• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 2009-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR 2009-2013"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur selama periode tahun tertentu, antara lain pertumbuhan ekonomi, pendidikan, upah minimum dan pengangguran. Spesifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel periode satu tahun yang merinci jumlah observasi pada 38 kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur. Untuk itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Timur.

Shojalani (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2009”. Alasan penggunaan metode penelitian ini karena fokus penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan yaitu terdapat pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, pendidikan, upah minimum dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. . 2009-2013. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur pada 38 Kabupaten/Kota dimana data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Angka Kemiskinan (PR) merupakan persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009-2013 yang diukur dalam bentuk persentase. Pertumbuhan Ekonomi (PE) yang dinyatakan sebagai perubahan PDB atas dasar harga konstan pada setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009-2013 diukur dalam persen. Pendidikan (PD), yaitu persentase kumulatif lulusan SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi yang diterima penduduk pada setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode 2009-2013.

Spesifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2009-2013 dengan jumlah 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Tingkat Kemiskinan antara Provinsi Jawa Timur dan Indonesia
Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Tingkat Kemiskinan antara Provinsi Jawa Timur dan Indonesia

Hasil

Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Timur tumbuh pesat dan dalam kurun waktu 2009-2013 selalu berada di atas pertumbuhan perekonomian nasional. Hal ini secara implisit mengandung makna bahwa pembangunan di Provinsi Jawa Timur berjalan ke arah yang positif dan optimal.

Di Provinsi Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama yang mengacu pada indikator dalam PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Situasi pengupahan di Provinsi Jawa Timur sangat dinamis dan bervariasi antar kabupaten/kota tergantung karakteristik sektor yang paling menonjol. BPS tahun 2013 mencatat angka pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Timur masih tergolong tinggi, yakni sebesar 4,30 persen.

Kabupaten/kota besar di Jawa Timur seperti Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Pasuruan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo ternyata memiliki angka pengangguran terbuka lebih dari 4,30 persen atau di atas rata-rata angka pengangguran. . provinsi terbuka jawa timur. Sedangkan Kabupaten Pacitan merupakan daerah dengan tingkat pengangguran terendah di Jawa Timur yang mencatat tingkat pengangguran terbuka sebesar 1,00 persen pada tahun 2013, sedangkan peringkat kedua ditempati oleh Kabupaten Bondowoso dengan angka 2,5 persen. Hasil uji signifikansi pada uji simultan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pendidikan, upah minimum kabupaten/kota dan pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Timur.

Dalam penelitian ini, hasil koefisien regresi variabel pendidikan (PD) diambil dengan menggunakan data persentase kumulatif lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi kabupaten/kota di Jawa Timur. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa persentase kumulatif lulusan SMA, SMK, dan perguruan tinggi kabupaten/kota di Jawa Timur dinilai lebih penting dalam penelitian ini dan dapat lebih menggambarkan keadaan pendidikan sebenarnya di provinsi Jawa Timur menurut tingkat kemiskinan. variabel di provinsi Jawa Timur. Sementara itu, data rata-rata persentase lama sekolah kabupaten/kota di Jawa Timur dinilai kurang relevan karena tidak bisa menggambarkan kondisi pendidikan sebenarnya dalam kaitannya dengan kemiskinan di provinsi Jawa Timur.

Data rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di Jawa Timur periode 2009-2013 menunjukkan tidak ada satupun kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur yang rata-rata sekolahnya mencapai standar wajib belajar 12 tahun atau setara dengan 12 tahun. minimal setara SMA/sekolah bisnis. Todaro (1995) dalam Shojalani (2011) juga mencatat bahwa kita salah jika berasumsi bahwa setiap orang yang tidak memiliki pekerjaan adalah orang miskin, sedangkan mereka yang bekerja paruh waktu relatif memiliki pendapatan yang cukup baik, hal ini sesuai dengan hasil penelitian. koefisien regresi tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang menggambarkan bahwa TPT berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, namun dalam penelitian ini pengaruh tersebut tidak signifikan, menggambarkan bahwa pengangguran terbuka bukanlah segalanya atau tidak selalu berkorelasi tinggi dengan kemiskinan dan persentase tingkat pengangguran terbuka pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Timur. Beragamnya karakteristik dunia usaha dan tenaga kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu penyebab pengangguran terbuka di Jawa Timur tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

Daerah dengan persentase kemiskinan yang tinggi, seperti kabupaten di Madura, wilayah Tapal Kuda, dan Jawa Timur bagian selatan, umumnya memiliki angka pengangguran yang lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota besar di Jawa Timur. Hal ini secara tidak langsung mengurangi beban penyerapan angkatan kerja di daerah, sehingga tingkat pengangguran terbuka di kabupaten-kabupaten miskin di Jawa Timur cenderung lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota yang lebih maju di Jawa Timur.

Tabel 4.1 Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.1 Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur

KESIMPULAN DAN SARAN

Todaro (1995) dalam Shojalani (2011) berpendapat bahwa terdapat keterkaitan erat antara tingginya tingkat pengangguran dan semi-pengangguran serta meluasnya kemiskinan dengan distribusi pendapatan yang tidak merata. Karakteristik pekerja di kabupaten/kota besar di Jawa Timur yang mayoritas cenderung bekerja di sektor formal memberikan akses terhadap penghasilan yang layak. Selain itu, sumber daya manusia berupa tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi dapat mendorong penyerapan tenaga kerja. masyarakat mencoba mendapatkan akses terhadap pendapatan yang layak tanpa memasuki pasar tenaga kerja. Hal ini berbanding terbalik dengan daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi namun tingkat penganggurannya rendah, dimana usaha informal skala kecil dan menengah serta tenaga kerja berketerampilan rendah justru memiliki pendapatan yang relatif minim dan tidak mencukupi kebutuhan hidup yang layak. , justru mendominasi dan masyarakat sangat bergantung pada sektor usaha ini.

Selain itu, di kabupaten-kabupaten yang terdapat kantong kemiskinan di Jawa Timur, masyarakat usia produktif biasanya cenderung melakukan urbanisasi ke kota-kota yang menawarkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih menjanjikan dibandingkan daerah asalnya. Hal ini secara tidak langsung mengurangi beban penyerapan angkatan kerja di daerah sehingga tingkat pengangguran masyarakat di kabupaten-kabupaten miskin di Jawa Timur cenderung lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota yang lebih maju di Jawa Timur. modal), pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dimana seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam kaitannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik dan terhindar dari kemiskinan. Sesuai dengan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor: Per-01/MEN/1999 bahwa tujuan penetapan upah minimum adalah untuk menciptakan penghasilan yang layak bagi pekerja.

Tingkat pengangguran terbuka berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, namun dalam penelitian ini pengaruh tersebut tidak signifikan, menggambarkan bahwa pengangguran terbuka tidak semuanya atau tidak selalu berkorelasi kuat dengan kemiskinan dan persentase tingkat pengangguran terbuka di kabupaten/kota. /kota di Provinsi Jawa Timur juga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus menjaga pertumbuhan ekonomi yang positif dan stabil dengan membuat kebijakan yang mendorong iklim investasi terus stabil dan membaik. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga harus membuat dan melaksanakan kebijakan yang mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur di wilayah regional agar pertumbuhan ekonomi tidak lagi terfokus pada kabupaten/kota besar di Jawa Timur.

Selain itu, pemerintah sebaiknya menetapkan program kebijakan khusus, seperti membentuk badan yang khusus mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah, baik formal maupun informal, sebagai salah satu penopang utama perekonomian Provinsi Jawa Timur. Pemerintah Provinsi Jawa Timur hendaknya terus meningkatkan mutu pendidikan dengan mendukung penuh program wajib belajar nasional sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah pusat dan berinisiatif untuk memperpanjangnya menjadi dua belas tahun. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga harus membuat kebijakan dan alokasi anggaran pendidikan yang lebih besar yang mendorong pemerataan peningkatan mutu pendidikan di Provinsi Jawa Timur, mulai dari sekolah formal dasar hingga perguruan tinggi di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur hendaknya terus konsisten menegakkan upah minimum Kabupaten/Kota dan mengkomunikasikannya secara lebih baik kepada pemangku kepentingan terkait yaitu pengusaha dan pekerja dengan membentuk forum diskusi formal resmi yang khusus membahas permasalahan pengupahan sehingga dapat ditemukan titik temu yang dapat mendamaikan upah minimum. kepentingan kedua belah pihak dengan baik. Selain itu, Pemprov Jatim juga harus lebih tegas dalam penerapan penegakan upah minimum dengan memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang melanggar peraturan upah minimum Kabupaten/Kota agar kesejahteraan pekerja tetap terjaga dan kemiskinan dapat dihindari. Pemprov Jatim harus menciptakan kebijakan dan insentif yang mendorong terciptanya lapangan kerja khususnya padat karya, seperti kebijakan perkreditan pada sektor mikro padat karya dengan suku bunga lebih rendah melalui kerja sama yang lebih intensif dengan lembaga perbankan, koperasi dan lembaga kelembagaan terkait. sebagai penyalur kredit, serta terciptanya kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, seperti peningkatan dan peningkatan kualitas sarana pelatihan kerja (BLK) dan lembaga pendidikan sekolah formal yang berorientasi pada lapangan kerja seperti sekolah menengah kejuruan (VET). .

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA

Analisis pengaruh PDRB, Agrishare, rata-rata lama pendidikan dan angka melek huruf terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 188 Tahun 2008 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2009. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 69 Tahun 2009 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2010.

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 93 Tahun 2010 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2011. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 81 Tahun 2011 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2012. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2012 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2012. Upah Minimum Kabupaten Kota Jawa Tahun 2013.

Dampak pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Timur tahun 2009.

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Tingkat Kemiskinan antara Provinsi Jawa Timur dan Indonesia
Gambar 1.2 Grafik Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2009-2013
Gambar 1.3 Grafik Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 2009-2013
Tabel 4.1 Persentase Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah sebesar 0,645176 yang artinya 64,51 persen variasi tingkat kemiskinan (K) Jawa Timur tahun 2009-2011 dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model statistik

yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun 2008-2012. Variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel

Penelitian ini dilakukan dengan regresi data panel menggunakan random effect, dengan hasil uji f sebesar 0,000000 artinya variabel independen laju pertumbuhan ekonomi,

Metode analisis data yang digunakan adalah metode data Panel yang membuahkan hasil estimasi akhir yaitu Fixed Model Effect (FEM) .Variabel yang digunakan meliputi, Produk

Berdasarkan uji data panel dengan menggunakan model Fixed Effect menunjukkan hasil bahwa secara simultan, semua variabel independen yaitu Upah Minimum, Jumlah Penduduk

Variasi variabel dependen utang luar negeri di Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu defisit anggaran, pengeluaran dalam negeri,

Uji statistik digunakan untuk mengetahui apakah teknik regressi data panel dengan Fixed Effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy (Common Effect)

4 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis regresi data panel pada permasalahan TPT di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018-2021 didapatkan model terbaik yaitu model Fixed Effect Model