• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG (Studi di Polrestabes Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KOTA SEMARANG (Studi di Polrestabes Semarang)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

Pada tanggal 22 September 2004, diterbitkan Undang-undang Nomor 23 tentang Pemberantasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun pada kenyataannya, kekerasan dalam rumah tangga seringkali menimbulkan penderitaan yang berat bagi korbannya, bahkan berujung pada kematian. Menurut Ayosemarang.com, angka KDRT (KDRT) menjadi perhatian khusus di perkotaan, salah satunya Kota Semarang.

Dalam hal ini penulis mencoba melakukan penelitian ilmiah yang berjudul: “Peran Polisi dalam Mengatasi Kejahatan KDRT di Semarang” (kajian pada Polrestabes Semarang). Apa saja kendala yang dihadapi polisi dalam menangani kejahatan kekerasan dalam rumah tangga di Semarang? Pengetahuan tentang kendala yang dihadapi polisi dalam menangani kejahatan kekerasan dalam rumah tangga di Semarang.

Memperoleh data dari Polrestabes Kota Semarang mengenai peran polisi dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kota Semarang. Memperoleh data dari Polres Kota Semarang mengenai kendala kepolisian dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kota Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk refleksi di bidang peradilan pidana oleh Polres Kota Semarang mengenai peran kepolisian dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di kota semarang.

Sedangkan sosiologi digunakan untuk menganalisis bekerjanya berbagai jenis peraturan perundang-undangan mengenai peran kepolisian dalam menangani tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kota Semarang.

Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Terminologi

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Umum tentang Kepolisian

Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia terdapat rumusan mengenai pengertian berbagai hal yang berkaitan dengan kepolisian, termasuk pengertian kepolisian. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, yang dimaksud dengan kepolisian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga kepolisian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.22. Sedangkan secara fungsi, yaitu tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk menjalankan fungsinya, antara lain pemeliharaan keselamatan dan ketertiban umum, penegakan hukum, pengayoman, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pengertian kepolisian menurut ketentuan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menjaga keamanan dalam negeri. Dari uraian mengenai istilah “polisi” dan “pemolisian” di atas dapat diartikan sebagai berikut: Istilah polisi adalah suatu organ atau lembaga pemerintah dalam negara. Fungsi kepolisian diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia yang berbunyi.

Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pengayoman, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.” Fungsi kepolisian secara umum berkaitan dengan kewenangan kepolisian berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan perundang-undangan. peraturan yang mencakup seluruh bidang yurisdiksi hukum, yaitu: (1) kasus kuasa -. Fungsi polisi khusus yang berkaitan dengan kewenangan kepolisian yang secara khusus ditetapkan oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan suatu yurisdiksi. Badan pemerintah yang diberi wewenang oleh atau berdasarkan undang-undang untuk melaksanakan kepolisian khusus tugas di bidangnya masing-masing disebut aparat kepolisian, khususnya sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukum.

Fungsi polisi dari dimensi sosiologis terdiri atas pekerjaan-pekerjaan tertentu, yang dalam praktik kehidupan bermasyarakat dirasakan perlu dan bermanfaat, guna menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan, sehingga dilaksanakan sewaktu-waktu. atas dasar kesadaran dan kemauan masyarakat sendiri dan kemudian dilembagakan dalam tatanan kehidupan masyarakat.30. Untuk melaksanakan tanggung jawabnya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, kepolisian mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu: a. Tugas polisi dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat juga tampak dari ketentuan dalam § 1 UU No.

Kewenangan kepolisian dalam menjalankan tugasnya pada umumnya diatur dalam Pasal 15 ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai kewenangan. Berdasarkan ayat kedua Pasal 15 disebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Selain kewenangan kepolisian, sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia di atas, kewenangan kepolisian dalam melakukan penyidikan dan penyidikan tindak pidana juga diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah

Kansil, S.H., menggunakan istilah delik yaitu suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban.34. Unsur pidana dalam pasal ini adalah: (1) Setiap orang (pelaku tindak pidana/ayah yang cakap secara hukum dan dapat dimintai pertanggungjawaban); (2) Jual, tawarkan, serahkan, bagikan-. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, khususnya perempuan, yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikis dan/atau penelantaran dalam keluarga, termasuk ancaman tindakan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dalam rumah tangga secara tidak sah.” Kekerasan fisik ini dapat berupa mendorong, mencubit, menendang, memukul dengan tongkat, menuangkan bahan kimia atau air panas, menenggelamkan dan menembak.37 Kekerasan fisik ini terkadang diikuti dengan kekerasan seksual, baik berupa penyerangan pada alat kelamin. atau dalam bentuk hubungan seksual yang dipaksakan. Moerti Hadiati Soeroso merangkum bentuk kekerasan fisik tersebut menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu; kekerasan, pembunuhan, penganiayaan dan pemerkosaan.38 Akibat kekerasan fisik dapat berupa luka ringan, luka sedang, luka berat atau kematian.

“Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan kesakitan, penyakit, atau luka berat.” Pasal 7 UU PKDRT memberikan definisi kekerasan psikis sebagai berikut: “Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan bertindak, perasaan tidak berdaya. dan/atau penderitaan psikologis yang berat bagi seseorang.” Pengabaian yang dilakukan oleh rumah tangga ini erat kaitannya dengan perekonomian, baik berupa tidak mendapatkan biaya yang seharusnya ditanggung pelaku demi kelangsungan hidup korban, maupun berupa pembatasan atau larangan yang menimbulkan ketergantungan ekonomi. .

Lebih lanjut menurut Dedy Fauzi Elhakim, kekerasan dalam rumah tangga dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian tergantung dari penyebab terjadinya, yaitu: 41. 1) Kekerasan dalam rumah tangga sebagai wujud dari ledakan emosi yang terjadi secara bertahap. Proses yang berlangsung terus berlanjut seiring berjalannya waktu, sehingga menimbulkan akumulasi rasa frustasi, kekesalan, dan kemarahan yang pada akhirnya berujung pada kekerasan fisik.

Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peran Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Amir Hamzah, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam KUHAP, Bina Cipta, Bandung: 1986, hal.33. Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, PT Raja Graafindo Persada, Jakarta. Mahmud Mulyadi, Kebijakan Penal, Pendekatan Kebijakan Penal Komprehensif dan Kebijakan Non Penal dalam Memerangi Kejahatan dengan Kekerasan, Pustaka Bangsa Press, Medan: 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penghambat yang dirasakan oleh Kepolisian Sektor Pakuan Ratu dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor dengan kekerasan di kecamatan Pakuan

Data dianalisis secara yuridis kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Peran Tim Penanggulangan Kejahatan dengan Kekerasan Kepolisian Daerah Lampung dalam mengatasi

LANGKAH KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENIPUAN PERDAGANGAN ONLINE.. Diajukan

Kendala yang Dihadapi Kepolisian dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Sepeda

UPAYA POLISI DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.. Disusun

penyidik dalam penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang.. terjadi di wilayah hukum Polres Boyolali. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis

Pembuktian tindak pidana terhadap pelaku tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pengadilan Negeri Makassar terdakwa Sardi Hasmin HS alias Dani yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses penegakan hukum pada tingkat kepolisian terhadap tindak pidana kekerasan seksual pada anak di wilayah hukum polres buleleng dan upaya kepolisian dalam menanggulangi adanya pelaku tindak pidana kekerasan seksual pada anak di wilayah hukum polres