• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepercayaan Masyarakat Terhadap Tempat Keramat (Studi Kasus di Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kepercayaan Masyarakat Terhadap Tempat Keramat (Studi Kasus di Daerah Tamba Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

Hal ini terlihat dari kepercayaan masyarakat wilayah Tamba yang memiliki tempat-tempat keramat yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satu bentuk nilai yang ada dalam masyarakat adalah kepercayaan masyarakat terhadap tempat-tempat suci.

RUMUSAN MASALAH

Namun dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas bagaimana kepercayaan mereka terhadap tempat suci tersebut. Dalam penelitian ini peneliti ingin menggali lebih jauh makna kepercayaan masyarakat terhadap tempat-tempat suci dan peran masyarakat dalam mempertahankan kepercayaan terhadap tempat-tempat suci.

TUJUAN PENELITIAN

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat teoritis

Manfaat praktis

DEFENISI KONSEP

Norma merupakan suatu perangkat yang mengatur tingkah laku masyarakat dalam suatu masyarakat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. Mitos dianggap sebagai “filsafat primitif”, bentuk ekspresi primitif paling sederhana, serangkaian upaya memahami dunia, menjelaskan hidup dan mati, nasib dan alam, dewa dan pemujaan (Irwan: 2008).

Tahap Pengembangan Masyarakat

Tahap Metafisik

Pada tahap ini, kepercayaan terhadap hal-hal abstrak dan spekulasi terus berkembang dalam kehidupan sehari-hari di kalangan mayoritas masyarakat. Kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spekulatif berkembang di negara-negara yang belum modern, karena mereka hanya mempunyai alasan untuk mengungkapkan suatu realitas sosial yang sedang terjadi dan tidak mempunyai kemampuan untuk mencari kebenaran.

Tindakan Sosial

Tindakan Tradisional

Kearifan Lokal

Kearifan lokal mempunyai 6 fungsi yang dapat dijadikan sebagai alat ketika masyarakat mengalami permasalahan antara lain Agama dan kearifan lokal menunjukkan bagaimana nilai-nilai dan kearifan lokal bekerja sebagai pendekatan baru dalam kajian agama.

Nilai Dan Norma Budaya

Nilai

Di sisi lain, nilai-nilai tradisional juga banyak ditemukan dan kokoh hadir di tengah masyarakat modern. Modernisasi di satu sisi berdampak pada hilangnya sebagian nilai-nilai tradisional, namun di sisi lain nilai-nilai tradisional juga berdampak pada modernisasi dan terbentuknya nilai-nilai modern.

Norma

Nilai-nilai tradisional akan selalu hadir di tengah modernisasi, terkadang nilai-nilai tradisional sangat berguna dalam upaya modernisasi. Menurut Swarsono, sebagaimana dijelaskan dalam teori ketertinggalan budaya, nilai-nilai tradisional akan tetap hidup dalam jangka waktu yang lama meskipun faktor dan situasi awal yang melahirkan nilai-nilai tradisional telah hilang.

Lokasi penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara rinci tentang ciri-ciri yang melatar belakangi dan ciri-ciri unik dari kasus atau status individu, yang kemudian dapat dijadikan dari ciri-ciri kasus di atas sebagai suatu hal yang umum (Sanafiah Failsal. Kualitatif Pendekatan diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006).

Unit Analisis Data dan Informan 1. Unit Analisis

Informan

Teknik pengumpulan data

Waktu yang harus dilakukan penelitian adalah pada malam hari, karena informan bekerja dari pagi hingga sore hari di sawah dan kebun. Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah, surat kabar, bahan-bahan dari website dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan valid terhadap permasalahan yang dihadapi. diteliti.

Interpretasi data

Jadwal Kegiatan

Keterbatasan Penelitian

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1 Sejarah singkat Daerah Tamba

  • Sejarah Tempat Keramat a. Gunung Ulu Darat
  • Letak Geografis Daerah Tamba
  • Penduduk
    • Komposisi Penduduk Berdasarkan sumber penghasilan petani
    • Komposisi penduduk berdasarkan agama
    • Komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa
  • Sarana dan prasarana
    • Sarana Transportasi
    • Sarana penerangan
    • Sarana pendidikan
    • Sarana Peribadatan
    • Sarana kesehatan
    • Sarana Rekreasi
    • Sarana Komunikasi
    • Sarana kilang padi

Berdasarkan data di atas, dapat diasumsikan bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi di wilayah Tamba masih sangat sedikit. Agama yang dianut oleh masyarakat wilayah Tamba adalah agama Kristen yang terdiri dari Kristen Protestan dan Katolik. Terdapat 6 gereja di kawasan Tamba, 3 di desa Janjimaria dan 3 di desa Tamba Dolok.

Sarana pendidikan di wilayah Tamba belum memadai, namun di wilayah Tamba terdapat 2 unit TK, 3 unit SD (SD) dan 1 unit SMP (SMP). Kawasan Tamba mempunyai cagar alam yang sangat menarik, mempunyai air terjun yang tinggi dan sangat indah. Warga wilayah Tamba mempunyai 5 unit penggilingan padi, dimana Desa Tamba Dolok 3 unit dan Desa Janjimaria 2 unit.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Daerah Tamba Berdasarkan Jumlah  Penduduk, Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin
Tabel 1. Komposisi Penduduk Daerah Tamba Berdasarkan Jumlah Penduduk, Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin

Profil Informan

Tamba merupakan salah satu masyarakat yang masih mempercayai tempat suci sejak kecil hingga kini. Dia percaya kepada tempat suci ini kerana dia diajar oleh orang tua di kawasan itu. Mempercayai tempat suci ini bukanlah melanggar Tuhan, tetapi ia adalah penghormatan kepada ibu bapa.

Demikian pula sudah menjadi kebiasaan untuk meyakini tempat suci ini sebagai penghormatan kepada orang tua. Hanni mempercayai tempat suci tersebut karena masih takut dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Pak Uluan juga merupakan penganut tempat suci ini sejak kecil hingga sekarang.

Ibu Merika juga merupakan salah satu orang yang percaya akan hal-hal suci sejak kecil hingga saat ini. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan masyarakat wilayah Tamba yang meyakini tempat suci.

Kepercayaan masyarakat Daerah Tamba

Ya, percaya pada tempat-tempat suci bukan berarti saya kolot. Saya merasakan perubahan yang terjadi di desa saya, bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan orang tua saya tanpa telepon genggam yang kami miliki sekarang. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat wilayah Tamba berada pada tahap metafisik, dimana berada antara tahap teologis dan tahap positivis, seperti yang diungkapkan Aguste Comte dalam Maliki. tahap metafisika adalah masyarakat yang berada pada tahap transisi, yaitu dari para teolog yang percaya pada kekuatan gaib menjadi orang yang berpikir spekulatif dengan menggunakan akalnya. Percaya terhadap tempat suci bukan berarti kita tidak percaya kepada Tuhan sebagai penguasa alam semesta, namun jika kita yakin bahwa tempat suci bisa dijadikan wadah keselamatan maka hal itu akan terjadi.

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa masyarakat wilayah Tamba menyatakan bahwa kepercayaannya terhadap tempat keramat merupakan suatu pemikiran subjektif, bahwa suatu benda akan mempunyai arti bagi dirinya atau suatu kelompok jika benda tersebut diyakini mempunyai kekuatan. Tempat suci ini tidak mungkin mempunyai pengaruh apapun terhadap kehidupan seseorang jika tidak percaya bahwa benda tersebut mempunyai kekuatan. Dari hasil wawancara dengan Ibu Magda terlihat bahwa kepercayaan tradisional sudah ada di daerah Tamba sebelum masuknya agama modern.

Nilai –Nilai yang diakui oleh masyarakat Daerah Tamba

Mempercayai tempat keramat suatu bentuk kerifan lokal

Kearifan lokal merupakan suatu wujud masyarakat yang terkait dengan adat istiadat yang mempunyai nilai sangat berharga bagi suatu kelompok masyarakat. Kepercayaan terhadap tempat keramat merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dimana tindakan masyarakat menunjukkan bahwa mereka berusaha menjaga dan melestarikan peninggalan nenek moyang dalam menghormati orang tua purba. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan, mereka menyatakan tanpa disadari oleh para informan bahwa mereka telah menerapkan kearifan lokal dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, peneliti menemukan bahwa tindakan yang mereka lakukan benar-benar memasukkan kearifan lokal. Menghargai warisan budaya merupakan salah satu bentuk kearifan lokal, karena kearifan lokal merupakan konstruksi masyarakat. Mengajarkan hal-hal sakral artinya orang tua mengajarkan anaknya tentang kearifan lokal.

Kepercayaan masyarakat terhadap tempat keramat merupakan tradisi (keturunan)

Kepercayaan terhadap kesucian bukanlah hal baru, namun kepercayaan ini sudah ada sejak zaman dahulu. Namun masyarakat masih mempercayai roh leluhur karena kepercayaan tersebut merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dijaga secara turun temurun. Menurut saya, peninggalan nenek moyang harus dilindungi dan tidak boleh dibiarkan begitu saja karena merupakan wujud penghormatan terhadap nenek moyang.Apa yang dipelajari dan diwariskan nenek moyang tidak baik jika ditentang.(M.Tamba).

Kepercayaan kepada tempat suci ini bukanlah sesuatu yang kita buat sendiri, tetapi kepercayaan ini adalah warisan nenek moyang kita sejak dahulu yang diwarisi turun temurun dan seterusnya diwarisi kepada setiap anak-anak mereka. Kepercayaan ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan saya akan mempelajari ini pada masa hadapan untuk belajar menghargai pemberian nenek moyang." (Risana Tamba). Walaupun agama adalah jalan keselamatan, masih ada orang yang percaya kepada animisme dan dinamisme yang menganggap kepercayaan itu sebagai tradisi.

Tindakan yang dilakukan masyarakat Daerah Tamba

Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan mengenai aksi sosial masyarakat wilayah Tamba terhadap situs keramat. Mengambil air dari sumur atau daun pohon atau tidak menaati pantangan-pantangan terlarang tersebut merupakan kebiasaan yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat dan terkadang saya sendiri seperti seorang tokoh agama sebelum melakukannya, perintah dari otak saya bahwa segala sesuatu yang saya lakukan hanyalah sebagai alat. untuk mengatasinya membuat saya takut, namun ketika saya tidak mau mempercayainya, saya merasa telah melanggar aturan dan merasa takut dengan larangan tersebut. Hal ini senada dengan yang disampaikan salah satu anak asal wilayah Tamba yang saat ini sedang duduk di bangku semester tiga Universitas Sriwijaya jurusan Ekonomi Pembangunan.

Saat itu peneliti berbicara tentang disertasinya, kemudian peneliti berbicara tentang tempat suci ini. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada masyarakat wilayah Tamba, terlihat bahwa masyarakat melakukan hal tersebut karena masyarakatnya mengikuti adat istiadat yang berlaku di masyarakatnya. Apalagi masyarakat yang sudah terpelajar memahami bahwa apa yang mereka lakukan selama ini tidak rasional atau sangat tidak masuk akal, namun mereka khawatir jika kebiasaan tersebut dihilangkan karena ajaran yang berlaku di masyarakat.

Peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat sehingga sampai saat ini masih bertahan

  • Sosialisasi Keluarga masyarakat Daerah Tamba kepada Anak
  • Mitos dan Kebiasaan yang berkembang pada masyarakat Daerah Tamba
  • Melestarikan Tradisi Nenek Moyang
  • Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi nenek moyang

Masyarakat mempercayai tempat suci ini, tidak begitu sulit untuk memeliharanya, kita hanya dapat menjaga kepercayaan ini dengan menjaganya bersama anak-anak. Jadi kepercayaan terhadap tempat suci ini merupakan agama primitif setelah masuknya agama modern, yang dijadikan budaya oleh masyarakat…” (M. Tamba). Dari hasil wawancara dengan Bpk. M. Tambo, kepercayaan terhadap tempat keramat merupakan bentuk penghormatan masyarakat terhadap nenek moyang yang menciptakannya.

Menurut saya, selama ini masyarakat mempercayai tempat suci karena khawatir dengan mitos-mitos yang berkembang. Ritual ini dilakukan oleh orang-orang yang tertarik dengan tempat-tempat suci yang dilakukan sekaligus. Kepercayaan terhadap tempat-tempat suci sudah menjadi tradisi masyarakat wilayah Tamba yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka…” (Risaana Tamba) Hasil wawancara tanggal 26 Januari 2014).

Norma dalam masyarakat Daerah Tamba

Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa terdapat norma-norma yang harus dihormati oleh masyarakat di tempat suci tersebut, yang menjadi pedoman bagi masyarakat untuk menjaga nilai-nilai yang ada. Peneliti tidak hanya menanyakan norma-norma yang berlaku di negara tersebut saja, namun peneliti juga menanyakan sanksi apa yang akan diberikan apabila norma-norma yang ada di masyarakat tersebut dilanggar. Sanksi yang kita terima jika melanggar aturan datang dari penghuni tempat suci, yaitu dari nenek moyang, bukan dari masyarakat yang ada di sini. Ibarat sial, hidup susah, apapun yang kita lakukan tidak berhasil…” (J.Tamba).

Setiap norma yang ada tentunya memiliki sanksi yang berat, namun berbeda dengan norma yang berlaku di masyarakat wilayah Tamba. Sanksi yang diterima suatu masyarakat jika melanggar peraturan yang ada bersifat abstrak, artinya masyarakat yang melanggar peraturan tidak mendapat sanksi berat dari masyarakat wilayah Tamba sendiri, melainkan mendapat sanksi dari masyarakat setempat. Sanksi yang kita dapat ketika ada orang yang melanggar peraturan yang ada adalah hidup susah, sulit mendapatkan apa yang kita perlukan, dan sebagainya.

PENUTUP

  • Masyarakat Daerah Tamba berada pada tahap metafisik
  • Kepercayaan yang diakui Masyarakat Daerah Tamba
  • Nilai-nilai yang ada dalam Masyarakat Tamba
  • Makna kepercayaan masyarakat terhadap tempat keramat 1. Sumber Keselamatan
  • Tindakan masyarakat Daerah Tamba
  • Peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat
  • Norma dalam masyarakat Daerah Tamba
    • SARAN

Masyarakat wilayah Tamba mempercayai tempat-tempat suci sebagai sumber keselamatan kehidupan di dunia, namun setelah masuknya agama modern mereka mempercayai Tuhan sebagai penyelamat kehidupan di dunia. Kepercayaan terhadap tempat-tempat suci merupakan salah satu bentuk dari nilai-nilai adat, dimana nilai-nilai adat merupakan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat sejak dahulu kala hingga saat ini. Terlepas dari nilai-nilai tradisional yang ada di masyarakat, kepercayaan terhadap tempat-tempat suci dapat bertahan karena ketaatan setiap generasi terhadap perintah dan nasehat orang tuanya.

Nilai ketaatan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepercayaan terhadap tempat suci tersebut, ketika orang tua mengenalkan aturan-aturan yang ada, barulah anak menaati aturan-aturan yang sesuai. Untuk menjaga keimanan terhadap tempat suci, masyarakat terus melestarikan tradisi atau adat istiadat yang diturunkan dari nenek moyang. Kepercayaan terhadap tempat suci ini merupakan keunikan tersendiri bagi masyarakat dan dapat dijadikan budaya tersendiri oleh masyarakat wilayah Tamba.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Penduduk Daerah Tamba Berdasarkan Jumlah  Penduduk, Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan pekerjaan.
Tabel 3. Komposisi penduduk berdasarkan sumber penghasilan Petani    kopi dan padi.
Tabel  4 . Komposisi penduduk berdasarkan sumber penghasilan     tanaman palawija
+2

Referensi

Dokumen terkait

Due to the intersectionality of their identities as women, rural, and indigenous, the climate crisis at hand has affected them more so than other groups, and the experiences of these