KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH NOMOR : ...
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN DI SEKOLAH
SMPN 9 KOTA SERANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Menimbang : 1. Bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan perlu dilakukan upaya pencegahan, penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan sekolah;
2. Bahwa agar pelaksanaan pencegahan tindak kekerasan di Sekolah SMPN 9 Kota Serang dapat berjalan dengan lancar, maka dipandang perlu dibentuk tim pencegahan tindak kekerasan di lingkungan sekolah.
Mengingat :
1. UU – RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan
MEMUTUSKAN Menetapkan :
Pertama : Membentuk tim pencegahan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah SMPN 9 Kota Serang Tahun Pelajaran 2016/2017
Kedua : Tim pencegahan tindak kekerasan di lingkungan Sekolah SMPN 9 Kota Serang Tahun Pelajaran 2016/2017 sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini.
Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diataur kemudian hari dan apabila terdapat kekurangan atau kekeliruan akan dibetulkan sebagaimana mestinya.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Serang Pada Tanggal : Tanggal SK
Kepala Sekolah SMPN 9 Kota Serang
NAMA KEPSEK
NIP. ...
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH
TENTANG : PEMBENTUKAN TIM PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN DI SEKOLAH ... TAHUN PELAJARAN 2016/2017
NOMOR : nomor SK TANGGAL : tanggal SK
SUSUNAN PENGURUS
TIM PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN SEKOLAH ...
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
N
O NAMA JABATAN UNSUR DARI KET
1 Nama Kepsek Penanggung
Jawab Kepala
Sekolah
2 Nama Guru Ketua Perwakilan
Guru
3 Nama Guru Anggota Perwakilan
Guru
4 Nama Orang Tua Anggota Perwakilan
Orang Tua
5 Nama siswa Anggota Perwakilan
Siswa dst
Kepala Sekolah
NAMA KEPSEK
NIP. ...
Strategi Mengembangkan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Oleh Nurtanio Agus P
Abstract
Managerial competence of school principals regarding broad aspects.
Based on research in several areas shows that the mastery of managerial
competency by the school principal still needs improvement. The role of school principals are not only conceptually, but it was elected with a clear legitimacy then the responsibility and the role of managerial leadership in accordance with the assignment.
Aspects of managerial competence is starting school principal regarding an extremely wide aspect of school planning, develop a school organization, empowering school resources to carry out supervision on the implementation of school activities according to applicable standards of supervision.
To develop managerial competencies principals can be done in several
ways: (1) understand the duties and obligations, (2) understand the needs of the organization with (school), (3) understand the organizational climate of school, (4) understand the conditions that lead human resources, ( 5) understand the organizational problems, (6) capable of mapping the organization's development priorities, and (7) being an example, and other aspects crucial for the organization Key words: Strategy, Managerial Competence
A. Latar belakang
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan
tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005: 83). Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan tertentu seperti : latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas sesuai
Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
Berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan direktur tenaga
kependidikan dalam ToT Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009 menunjukkan bahwa dari lima kompetensi kepala sekolah
(kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan) ternyata kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah masih lemah. Secara rinci paparan hasil penelitian tersebut sebagai berikut.
Kompetensi kepala Sekolah (n=50)
Hasil di atas bukan tanpa sebab, karena permasalahan manajerial menyangkut banyak aspek yang kompleks. Aspek tersebut meliputi:
1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai
2. Kemampuan memetakan permasalahan pendidikan 3. Strategi kepemimpinan kepala sekolah
4. Kedewasaan lembaga
5. Kerjasama internal dan eksternal,
6. Faktor lain yang bersifat situasional sesuai karakteristik sekolah dan kebijakan daerah.
Pembinaan terhadap penguasaan kompetensi perlu dilakukan secara terus
menerus, meskipun barangkali terdapat korelasi di mana pengawas sekolah yang bertugas antara lain membina guru, ternyata penguasaan pada pada kompetensi tersebut juga masih lemah, seperti paparan direktur tendik dalam acara ToT Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009 sebagai berikut.
Kompetensi Pengawas Sekolah
Kondisi pengawas pendidikan yang masih lemah pada penguasaan
kompetensi tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap kepala sekolah yang dibinanya.
B. Perubahan Paradigma
Paradigma baru manajemen pendidikan menuntut kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah harus berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (EMASLIM) (Mulyasa, 2003: 98). Mulyasa merinci tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai educator, seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
disekolahnya; fungsi kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (2003: 98-103).
Selanjutnya Mulyasa (2003: 107-115) mengemukakan pula bahwa kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah; tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga pendidikan;
sebagai leader kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas ; kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptabel dan fleksibel. Kepala sekolah juga dituntut memiliki kemampuan
memotivasi bawahannya. Cara-cara memotivasi setiap orang berbeda, berdasarkan pada situasi, kesiapan, dan komitmen tiap orang. Motif motivasi yang berbeda inilah yang harus dipahami oleh tiap kepala sekolah sehingga tercipta kondisi ideal di dalam organisasi sekolah pada khususnya. Selanjutnya kepala sekolah
memerlukan berbagai kemampuan yang diharapkan. Ada bebrapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi kepala sekolah yang baik seperti yang di ungkap oleh Reinhartz, (2004: 18-20) berikut :
1. Do I have the right stuff or what it takes to be a school leader ? 2. Do I like teacher and student ?
3. Do I have a strong work ethic and like challenges ? 4. Do I engage in and encourage continuous improvement ? 5. Do I have a know how to handle conflict ?
6. Do I have a commitment to the community ?
7. Do I have the management and organizational skills to create a positive school culture that values teaching and learning ?
8. Do I have a sense of humor ?
Delapan pertanyaan yang diutarakan Reinhartz merupakan pertanyaan yang harus dijawab apabila seseorang akan menjadi kepala sekolah, karena delapan pertanyaan itu bisa diartikan sebagai persyaratan untuk menjadi kepala sekolah. Pertanyaan yang diutarakan Reinhartz adalah :
1. Apakah saya memiliki kemampuan yang tepat atau yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin sekolah ?
2. Apakah saya seperti guru dan murid ?
3. Apakah saya memiliki etika kerja yang kuat dan menyukai tantangan ? 4. Apakah saya mengusahakan dan mendorong peningkatan terus menerus ? 5. Apakah saya tahu bagaimana menangani konflik ?
6. Apakah saya punya komitmen terhadap masyarakat ?
7. Apakah saya memiliki keterampilan manajemen dan organisasi untuk
menciptakan budaya sekolah yang positif yang menjadi nilai belajar mengajar ? 8. Apakah saya memiliki rasa humor ?
Kepala sekolah yang memenuhi persyaratan diatas diharapkan mampu membawa sekolahnya pada keberhasilan lembaga maupun pada mutu pendidikan.
Peran manajerial kepala sekolah menurut Daniel Katz dan Robert Kahn dalam Lunenburg (2000: 333) dibagi tiga yakni :
1. Technical, involving good planning, organizing, coordinating, supervising, and controlling techniques;
2. Human, dealing with human relations and people skills, good motivating and morale building skills; and
3. Conceptual, emphasizing knowledge and technical skills related to the service (or product) of the organization
Daniel Katz dan Robert Kahn membagi keahlian manajemen menjadi tiga area utama: teknis, melibatkan perencanaan yang baik, pengorganisasian,
koordinasi, pengawasan, dan teknik pengawasan; hubungan manusia, berurusan dengan hubungan antar manusia dan keterampilan orang-orang, baik memotivasi dan semangat membangun keterampilan, dan konseptual, menekankan
pengetahuan dan keterampilan teknis yang terkait dengan layanan (atau produk) dari organisasi. (Untuk kepala sekolah pengetahuan, konseptual berkonotasi
kepemimpinan atau kurikulum, pengajaran, pengajaran, dan pembelajaran).
Keterampilan manajerial diperlukan untuk melaksanakan tugas manajerial secara efektif.
Keterampilan konseptual kepala sekolah diartikan sebagai kemampuan yang berkaitan dengan menggunakan gagasan dan menjabarkannya untuk mendapatkan pendekatan baru dalam menjalankan departemen-departemen atau perusahaan (Benton dalam Wahyudi, 2009: 69). Keterampilan konseptual merupakan kemampuan mengembangkan gagasan untuk merencanakan, mengkoordinasi, melakukan pengawasan dan memecahkan masalah (Wahyudi, 2009: 70). Dalam organisasi pendidikan keterampilan konseptual adalah kemampuan kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian secara tepat tentang efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan program secara harmonis (Otto dan Sanderr dalam Wahyudi, 2009: 70). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pentingnya keterampilan konseptual bagi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab manajerialnya terutama dalam perencanaan, pengorganisasian, menentukan kebijaksanaan, pemecahan masalah dan dalam pengembangan program secara efektif.
Keterampilan hubungan manusia harus dimiliki oleh seorang kepala
sekolah karena aktivitas sekolah merupakan aktivitas antar manusia (kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan murid dan murid dengan murid) untuk mencapai tujuan pendidikan kelembagaan. Keterampilan hubungan manusia merupakan kemampuan untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan memahami orang.orang dalam organisasi (Winardi dalam Wahyudi: 2009, 72). Lebih lanjut Winardi menjelaskan bahwa kemampuan ini harus dikuasai karena dengan komunikasi dan hubungan secara baik dapat memotivasi kerja bawahan. Keterampilan hubungan manusia di sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk membangun komunikasi dua arah antar personel sekolah dan anggota masyarakat lainnya untuk menciptakan kepercayaan pada sekolah dan meningkatkan kinerja guru. Perilaku hubungan manusia yang dilakukan kepala sekolah meliputi : (1) menjalin hubungan kerjasama dengan guru; (2) menjalin komunikasi dengan guru; (3) memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas guru; (4) membangun semangat/ moral kerja guru; (5) memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi ; (6) menyelesaikan segala permasalahan di sekolah; (7) mengikut sertakan guru dalam merumuskan pengambilan keputusan; (8) menyelesaikan konflik disekolah; (9) menghormati peraturan sekolah dan (10) menciptakan iklim kompetitif yang sehat antar guru.
C. Tugas Kepala Sekolah
Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual yaitu
merencanakan, mengorganisir, memecahkan masalah dan mengadakan kerjasama dengan guru dan masyarakat juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang bersifat praktis/ tehnikal (Wahyudi: 2009, 75). Dalam bidang pendidikan,
keterampilan tehnikal adalah kemampuan kepala sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan metode pengetahuan, keuangan, pelaporan, pendajwalan dan pemeliharaan.
Penerapan fungsi manajerial kepala sekolah yang terbagi dalam 3
keterampilan yakni keterampilan tehnikal, keterampilan hubungan manusia dan keterampilan konseptual dalam praktiknya secara rinci dapat dilihat dalam kompetensi manajerial kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsiten yang memungkinkan menjadi kompeten dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam
Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah di jabarkan sebagai berikut :
1. Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan
2. Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan
3. Dalam rangka pendayagunaan sumberdaya sekolah/ madrasah 4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/ madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif
5. Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal
6. Mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah
7. Mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa
8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional
9. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatankegiatan sekolah
10. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah
11. Menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
12. Menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran siswa
13. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan
14. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah
15. Mengelola kegiatan produksi/ jasa dalam mendukung sumber
pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar siswa
16. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau kemampuan dalam menjalankan wewenang, tugas dan tanggung jawabnya (Wahyudi, 2009: 32). Pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan kepala sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administrator tidak dapat dilepaskan dengan kompetensi manajerial yaitu conceptual skill, human skill and technical skill (Sergiovanni dalam Wahyudi, 2009: 33). Berdasarkan pada pendapat Sergiovani maka selanjutnya dalam penelitian ini akan dibahas tentang kompetensi
manajerial kepala sekolah yang diartikan sama dengan fungsi manajerial kepala sekolah.
D. Perlunya Strategi Efektif
Efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur
atau mujarab dapat membawa hasil. Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2007: 82).
Kepala sekolah yang mengalami kesulitan pada penguasaan kompetensi
manajerial seyogyanya mau senantiasa berubah dan berpikir maju. Orientasi yang diharapkan adalah kepekaan kepala sekolah dimulai dari dirinya sendiri. Seorang kepala sekolah paling tidak perlu melakukan hal-hal berikut:
1. Memahami tugas dan kewajibannya 2. Memahami kebutuhan organsasi(sekolah) 3. Memahami iklim organisasi sekolahnya
4. Memahami kondisi sumber daya manusia yang dipimpinnya 5. Memahami permasalahan organisasi
6. Mampu memetakan prioritas pengembangan organisasi 7. Menjadi teladan, serta aspek lain yang krusial bagi organisasi Menjadi pemimpin yang berhasil di dalam organisasi membutuhkan
kerjasama dengan semua pihak, baik internal maupun eksternal. Kondisi demikian harus dipahami sebagai sebuah tantangan. Kepala sekolah di dalam
mengembangkan penguasaan kompetensi manajerial dapat memulai dari dirinya sendiri. Ia harus mau untuk berkembang dengan senantiasa mengikuti
perkembangan peraturan, kebijakan, dan kondisi lainnya yang berasal dari internal dan eksternal organisasi. Kepala sekolah yang tidak peka terhadap perkembangan yang terjadi akan mengalami kesulitan karena kebijakan yang sifatnya manajerial saat ini berkembang sangat pesat seiring perkembangan system informasi dan komunikasi. Idealnya seorang pemimpin lebih dahulu tahu dan paham
dibandingkan dengan anak buahnya sehingga ia dapat dijadikan referensi bagi anak buahnya khususnya guru. Kompetensi manajerial menyangkut semua hal selain pembelajaran/kegiatan belajar mengajar, mulai dari ketatausahaan, bimbingan hingga pengawasan. Hal itu tidaklah mudah seperti hasil penelitian
yang menunjukkan lemahnya penguasaan pada dimensi itu pada kepala sekolah maupun pengawas. Selanjutnya sinergi dengan semua pihak untuk memajukan sekolah dapat dilakukan sedini mungkin dan bersifat proaktif tidak hanya menunggu uluran tangan namun mencari dukungan sinergis secara berkesinambungan.
Penutup
Kompetensi manajerial kepala sekolah menyangkut aspek yang sangat luas mulai dari menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan organisasi sekolah, memberdayagunakan sumberdaya sekolah hingga melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku.
Banyaknya aspek dalam kompetensi tersebut membutuhkan kemampuan kepala sekolah untuk selalu berkembang. Setiap kepala sekolah memiliki strategi yang bervariasi dan biasanya menggunakan pendekatan situasional. Pada aspek yang lebih luas ternyata setiap strategi memiliki kompensasi yang bervariasi. Kepala sekolah yang bertipe birokrat murni cenderung tidak disenangi guru atau
organisasi sekolahnya. Mendasarkan hal itu perlu pengembangan strategi efektif guna memastikan penguasaan kompetensi manajerial kepala sekolah secara utuh dan dapat diterapkan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas (2004) Keputusan Mendiknas nomor 162 tahun 2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2009). Bahan Pelatihan Master Trainer Calon Kepala Sekolah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Lunenburg, Fred C and Allan C. Ornstein. (2000) Educational Administration;
Concepts and Practices.USA: Wadsworth
Mulyasa (2005) Manajemen Berbasis Sekolah: konsep, strategi dan implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa (2005) Menjadi kepala sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. (2007). Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Permendiknas No.13 Tahun 2007. tentang Kompetensi profesional kepala sekolah/madrasah
Reinhartz, Judy & Don M. Beach.(2004). Educational Leadership: Changing schools, changing roles. USA: Pearson
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahjosumidjo. (2005) Kepemimpinan Kepala Sekolah: tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Wahyudi. (2009) Kepemimpinan Kepala Sekolah; dalam organisasi pembelajar (learning organization). Bandung: Alfabeta
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN
SIMEULUE
Taswir
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh Abstract
School head master managerial is one things must be conducted systematically and
continuously in order to improve the competence and the skill in carrying out the duty to
reach the national education goal. The purpose of this study is to describe the school head
master managerial at state vocational school SMK 2 Sinabang. This study uses descriptive
qualitative approach, and the data collection techniques were observations, interviews,
and documentations. The subjects of the research were: school head master, school
administration chairman, and the deputy of the school head master. The results shows
(1) the school head master’s ability in developing planning programs is formulated by
school head master which was started at new school year academic such as supervising,
assessing the teacher’s performance, involving the teachers on the trainings, giving extra
tasks for some teachers such as vice school headmaster, department chairman, lab
chairman, supervisors, and librarian, teachers for training, distribution of additional duties
for teachers as a representative example principal, head of department, head of the
laboratory, supervisor, and manager of the library; (2) the strategies undertaken by the
school head master in teacher performance implementation were: guiding teachers in
arranging lesson plan, applying teaching model variation, giving motivation, engaging
teachers in some training activities and refreshment courses, and giving the opportunities
to the teachers to pursue their study, activating MGMPs activity and KKG forum at
school; (3) The impact of the coaching process being carried out by the school head
master to improve the teacher performance, will be seen from the teacher changing
attitude to be better, namely, the ability of the teacher in setting the plan, implement,
and evaluate the teaching–learning process; (4) the constraints being faced in improving
the professional capability of teachers among others are: funding problem, timing, and
the limitation of the human resources as an instructor/ trainer in the field of vocational,
as well as limited training/refresher courses held in conjunction to the professional
upgrading of teachers.
Abstrak
Manajerial Kepala Sekolah merupakan hal yang harus dilakukan secara terencana dan
kontinyu, sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilannya dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan penelitian ini
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
292 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
adalah untuk mendeskripsikan manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru pada Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Sinabang. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah
Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, dan Wakil Kepala Sekolah. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menyusun program
perencanaan dirumuskan oleh kepala sekolah dimulai pada tahun ajaran baru dengan
kegiatan antara lain: melaksanakan supervisi, penilaian kinerja guru, mengikutsertakan
guru untuk mengikuti pelatihan, pembagian tugas tambahan bagi guru misalnya sebagai
wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, pembimbing, dan pengelola
perpustakaan; (2) strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan kinerja guru
kemampuan profesional guru telah dilakukan antara lain, membimbing guru dalam
menyusun perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran,
memberikan motivasi, mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan pelatihan/penataran, dan memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan studi,
serta mengaktifkan kegiatan forum MGMP dan KKG di sekolah; (3) dampak yang
ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan
kinerja guru, akan tampak dari adanya perubahan sikap guru-guru yang mengarah
kepada perubahan yang lebih baik, yaitu kemampuan guru dalam merencankan,
melaksanakan dan menilai proses pembelajaran; (4) kendala yang dihadapi dalam upaya
peningkatan kemampuan profesional guru antara lain, menyangkut masalah keterbatasan biaya, keterbatasan waktu, dan terbatasnya sumber daya manusia sebagai
instrukstur/pelatih pada bidang kejuruan, serta terbatasnya pelatihan/penataran yang
diadakan sehubungan dengan peningkatan kemampuan profesional guru.
Kata Kunci: pendidikan, manajerial kepala sekolah, kinerja guru.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan variabel kunci bagi pembangunan suatu bangsa.
Maju mundurnya suatu bangsa bergantung pada keberhasilan pendidikannya dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas bagi
pembangunan .
Sementara itu, keberhasilan dunia pendidikan dalam menciptakan SDM berkualitas tidak hanya bergantung pada seberapa banyak ilmu
pengetahuan yang
diajarkan kepada peserta didik, tetapi juga keterampilan profesional yang dilatihkan
dan dididikkan kepada siswa. Karenanya, sudah semestinya suatu bangsa tidak
hanya fokus pada pembangunan dan pengembangan pendidikan akademik, tetapi
juga kejujuran sebagai landasan untuk menuju sebuah kesuksesan.
Pengembangan kualitas SDM sebagai suatu proses pembudayaan dilakukan melalui perencanaan yang baik dalam sebuah organisasi. Berkaitan dengan hal
tersebut, Siagian mengemukakan:
Apabila berbicara tentang perencanaan sumber daya manusia, yang menjadi fokus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh
manajemen
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 293
guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat untuk waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan.1
Salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasa arah perkembangan masyarakat Indonesia masa depan ialah pendidikan. Di dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sejak berlakunya otonomi pendidikan, administrasi pendidikan
memberikan wewenang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah tingkat provinsi,
kabupaten/kota, dan lembaga instansi sekolah dalam melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengendalian.
Keberhasilan lembaga pendidikan di institusi dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satu di antaranya adalah
aspek kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang paling
bertanggungjawab dalam membangun pendidikan di institusi yang dipimpinnya.
Keberadaan kepala sekolah sebagai penggerak utama roda pendidikan di suatu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menuntut suatu profesionalisme dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.
Dengan
kata lain kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
Supriadi sebagaimana dikutip Mulyasa berpendapat: “Erat hubungannya antara
mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.”2
1 Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, hal.
41.
2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 25.
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
294 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
Menciptakan kepala sekolah yang bermutu memerlukan suatu manajemen dari pengambil kebijakan pendidikan di daerah (dalam hal ini Pemerintah Daerah
melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota) untuk membantu agar setiap kepala
sekolah memiliki kemampuan yang memenuhi standar sebagai seorang kepala
sekolah melalui berbagai programnya termasuk pemberdayaan pengawas sekolah
yang memiliki tugas mengikat sebagaimana tercantum dalam Kepmenpan Nomor
118 Tahun 1996, tentang wewenang dan tanggung jawab pengawas.
Dalam kenyataannya, berdasarkan pengamatan penulis masih cukup banyak kepala sekolah di Kabupaten Simeulue yang merasa kesulitan apalagi kepala sekolah di tingkat kejuruan SMK yang tidak sesuai dengan bidang keahlian (skill)
yang akan mempersiapkan peserta didik di masa depannya. Hal ini terutama sekali
dialami oleh para kepala sekolah di daerah-daerah terpencil. Para kepala sekolah
umumnya melakukan pengelolaan sekolah berdasarkan pada pengalaman pribadi
sesuai dengan konsep pemikiran yang dimilikinya.
Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) adalah sebuah lembaga dalam
pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswanya agar siap kerja atau
pun berwirausaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan/kemandirian siswanya dalam kehidupan selanjutnya. Dalam penjelasan UUSPN No. 20 Tahun
2003 dinyatakan bahwa program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan
peserta didik untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusanya
pada pekerjaan tertentu. Berikutnya sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan
(UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 12 ayat 1b dan Pasal 15 PP 29/1990), sekolah kejuruan menjadi agen/pencetak SDM yang sesuai dengan kebutuhan.
Uraian di
atas menunjukan bahwa peran kepala sekolah/guru sangat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada SMK Negeri 2 Sinabang.
Mengingat demikian pentingnya peran kepala sekolah maka dibutuhkan upaya peningkatan kompetensi yang terus menerus sehingga dapat meningkatkan
kemampuan profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanpa adanya
upaya peningkatan kompetensi maka kemampuan kepala sekolah/guru produktif
tidak mengalami peningkatan dan akhirnya berakibat pada rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan penulis terhadap obyek yang akan diteliti, diperoleh informasi dari wakil kepala sekolah di
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 295
lingkungan SMK Negeri 2 Sinabang, bahwa kegiatan peningkatan kompetensi guru/kepala sekolah belum terlaksana dengan baik sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan profesional kepala sekolah/guru produktif. Hal ini tercermin terhadap kualitas para lulusan, yang dapat diterima pergguruan tinggi
negeri maupun di dunia usaha.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan program kerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMK Negeri 2
Sinabang Kabupaten Simeulue. Berdasarkan ruang lingkup kajian penelitiannya,
maka penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dalam hal ini peneliti berusaha menyelidiki dan memaparkan peristiwa atau kejadian secara alami sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Metode deskriptif
ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada
saat penelitian dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu. Metode diskriptif adalah penelitian yang diharapkan dapat menggambarkan gejala, fakta dan kejadian.
Selanjutnya, Margono berpendapat bahwa: “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung dengan data yang diperoleh diuraikan
dalam bentuk kata-kata”.3 Penelitian kualitatif juga menekankan kepercayaan terhadap alam sekitarnya. Merujuk pada pendapat di atas maka pendekatan yang
dilakukan dalam penelitian ini merupakan pendekatan naturalistik.
Lokasi penelitian ini adalah di SMK Negeri 2 Sinabang Kabupaten Simeulue.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala SMK Negeri 2 Sinabang,
Pengawas dan Wakil Kepala Sekolah.
Data penelitian dikumpulkan melalui obeservasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono yang
mengemukakan
bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”.4
3 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Pustaka Umum, 2009, hal. 122.
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, hal.
104.
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
296 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Manajerial Kepala Sekolah
Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai
tenaga kependidikan di sekolahnya. Peningkatan profesionalisme guru sangat erat
kaitannya dengan kinerja, karena kinerja (performance) unjuk kerja seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith seperti
dikutip Nasir yang mengemukakan bahwa “Perfomance atau kinerja merupakan
hasil kerja dari suatu proses”.5 Dengan demikian, peran kepala sekolah sebagai
manajer sangat mempengaruhi kinerja guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik.
Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Persekolahan
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa kepala sekolah merupakan teladan terhadap guru dan karyawan sekolah. Sikap atau perilaku kepala sekolah
sangat mencerminkan perilaku guru dan warga sekolah lainnya. Atmodiwiro sebagaimana dikutip Murniati mengemukakan:
Pimpinan sebagai kepala sekolahan harus perlu memiliki beberapa karateristik: pertama, harus memiliki, integritas, bersikap tegas, jujur.
Kedua, kepala sekolah harus mampu bertindak adil. Ketiga kepala sekolah harus mampu membangun hubungan kemanusiaan dengan baik. Keempat, kepala sekolah harus mampu menentukan pencapaian hasil yang dicapai.
Kelima, pimpinan kepala sekolah harus mampu menjalin kerjasama dengan orang lain dalam melaksanakan komitmennya.6
Menurut Danim dan Suparno:“Kepala sekolah yang baik mampu
memadukan menerapakan dua prinsip sentralisasi dan desentralisasi wewenang
atau kekuasaan yang berimbang.”7 Pembinaan personil hendaknya didasarkan pada
kebutuhan dan potensi personil tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bahwa fungsi
5 Murniati dan Usman, Nasir, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : PT. Cipta Pusaka Media Perintis, 2009, hal. 63.
6 Murniati, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, Bandung: PT.
Citapustaka Media Perintis, 2008, hal. 151.
7 Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kempemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.hal. 107.
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 297
administrasi adalah sebagai pengembangan personil harus didasarkan pada tujuan
organisasi sekolah serta melaksanakan fungsi-fungsi administrasi pendidikan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kemampuan Guru
Guru adalah sosok manusia yang memiliki keterbatasan. Meskipun
masyarakat menganggap bahwa guru adalah orang yang serba bisa, guru selalu
disorot dalam berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus cepat tanggap,
agar tidak ketinggalan informasi dan guru harus memiliki keyakinan terhadap
kemampuan di bidang kerjanya.
Merujuk pada filosofi Ki Hajar Dewantara: “Seseorang profesional harus dapat menempatkan diri seideal mungkin dalam figurnya sebagai teladan yaitu ing
ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Predikat tersebut
telah meletakkan seorang profesional sebagai seorang pemimpin, yaitu seorang
pemimpin yang siap menciptakan pembaruan”.8
Peranan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kompetensi Kemampuan Profesional
Guru.
Peningkatan kompetensi kinerja mengandung pengertian proses aktivitas positif yaitu proses pemeliharaan, proses pengembangan dan proses perbaikan.
Ketiga-tiganya mengandung makna yang sama yaitu mewujudkan kondisi yang
diharapkan.
Melalui peningkatan kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah diharapkan kualitas pengajaran yang dilakukan akan meningkat sesuai dengan tanggung jawab
kepala sekolah. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 menetapkan bahwa:
1. Penyelenggara kegiatan pendidikan yang terdiri dari;
a. penyusunan program kerja sekolah.
b. penyusunan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan penyuluhan.
c. penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.
d. pendayagunaan buku perpustakaan sekolah.
8 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 24.
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
298 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
2. Pembinaan siswa.
3. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bagi guru.
4. Pembinaan tenaga kependidikan lainnya.
5. Penyelenggaraan administrasi sekolah.
6. Pemantauan sarana dan prasarana sekolah.
7. Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan orang tua dan atau masyarakat.
8. Pelaporan pelaksanaan pendidikan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jika kita perhatikan beberapa pengertian di atas masih bersifat umum artinya berlaku untuk setiap lembaga. Sedangkan kepemimpinan yang berhubungan langsung dengan persekolahan sedikit ada perbedaan. Hal ini seperti
yang didefinisikan Murniati: “kepemimpinan seorang kepala sekolah mencakup
cara-cara dan usahanya dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, serta
mengarahkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan stakeholder
pendidikan demi tercapaianya tujuan sekolah”.9 Lebih lanjut Usman mengatakan:
“Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak”.10 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Dalam menjalankan kemampuan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (kompetensi) yang bersifat psikologis, meliputi: kompetensi kognitif guru, kompetensi afektif guru, dan kompetensi psikomotor guru.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa, upaya
peningkatan kinerja guru tela dilakukan oleh kepala sekolah hal ini terbukti dari
adanya perubahan sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih
9 Murniati, Manajemen Stratejik..., hal. 137.
10 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, hal. 14.
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 299
baik. Hal ini terlihat dari indikator-indikator kelengkapan dokumen pembelajaran,
efektifitas pembelajaran, dan meningkatnya nilai proses hasil belajar siswa.
Perencanaan pembinaan kinerja guru merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan untuk melakukan peningkatan kemampuan profesional guru.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan bahwa “Program peningkatan
karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode- metode
ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini
maupun masa depan”.11
Oleh sebab itu, semakin baik program yang dirumuskan, maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai.
Program manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kemampuan profesional guru produktif yang dirumuskan menurut penulis sudah
baik, namun masih perlu dilakukan penambahan program untuk masa yang akan
datang, sehingga kegiatan peningkatan profesional yang dilaksanakan lebih banyak
lagi. Dengan demikian upaya peningkatan Kompetensi, guru melalui peningkatan
profesional dapat dilaksanakan dengan baik di SMK Negeri 2 Sinabang serta mendapat dukungan yang positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue.
Strategi yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan Program
Peningkatan Kinerja Guru
Dalam upaya melakukan peningkatan kemampuan profesional guru
produktif di SMK Negeri 2 Sinabang, telah dilakukan berbagai kegiatan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kegiatan pertama yang dilakukan antara lain
melakukan supervisi terhadap guru. Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah dan pengawas sekolah.
Supervisi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dapat memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha
dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pengajaran, pemilihan
alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang baik.
11 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hal.
68.
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
300 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
Pelaksanaan supervisi harus selalu dilakukan oleh kepala sekolah untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan para guru dalam
melaksanakan
tugasnya. Sehubungan dengan hal tersebut, Danim dan Khairil mengemukakan
bahwa:
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi aneka tugas pokok dan fungsi yang dilakukan oleh guru dan staf. Dalam kerangka ini kepala
sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru dan tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih cermat
melaksanakan pekerjaannya.12
Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Kepala SMK Negeri 2 Sinabang sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan profesional guru.
Dalam hal
ini Usman mengemukakan bahwa: “Manfaat penilaian kinerja adalah 1) meningkatnya obyektivitas penilaian kinerja pegawai; 2) meningkatnya keefektifan
penilaian kinerja pegawai; 3) meningkatnya kinerja pegawai, dan (4) mendapatkan
bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan pegawai tersebut”.13
Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk
menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai leading sector pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas. Sehubungan dengan hal tersebut
Kementerian
Pendidikan Nasional menetapkan bahwa: “Penilaian kinerja guru merupakan acuan bagi sekolah untuk menetapkan pengembangan karir dan profesi guru. Bagi
guru, penilaian kinerja merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu”.14
Kendala Yang Dihadapi Kepala Sekolah Dalam Upaya Pelaksanaan Pembinaan
Kinerja Guru Pada SMK Negeri 2 Sinabang
Kendala yang dihadapi selanjutnya menyangkut dengan keterbatasan
jumlah guru produktif pada beberapa jurusan menyebabkan sekolah mengalami
12 Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 81.
13 Husaini Usman, Manajemen: Teori..., hal.490.
14 Depdiknas, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hal. 3.
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 301
kesulitan untuk melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi di sekolah.
Dalam
hal ada jurusan tertentu yang guru produktifnya sangat terbatas, sekolah harus
mencari format baru untuk melakukan peningkatan kompetensi secara personal
melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekolah. Sekolah dapat saja
melakukan kerjasama dengan pihak lain sehingga sekolah dapat melakukan kegiatan peningkatan melalui dua arah. Boleh jadi guru produktif yang melakukan
praktek di luar sekolah atau boleh jadi para ahli dari luar sekolah yang didatangkan
ke sekolah.
Dalam melakukan peningkatan kompetensi guru di SMK Negeri 2 Sinabang terutama sekali jurusan yang mengalami keterbatasan guru, maka pihak sekolah
harus tetap berupaya melakukan terobosan sesuai dengan kondisi sekolah.
Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Fattah bahwa “Upaya-upaya pembinaan profesi
guru perlu dilakukan dalam suatu sistem sehingga pembinaan profesi guru akan
menjadi kegiatan yang bersifat terus menerus dan terprogram”.15
Kepala sekolah sebagai manajer harus terus berupaya untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dengan melakukan trobosan serta menjalin kerjasama berbagai pihak pemerintah yang terkait serta dukungan
masyarakat
dengan mengoptimalkan semua sumber daya sekolah, sehingga format peningkatan kompetensi guru dapat terus dilakukan dalam rangka menciptakan
guru produktif yang profesional yang mampu berkesempatan untuk menciptakan
yang lebi baik.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
5. Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menyusun program
perencanaan peningkatan kinerja guru yang dirumuskan oleh kepala sekolah melibatkan pengawas sekolah dimulai pada tahun ajaran baru antara lain:
melaksanakan supervisi terhadap guru baik administrasi maupun
pembelajaran, melakukan penilaian kinerja guru produktif, mengaktifkan
15 Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru, Konsep, Teori dan Model, Bandung: PT. Perdana Mulya Sarana, 2012, hal. 107.
MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE
302 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014
forum KKG dan MGMP di sekolah, pembagian tugas tambahan bagi guru misalnya wakil kepala sekolah, dan kepala laboratorium.
6. Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan kinerja guru produktif yang telah dilakukan antara lain: melakukan supervisi terhadap guru,
membimbing guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran, memberikan motivasi kerja kepada guru, mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan pelatihan/penataran, memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi.
7. Dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam usaha meningkatkan kinerja guru, yaitu tidak adanya
perubahan
sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih baik.
8. Kendala yang dialami dalam upaya peningkatan kinerja guru antara lain:
keterbatasan jumlah guru produktif, keterbatasan biaya, keterbatasan waktu, terbatasnya sumber daya manusia pelatih/instruktur dari berbagai jurusan keahlian.
Taswir
Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 303 DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Danim, Sudarwan dan Suparno, Manajemen dan Kempemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Danim, Sudarwan dan Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.
Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Pustaka Umum, 2009.
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006.
Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010.
Murniati, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, Bandung:
PT. Citapustaka Media Perintis, 2008.
Murniati dan Usman, Nasir, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : PT. Cipta Pusaka Media Perintis, 2009.
Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2010.
Sagala, Syaiful, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung
: Alfabeta, 2011.
Sanusi, Ahmad, Beberapa dimensi mutu Pendidikan, Bandung: PPS IKIP, 2006.
Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2008.
Sutrisno, Edy, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana, 2009.
Suwondo, Guru di Indonesia, Jakarta: Dittendik Dirjendikdasmen, 2006.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &
Tenaga Kependidikan, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010.
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2010.
PENDHULUAN
Dalam instansi pemerintah, Pegawai Negeri Sipil merupakan asset termahal dan terpenting bagi pencapaian tujuan. Maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan administrasi negara dan pembangunan melalui pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.31 tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Maka salah satu upaya untuk mewujudkan aparatur yang profesional dapat dilaksanakan melalui pelatihan. Kegiatan pelatihan merupakan proses peningkatan
kompetensi aparatur agar mampu menghasilkan kinerja yang optimal melalui transfer pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu agar memenuhi syarat dan cakap dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya diklat yang diikuti, diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai tersebut.
Pelatihan merupakan suatu cara untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pegawai. Pelatihan membantu pegawai dalam memahami pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan.
Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu berusaha untuk selalu menekankan kepada seluruh sumber daya manusianya untuk dapat mencapai prestasi kerja yang baik, namun dalam upaya pencapaian prestasi kerja tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan dimana proses dan kendala dalam pencapaian tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam aktivitas kerja pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu sering kali pekerjaan itu menumpuk pada satu atau beberapa orang sedangkan yang lain terkadang tidak melakukan aktivitas kerja apapun. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal antara lain kurangnya kompetensi maupun pengetahuan akan tugas yang akan dikerjakan, kurangnya kemampuan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta tidak adanya keinginan dari pegawai itu sendiri untuk mempelajari hal yang terkait dengan tugasnya.
Untuk mengatasi rendahnya kompetensi atau pengetahuan pegawai terhadap pekerjaannya, Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu telah mengadakan pelatihan.
Pelatihan ini tidak saja dilakukan didalam internal instansi tetapi juga dengan mengirim pegawainya untuk melaksanakan pelatihan keluar daerah atau ke pusat.