• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Nama : O. Lbn Gaol Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 52 Tahun Agama : Protestan Pekerjaan : Petani

Alamat : Janjimaria Tamba Sekolah : SMA

Pak O.Lbn Gaol adalah asli penduduk Humbang Hasundutan. Pak O. Lbn Gaol menikah dengan istrinya yang penduduk asli Daerah Tamba sehingga mereka tinggal di Daerah Tamba. Namun meskipun Pak O.Lbn Gaol bukan penduduk asli, bapak ini cukup mengetahui kondisi Daerah Tamba.

Pak O.Lbn Gaol adalah salah satu anggota masyarakat yang tidak mempercayai tempat keramat. Sebenarnya Pak O.Lbn Gaol cukup mengetahui bagaimana tempat keramat namun, dia tidak pernah menyembah tempat tersebut dan melarang masyarakat lain untuk menyembah tempat tersebut. Menurut beliau mempercayai tempat keramat ini adalah tergantung kepada iman seseorang. kami dari institusi agama tidak boleh melarang masyarakat disini mempercayai tempat keramat , namun kami tetap menganjurkan melalui sosialisasi di gereja misalnya melalui khotbah.

3 Nama : M. Tamba Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 60 Tahun Agama : Protestan Pekerjaan : Petani

Alamat : Janjimaria Tamba Sekolah : SMP

Pak M. Tamba adalah salah satu tokoh adat di Daerah Tamba namun, Pak M.

Tamba ini sudah pernah menjadi tokoh agama di Gereja GKPI di Di Daerah Tamba.

Pak M.Tamba sudah berkeluarga memiliki istri Boru Naibaho dan memiliki anak 5 orang dan semuanya sudah menikah. Pekerjaan Pak M. Tamba dan istrinya setiap hari adalah bertani kopi. Pak M. Tamba ini sudah pernah di penjara sebelumnya karena kasus pembunuhan. Banyak hal yang diperoleh ketika dia dalam kurungan penjara terutama kepercayaan terhadap Tuhan.

Pak M. Tamba adalah salah satu masyarakat yang masih mempercayai tempat keramat dari sejak kecil hingga sekarang. Pak M. Tamba belum pernah mengadakan upacara penghormatan ke tempat kermat tersebut, namun dia mempercayai bahwa tempat keramat itu adalah suci. Meskipun pak M. Tamba seorang tokoh agama sebelumnya tetapi pak M. Tamba masih mempercayai tempat keramat tersebut.

Menurut Pak M. Tamba tempat keramat ini memiliki makna yang sangat besar bagi kehidupan mereka, tempat keramat ini adalah sebagai warisan nenek moyang yang patut untuk dihormati oleh penerusnya. Saat generasi sekarang tidak menghormatinya maka kami tidak menghargai atau menghormati orangtua kami zaman dahulu. Mempercayai tempat keramat adalah sudah ada sejak zaman dahulu dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat sekarang.

4. Nama : J. Tamba Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 62 Tahun

Agama : Protestan

Pekerjaan : Petani

Alamat : Janjimaria Tamba

Sekolah : SMP

Pak J.Tamba adalah seorang Tokoh adat sekaligus sebagai tokoh agama. Pak J.Tamba pernah menjadi Penatua di gereja GKPI Janjimaria Namun, sekarang Pak J.Tamba menjadi penasehat gereja. Pak J.Tamba adalah salah satu tokoh adat yang sangat bijak dan cerdas tentang adat maupun agama. Pak J.Tamba pernah menjabat sebagai kepala Desa selama 2 periode yaitu 10 tahun. Pak J.Tamba mempunyai istri yaitu T.Sitohang dan memiliki 11 orang anak yaitu 5 laki-laki dan 6 perempuan.

Diantara 11 anaknya yang menikah sudah 6 orang.

Pak J.Tamba salah satu tokoh adat yang orangnya sangat handal, ketika ada masalah bapak ini termasuk salah seorang yang tidak gegabah untuk bertindak, tetapi dia selalu berpikir dengan tenang untuk menyelesaikan masalah. Disetiap ada masalah di Desa Janjimaria bapak ini selalu diwajibkan untuk hadir terutama dalam masalah pertanahan. Pak J.Tamba adalah bukan orang kaya, tetapi karena kebaikannya kepada masyarakat sekitar sehingga beliau dikenal dan diakui oleh masyarakat yang ada di Desa Janjimaria.

Pendidikan Pak J.Tamba hanya tamatan SMP, tetapi dia bersama istrinya bisa tamatkan 11 orang anaknya 5 tamatan SMA dan 6 tamatan sarjana. Meskipun pak

penghasilannya. Disamping Pak J.Tamba seorang petani kegiatan sehari-harinya membantu istrinya untuk beternak babi. Pak J.Tamba tidak pernah menyerah dengan keadaannya yang hanya serba cukup, dia tetap mensyukuri kepada Tuhan atas apa yang dimiliki sehingga dia masih tetap bertahan untuk menyekolahkan anak-anaknya.

Pak J.Tamba adalah salah satu masyarakat Daerah Tamba yang masih mempercayai tempat keramat. Sejak kecil beliau sudah mempercayai tempat keramat tersebut. Dia mempercayai tempat keramat ini sejak diajarkan oleh para orang tua yang ada di daerah tersebut. Pak J. Tamba adalah seorang tokoh agama dan pernah menjabat sebagai kepala desa namun, dia masih mempercayai tempat keramat tersebut sebagai tempat yang sakral hingga saat ini.

Pak J.Tamba juga mensosialisasikan kepercayaan ini kepada anak-anaknya.

Mempercayai tempat keramat ini bukanlah suatu pelanggaran kepada Tuhan, tetapi ini adalah suatu penghormatan terhadap orangtua. Tuhan juga mengajarkan supaya kita bijak dalam hal apapun. Tuhan saja bisa menjadikan lumpur menjadi obat, dia mempercayai bahwa lumpur tersebut adalah obat, dia hanya berdoa dan meyakininya.

Demikian juga dengan mempercayai tempat keramat ini sebagai penghormatan terhadap orang tua yang sudah menjadi kebiasaan.

5. Nama : Hotma Tamba Jenis kelamin : Perempuan Usia : 27 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : Guru honor Alamat : Janjimaria Tamba Sekolah : SMA

Hotma adalah seoarang wanita yang belum menikah. Ia adalah orang yang memiliki latar pendidikan SMA. Hotma bersuku Batak Toba lahir di Desa Janjimaria.

Sebelumnya dia sudah merantau ke Batam untuk mengubah nasib walaupun hanya satu sampai lima tahun. Kehidupan sehari-harinya adalah tenaga pengajar sebagai guru honor di Sekolah Dasar (SD). Dia mengaku penghasilan sehari-harinya hanya Rp 300.000 per bulannya. Dia merasa penghasilan jika di hitung biaya yang dia dapat tidak cukup untuk membiayai hidupnya dan membantu orang tuanya. Hotma selain sebagai tenaga pengajar dia bekerja di ladang sore harinya untuk membantu orang tuanya karena dia tinggal bersama orang tua.

Hotma ini pernah pergi ke kedua gunung tersebut yaitu Gunung Ulu Darat dan Gunung Tao Sia Poras dalam acara rekreasi bersama pemuda/i Daerah Tamba.

Hotma mengatakan bahwa mempercayai tempat keramat ini adalah sebagai budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang dan saya sendiri mempercayainya karena warisan itu sangat peru dihargai. Selain itu juga tempat keramat ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Tempat keramat ini memaksa kita untuk berperilaku sopan santun misalnya dalam kehidupan sehari- hari kita kita tidak beretika berbicara

dari saya juga tidak pernah merasa terganggu dengan adanya tempat keramat ini.

Selama tidak menggangu buat saya tidak masalah. Menurut saya itu adalah kebebasan masing-masing dalam menjalankan sesuatu ajaran, saya berharap tempat keramat ini di rawat dan tetap dilestarikan untuk dapat dijadikan tempat perobatan bagi masyarakat, karena yang saya lihat juga ada sebuah keunikan di tempat keramat ini karena dapat membawa keberkahan dan keselamat hidup.

6. Nama : Sanri Tamba Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 60 Tahun Agama : Kristen Katolik Pekerjaan : Petani Alamat : Sihotangs

Sekolah : SMP

Pak Sanri adalah seorang petani dan sekaligus yang memiliki kepercayaan terhadap tempat keramat. Ia memiliki 6 orang anak yang semuanya sudah tidak lagi sekolah karena semuanya sudah pada tamat SMA. Dalam kesehariannya dia harus bekerja di sawah maupun di ladang. Ia bekerja dalam satu hari sekitar 8 jam. Rumah bapak ini tidak dekat dengan tempat keramat ini. Dia tinggal di Desa Sihotang yang jauh dari Daerah Tamba. Untuk menempuh ke Daerah Tamba dia harus menggunakan sepeda motor. Bapak ini sekarang tidak memiliki istri lagi dikarenakan istrinya telah meninggal. Pak Sanri hanya menyelesaikan studinya hanya pada tingkat SMP.

Pak Sanri juga seorang yang menjalankan ajaran kepercayaan terhadap tempat keramat. Menurutnya kepercayaan ini adalah kepercayaan yang dibawa nenek moyang. Bapak ini sudah lama memiliki kepercayaan terhadap tempat keramat sejak ia kecil hingga sekarang. Kurang lebih 60 tahun. Beliau mengatakan bahwa tempat

keramat ini berguna bagi masyarakat banyak apalagi dalam menyembuhkan orang sakit. Selain itu air yang diambil dari sumur dapat memberikan kelegaaan seseorang ketika ada masalah yang dihadapinya. Kepercayaan ini adalah kepercayaan nenek moyang yang perlu diwariskan kepada generasi atau keturunan. Apalagi ini ajaran yang dapat membawa keselamatan bagi banyak orang.

7. Nama : Risana Tamba

Jenis kelamin : Perempuan Usia : 23 Tahun Agama : Protestan Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Janjimaria Tamba Sekolah : S1

Risana adalah sebagai mahasiwa di STIKOM penganut kepercayaan terhadap tempat keramat. Ia mengatakan bahwa ia pernah mangambil air yang berasal dari sumur dan pernah ke Gunung Tao Siaporas. Dia mempercayai bahwa tempat keramat tersebut memiliki kekuatan di luar manusia. Menurutnya kepercayaan ini sejalan antara agama dengan kebuadayaan. Masyarakat menganut kepercayaan ini, tetapi juga harus didasari dengan agama, maksudnya penganut kepercayaan ini merupakan kebudayaan yang tidak bisa lepas karena menurutnya kepercayaan ini adalah warisan dari para leluhur yang harus dijaga dan dirawat oleh generasinya sebagai rasa hormat kita terhadap mereka.

8. Nama : Opan S Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 62 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : petani

Alamat : Janjimaria Tamba

Sekolah : SD

Opan adalah wanita yang memiliki pekerjaan sebagai petani kopi. Ibu ini memiliki anak 11 orang yang paling kecil sedang kuliah di Palembang. Ibu Opan memiliki suami bekerja sebagai petani kopi juga. Ibu Opan wanita yang sangat pintar mengatur keuangan keluarga dan hemat dalam membeli kebutuhan keluarga. Selain sebagai petani atau pencari nafkah keluarga, Ibu Opan juga bekerja sebagai ibu Rumah Tangga. Ibu Opan mengatakan bahwa kepercayaan ini sebenarnya jika dilihat dari agama bertentangan. Akan tetapi, kepercayaan ini merupakan kebudayaan maka ia percaya terhadap tempat keramat. Ibu Opan mangatakan kepercayaan terhadap tempat keramat ini tidak mengganggu bagi kehidupan saya dan warga sekitar karena selama mereka baik maka tidak sedikitpun mengganggu.

9. Nama : Anita Naibaho Jenis kelamin : Perempuan Usia : 23 Tahun

Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : Guru

Alamat : Tamba Dolok

Sekolah : S1

Anita ini merupakan salah satu anak masyarakat Daerah Tamba yang saat ini sudah tinggal di kota Medan sejak dia menempuh pendidikan tinggi hingga anita bekerja. Anita bekerja sebagai guru di chinese school (sekolah cina). Anita salah seorang yang mempercayai tempat keramat hingga kini. Anita mempercayai tempat keramat ini sejak kecil namun, setelah dia kuliah di Medan, pola pikir dia semakin berubah tentang keramat ini. Anita adalah salah satu anggota gerja di GKPI Padang Bulan Medan, Anita tidak pernah lupa untuk beribadah setiap hari minggunya. Bagi dia gereja adalah rumah pertama dia. Anita tidak pernah terlambat untuk beribadah ke gereja. Setelah menempuh pendidikan tinggi, Anita merasa bahwa tempat keramat ini tidak masuk akal kalau tempat keramat dikatakan sakral. Meskipun demikian, Anita sudah apa yang baik untuk dilakukan, Anita tetap melakukan dan mempercayainya dikarenakan bahwa adanya dorongan dari orang tua, hingga saat ini dia masih mempercayainya meskipun dia kurang sepakat dengan saran orang tuanya Anita akan selalu mendengarnya.

10. Nama : Andro Naibaho Jenis kelamin : Laki - laki Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Tamba Dolok Sekolah : S1

Andro Naibaho adalah salah satu masyarakat Daerah Tamba yang mempercayai tempat keramat. Andro adalah mahasiswa S1 Jurusan Teknik Elektro di Ilmu Teknologi Komputer (ITM) semester 5. Andro adalah orang berprestasi dikampusnya, dengan IPK yang dia peroleh setiap semesternya 3 koma keatas. Andro adalah orang yang suka bekerja keras, disamping kuliah, Andro juga bekerja sebagai guru les privat untuk anak SD sampai SMA. Andro orang yang patuh akan nasehat orang tua apapun nasehat orang tuanya dia selalu mendengar. Terkadang Andro mau membantah demi kebenaran. Setiap Andro pulang kampung, tidak pernah berleha- leha kesana kemari, tetapi Andro selalu membantu orang tuanya ke ladang.

11. Nama : Nova Tamba

Jenis kelamin : Perempuan Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Janjimaria Tamba

Sekolah : S1

Nova adalah salah satu masyarakat Daerah Tamba yang ketepatan adalah adik sipeneliti sendiri. Nova kuliah di Universitas Sriwijaya semester 3. Nova orang yang taat beribadah dan memiliki organisasi internal kampus yaitu PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen). Nova adalah orang yang taat akan nasehat orang tua, apapun

yang disampaikan oleh orang tua nova selalu menaatinya, tetapi untuk kepercayaan terhadap tempat keramat ini, Nova agak bertentangan setelah dia belajar lebih dalam tentang agama. Menurut Nova bahwa mempercayainya tempat keramat bertentangan dengan ajaran agama, tetapi karena nova orang yang patuh perintah atau nasehat orang tua Nova akan selalu melakukannya.

12. Nama : Hanni Tamba

Jenis kelamin : Perempuan Usia : 20 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Tamba Dolok Sekolah : S1

Hanni adalah salah seorang anggota masyarakat yang saat ini tinggal di medan sedang menempuh pendidikan tinggi. Hanni kuliah di Universitas Darma Agung semester 3 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Hanni mempercayai tempat keramat ini karena dia masih takut dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Hanni mempercayainya sejak Hanni kecil hingga sekarang. Rasa takut untuk melanggar peraturan yang disampaikan oleh masyarakat terutama orang tua sampai sekarang masih ada. Sebenarnya setelah dipahami lagi bahwa itu mungkin hanya menakuti, tetapi hanni sendiri tidak berani untuk melanggarnya. Hanni mempercayainya dengan keluarganya dimana orang tuannya selalu menganjurkannya di rumah. Meskipun hanni jarang pergi berkunjung dia akan tetap menjaga sikap di kampungnya karena di kampung itu penghuninya banyak.

13. Nama : Uluan Haro Munthe Jenis kelamin : Laki-laki

Usia : 38 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Tamba Dolok Sekolah : S1

Bapak Uluan Haro Munthe bertempat tinggal di Desa Tamba Dolok. Bapak ini bekerja sebagai PNS Sekretaris Desa di Desa Tamba Dolok. Pak uluan memiliki istri sebagai Kepala Desa Tamba Dolok yaitu Merika Tamba. Mereka sudah 12 Tahun menikah, tetapi sampai sekarang belum memiliki anak. Pak Uluan adalah orang yang ramah dan suka bercanda. Bapak ini tamatan dari Universitas Nomensen Sumatera Utara. Saat peneliti menanya seputar Kepercayaan Tempat keramat, Pak Uluan sangat ramah menjawabnya. Pak Uluan juga salah satu penganut kepercayaan tempat keramat ini sejak kecil hingga pada saat ini. Rumah Pak Uluan tidak jauh dari tempat keramat tersebut ± 1 km yaitu Sumur Tamba. Uluan menjabat sebagai Sekretaris Desa baru 1 Tahun, Sebelum menjadi Sekretaris Desa. Pak Uluan pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 periode kemudian digantikan Istrinya Merika Tamba.

14. Nama : Merika Tamba Jenis kelamin : Perempuan Usia : 37 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Tamba Dolok Sekolah : S1

Ibu Merika adalah Kepala Desa Tamba Dolok dimana suaminya adalah Pak Uluan sebagai sekretaris Desa Tamba Dolok. Ibu Merika orangnya suka berbicara dan orangnya terbuka. Disamping Ibu Merika bekerja sebagai Kepala Desa memiliki warung kecil-kecilan, sebagai penghasilan tambahan. Ibu Merika sangat merindukan kehadiran anak ditengah keluarganya, selama 12 tahun Ibu Merika selalu meminta kepada Tuhan supaya di beri anak. Ibu Merika menikah dengan suaminya 12 tahun yang lalu. Sebelum Ibu Merika menikah dengan suaminya dia pernah dijodohkan dengan seorang polisi, tetapi beliau tidak mau menikah dengan polisi tersebut hingga akhirnya beliau menikah dengan Pak Uluan setelah tamat S1. Ibu Merika juga salah satu masyarakat yang percaya pada tempat keramat sejak kecil hingga pada saat ini.

15. Nama : Jaso Haro Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan Alamat : Janjimaria Tamba

Sekolah : SMA

Pak Jasa Haro adalah Kepala Desa Janjimaria Tamba. Pak Jasa Haro memiliki istri yaitu Juni Tamba dan 4 orang anak. Pak Jasa Haro merupakan orang yang tidak terlalu suka bersosialisasi kepada orang lain, dia berbicara pada hal-hal yang penting saja. Sebelum Pak Jasa menjabat sebagai Kepala Desa Janjimaria, Pak Jasa dan keluarganya tinggal di Mandala Medan. Pekerjaannya sehari-hari adalah supir angkot 135, dan istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga. Alasan Pak Jasa pindah ke Desa Janjimaria Tamba karena tuntutan anak-anaknya untuk melanjutkan sekolah ke pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Pak Jasa sumber keuangan hanya supir angkot tidak akan tercukupi untuk membiayai pendidikan anak-anaknya kemudian, beliau dan istrinya berencana untuk pulang kampong memperbaiki nasib. Setelah beliau pindah tempat tinggal ke Desa Janjimaria Tamba keluarganya yang ada di kampung menyarankan supaya dia menjabat sebagai Kepala Desa Janjimaria, beliau menyetujuinya.

Beliau terpilih menjadi Kepala Desa Janjimaria Tamba, Saat itu juga anaknya berhasil masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Anak pertamanya masuk Ke IPDN Jakarta dan anaknya yang kedua masuk jurusan pendidikan geografi di UNIMED sedangkan anaknya yang 2 lagi masih SMP dan SD. Pak Jasa dan keluarganya percaya akan adanya tempat keramat dari ia sejak kecil begitu juga dengan istrinya karena beliau dan istrinya warga Desa Janjimaria. Namun, setelah mereka menikah

dulu mereka merantau ke medan. Mereka juga mengajarkan atau memberitahu kepada anak-anaknya bahwa ada beberapa tempat keramat di Daerah Tamba yang perlu diketahui anak-anaknya supaya mereka bisa menjaga sikapnya.

16. Nama : Apul Rajagukguk

Jenis kelamin : laki-laki Usia : 65 Tahun Agama : Khatolik Alamat : Tamba Dolok

Sekolah : SMA

Pak apul adalah salah satu warga Desa Tamba Dolok pensiunan PNS, beliau mempunyai istri Lumean Tamba. Pak Apul tidak memiliki anak hingga sekarang.

Meskipun Pak Apul tidak memiliki anak dari istrinya mereka tetap semangat dan bersukacita. Mereka selalu berpikir positip bahwa itu kehendak Tuhan, Mereka menyatkan bahwa mungkin Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi mereka, sehingga mereka tidak pernah menyerah untuk menjalani hari-harinya. Setelah Pak Apul pension dari PNS, pak apaul kembali beraktivitas sebagai petani meskipun hanya untuk menghabiskan waktu sehari-harinya. Pak Apul sudah tua, memegang cangkul saja sudah gemetaran tetapi mereka tetap melakukan itu daripada mereka tidak ada pekerjaan.

Pak Apul juga salah satu Tokoh Adat di Desa Tamba Dolok, banyak jasa yang sudah dilakukan oleh Pak Apul. Setiap ada pesta beliau selalu diminta untuk hadir dalam pesta tersebut karena Pak Apul salah satu tokoh adat yang tenang berpikir,

kecil hingga pada saat ini. Beliau sangat menghargai nasehat-nasehat orangtuanya zaman dahulu yang selalu memberikan nasehat yang terbaik bagi beliau. Demikian dengan istrinya yang juga percaya pada tempat keramat yang ada di Desa tersebut.

17. Nama : Jaraden Sinaga Jenis kelamin : laki-laki Usia : 46 Tahun Agama : Katolik Alamat : Tamba Dolok Sekolah : S1

Pak Jaraden adalah salah satu warga masyarakat Desa Tamba yang mengabdi pada masyarakat yaitu sebagi tenaga pengajar (Guru) di SMP. Pekerjaan dia seharinya-harinya adalah mengajar dan bertani. Pak Jaraden memiliki istri Mutiara Sinurat yang pekerjaannya sebagai petani. Pak Jaraden adalah orang yang sayang keluarga, meskipun istrinya hanya seorang petani dia tetap membantu istrinya setelah pulang mengajar dari sekolah. Menurut Pak Jaraden keluarganya adalah surga, sehingga Pak Jaraden Sinaga sangat menyangi keluarganya. Pak Jaraden Sinaga dan keluarganya mempercayai tempat keramat ini, meskipun pemikiran beliau sudah memiliki perbedaan dengan masyarakat sekitar dari tingkat pendidikan namun, Pak Jaraden Sinaga mempercayainya sebagai rasa hormat Pak Jaraden Sinaga kepada para leluhur bukan berarti mempercayainya tidak mempercayai agama sekarang yaitu agama modern yang sudah masuk ke Daerah Tamba.

18. Nama : Magda Tamba Jenis kelamin : Perempuan Usia : 51 Tahun Agama : Khatolik Alamat : Tamba Dolok

Sekolah : SMA

Ibu Magda adalah Kepala Sekolah SD sudah 30 tahun, sebelum beliau menjadi Kepala Sekolah beliau hanya sebgai tenaga pengajar honorer kemudian diangkat menjadi PNS hingga beliau bisa mejadi kepala sekolah. Beliau orang yang ulet dan suka bekerja keras, kegiatan sehari-harinya adalah mengajar dan bertani kopi. Ibu Magda memiliki suami Sahat Rajagukguk dan memiliki 6 orang anak, Ibu Magda selalu berjuang untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan semangat dan kerja keras. Anak pertamanya bekerja perkebunan pekan baru , anak kedua bekerja sebagai Teller di BRI pangururan Samosir, anak ketiga, keempat masih kuliah di Universitas Darma Agung, dan anak kelima, keenam masih SMP dan SD. Ibu magda dan keluarganya mempercayai adaanya keramat yang bisa membantu kehidupan mereka sehari- hari. Mereka percaya adanya Tuhan sebagai sumber penyelamat, tetapi mereka percaya adanya keramat sebagai perantara Tuhan kepada manusia di Dunia bukan berarti melawan ajaran Tuhan. Hal ini mereka lakukan sebagai penghormatan mereka pada orang tua mereka zaman dahulu.

BAB V

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA 5.1. Tahap pengembangan masyarakat Daerah Tamba

Masyarakat senantiasa akan berkembang jika masyarakat memiliki pola pikir atau cara pikir yang maju. Setiap manusia baik pribadi maupun kelompok mememiliki pola pikir yang berbeda. Perbedaan pola pikir dapat dipengaruhi oleh lembaga atau lingkungan sekitar. Suatu benda atau suatu hal akan memiliki arti yang berbeda jika masyarakat yang memandang tidak memiliki pandangan atau pola pikir yang sama yang mengakibatkan arti suatu benda itu adalah berbeda. Demikian halnya dengan perkembangan masyarakat, kehidupan akan terus bergulir yang dimulai dari kehidupan yang memiliki pemikiran primitif hingga kehidupan yang memiliki pemikiran yang lebih maju. Ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perkembangan masyarakat atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya.

Perkembangan masyarakat di dukung oleh ilmu pengetahuan yang maju yang bisa melihat dan mempelajari perkembangan atau gerak sejarah masyarakat kepada arah kemajuannya atau dapat membawa masyarakat keluar dari keterbelakangan. Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Aguste Comte dengan Hukum tiga tahap perkembangan masyarakat yaitu hukum teologis, hukum metafisik, dan hukum positivisme.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa hasil pra observasi sama dengan hasil penelitian. Hasil pra observasi menemukan bahwa masyarakat Daerah Tamba berada pada tahap metafisik. Setelah peneliti melakukan penelitian lapangan benar bahwa Masyakat Daerah Tamba berada dalam tahap metafisik dimana tahap metafisik Menurut Comte dalam Maliki (2012 : 62) dalam tahap ini

Dokumen terkait