MAKALAH
(Konsep Pengetahuan dan Kompetensi Pedagogik) Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pedagogik Dosen pengampu:
Dr. Evy Segarawati Ampry, M.Pd.
Oleh:
Muhammad Farhan H0523002
Nurul Amaliah H0523024
Indah Pratiwi B H0523029
St. Mawaddah H0523012
Nur Amaliah H0523005
Nurbaya H0523017
Suryadi H0523080
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Evy Segarawaty Ampry. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan Bahan Ajar yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Malunda, 8 September 2024
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
BAB 1 PENDAHULUAN...
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan...
D. Ruang Lingkup...
BAB 2 PEMBAHASAN...
A. Pengertian Pengetahuan...
B. Pengertian Pedagogik...
C. Pengetahuan Pedagogik...
BAB 3 PENUTUP...
a. Kesimpulan...
DAFTAR PUSTAKA...
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Pengetahuan?
2. Menjelaskan Pengertian Pedagogik?
3. Menjelaskan Pengetahuan Pedagogik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Pengetahuan 2. untuk mengetahui Pengertian Pedagogik 3. untuk mengetahui Pengetahuan Pedagogik D. Ruang Lingkup
Dilihat dari sumber pencarian materi, maka makalah ini tidak memiliki Batasan sumber hanya saja sumber yang digunakan tidak akan lewat dari kurun waktu sepuluh tahun dari sekarang. Kemudian, masalah yang akan diteliti tidak akan terlalu luas hanya dari dasar-dasar saja sehingga pembaca tidak hanya berfokus pada makalah ini tapi juga bisa mengembangkan wawasannya di media-media informasi seputar kurikulum yang lain.
Makalah ini melingkupi tentang Konsep Pengetahuan dan Kompetensi Pedagogik
BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan merupakan tingkat mendasar dari cara berpikir manusia. Pengetahuan disebut karena diperoleh dari sebagai einginan mencari tahu merupaka menaik perang muncul dar kegiatan mengindra suatu objek yang menarik perhatian. Artinya, lerjadi sebuah rangsangan terhadap sebuah objek sehingga menank minat untuk mencari tahu.
Pada awalnya, pengetahuan dapat timbul karena adanya rasa ingin tatu Pada keragu-raguan. Keragu-raguan adalah sebuah sikap kurang percaya, sangsi, dan bingung atas sesuatu. Sikap meragukan dan tidak Prenerima sesuatu begitu apa adanya merupakan sebuah sikap yang perlu dalam memperoleh pengetahuan. Hal ini akan menumbuhkan keinginan untuk melakukan pengamatan dengan menggunakan indra yang dimiliki, berlanjut dengan keinginan melakukan penyelidikan guna memahami objek yang diamati dengan lebih mendalam dan akhirnya melakukan pembentukan pengetahuan (konstruk) dengan menggunakan pengalamannya dan cara berpikirnya.
Maka pengetahuan merupakan sebuah hasil berpikir dan bukan proses berpikir. Pengetahuan dapa dimaknai sebagai hasil dari cara berpikir manusia dan wujud dari eksistensi manusia sebagai makhluk rasional (makhluk yang berpikir)
Pengetahuan merupakan sebuah ranah yang dapat membentuk sebuah tindakan. Dalam kognitif Benjamin S. Bloom pada tahun 1956 yang diperbarui oleh Anderson, pengetahuan adalah sebuah tingkatan berpikir atau kognitif, yaitu perilaku yang menekankan pada ramah intelektual yang mencakup pengetahuan, pengertian, dan keterampiln berpikir.
Ranah kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan berpikir. Pali awalnya B. Bloom membagi tingkatan berpikir untuk membentuk sebuah pengetahuan terdiri dari: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikas (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Selanjutnya, diperbarui Anderson menjadi: (1)
mengingat, (2) memahami, (3) menerapka (4) menganalisis, (5) menilai, dan (6) menciptakan. Perbedaanya adalah jika pada Bloom mengategorikan sebagai kata benda (noun) maka menurut Anderson kemampuan berpikir adalah sebuah tindakan atau kerja (kata kerja/verb).
Tingkatan berpikir Bloom yang diperbarui oleh Anderson memberikan klasifikasi atas esensi tindakan berpikir:
1. Mengingat, merupakan sebuah tindakan berpikir mengingat sebuah informasi yang terbentuk dalam kata kerja menyebutkan sebuah definisi, menirukan sebuah ucapan, menyatakan sebuah susunan, mengucapkan, menyatakan, dan mengulang.
2. Memahami, merupakan sebuah tindakan berpikir untuk men- jelaskan atau memberikan sebuah gambaran mengenai konsep, prinsip, hukum, dan prosedur yang terbentuk dalam kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menempatkan, melaporkan, menerjemahkan, memparafrasa.
3. Menerapkan, merupakan sebuah tindakan menggunakan pemahaman yang dimiliki ke dalam sebuah situasi lain yang baru, yang terbentuk dalam kata kerja memilih, menentukan, mendemonstrasikan, memerankan, menggunakan, mengilustrasikan, menginterpretasi menyusun, membuat skema, menulis, dan memecahkan masalah.
4. Menganalisis, merupakan sebuah tindakan berpikir memilah- milah bagian-bagian atas dasar persamaan dan perbedaan sebuah objek atau peristiwa, yang terbentuk dalam kata kerja mengkaji, membandingkan, mengontraskan, membedakan, membedakan (diskriminasi), memisahkan, menguji, melakukan eksperimen
5. menilai, merupakan merupakan sebuah tibndakan berpikir yang menyatakan tentang baik dan buruknya sebuah kejadian/fenomena/objek argumentasi, yang terbentuk dalam kata kerja memberi mempertahankan, menyatukan, memberi dukungan, memberi penilaian, dan melakukan evaluasi.
6. Menciptakan, merupakan sebuah tindakan menciptakan sebuah benda/ide/gagasan, yang terbentuk dalam kata kerja merakit,
mengubah, membangun, mencipta, merancang, mendirikan, merumuskan sesuatu, dan menulis.
Pengetahuan setiap orang dapat berbeda keluasan dan tahap penerimaannya, yang disebabkan faktor-faktor dominan sebagai berikut:
1. Usia, Pada umumnya usia memengaruhi cara seseorang dalam mencari tahu dan berpikir. Semakin tinggi usia maka akan semakin tinggi tingkat kematangan yang dapat memengaruhi kualitas pengetahuan seseorang.
2. Pengalaman, Pengalaman merupakan hasil interaksi seseorang terhadap sebuah peristiwa. Semakin banyak pengalaman seseorang yang diiringi dengan keinginan untuk belajar dari pengalaman maka akan semakin membangun bertumbuhnya pengetahuan yang berkualitas.
3. Pendidikan, Pendidikan merupakan sebuah upaya dan proses yang dapat menjadikan seseorang belajar dan bertumbuh. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik cara berpikirnya dan semakin mampu memperluas wawasannya dalam membentuk konstruksi pengetahuannya.
4. Pekerjaan, Pekerjaan akan membentuk seseorang dalam berpikir teknis atas strategis. Semakin tinggi posisi pekerjaan seseorang maka akan semakin membutuhkan pengetahuan strategis dibandingkan dengan pengetahuan teknis.
5. Jenis kelamin, Jenis kelamin adalah sebuah kondisi biologis, sosiologis, dan psikologis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Secara biologis, laki-laki dan perempuan berbeda dalam pemilikan organ-organ tubuh. Laki- laki memiliki jakun, kumis, janggut, dan sebagainya. Sementara perempuan memiliki organ tubuh yang menjadikannya dapat mengalami menstruasi dan kehamilan. Sementara secara sosiologis, interaksi antara laki-laki dan perempuan membentuk sifat dan tindakannya, dan perempuan dengan feminimnya dan laki-laki dengan maskulinnya. Secara psikologis, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dari cara berpikir. Berdasarkan kajian penelitian dinyatakan bahwa laki- laki berpikir pada hal teoretis dan perempuan pada hal praktis
dan segera. Perbedaan terletak pada kemampuan-kemampuan: (a) spasial, pada laki-laki kecenderungan kemampuan spasial kompleks terjadi dibandingkan dengan perempuan, (b) verbal, sementara kemampuan verbal lebih berkembang pada perempuan dibandingkan laki- laki dan ini tampak dari kemampuan perempuan untuk berbicara lebih banyak (20.000 kata perhari) daripada laki-laki (7.000 kata per hari) sehingga perempuan memiliki kecenderungan dalam mendominasi pembicaraan
Implikasi dari hal tersebut adalah perlunya para pendidik memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi dalam pembentukan pengetahuan sehingga dapat membantu pengembangan secara efektif.
B. Pengertian Pedagogik
Secara etimologi pedagogik atau pedagogi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti ilmu membimbing anak. Pedagogik merupakan kompetensi, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki guru sebagai suatu profesi dan menjadi persyaratan kompetensi yang membedakan profesi guru dengan profesi lainnya. Kompetensi pedagogik dimiliki sebagai proses yang berlangsung sejak menempuh pendidikan keguruan (pendidikan prajabatan/pendidikan calon guru) dan selama masa jabatan dengan ditunjang oleh bakat, minat, dan potensi keguruan sebagai hasil interaksi dengan peserta didik.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mendeskripsikan bahwa kompetensi pedagogik mencakup aspek penguasaan: (1) karakteristik peserta didik, (2) teori belajar dan prinsip pembelajaran, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan belajar, (5) mengembangkan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta didik, serta (7) melakukan penilaian dan evaluasi Ketika seorang guru memiliki kompetensi pedagogik maka esensi dari tindakan mendidik anak (pedagogik) akan terwujud dalam interaksi pembelajaran. Anak didik mengalami diperhatikan, dilayani, dihargai, didengarkan, diberikan kata- kata positif dalam komunikasi edukatif, dididik, dibimbing, dan berpengalaman belajar dalam pengembangan potensinya.
Ketika permasalahan-permasalahan kekerasan dunia pendidikan
tidak lagi terjadi maka penerapan kompetensi pedagogik telah mewarnai interaksi pembelajaran. Penerapan kaidah ilmu mendidik anak tercermin sebagai profil kompetensi pedagogik. Dan dalam tindakan: (1) mengidentifikasi karakteristik belajar anak didik, (2) memastikan kesempatan anak didik dalam berpartisipasi aktif, (3) mengatur kelas untuk karakteristik yang berbeda. (4) mengetahui penyebab penyimpangan perilaku belajar, (5) mengembangkan potensi dan kekurangan, dan (6) tindakan humanis.
1. Aspek Kompetensi Pedagogik
Terdapat tujuh aspek kompetensi pedagogik yang wajib dimiliki oleh profesi guru, yaitu:
a. Menguasai karakteristik peserta didik
Menguasai karakteristik peserta didik berarti guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik yang dimaksud adalah terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya, dengan indikator berikut:
1) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peseru didik di kelasnya.
2) Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelaina fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
4) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaks peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
5) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.
6) Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (tersisihkan. diolok-olok, minder, dan
sebagainya).
b. Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik Menguasai
teori belajar dan pembelajaran berarti guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi atau metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Hal ini dimaksudkan agar guru secara kreatif dapat menyesuaikan metode pembelajarannya dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi pembelajaran, dengan indikator berikut:
1) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
2) Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.
3) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.
4) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik.
5) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.
6) Guru memperhatikan respons peserta didik yang belum/ kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
c. Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berarti guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik sebagai berikut:
1) Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.
2) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan.
3) Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan mem- perhatikan tujuan pembelajaran.
4) Guru memilih materi pembelajaran yang memenuhi kriteria:
a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat dan mutakhir,
c) sesuai usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, d) dapat dilaksanakan di kelas, dan
e) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
Kegiatan pembelajaran yang mendidik dimaknai sebagai kondisi di mana guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap:
1) Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran.
2) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.
3) Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan.
4) Guru mengomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik.
5) Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum
memberikan penjelasan tentang jawaban yang benar.
6) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan. sehari-hari peserta didik.
7) Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik.
8) Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif.
9) Guru mampu audio-visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas.
10) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktikkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.
11) Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya.
12) Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio-visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
e. Pengembangan potensi peserta didik
Pengembangan potensi peserta didik dimaknai sebagai kondisi di mana guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi peserta didik melalui program pembelajaran yang menduku siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
1) Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing-masing.
2) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing-masing.
3) Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
4) Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.
5) Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.
6) Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.
7) Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.
f. Komunikasi dengan peserta didik Berkomunikasi dengan peserta didik berarti suatu kondisi di mana guru mampu berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respons yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:
1) Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka.
2) Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.
3) Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya.
4) Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat me- numbuhkan kerja sama yang baik antarpeserta didik.
5) Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik, baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik
6) Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponsnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
g. Penilaian dan evaluasi
Melakukan penilaian dan evaluasi menandai suatu kondisi di mana guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya sebagai berikut:
1) Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.
2) Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
3) Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.
4) Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan me refleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran dan digan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya
5) Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
C. Pengetahuan Pedagogik
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menegaskan perlunya kompetensi guru yang mencakup kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
Pengertian dasar kompetensi adalah sebuah kecakapan atau kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu secara sukses dan efisien. Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari seorang individu yang dapat diamati dan diukur serta memiliki pengaruh terhadap hasil kerja Kompetensi merupakan perpaduan yang terintegrasi antara pengetahuan, keahlian atau keterampilan, dan etos kerja atau sikap.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sebuah pemahaman atas fakta dan prinsip yang diperoleh dan dimiliki seseorang berdasarkan atas pengalamannya baik sebagai hasil pendidikan, pelatihan, ataupun pengalaman.
Pengetahuan menjadi dasar dan modal dari seseorang untuk terampil dan bersikap.
2. Keahlian/Keterampilan
Keterampilan adalah sebuah kemampuan atau keterampilan yang berkembang sebagai hasil aktivitas mental dan fisik serta keterampilan merupakan hasil terapan dari pengetahuan.
3. Etos kerja/sikap
Sikap adalah sebuah perilaku yang memiliki kecenderungan untuk menyetujui, menerima, atau menolak sesuatu hal.
Kompetensi dapat dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang untuk dapat melakukan perilaku secara kognitif, psikomotor, dan afektif. Atau dapat dikatakan bahwa kompetensi adalah sebuah pola yang menjadi standar yang perlu dipenuhi oleh setiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan. Pemenuhan kompetensi akan sangat terkait dengan profesi dan memiliki orientasi terhadap budaya dan nilai profesi dan organisasi. Dengan demikian, perlu digarisbawahi bahwa kompetensi akan menjadi seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang tidak hanya dimiliki, tetapi juga untuk diwujudkan dalam tugas profesionalitas.
Sementara pengertian mengenai pedagogik dapat ditelaah menurut asal-usul katanya. Pedagogik berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos dan agogos. Paedos diartikan sebagai anak dan agogos berarti mengantar dan membimbing. Pedagogik berarti mengantar anak atau membimbing anak.
Pedagogik merupakan sebuah ilmu tentang bagaimana membimbing anak agar anak mencapai kedewasaan dan kemandirian dalam hidup.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merumuskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan satu dari empat kompetensi yang mendasar harus dimiliki profesi guru. Kompetensi ini merypupakan kemapuampuan yang berhubungan dengan kemampuan dakalam mengwlelola owmbwpembelajaran. hal ini dipertegas dalam permendiknaPermendiknas nomor 16 Tahun 2007 bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam:
1. menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual;
2. menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;
3. mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu;
4. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;
5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran;
6. memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;
7. berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta didik;
8. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;
9. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran;
10. melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, R., & Rozali, Y. A. (2020). Model Pengembangan Kompetensi Pedagogik.