• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi nenek moyang

5.6. Peran masyarakat mempertahankan kepercayaan terhadap tempat keramat sehingga sampai saat ini masih bertahan

5.6.4. Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi nenek moyang

dikabulkan. Misalnya keinginan untuk mendapat rejeki yang melimpah, kesehatan, dan keinginan memperoleh keturunan.

Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.

“...Molo hita manjalo rohape ikkon mangelek, pasahat on ta nadirohantai, dohot lapatanna, ikkon adong do tangian pangelekon tu akka oppung naparjolo i molo hita naeng mangido asa ditangihon pangidoanta i.(O.lbn Gaol)

Artinya

“...Saat kita mau meminta, kita harus memohon. Kita sampaikan apa yang ada dalam hati kita. Kita harus ada doa permohonan kepada nenek moyang kalau kita mau meminta supaya keinginan kita bisa terkabul...”(O.lbn Gaol)

Hasil wawancara 14 November 2013

5.6.4. Faktor Pendukung dan penghambat dalam melestarikan Tradisi

“…Apa yang sudah ada sejak zaman dahulu tidak perlu diganggu gugat lagi, biarkanlah kebiasaan tersebut berjalan sebagaimana biasanya. Jangan karena zaman semakin modern, pikiran kita jadi berubah jadi lupa zaman masa lalu. Meskipun zaman saat ini modern, tetapi kami tetap mempertahankan apa yang diberikan orang tua kami zaman dahulu. Kita nyaman kalau kita berpegang kepada ajaran para nenek moyang kita.

Kalau sekarang ini yang saya lihat tidak ada lagi sopan santun orang itu karena tidak karena ada lagi adat…” (Apul Rajagukguk).

Hasil wawancara pada tanggal 4 Januari 2014 b. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Anggapan seperti ini biasanya terjadi pada masyarakat yang pernah mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat itu akan memiliki prasangka buruk terhadap hal yang baru tersebut. Unuk itu, adanya kekhawatiran jika hal yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.

“...Masyarakat disini memiliki kecurigaan terhadap orang lain, teratama pendatang. Mereka selalu mengganggap bahwa tujuan kedatangan orang lain datang adalah untuk mempengaruhi masyarakat supaya mereka tidak boleh mempercayai tempat keramat, seperti kedatangan Orang Amerika pada tahun yang lalu mereka mengganggap bahwa niat orang amerika tersebut adalah niat jahat. Masyarakat sangat Ramah melayani pendatang tersebut, tetapi saat pendatang tersebut memberi saran dengantempat keramat, mereka sangat susah untuk menerima.Hal ini diakibatkan adanya kasus yang sering didengar oleh masyarakat masalah pembabatan hutan yang mengakibatkan masyarkat menderita...” (Andro Naibaho)

Hasil wawancara pada tanggal 11 November 2013.

Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Apabila pola perilaku yang sudah menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan sulit untuk merubahnya, karena masyarakat tersebut akan mempertahankan alat, yang dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulunya. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan tersebut, secara umum memang akan merugikan masyarakat itu sendiri karena setiap anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang sudah didapatnya. Hal tersebut tidak akan diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak mendapatkan adanya perubahan-perubahan dan hal-hal yang baru.

Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan:

“…Sulit untuk meninggalkan kebiasaan yang sudah biasa kita lakukan, Saat kita ingin menerima hal baru sangat sulit untuk menyatukannya dengan kebiasaan-kebiasaan yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Mempercayai tempat keramat sudah menjadi adat masyarakat Daerah Tamba yang melekat dalam kehidupan masing-masing…” (Risana Tamba) Hasil wawancara tanggal 26 Januari 2014).

2. Faktor penghambat.

Tradisi suatu masyarakat dapat mengalami perubahan (memudarnya suatu tradisi) disebabkan semakin rasionalnya pemikiran seseorang atau kelompok yang dapat mengakibatkan kebiasaan tersebut terkikis. Kebiasaan masyarakat tersebut lama- kalamaan bisa hilang dari diri seseorang atau kelompok. Hal ini disebabkan oleh:

a. Sistem pendidikan formal yang maju.

Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.

Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara dengan salah seorang informan.

“…Pendidikan on pe mambaen akka dakdanaki maol manjalo saran, diulahon do nian aha na didok ale nga parjolo hami maralo, Alana augodang naiboto nasida sian hami akka naso marsikkola on. Molo hami najolo holan diboto manjaha nunga godang antong tor dipaso akka natua- tua na be, jadi molo saonari anggo so tammat kuliah nga maila mamereng jolma.

Diparsikkolaan nunga diparsajari antong songon di sintong ni namaragama on. Alana naung adong parsiajaran taringot tu agama…” (J.Tamba)

Artinya

“…Pendidikan membaut masyarakat khusunya anak-anak semakin sulit untuk merima saran, mereka mau melakukan apa yang kami sarankan tetapi terlebih dahulu ada perdebatan. Ini disebabkan karena pendidikan mereka sudah lebih tinggi dan mereka sudah lebih tau tentang agama. Kalau kami para orang tua lulusan kami kebannyakan hanya lulusan SD dan SMP.

Setelah tau membaca dan menulis para orang tua sudah menghentikan untuk lanjut sekolah. Berbeda dengan zaman sekarang pendidikan nomor satu. Orang yang tidak mengeyam pendidikan sampai pendidikan tinggi akan merasa malu sama orang lain. Jadi disetiap sekolah ajaran agama ini pasti ada dan mereka lebih tau tentang kebenaran agama…” ( J.Tamba).

Hasil wawancara tanggal 11 November 2013

Dokumen terkait