“KONSEP ZAKAT DAN KETENTUANNYA”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah 1
Dosen Pengampu:
Khoerul Anwar, M.Pd
Disusun oleh : M. Abdul Latif
Naufal Rizieq Naulatun Nafisah Verantika Nursabila
Wiwin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL (IAIN) LAA ROIBA CIBINONG – BOGOR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan Fiqih Ibadah 1 yang berjudul " Ketentuan Umum Tentang Zakat"
Tak lupa Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita semua yaitu Nabi Muhammad Saw.
Pada kesempatan kali ini kamu mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada KH.
Khaerul Anwar, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Fikih Ibadah 1 yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kita.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami, oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca.
Bogor, 9 Juni 2023
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB 1 ... 3
PENDAHULUAN ... 3
1.1 Latar Belakang ... 3
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Pembahasan... 3
BAB 2 ... 4
PEMBAHASAN ... 4
A. Konsep Zakat ... 4
B. Macam-macam Zakat... 6
C. Syarat Wajib Zakat ... 7
D. Ketentuan dan Tata Cara Mengeluarkan Zakat (Syarat) ... 9
E. TUJUAN DAN HIKMAH ZAKAT ... 11
BAB 3 ... 13
PENUTUP... 13
A. Kesimpulan ... 13
B. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah mengatur segala aspek kehidupan agar manusia di muka bumi ini bisa mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Rukun Islam yang menjadi fondasi seseorang dalam melaksanakan apa yang Allah perintahkan itu semuanya memiliki hikmah besar. Di antaranya zakat.
Allah telah memerintahkan zakat kepada umat Islam yang mana zakat ini memiliki nilai hikmah yang tinggi dalam segi sosial. Dengan ketentuan yang telah ditetapkan melalui lisan Nabi Saw dan kajian para ulama sehingga akhirnya sampailah pada kita segala. Penjelasan makna zakat, syarat dan tata cara mengeluarkan zakat tersebut. Agar kita dapat menunaikan perintah Allah sesuai dengan syariat sehingga mendapat keridhoan Allah. oleh karena itu pada makalah ini kami akan menyajikan pembahasan mengenai ketentuan umum tentang zakat.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa makna zakat?
2. Ada berapa macam zakat?
3. Bagaimana syarat dan tata cara mengeluarkan zakat?
4. Apa tujuan dan hikmah dilaksanakannya zakat 1.3 Tujuan Pembahasan
1. Memahami konsep zakat
2. Mengetahui macam-macam zakat
3. Mengetahui syarat dan cara mengeluarkan zakat 4. Memahami tujuan dan hikmah zakat
4
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Konsep Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu al-barokatu (keberkahan), an-namaa (pertumbuhan dan perkembangan), at-thoharotu (kesucian) dan ash- shalahu (keberesan). Sedangkan menurut istilah syara’, zakat bermakna mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahik) sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh syariat Islam. Zakat adalah sebagian (kadar) harta tertentu yang memenuhi syarat minimal (nishab) dalam rentang waktu satu tahun (haul) yang diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq) dengan syarat-syarat tertentu. Zakat adalah bagian dari harta yang dikelola seseorang yang harus dikeluarkan jika persyaratan tertentu terpenuhi. Apabila persyaratan yang ditentukan telah terpenuhi, maka wajib bagi pemilik harta (muzakki) untuk mengeluarkan zakat dan menyerahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik).
Harta yang memenuhi syarat nishab dan haul yang telah dikeluarkan zakatnya diyakini menjadi investasi yang terus tumbuh dan berkembang, suci, dan penuh berkah. Tumbuh, suci, berkembang, dan penuh keberkahan adalah makna dasar dari zakat. Hal ini didasarkan dengan makna zakat menurut bahasa yaitu,
Pertama, zakat bermakna at-thahuru, yang artinya mensucikan atau membersihkan. Makna ini menegaskan bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah SWT dan buan karena ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikannya, baik harta maupun jiwa.
Kedua, zakat bermakna al-barokatu, yang artinya berkah. Makna ini bermakna bahwa orang yang selalu menunaikan zakat pada hartanya akan dilimpahkan keberkahan, kemudian keberkahan ini akan berdampak pada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih.
Ketiga, zakat bermakna an-namuw yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa harta yang dizakatkan (dengan izin Allah) akan selalu tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya.
5
Keempat, zakat bermakna as-shalahu yang artinya beres atau keberesan. Bahwa orang- orang yang selalu menuaikan zakatnya hartanya akan selalu beres dan jauh dari masalah.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Qur’an surat at-Taubah : 103 sebagai berikut:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. At-Taubah 103).
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam dan wajib bagi setiap muslim. Kewajiban zakat dalam Islam sebagian besar dikaitkan dengan kewajiban shalat, hal ini menunjukkan bahwa kewajiban zakat dapat disejajarkan dengan kewajiban shalat. Sebagaimana firman Allah yang artinya: ”Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku". (Q.S. al-Baqarah: 43)
Adapun hadis Nabi, Dari Ibnu Abbas r.a bahwa nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman. Ia meneruskan hadis tersebut dan di dalamnya (beliau bersabda):
“sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka.”
Muttafakun ‘alaih dan lafadznya menurut Bukhari.”
Zakat itu harta yang diberikan kepada orang yang telah di tentukan atau disebut Mustahik (orang yang berhak menerima zakat) mereka berjumlah 8 orang yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, gharimin, ibnu sabil, sabilillah, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 60 yang artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
6 B. Macam-macam Zakat
Ada dua macam zakat yang wajib ditunaikan oleh umat Islam: zakat fitrah (zakat jiwa) dan zakat mall(zakat atas pemilikan harta). Berikut penjelasannya
- Zakat Fitrah
Kewajiban Zakat fitrah berlandasan hadis riwayat Ibnu Umar R.a bahwa Rasulullah Saw.
pernah mewajibkan zakat fitrah pada bulan ramadan kepada orang-orang yaitu satu sha' kurma (2,176 kg) dari setiap muslim merdeka atau hamba sahaya laki-laki maupun perempuan. (riwayat Syaikhan)
Sejak saat itu zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri, sebagaitanda syukur kepada Alloh karena telah menyelesaikan ibadah puasa
Zakat fitrah disebut "Fitrah" karena diwajibkan setelah berbuka puasa. diwajibkannya zakat fitrah bersamaan dengan diwajibkannya puasa Ramadhan yaitu pada tahun kedua Hijriah. Syekh Waki' berkata " hubungan zakat fitrah dengan bulan Ramadan itu bagaikan sujud sahwi dalam shalat, yaitu menambal kekurangan puasa, sebagaimana sujud sahwi menambal . kekurangan salat". Pendapat ini menguatkan hadis shahih yang menyatakan bahwa zakat fitrah itu membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak berguna dan perkataan kotor/keji.
Kewajiban zakat fitrah ini bagi seorang muslim yang merdeka, adapun hamba sahaya ia menjadi kewajiban tuannya. Dan memiliki harta lebih untuk hari raya idul fitri. Kewajiban mengeluarkan zakat itu dai setiap muslim yang memiliki kewajiban menafkahinya seperti kewajiban suami kepada istri, hak milik dan kerabatnya.
- Zakat Harta
Turun perintah diwajibkannya zakat harta ini pada tahun kedua hijriyyah setelah zakat fitrah. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:276 yang artinya " Hai orang-orang beriman!
Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian hasil dari usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya. Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan
7
dengan memejamkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah maha kaya dan maha terpuji"
Menurut tafsir jamal, ayat diatas menerangkan kewajiban zakat dari semua hasil usaha dan hasil bumi tanpa terkecuali. Menurut imam syafi'i dan imam hanafi kewajiban zakat itu dari hasil perdagangan (usaha) dan hasil bumi yang menjadi makanan pokok serta dapat disimpan lama. Setiap usaha untuk mencari keuntungan wajib dizakati.
Berdasarkan hal itu dapat dispesifikasikan harta apa saja yang wajib dizakati, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Fathul Mu'in bahwa ada 8 jenis barang yang wajib dizakati yaitu Emas, Perak, Unta, Sapi, Kambing, Makanan pokok, Kurma dan Anggur
Kewajiban zakat harta ini diwajibkan kepada seorang muslim yang merdeka walaupun belum mukallaf (dewasa), maka kewajiban walinya untuk mengeluarkan zakat.
C. Syarat Wajib Zakat
Dalam mengeluarkan zakat, agama memberikan syarat-syarat yang wajib dilakukan untuk mengeluarkan zakat. Syarat-syarat tersebut yaitu:
• Syarat Orang yang Wajib Zakat 1. Muslim
Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa yang wajib dikenai zakat adalah orang Muslim.
2. Merdeka Merdeka artinya orang yang terbebas dari kekuasaan orang lain, lawannya adalah hamba sahaya. Para ahli fiqih berpendapat bahwa hamba sahaya (budak) tidak dikenai wajib zakat, karena secara hukum mereka tidak memiliki harta, karena diri mereka sendiri dianggap harta.
3. Baligh dan Berakal
Syarat ini dikemukakan oleh madzhab hanafi. Oleh sebab itu, anak kecil atau orang gila yang memiliki harta mencapai satu nishab, tidak dikenai wajib zakat, karena mereka tidak dituntut untuk beribadah, seperti sholat dan puasa. Akan tetapi mayoritas jumhur ulama’ fikih tidak menerima pendapat ini. Mereka berpendirian bahwa apabila anak kecil atau orang gila memiliki harta satu nishab atau lebih, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Alasan mereka adalah bahwa teks-teks suci (ayat/hadits) yang
8
mewajibkan zakat terhadap kekayaan muslim tidak membedakan apakah pemiliknya baligh dan berakal atau tidak.
9
• Syarat Harta yang Wajib Dizakatkan
1. Milik penuh atau milik sempurna Artinya harta itu di bawah kontrol dan kekuasaan orang yang wajib zakat atau berada ditangannya, tidak tersangkut di dalamnya hak orang lain, secara penuh ia dapat bertindak hukum dan menikmati manfaat harta tersebut.
2. Harta berkembang (An-Nama’)Artinya, harta itu dikembangkan dengan sengaja atau memiliki potensi untuk berkembang dalam rangka mendapatkan keuntungan.
3. Berlalu satu tahun Kepemilikan harta tersebut telah dimiliki seseorang telah melalui masa satu tahun atau 12 bulan komariah (Hijriyah).
D. Ketentuan dan Tata Cara Mengeluarkan Zakat (Syarat) - Zakat Fitrah
Imam Malik, imam Syafi’i, Imam Ahmad dan para ulama lain sepakat bahwa zakat fitrah ditunaikan sebesar satu sha’ (di Indonesia berat satu sha’ dibakukan menjadi 2,5 kg) kurma, gandum, atau makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang bersangkutan. Imam Hanafi membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu sha’ menurut madzhab hanafiyyah lebih tinggi dari pendapat para ulama’ yang lain, yakni 3,8 kg.
Kewajiban zakat ini dimulai terbenamnya matahari pada akhir bulan ramadan, yakni bertemunya akhir ramadan dengan awal bulan syawal. Jadi jika ada bayi yang lahir, seseorang masuk islam, mendadak kaya, menikah di malam takbiran (setelah masuk waktu magrib) maka tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah.
Namun apabila ada yang meninggal ketika malam takbiran maka orang tersebut tetap memiliki kewajiban untuk mengeluarkan zakat fitrah.
- Zakat Harta
Sebagaimana yang sudah dikatakan di atas bahwa zakat adalah harta yang ditentukan untuk dikeluarkan dengan aturan yang telah di tentukan. Oleh karena itu masing-masing dari jenis barang yang wajib dizakati memiliki ketentuan. Ketentuan yang paling umum untuk harta yang wajib dizakati adalah harus sudah sampai Haul dan Nishobnya. Haul adalah sudah
10
sempurna genap satu tahun memiliki harta tersebut. Sedangkan nishob adalah batas ukuran minimal harta tersebut. Berikut ketentuan-ketentuan dari setiap barang yang wajib dizakati,
• Emas dan perak
Emas dan perak yang wajib dizakati adalah emas atau perak murni yang dijadikan simpanan, bukan yang biasa dipakai perhiasan. Yang tidak dicampuri bahan lainnya.
nishob emas adalah 20 Mitsqol/20 dinar atau setara dengan 77.5 gram.
Adapun Nishob perak adalah 200 dirham sempurna sampai satu tahun kepemilikannya. Zakat yang dikeluarkannya adalah 2,5% atau 1/40 dari jumlah yang ada.
Apabila dalam pertengahan tahun hilang kepemilikan, semisal dengan menjualnya atau mengganti dengan barang lain (sawah, rumah) maka terputuslah haulnya.
Berbeda apabila diutangkan, karena bukan hilang kepemilikan akan ada gantinya dalam tanggungan orang yang berutang. Maka di akhir tahun tetap wajib mengeluarkan zakat. Kecuali yang berutang tidak mampu membayar, maka zakat di tangguhkan.
• Harta dagangan
Zakat tijarah tidak disyaratkan harus sempurna nishob selama satu tahun hanya pada akhir tahun perhitungan saja. Sebab akhir tahun itu waktu wajib mengeluarkan zakatnya. Ketika akhir tahun hitung modal dan keuntungan yang di dapat, apabila sampai pada nishob maka wajib zakat. Nisab harta dagangan seharga nishob emas.
Zakat yang dikeluarkannya pun sama yaitu 2,5% atau 1/40 bagian dari harta yang ada.
• Binatang ternak
Apabila memiliki 5 ekor unta, zakatnya satu domba Apabila memiliki 30 sapi, zakatnya satu sapi
Apabila memiliki 40 domba, zakatnya 1 domba
Semua itu harus sampai pada haulnya. (Sholeh & Haromaen, 2010)
• Makanan pokok
Zakat makanan pokok ini tidak harus sampai haul, cukup memenuhi syarat nishab sejumlah 5 ausaq pada waktu panen. 5 ausaq setara dengan 720 Kg.
11
Semisal ada padi (belum menjadi beras) biasa disimpan, maka nishabnya adalah 10 ausaq. (Anwar, Bakar, & Bakar, 2018)
Jumlah yang dikeluarkannya adalah 1/10 apabila pengairannya tidak menggunakan biaya tambahan. Dan 1/20 bagian apabila pengairan dan pengurusannya ada biaya tambahan. sebagaimana hadis Nabi, Dari Salim Ibnu Abdullah, dari ayahnya r.a, bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tanaman yang disiram dengan air hujan atau dengan sumber air atau dengan pengisapan air dari tanah, zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan tenaga manusia, zakatnya seperduapuluh.”
E. TUJUAN DAN HIKMAH ZAKAT
Pada dasarnya zakat itu sendiri mengandung makna produktif, artinya zakat itu tidak hanya ditujukan untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumtif fakir-miskin dan mustahik lainnya, tapi lebih dari itu ditujukan untuk memberdayakan kaum fakir-miskin dalam rangka keluar dari jeratan kemiskinan mereka. Itulah sebenarnya tujuan dari ditegakkannya hukum zakat. Karena ketika zakat hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif yang sifatnya harian, maka zakat itu sendiri tidak memenuhi tujuan idealnya.
Dengan adanya zakat, permintaan akan tenaga kerja semakin bertambah dan akan mengurangi pengangguran. Zakat akan meningkatkan produksi dan investasi dalam dunia usaha sehingga permintaan terhadap karyawan akan bertambah. Zakat memiliki peran signifikan untuk mengatasi pengangguran. Tujuan zakat bukan hanya mengurangi pengangguran yang fakir dan miskin dalam jangka pendek
Akan tetapi, tujuan esensialnya adalah mengentaskan pengangguran dalam jangka panjang, dengan cara mendayagunakan harta zakat untuk memodali mereka yang darinya mereka mampu mengembangkannya sendiri sampai memiliki pemasukan yang mencukupi kebutuhan mereka selamanya. Salah satu upaya mendasar dan fundamental untuk mengentaskan atau meminimalisir masalah kemiskinan adalah dengan cara mengoptimalkan pengelolaan zakat. Hal itu dikarenakan zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis. Dengan kata lain selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada serta bermanfaat untuk kepentingan dan
12
kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam.
13
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan sebagai orang Islam. Zakat ialah nama bagi harta yang ditentukan untuk dikeluarkan dengan aturan yang telah ditentukan dan kemudian diberikan kepada para mustahik zakat yang telah ditentukan. Dengan segala ketentuan yang telah Allah syariatkan melalui Nabi Muhammad Saw.
Kita sebagai generasi Islam di masa yang akan datang patutnya memahami hal dasar tentang zakat ini, agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan syariat. Dengan memenuhi syarat dan ketentuan zakat tersebut, maka akan tercapailah tujuan dan hikmah dari diperintahkannya zakat oleh Allah.
B. Saran
Semoga apa yang kami sajikan dalam pembahasan kali ini sedikit banyak dapat menambah pengetahuan para pembaca dan diaplikasikan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan keliru kami mohon saran dan kritikannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M., Bakar, A. B., & Bakar, A. A. (2018). Terjemahan Fathul Muin. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sholeh, K. N., & Haromaen. (2010). Terjemahan Kitab Safinah . Tasikmalaya: Hiazgroup.