan perawatan dirinya dengan optimal akan dapat mengendalikan glukosa darahnya, bertolak

Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.. Kebanyakan wanita yang menderita

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang diabetes mellitus di BPS Anas Kusuma desa pilangsari sragen, dengan hasil diperoleh

Ada empat tipe diabetes yang sering dijumpai pada banyak orang, yaitu: Diabetes mellitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2, diabetes gestasional dan tipe lainnya. DM tipe

Adapun definisi dari Diabetes Melitus adalah Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah seseorang hiperglikemia

Hasil penelitian diketahui bahwa kondisi ibu hamil dengan diabetes mellitus berdasarkan paritas paling banyak pada ibu hamil yang memiliki risiko rendah paritas 2-3 yaitu sebanyak 15