• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepadatan dan Keragaman Acari dan Collembola pada Budidaya Ubi Alabio (Dioscorea alata L.) di Rawa Lebak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kepadatan dan Keragaman Acari dan Collembola pada Budidaya Ubi Alabio (Dioscorea alata L.) di Rawa Lebak"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Volume: 21 (2), Desember 2023 P-ISSN 2502-0455, E-ISSN: 2502-0455

Journal Homepage: http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/AGRITROP

86

Kepadatan dan Keragaman Acari dan Collembola pada Budidaya Ubi Alabio (Dioscorea alata L.) di Rawa Lebak

Density and Diversity of Acari and Collembola on Alabio Sweet Potato (Dioscorea alata L.) Cultivation in Swamp Lebak

Ronny Mulyawana*, Nurlailaa, Muhammad Adma Sabila, Hikma Ellyaa, Rila Rahma Apriania, Nukhak Nufita Saria, Bhakti Nur Ismuhajarohb, Andin Muhammad Abduhc

a Jurusan Agroekoteknologi, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

b Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

c Jurusan Ilmu Tanah, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

INFORMASI A B S T R A K

Riwayat naskah:

Accepted: 27 - 11 - 2023 Published: 31 - 12 - 2023

Keyword:

Swampland

Alabio Sweet Potato Mesofauna

Corresponding Author:

Ronny Mulyawan

Universitas Lambung Mangkurat

*email:

[email protected]

Mesofauna seperti Acari dan Collembola memiliki peranan yang sangat penting di dalam tanah, yaitu sebagai organisme dekomposer bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, mesofauna di dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi dan keragaman jenis fauna tanah Acari dan Collembola pada budidaya ubi Alabio di lahan rawa lebak. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi deskriptif.

Faktor yang diteliti adalah kepadatan populasi fauna tanah Acari dan Collembola dan keragaman jenis fauna tanah Acari dan Collembola.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa genus Acari yang paling banyak ditemukan adalah Diapterobates sedangkan genus Collembola adalah Acrocyrtus. Nilai keragaman jenis Famili Acari paling tinggi yaitu Sarcoptiformes dan Famili Collembola adalah Isotomidae.

A B S T R A C T

Mesofauna like Acari and Collembola has a very important role in the soil, namely as a decomposer organism of organic matter in the soil.

Therefore, the mesofauna in the soil can be used as an indicator of soil fertility. This study aims to determine the population abundance and diversity of soil fauna species Acari and Collembola on Alabio cassava cultivation in lebak swamp land. This study uses a descriptive exploratory method. The factor studied was the population density of soil fauna Acari and Collembola and the diversity of soil fauna Acari and Collembola. The results of this study indicate that the genus Acari is the most commonly found Diapterobates while genus Collembola is Acrocyrtus. Family species diversity value Acari the highest namely Sarcoptiformes and Family Collembola are Isotomides

(2)

87 PENDAHULUAN

Rawa Lebak adalah rawa yang mengalami banjir hampir sepanjang tahun, setidaknya selama tiga bulan, dengan ketinggian banjir minimal 50 cm. Pada musim hujan, rawa-rawa lebak tergenang, berbentuk cekungan, drainase buruk, tertutup tanaman air, dan dikeringkan pada musim kemarau.

Berdasarkan tinggi dan lamanya banjir, rawa lebak dapat dibedakan menjadi tiga tipologi, yaitu dataran dangkal, sedang dan dalam (Irsal, 2007).

Ubi jalar Alabio (Dioscorea alata L.) adalah bahan makanan lokal di Kalimantan Selatan, banyak ditanam oleh petani di Hulu Sungai Utara, terutama di Kabupaten Sungai Tabukan dan Sungai Pandan. Ubi jalar Alabio (Dioscorea alata L.) dapat ditanam di dataran banjir dangkal dan sedang, dalam sistem monokultur atau tumpangsari. Pada lahan banjir di musim hujan, budidaya dilakukan dengan sistem surjan. Sedangkan pada musim kemarau budidaya dilakukan dengan sistem monokultur (Saleh, 2011).

Kesuburan tanah merupakan tolok ukur keberhasilan tumbuh tanaman, karena keadaan kesuburan tanah dapat menentukan produktivitas lahan budidaya. Menurut Pinatih et al (2015), kesuburan tanah menentukan jumlah unsur hara yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Keanekaragaman fauna dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah. Setiap kelompok fauna tanah dapat digunakan sebagai bioindikator karena keberadaan fauna tanah sangat bergantung pada faktor biotik dan abiotik tanah (Sugiyarto, 2000). Mesofauna tanah merupakan salah satu organisme tanah yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik, mempertahankan dan mengendalikan produktivitas tanah yang didukung oleh faktor lingkungan sekitar (Thamrin &; Hanafi, 1992). Mesofauna tanah dapat digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah. aktivitas manusia yang menekan lingkungan dan merusak sistem biotik (Suheriyanto, 2012). Kelompok Acari berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dan dapat mempercepat proses penghancuran bahan organik (Husamah et al., 2016).

Spesies Ordo Collembola merupakan organisme yang paling umum ditemukan di dalam tanah karena berperan sebagai pengurai bahan organik yang berada di atas dan di dalam tanah (Risda et al., 2015).

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang jumlah spesies Acari dan Collembola dalam budidaya ubi Alabio di rawa lebak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman populasi spesies mesofauna tanah (Acari dan Collembola) pada budidaya ubi Alabio di lahan rawa lebak.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sungai Pandan Alabio, Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan dan Laboratorium Produksi dan Terpadu Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan dimulai dari Juli-Desember 2022.

Alat dan Bahan

Alkohol (70%), aquades, etanol (70%), sampel tanah rawa lebak, berlesse funnel extractor, pitfall trap, bor tanah, botol koleksi (vial), cawan petri, kain kasa, kertas saring, kuas, meteran, optilab kamera mikroskop, pH meter lapangan, pinset, pipet, piring styrofoam, sekop, termometer, kamera handphone, dan alat tulis.

(3)

88 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi deskriptif yaitu dengan melakukan pengambilan contoh tanah secara purposive sampling dan ekstraksi tanah. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan perhitungan jumlah Acari dan Collembola di laboratorium. Data dianalisis secara kuantitatif dalam Tabel untuk menjelaskan perbedaan kelimpahan dan keanekaragaman.

Pelaksanaan Penelitian Penentuan lokasi

Pengambilan contoh tanah dilakukan berdasarkan kriteria seperti ; budidaya tanaman ubi Alabio dan lahan rawa lebak. Pada masing masing kawasan ditentukan titik-titik pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan lokasi secara sengaja yang dianggap representatif.

Pemasangan alat

Pemasangan alat pitfall trap dan berlesse extractor dilakukan di lahan petani berukuran 60 m2. Dimana di lokasi lahan diletakkan 6 pitfall trap dan 4 buah pipa PVC untuk mengambil sampel tanah berlesse extractor. Secara keseluruhan terdapat 10 titik pengambilan contoh tanah. Pemasangan alat dilakukan pada masa vegetatif tanaman yaitu 84 hari setelah penaburan pupuk hiijau.

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan 84 hari setelah penaburan pupuk hijau atau 68 hari setelah tanam ubi Alabio. Pengambilan sampel pada metode pitfall trap yaitu dengan membuat lubang pada tanah menggunakan bor tanah dengan kedalaman 25 cm dan penentuann titik dengan metode random sampling menggunakan pipa paralon berdiameter 2 inch dan tinggi 25 cm yang diisi campuran etanol 70% dan aquades dengan perbandingan 3:1 dan dengan kedalaman 25 cm atau setara dengan permukaan tanah. Sedangkan pengambilan sampel tanah pada metode berlesse extractor untuk pengumpulan fauna tanah, diambil dengan metode random sampling menggunakan pipa paralon berdiameter 4 inch dan tinggi 15 cm. Ditumbuk menggunakan palu agar pipa masuk ke dalam tanah dengan kedalaman 15 cm atau setara dengan permukaan tanah. Kemudian pipa paralon tersebut ditutupi kain kasa, diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan ekstraksi, pemilahan dan identifikasi fauna tanah.

Pemilahan dan identifikasi

Proses pemilahan dilakukan dengan cara menuangkan hasil ekstraksi berupa fauna tanah ke dalam cawan petri. Penuangan dilakukan secara kuantitatif, artinya seluruh isi dari botol koleksi dituangkan tanpa meninggalkan sisa. Pemindahan dengan cara dikocok secara perlahan agar mengurangi fauna tanah yang menempel pada botol koleksi. alkohol 70% dapat disemprotkan ke dalam botol koleksi sambil dituangkan ke cawan agar sisa sisa fauna yang berada di dinding tersebut dapat jatuh ke cawan petri. Terlebih dahulu dibuat garis-garis dan nomor di belakang cawan petri untuk memudahkan pengamatan. Selanjutnya diamati menggunakan mikroskop stereo yang dipasang alat optilab. Pemindahan fauna dan pemilahan dilakukan menggunakan kuas dan pinset.

(4)

89 Pengamatan

Menetapkan kepadatan fauna tanah

Jumlah individu / kepadatan dari fauna tanah dihitung dengan menggunakan rumus (Meyer, 1996) :

𝐼. 𝑚−2=𝐼𝑆 𝐴 IS : rata - rata jumlah individu persampel

A : luas area tiap sampel dalam cm2 (nilai ini kemudian dikonversi dalam m2 ) I : kelimpahan fauna tanah (individu/m2 )

Menetapkan keragaman fauna tanah

Yang menggambarkan banyaknya ordo dalam suatu habitat dihitung dengan rumus Shannon’s Diversity Index (Magurran, 1988), yaitu :

𝐻 = − ∑ [(𝑛𝑖

𝑛) ln (𝑛𝑖 𝑛)]

𝑠

𝑖=1

H’ : Shannon’s Diversity Index ni : jumlah individu fauna tertentu

n : jumlah total individu fauna dalam sampel

Kriteria yang digunakan untuk menjelaskan nilai keanekaragaman Shannon menurut Magurran (1988) adalah sebagai berikut:

Keanekaragaman rendah : < 1,5 Keanekaragaman sedang : 1,5 – 3,5 Keanekaragaman tinggi : > 3,5

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini meliputi tabulasi data pada program miscrosoft excel tahun 2010 dan setelah itu dilakukan perhitungan untuk kelimpahan dan keragaman. Data yang sudah ditabulasi dan dihitung dibuat dalam bentuk grafik atau Tabel untuk diinterpretasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Acari dan Collembola

Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman Acari dan Collembola di lahan rawa lebak pada budidaya ubi Alabio. Total individu Acari dan Collembola yang tertangkap di lahan rawa lebak pada tanaman ubi Alabio dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah populasi dan ragam jenis Acari

Ordo Famili Genus Jumlah

Sarcoptifomes Humerobatidae Diapterobates 16

Mesotigmata Macronyssidae Orythonyssus bacoti 2

Total 18

Hasil perhitungan total individu Acari pada Tabel 1 di lahan rawa lebak sebanyak 18 individu dengan genus Diapterobates famili Humerobatidae ordo Sarcoptifomes memiliki jumlah yang lebih

(5)

90

dominan yaitu 16 individu. Pada genus Orythonyssus bacoti famili Macronyssidae ordo Mesotigmata yaitu 2 individu. Secara Genus hanya berhasil teridentifikasi 2 genus.

Tabel 2. Jumlah populasi dan ragam jenis Collembola

Ordo Famili Genus Jumah

Entomobryomorpha

Entomobryidae

Acrocyrtus 47

Ascocyrtus 42

Homidia 9

Sinella 3

Lepidopsira 1

Isotomidae

Proisotoma 6

Pseudisotoma 4

Istomiella 3

Folsomides 3

Folsomina 1

Paronellidae Bromachantus 8

Pseudaoparonella 2

Poduromorpha Neanuridae

Cephalochorutes 7 Pseudachorutes 2

Ceratimeria 1

Friesea 1

Onychiuridae Thalassaphorura 1

Symphyleona Collophoridae Collophora 1

Total 142

Hasil perhitungan total individu Collembola pada Tabel 2 di lahan rawa lebak sebanyak 142 individu dengan genus Acrocyrtus famili Entomobryidae ordo Entomobryomorpha memiliki jumlah yang lebih dominan dibandingkan yang lain yaitu 47 individu. Genus yang berhasil teridentifikasi ada 18 genus. Pada tingkat ordo ada 3 ordo yang terindetifikasi dan pada tingkat famili ada 6 yang terindentifikasi.

Perbedaan keragaman Acari salah satu dipengaruhi oleh kondisi habitat atau lingkungannya.

Habitat yang terganggu akan mengalami penurunan keanekaragaman fauna tanah. Penelitian Yuliprianto (2010) dijelaskan bahwa aktivitas manusia yang berlebihan dan merusak mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah. Rawa-rawa Lebak akan melalui fase stagnan selama kurang lebih 3-6 bulan, yang akan menyebabkan penurunan keanekaragaman Acari. Penelitian Robiah (2007) keanekaragaman fauna tanah akan lebih besar jika tanah tidak mengalami banjir, karena lahan kering dapat meningkatkan aksesibilitas dan kesesuaian fauna tanah. Selain faktor habitat, kandungan bahan organik yang terdapat pada rawa lebak mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah. Pada penelitian ini nilai bahan organik sebesar 2,33-2,38% yang berarti bahan organik yang terkandung rendah. Hal ini didukung oleh penyataan Hardjowigeno (2003), bahwa bahan organik biasanya ditemukan di permukaan tanah dalam jumlah hanya 3-5%. Pada penelitian Sazali (2015) yang mengemukakan bahwa bahan organik tanah merupakan sumber nutrisi yang menentukan kelangsungan hidup fauna tanah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya keanekaragaman Acari adalah tidak mampunya Acari

(6)

91

bersaing dengan fauna tanah lainnya untuk berkembang di lingkungannya. Kandungan nutrisi dan bahan organik akan merangsang fauna tanah untuk bersaing mendapatkan makanan, tumbuh dan berkembang di lingkungannya.

Perbedaan keragaman pringtail diduga dipengaruhi oleh jenis makanan, habitat dan suhu lingkungan. Jenis makanan sangat mempengaruhi keanekaragaman, semakin bervariasi jumlah dan jenis makanan, semakin beragam fauna tanah. Hal ini dikarenakan bahan organik sebagai sumber ketersediaan karbon dan unsur hara sangat mempengaruhi keberadaan fauna tanah (Whalen &

Chantal, 2004; Ruiz & Lavelle, 2008). Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian Wibowo & Slamet (2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan bahan organik tanah cenderung meningkatkan tingkat keanekaragaman fauna tanah. Selain itu, habitat atau lingkungan mempengaruhi keanekaragaman fauna tanah dan merupakan salah satu faktor penentu keanekaragaman fauna. Rawa Lebak merupakan habitat yang memiliki keterbatasan berupa adanya genangan air selama kurang lebih 3-6 bulan dan setelah itu akan melalui fase kering. Keanekaragaman fauna tanah sangat berkaitan dengan kondisi atau perubahan tata guna lahan, sifat tanah, dan perubahan lingkungan lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Lavelle, et al (2006) yang menyatakan bahwa kecenderungan fauna tanah untuk memilih habitat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik.

Penggunaan lahan di rawa lebak dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia juga sangat mempengaruhi populasi fauna tanah, terutama pada lahan pertanian. Menurut Hanafiah, et al (2005) &

Noor (2004), total populasi, jenis dan aktivitas mikroba di suatu lapangan tergantung pada sistem manajemen. Faktor lain yang mempengaruhi keragaman Collembola adalah suhu. Pada penelitian ini, suhu tanah disajikan rata-rata 25,4-39,8 oC, yang berarti sesuai dengan kelangsungan hidup Collembola. Suhu yang sangat tinggi atau rendah dapat mempengaruhi vitalitas fauna tanah. Suhu tanah tidak hanya mempengaruhi vitalitas fauna tanah, tetapi juga umumnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi dan metabolisme fauna tanah. Setiap spesies fauna tanah memiliki kisaran suhu yang optimal (Husamah et al., 2016). Hal ini sesuai dengan pendapatan Suin (2018) yang menyatakan bahwa fluktuasi suhu sekecil apapun di dalam tanah sangat mempengaruhi keberadaan Collembola di suatu daerah.

Nilai Kepadatan dan Keragaman Fauna Tanah

Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai densitas dan nilai keragaman Acari dan Collembola yang dihitung menggunakan rumus (Meyer, 1996) dan (Magurran, 1988) dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai Densitas, Indeks Shannon dan Nilai Keragaman Shannon Acari

Famili Meyer Shannon Nilai keragaman

Shannon

Macronyssidae 0.033333333 0.53 Rendah

Humerobatidae 0.266666667 0.35 Rendah

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Meyer pada semua familli Acari memiliki nilai kurang dari 0.5, sedangkan pada indeks Shannon semua famili kurang dari 1.5 yang berarti bahwa nilai kepadatan dan keragaman fauna tanah masuk kategori rendah. Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa nilai Meyer pada famili Ceratoridae memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan famili lain. Ini menunjukkan famili Ceratoridae lebih padat dibandingkan famili lain. Sedangkan nilai Shannon famili Macronyssidae yaitu 0.53 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan famili Ceratoridae yaitu 0,35. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman famili Macronyssidae lebih beragam dibandingkan famili

(7)

92

Ceratoridae yang memiliki nilai Meyer paling tinggi. Tinggi atau rendahnya suatu keragaman sangat ditentukan oleh daya adaptasi lingkungan (Amadu et al., 2019 ; Apuri et al., 2018 ; Haggar et al., 2019

; Key et al., 2019).

Tabel 4. Nilai Densitas, Indeks Shannon dan Nilai Keragaman Shannon Collembola

Famili Meyer Shannon Nilai keragaman Shannon

Entomobryidae 0.34 1.08 Rendah

Isotomidae 0.05666667 1.48 Rendah

Paronellidae 0.08333333 0.5 Rendah

Neanuridae 0.18333333 1.03 Rendah

Onychiuridae 0.01666667 0 Rendah

Collophoridae 0.01666667 0 Rendah

Dycyrtomidae 0.01666667 0 Rendah

Pengukuran faktor lingkungan meliputi pH tanah, suhu tanah, C-organik dan jumlah karbon.

Hasil pengukuran parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Rata-rata pH tanah, suhu tanah, C-organik dan Jumlah karbon di Lahan Rawa Lebak

Parameter Lahan Rawa Lebak Kriteria

pH tanah 5,27-5,29 Masam

Suhu tanah (°C) 25,4-39,8 Optimum

C-organik (%) 1,34-1,37 Rendah

Bahan organik (%) 2,33-2,38 Rendah

Keterangan : kriteria berdasarkan Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Meyer semua familli Collembola memiliki nilai kurang dari 0.5. Indeks Shannon semua famili kurang dari 1.5 yang berarti bahwa nilai kepadatan dan keragaman fauna tanah masuk kategori rendah. Pada Tabel 3 dilihat bahwa nilai Meyer famili Entomobryidae memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan famili lain. Ini menunjukkan famili Entomobryidae lebih padat dibandingkan famili lain. Sedangkan nilai Shannon famili Isotomidae yaitu 1.48 memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan famili Entomobryidae yaitu 1.08. Menunjukkan bahwa keragaman famili Isotomidae lebih beragam dibandingkan famili Entomobryidae yang memiliki nilai Meyer paling tinggi.

Hasil indeks keanekaragaman Acari dan Collembola Tabel 4. diketahui bahwa tidak satupun dari mereka mencapai 1,5, yang berada dalam kategori rendah. Rendahnya indeks keanekaragaman disebabkan oleh faktor abiotik, yaitu tingginya kadar air dalam arti stagnan. Selama musim hujan, keanekaragaman fauna tanah lebih rendah karena fauna tanah tidak dapat bertahan hidup di habitat yang tidak menguntungkan. Fauna tanah cenderung mencari perlindungan untuk bertahan hidup.

Fauna tanah akan mencari perlindungan untuk dapat mempertahankan diri dari kondisi ekstrim, yaitu perubahan habitat dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah yang lebih dalam dengan habitat yang memadai dan mendukung. Faktor pengolahan lahan dapat mempengaruhi rendahnya keanekaragaman fauna tanah (Maftuah & Mukhlis, 2014). Petani di rawa lebak cenderung menggunakan cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan. Persiapan tanah, terutama pada awal panen, ketika air mulai turun dan persiapan kedua tanah dengan cangkul dilakukan dalam penanaman ubi jalar Alabio. Mengolah

(8)

93

tanah terlalu sering akan merusak struktur dan tekstur tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian Maftuah (2002) mengatakan bahwa keberadaan, kelimpahan dan keanekaragaman fauna tanah bergantung pada tipologi lahan, penggunaan dan pengelolaan lahan. Penggunaan lahan intensif mempengaruhi keanekaragaman dan populasi fauna tanah. Keberadaan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh kadar bahan organik dalam tanah (Putra, 2012). Analisis tanah Tabel 5. pada daerah penelitian di rawa lebak menunjukkan kategori rendah. Hal ini mempengaruhi rendahnya keanekaragaman fauna tanah di rawa-rawa Lebak. Suin (2018) yang menjelaskan bahwa fauna sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik tanah sebagai sumber energi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah (Tabel 5) pada rawa lebak berada pada kategori asam, berkisar antara 3,78-5,94. Springtail yang memilih hidup di tanah pH asam disebut acidophilus springtails. Pengukuran pH tanah sangat penting dalam keberadaan dan kepadatan fauna karena fauna tanah sangat bergantung pada pH tanah (Suin, 2018). Handayaanto &; Hairiah (2009) menjelaskan bahwa sebagian besar fauna tanah menyukai kisaran pH 6-7 karena ketersediaan unsur hara yang tinggi. Dibandingkan dengan Acari, Collembola memiliki tingkat populasi yang lebih tinggi. Tanah mesofauna seperti Collembola memiliki tingkat populasi yang tinggi dalam kondisi pH sedikit asam (Erwinda et al., 2016). Suhu tanah merupakan faktor fisik tanah yang sangat menentukan tingkat keanekaragaman jenis fauna tanah, suhu tanah sangat menentukan proses dekomposisi bahan organik tanah (Suin, 2018). Hasil pengukuran suhu tanah menunjukkan bahwa kisaran suhu tanah di lokasi penelitian adalah 25,4-39,8oC. Pada penelitian oleh Solihin (2000) kisaran suhu yang cocok untuk reproduksi populasi fauna tanah berkisar antara 21,5-22°C. Hal ini didukung oleh penelitian Husamah et al (2016), yang berpendapat bahwa suhu tanah merupakan bagian dari fisika tanah yang sangat menentukan keberadaan dan kepadatan organisme tanah. Suhu tanah juga dapat mempengaruhi kehidupan mesofauna tanah. Kelimpahan mesofauna akan menurun drastis pada saat musim kemarau, sehingga semakin tinggi suhu tanah, semakin rendah tingkat populasi mesofauna tanah (Ferreira et al., 2013).

(A) (B)

Gambar 1. (A). genus Orythonyssus bacoti (B). genus Diapterobates

Keberadaan fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan, seperti bahan organik dan biomassa hidup, semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Kandungan C-organik pada Tabel 5. menunjukkan nilai rata-rata 0,88-1,72%, yang sangat rendah. Kriteria ini sesuai dengan teori acuan Sulaeman (2005) bahwa untuk kriteria sangat rendah memiliki nilai <1%, kriteria rendah memiliki nilai 1% – 3% dan kriteria tinggi memiliki nilai 4% – 9%. Peran bahan organik tanah adalah untuk meningkatkan sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah dan ketersediaan nutrisi untuk tanaman. Semakin tinggi nilai bahan organik, semakin besar keanekaragaman fauna tanah (Li et al., 2015). Suin (2018) menjelaskan bahwa bahan organik tanah sangat menentukan kepadatan populasi organisme tanah, salah satunya fauna tanah, dimana semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin beragam fauna tanah yang terdapat dalam suatu ekosistem. Hasil analisis tanah (Tabel 5) menunjukkan kandungan bahan organik

(9)

94

yang rendah. Kelangsungan hidup mesofauna dan makrofauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan, seperti bahan organik, yang berperan penting dalam siklus karbon tanah. Ketersediaan energi dan unsur hara menentukan perkembangan dan aktivitas fauna tanah, sehingga berdampak positif terhadap kesuburan tanah (Arief, 2001).

(A) (B) (C) (D)

(E) (F) (G) (H)

(I) (J) (K) (L)

(M) (N) (O) (P)

(Q) (R)

Gambar 2. (A) genus Acrocyrtus (B) genus Ascocyrtus (C) genus Bromachantus (D) genus Cephalocorutes (E) genus Ceratrimeria (F) genus Collophora (G) genus Folsomides (H) genus Folsomina (I) genus Friesea (J) genus Homidia (K) genus Isotomiella (L) genus Lepidopsira (M) genus Proisotoma (N) genus Pseudachorutes (O) genus Pseudaparonella (P) genus Pseudisotoma (Q) genus Sinella (R) genus Thalassaphorura

(10)

95 KESIMPULAN

Tingkat populasi Acari dan Collembola di lahan rawa lebak pada budidaya ubi Alabio memiliki nilai kurang dari 0,5 dan ragam jenis Acari dan Collembola di lahan rawa lebak pada budidaya ubi Alabio memiliki nilai kurang dari 1,5. Genus Acari yang paling banyak ditemukan adalah Diapterobates sedangkan genus Collembola adalah Acrocyrtus. Nilai keragaman jenis Famili Acari paling tinggi yaitu Sarcoptiformes dan Famili Collembola adalah Isotomidae. Berdasarkan tingkat populasi dan keragaman jenis dari Acari dan Collembola, kesuburan tanah dari sisi biologi tanah dikategorikan rendah, sehingga perlu adanya input teknologi dalam pengelolaan lahan budidaya ubi alabio di rawa lebak.

DAFTAR PUSTAKA

Amadu, F. O., D. C. Miller & P. E. McNamara. (2019). Agroforestry As A Pathway To Agricultural Yield Impacts In Climate-Smart Agriculture Investments: Evidence From Southern Malawi.

Ecological Economics. 167 ; 106-443.

Apuri, I., K. Peprah, dan G. T. W. Achana. (2018). Climate Change Adaptation Through Agroforestry:

The Case of Kassena Nankana West District, Ghana. Environmental Development.

https://doi.org/10.1016/j.envdev.2018.09.002

Arief, A. (2001). Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta. Kanisius.

Erwinda., Rahayu, W., Gunawan, D., & Yayuk, R.S. (2016). Keanekaragaman dan Fluktuasi Kelimpahan Collembola di sekitar Tanaman Kelapa Sawit di Perkebunan Cikasungka, Kabupaten Bogor. Jurnal Entomologi Indonesia. 13(2): 99-106.

Ferreira, A. S., Bellini, B.C., & Vasconcellos, A. (2013). Temporal Variations of Collembola (Arthropoda: Hexapoda) in the Semiarid Caatinga in Northeastern Brazil. Journal Zoologia.

30(6): 639-644.

Hanafiah, K.A., Anas, N., Napoleon, A., & Ghoffar, N. (2005). Biologi Tanah. Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Handayanto, E., & Hairiyah, K. (2009). Biologi Tanah. Yogyakarta. Pustaka Adipura.

Haggar, J., D. Pons, L. Saenz, & M. Vides. 2019. Contribution Of Agroforestry Systems To Sustaining Biodiversity In Fragmented Forest Landscapes. Agriculture, Ecosystems and Environment. 283: 106-567.

Husamah., R. Fatchur & S. Hedi. (2016). Struktur Komunitas Collembola pada Tiga Tipe Habitat Sepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu Kota Batu. Jurnal Bioedukasi. 9(1):45-50.

Irsal, L. (2007). Srategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Jakarta.

Key, C. Rega, G. Moreno, M. D. Herder, J. H.N. Palma, R. Borek, J. CrousDuran, D. Freese, M.

Giannitsopoulos, M. Jäger, N. Lamersdorf, D. Memedemin, A. Graves, R. Mosquera-Losada, A.

Pantera, M. L. Paracchini, P. Paris, J. V. Roces-Díaz, A. Rosati, M. Sandor, J. Smith, E.

Szerencsits, A. Varga, R. Wawer, P. J. Burgess, & F. Herzog. (2019). Agroforestry Creates Carbon Sinks Whilst Enhancing The Environment In Agricultural Landscapes in Europe. Land Use Policy. 83 ; 581-593.

Lavelle, P., T. Decaëns, M. Aubert, S. Barot, M. Blouin, F. Bureau, P. Margerie, P. Mora, & J.P.

Rossi. (2006). Soil Invertebrates and Ecosystem Services. European Journal of Soil Biology (42): S3–S15.

Li, X., X. Yin, Z. Wang, d & W. Fan. (2015). Litter Mass Loss And Nutrient Release Influense By Soil Fauna Of Batula Ermanii Forest Floor Of The Changbai Montains, China. Applied Soil

(11)

96 Ecology. 95 ; 15-22

Maftu’ah, E. (2002). Studi potensi Diversitas Makrofauna Tanah Pada Beberapa Penggunaan Lahan Berkapur di Malang Selatan. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Noor, M. (2004). Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Pinatih, Dewa KASR, Tati BK, Ketut DS. (2015). Evaluasi Status Kesuburan Tanah Pada Lahan Pertanian Di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 4(4): 282292.

Putra, Muhammad dkk. (2012). Makrofauna Tanah Pada Ultisol Di Bawah Tegakan Berbagai Umur Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Jurnal Penelitian UNRI. Riau.

Risda, M., C. Irsan, dan Suheryanto. (2015). Komunitas Arthropoda Tanah di Kawasan Sumur Minyak Bumi di Desa Mangun Jaya Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. 13(1):1-11.

Ruiz Nuria, P. Lavelle dan J. Jimenez. (2008). Soil Macrofauna Field Manual. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Roma.

Saleh. (2011). Keragaman fenotipe ubi alabio (Dioscorea alata L.) di lahan rawa lebak Kalimantan Selatan. In Prosiding Seminar Hasil Penelitian Aneka Kacang Dan Umbi Tahun (pp. 817-824).

Sazali M. (2015). Identifikasi Fauna Tanah pada Areal Pasca Penambangan Tanah Urugan sebagai Reklamasi Lahan Pertanian di Desa Lendang Nangka Provinsi Nusa Tenggara Barat. J. Tadris IPA Biologi 7 (2): 117–128.

Solihin. (2000). Keanekaragaman binatang tanah pada berbagai tegakan hutan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Sugiyarto. (2000). Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Umur Tegakan Sengondi RPH Jatirejo,. Kabupaten Kediri. Jurnal Penelitian UNS. Surakarta.

Suheriyanto, D. (2012). Keanekaragaman Fauna Tanah di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Sebagai Bioindikator Tanah Bersulfur Tinggi. Sainstis. 1(2): 29-38.

Suin, N. M. (2018). Ekologi Hewan Tanah. Jakarta. Bumi Aksara.

Sulaeman., Suparto dan Eviati. (2005). Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 73-88.

Thamrin, M dan H. Hanafi. (1992). Peranan mulsa sisa tanaman terhadap konservasi lengas tanah pada sistem budidaya tanaman semusim di lahan kering. Prosiding Seminar Hasil Pen. P3HTA. 5-12.

Whalen Joann K. and Hamel Chantal. (2004). Effects of Key Soil Organisms on Nutrient Dynamics in Temperate Agroecosystems. The Haworth Press. http://www.haworthpress.com/web/JCRIP.

Wibowo, C., & Slamet, S. A. (2017). Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Tipe Tegakan di Areal Bekas Tambang Silika di Holcim Educational Forest, Sukabumi, Jawa Barat.

Jurnal Silvikultur Tropika. 08(1): 26–34.

Yulipriyanto H. (2010). Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sifat-sifat kimia tanah seperti pH, C organik, N total, nisbah C/N, P tersedia, P 2 O 5 , K 2 O, Ca dd, Mg dd, K dd, Na dd,

pekarangan dan lahan usahatani beberapa kampung Di Kabupaten Kutai Barat, yaitu : pH tanah tergolong sangat masam sampai masam, kandungan C organik tergolong rendah

Parameter yang digunakan dalam perhitungan cadangan karbon adalah luas lahan rawa gambut, kedalaman atau ketebalan tanah gambut, bobot isi (BD) dan kandungan karbon (C-organik)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sifat-sifat kimia tanah seperti pH, C organik, N total, nisbah C/N, P tersedia, P 2 O 5 , K 2 O, Ca dd, Mg dd, K dd, Na dd,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,