• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DI REKTORAT

J

EN DERAL PENGEN DALIAN PERU BAHAN

I

KLIM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

TENTANG

PENETAPAN FOREST REFERENCE EMISSION LEYEI. (FREL) SUB.NASIONAT (PROVINSI) DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESI&

M en im bang

bahwa berdasarkan Persetujuan Paris Atas

Konvensi

Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan

lklim, target Kontribusi

yang

ditetapkan

secara nasional (NDC) lndonesia adalah mengurangi emisi sebesar

29% dengan upaya sendiri dan menjadi 41% jika

ada kerjasama internasional dari kondisi tanpa ada aksi (buslness as usuoll pada tahun 2030;

bahwa indonesia

telah

melakukan submisi Forest Reference

Emission fevel

(FREL)

nasional ke sekretariat

UNFCCC

sebagai persyaratan suatu negara dalam

implementasi

secara penuh mekanisme untuk mengurangi emisi

GRK

dalam konteks REDD+;

bahwa prinsip yang digunakan dalam penerapan

REDD+

sebagaimana dimaksud pada butir (b) yaitu "notionol

opprooch" dan "sub notionoI

implementotion";

bahwa lndonesia telah menetapkan Forest

Reference Emission

tevel

(FREL) yang kemudian

dijadikan

acuan bagi penetapan FREL Sub Nasional;

bahwa Peraturan Menteri LHK Nomor:

P.70/MENLHK/

SETJEN/KUM.1/L2/2O17

tahun 2017 tentang Tata

Cara

Pelaksanaan REDD+ pasal

8 ayat (11)

menyatakan bahwa FREL

Sub-Nasional (Provinsi) ditetapkan oleh

Direktur Jenderal selaku Notional Focol Point UNFCCC.

bahwa

untuk

memenuhi kebutuhan sebagaimana dimaksud pada

butir

c),

d),

dan

e) perlu ditetapkan

Forest Reference Emission feuel (FREL) Sub-Nasional (Provinsi).

a

b

d

e

I

Komite

Yxax

Akreditasi Nasional Lembaga S6.lifta5i Sistem Mutu

LSSM.002-tDN

NoMoR:

sK.

g/??t / DOr+st wt."

(

z (*ot4

c.

Cerrificate No. QSC 01469

(2)

1 Undang-Undang

Nomor 5

Tahun

1990 tentang

Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 1990 Nomor

49,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia

Nomor 3419);

Undang-Undang

Nomor

6 Tahun 1994

tentang

Pengesahan

lJnited

Nations Framework Convention

on

Climote Chonge

(Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Bangsa-Bangsa

Mengenai Perubahan lklim) (Lembaran Negara

Republik

lndonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan

Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 3557);

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang

Kehutanan (Lembaran Negara

republik

lndonesia

Tahun 1999

Nomor

167, dan Tambahan Lembaran Negara Nomor

3888) sebagaimana

telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor

19 Tahun

2004

tentang

Penetapan

Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor

19

Tahun

2004 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang

Kehutanan menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

lndonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4412l,;

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor

140,

Tambahan lembaran Negara Republik lndonesia

Nomor sos9);

Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011

tentang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);

Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan lnventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional;

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan

Republik lndonesia Nomor:

P.70lM EN LH K/SETJ EN/

KUM.1|72/2OL7

tentang Tata Cara

Pelaksanaan Reducing Emissions

from

Deforestotion ond Forest Degradotion, Role

of

ConseNotion, Sustoinable

Monagement of Forest

and Enhoncement of Forest Corbon Stocks;

2

3

4

6

7

8 Mengingat

5.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2016

tentang

Pengesahan Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Ba ngsa-Bangsa Mengenai Perubahan lklim;

(3)

KESATU

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

KEENAM

KETUJUH

KEDELAPAN

Menetapkan

Forest Reference Emission

tevel

(FREL) Sub-Nasional

(Provinsi) yang selanjutnya disingkat FBEI pada tingkat

sub-

nasional (provinsi) sebagai rujukan sub-nasional

untuk

implementasi kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca

dan menilai kinerja dalam implementasi REDD+'

Penetapan FREI Sub-Nasional (Provinsi) sebagaimana dimaksud

dalam AMAR

KESATU sebagai

acuan untuk menetapkan

batas

atas tingkat emisi di

Sub-Nasional,

menjamin agar

agregasi

tingkat

rujukan emisi sub-nasional

tidak

melebihi

tingkat

rujukan

emisi

nasional,

dan mempermudah upaya

sinkronisasi mitigasi REDD+ dengan upaya mitigasi perubahan iklim lainnya.

FREL Sub-Nasional (Provinsi) sebagaimana dimaksud dalam AMAR KESATU

disusun berdasarkan

FREL

Nasional yang telah

lulus dalam proses Technicol Assessment oleh UNFCCC.

FBEI

Sub-Nasional (Provinsi)

yang merupakan

disagregasi dari FREL

Nasional digunakan sebagai tingkat rujukan emisi

sub- nasional dari aktifitas deforestasi dan degradasi hutan.

Penetapan FREL Sub-Nasional (Provinsi) sebagaimana dimaksud dalam AMAR KESATU disusun dengan mempertimbangkan besar emisi historis yang

terjadi

akibat deforestasi dan degradasi hutan dan potensi emisi yang mungkin

terjadi

ke depan sesuai dengan kondisi

tutupan

hutan alam yang masih tersisa saat ini.

FREL Sub-Nasional (Provinsi) sebagaimana dimaksud dalam AMAR KESATU

disusun dengan mempertimbangkan buffer

nasional sebesar 45,52%

untuk deforestasi dan

33,42o/o

untuk

degradasi hutan.

Buffer

sebagaimana dimaksud

dalam

AMAR KEENAM ditujukan

untuk menjamin

kesesuaian

antara

FREI Sub-Nasional dengan FREI Nasional.

Alokasi emisi FREI Sub-Nasional (Provinsi) berlaku sampai dengan 2020.

KESEMBILAN Menetapkan

KELIMA

MEMUTUSKAN:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM TENTANG PENETAPAN FOREST REFERENCE EMISSION LEVEL (FREL) SUB-NASIONAL (PROVINSI)

Alokasi emisi FREI Sub-Nasional (Provinsi) yang

tercantum

pada

Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari keputusan ini.

(4)

KESEPULUH Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pada tanggal

:

Jakarta

: \(

Maret 2019

D

Dr. lr. Sugardiman, M.Sc.

NIP.

1001

Salinan Keputusan ini disampaikan Yth:

1.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

2.

Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

3.

lnspektur lenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

4.

Direktur Jenderal lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

5.

Kepala Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

6.

Staf Ahli lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

7.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan lklim;

8.

Direktur lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan lklim;

9.

Kepala Daerah/Gubernur di Seluruh lndonesia;

10.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi di Seluruh lndonesia.

t

Agung

(5)

Lampiran Nomor Tanggal Tentang

: Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan lklim

: sK. B

/

Qqt

/ roxr \\r' * to t tas

: 1

Maret 2019

: Penetapan Forcst Reference Emission Level (FREL) Sub-Nasional (Provinsi)

No Alokasi Emlsi (tonCOze)

'l

Deforestasi Degradasi Hutan

1 Aceh 7.92L.193 1.373.985

Bangka Belitung 809.427 3.531

3 Bengkulu 4.77 6.961 530.048

Jambi 7.149.518 40.118

5 Kepulauan Riau 782.214 2.247

6. Lampung 932.536 155.065

Riau 4.927 .035 519.213

8 Sumatera Barat 28.801

9 Sumatera Selatan 4.833.693 283.458

10. 5.330.255 76.149

11. 7.54L.222 800.278

Kalimantan Selatan 1.469.285 8t7.873

13 Kalimantan TenSah 22.3t8.9s2 1.631.368

L4 Kalimantan Timur 9.515.630 2.461.839

15. Kalimantan Utara r.83t.977

16. Papua 21.817.5C5 10.530.808

17. Papua Barat 1.773.O44

18. Gorontalo 2.394.338 320.770

19. Sulawesi Barat 1.124.937

20. Sulawesi Selatan 2.rls.448 !.674.736

SulawesiTengah 12.357.058 3.875.879

22. Sulawesi Tenggara 5.780.204

Sulawesi Utara r.466.299 784.2U

Banten 30.861 L9.522

25 Daerah lstimewa Yogyakarta 15.397

Daerah Khusus lbukota Jakarta

27. .lawa Barat 553.959 t3.L??

.lawa Tengah 1.115.533 49.L7r

29 Jawa Timur L.756.778 L.079.979

30 Bali 235.960 595.146

Nusa Tenggara Barat 1.640.558 1.006.815

32. Nusa Tenggara Timur 3.573.263 470.23L

33 Maluku 3.255.535 t7L.872

34 4.688.193 805.616

Jumlah 1s9.729.762 38.6L7.772

Penetapan alokasi emisi FREL deforestasi dan degradasi hutan telah mempertimbangkan buffer Direktur Jenderal,

Dr. I NIP.

Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc.

9620301 198802

1001

Provinsi

2.

4.

7

4.907 .962

Sumatera Utara Kalimantan Barat 12.

9.908.48s

4.797 .8r8 2.63s.853

2L.

731.095 23.

24.

26.

,,4

31.

Maluku Utara

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN KERJA PRAKTIK KP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN REKAPITULASI RKA-KL 2022 dan