• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN TENTANG: TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN (TPPK) DI SEKOLAH SD NEGERI COT ANGAN

N/A
N/A
sd cot angan

Academic year: 2023

Membagikan "KEPUTUSAN TENTANG: TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN (TPPK) DI SEKOLAH SD NEGERI COT ANGAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BESAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SD NEGERI COT ANGAN

Jln. Tgk, Diangan – Gampong Cot.Kode Pos 23373 Email : sdcotangan@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH NOMOR : 422 / 55 / 2023

TENTANG

TIM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN DI LINGKUNGAN (TPPK) DI SEKOLAH

SD NEGERI COT ANGAN TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Menimbang : 1. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, perlu menetapkan Keputusan Kepala SD NEGERI COT ANGAN Satuan Pendidikan] tentang Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan SD NEGERI COT ANGAN

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan

Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;

3. … (dst)

MEMUTUSKAN Menetapkan :

Pertama : Membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan kekerasan di lingkungan Sekolah SD Negeri Cot Angan Tahun Pelajaran 2023 / 2024, yang selanjutnya di singkat (TPPK) SD Negeri Cot Angan dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala SD Negeri Cot Angan.

Kedua : Tim Pencegahan Tindak Kekerasan(TPPK) di lingkungan Sekolah SD Negeri Cot Angan Tahun Pelajaran 2023 / 2024 mempunyai tugas melaksanakan pencegahan dan penangana kekerasan di lingkungan SD Negeri Cot Angan.

Ketiga : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA , Tim Pencegahan Tindak Kekerasan(TPPK) SD Negeri Cot Angan memiliki fungsi sebagai berikut;

a. menyampaikan usulan/rekomendasi program pencegahan kekerasan kepada kepala satuan pendidikan;

b. memberikan masukan/saran kepada kepala satuan Pendidikan mengenai fasilitas yang aman dan nyaman di satuan pendidikan;

c. melaksanakan sosialisasi kebijakan dan program terkait pencegahan dan penanganan kekerasan bersama dengan satuan pendidikan;

d. menerima dan menindaklanjuti laporan dugaan kekerasan;

e. melakukan penanganan terhadap temuan adanya dugaan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan;

f. menyampaikan pemberitahuan kepada orang tua/wali dari

(2)

peserta didik yang terlibat kekerasan;

g. memeriksa laporan dugaan kekerasan

h. memberikan rekomendasi sanksi kepada kepala satuan pendidikan berdasarkan hasil pemeriksaan;

i. mendampingi korban dan/atau pelapor kekerasan di lingkungan satuan pendidikan;

j. memfasilitasi pendampingan oleh ahli atau layanan lainnya yang dibutuhkan korban, pelapor, dan/atau saksi;

k. memberikan rujukan bagi korban ke layanan sesuai dengan kebutuhan korban kekerasan;

l. memberikan rekomendasi pendidikan anak dalam hal peserta didik yang terlibat kekerasan merupakan anak yang

berhadapan dengan hukum; dan

m. melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala dinas pendidikan melalui kepala satuan pendidikan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

KEEMPAT : Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dan KETIGA, TPPK SD Negeri Cot Angan memiliki masa tugas selama 2 (dua) tahun.

KELIMA : Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dan KETIGA, TPPK SD Negeri Cot Angan bertanggung jawab kepada Kepala SD Negeri Cot Angan

KEENAM : Koordinator TPPK SD Negeri Cot Angan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi kepada Kepala SD Negeri Cot Angan dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Besar.

KETUJUH : Keputusan Kepala SD Negeri Cot Angan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Gampong Cot Pada Tanggal : 15 September 2023 Kepala Sekolah SD Negeri Cot Angan

ROSMAINI, S.Pd

NIP. 19711012 200212 2 005

(3)

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH

TENTANG : PEMBENTUKAN TIM PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN DI SEKOLAH NEGERI COT ANGAN TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024

NOMOR : 422 / 55 / 2023 TANGGAL : 15 September 2023

SUSUNAN PENGURUS

TIM PENCEGAHAN TINDAK KEKERASAN SEKOLAH NEGERI COT ANGAN

TAHUN PELAJARAN 2023 / 2024

N

O NAMA Perwakilan Unsur Jabatan dalam TPPK

1 Abdul Munir Ketua Perwakilan Guru

2 Surya Firnanda Anggota Perwakilan Guru

3 Abdul Samad Anggota Perwakilan Komite

4 5 dst

Kepala Sekolah

ROSMAINI, S.Pd

NIP. 19711012 200212 2 005

(4)

Strategi Mengembangkan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Oleh Nurtanio Agus P

Abstract

Managerial competence of school principals regarding broad aspects.

Based on research in several areas shows that the mastery of managerial

competency by the school principal still needs improvement. The role of school principals are not only conceptually, but it was elected with a clear legitimacy then the responsibility and the role of managerial leadership in accordance with the assignment.

Aspects of managerial competence is starting school principal regarding an extremely wide aspect of school planning, develop a school organization, empowering school resources to carry out supervision on the implementation of school activities according to applicable standards of supervision.

To develop managerial competencies principals can be done in several

ways: (1) understand the duties and obligations, (2) understand the needs of the organization with (school), (3) understand the organizational climate of school, (4) understand the conditions that lead human resources, ( 5) understand the organizational problems, (6) capable of mapping the organization's development priorities, and (7) being an example, and other aspects crucial for the organization Key words: Strategy, Managerial Competence

A. Latar belakang

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan

tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2005: 83). Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan tertentu seperti : latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas sesuai

Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan direktur tenaga

kependidikan dalam ToT Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009 menunjukkan bahwa dari lima kompetensi kepala sekolah

(kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan) ternyata kompetensi manajerial dan supervisi kepala sekolah masih lemah. Secara rinci paparan hasil penelitian tersebut sebagai berikut.

Kompetensi kepala Sekolah (n=50)

Hasil di atas bukan tanpa sebab, karena permasalahan manajerial menyangkut banyak aspek yang kompleks. Aspek tersebut meliputi:

1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai 2. Kemampuan memetakan permasalahan pendidikan

(5)

3. Strategi kepemimpinan kepala sekolah 4. Kedewasaan lembaga

5. Kerjasama internal dan eksternal,

6. Faktor lain yang bersifat situasional sesuai karakteristik sekolah dan kebijakan daerah.

Pembinaan terhadap penguasaan kompetensi perlu dilakukan secara terus

menerus, meskipun barangkali terdapat korelasi di mana pengawas sekolah yang bertugas antara lain membina guru, ternyata penguasaan pada pada kompetensi tersebut juga masih lemah, seperti paparan direktur tendik dalam acara ToT Fasilitator calon kepala sekolah dan pengawas tanggal 6 Februari 2009 sebagai berikut.

Kompetensi Pengawas Sekolah

Kondisi pengawas pendidikan yang masih lemah pada penguasaan

kompetensi tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap kepala sekolah yang dibinanya.

B. Perubahan Paradigma

Paradigma baru manajemen pendidikan menuntut kesesuaian dengan

kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah harus berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (EMASLIM) (Mulyasa, 2003: 98). Mulyasa merinci tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai educator, seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan

disekolahnya; fungsi kepala sekolah sebagai manajer harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (2003: 98-103).

Selanjutnya Mulyasa (2003: 107-115) mengemukakan pula bahwa kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah; tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga pendidikan;

sebagai leader kepala sekolah harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas ; kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptabel dan fleksibel. Kepala sekolah juga dituntut memiliki kemampuan

memotivasi bawahannya. Cara-cara memotivasi setiap orang berbeda, berdasarkan pada situasi, kesiapan, dan komitmen tiap orang. Motif motivasi yang berbeda inilah yang harus dipahami oleh tiap kepala sekolah sehingga tercipta kondisi ideal di dalam organisasi sekolah pada khususnya. Selanjutnya kepala sekolah memerlukan berbagai kemampuan yang diharapkan. Ada bebrapa persyaratan

(6)

yang harus dipenuhi untuk menjadi kepala sekolah yang baik seperti yang di ungkap oleh Reinhartz, (2004: 18-20) berikut :

1. Do I have the right stuff or what it takes to be a school leader ? 2. Do I like teacher and student ?

3. Do I have a strong work ethic and like challenges ? 4. Do I engage in and encourage continuous improvement ? 5. Do I have a know how to handle conflict ?

6. Do I have a commitment to the community ?

7. Do I have the management and organizational skills to create a positive school culture that values teaching and learning ?

8. Do I have a sense of humor ?

Delapan pertanyaan yang diutarakan Reinhartz merupakan pertanyaan yang harus dijawab apabila seseorang akan menjadi kepala sekolah, karena delapan pertanyaan itu bisa diartikan sebagai persyaratan untuk menjadi kepala sekolah. Pertanyaan yang diutarakan Reinhartz adalah :

1. Apakah saya memiliki kemampuan yang tepat atau yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin sekolah ?

2. Apakah saya seperti guru dan murid ?

3. Apakah saya memiliki etika kerja yang kuat dan menyukai tantangan ? 4. Apakah saya mengusahakan dan mendorong peningkatan terus menerus ? 5. Apakah saya tahu bagaimana menangani konflik ?

6. Apakah saya punya komitmen terhadap masyarakat ?

7. Apakah saya memiliki keterampilan manajemen dan organisasi untuk

menciptakan budaya sekolah yang positif yang menjadi nilai belajar mengajar ? 8. Apakah saya memiliki rasa humor ?

Kepala sekolah yang memenuhi persyaratan diatas diharapkan mampu membawa sekolahnya pada keberhasilan lembaga maupun pada mutu pendidikan.

Peran manajerial kepala sekolah menurut Daniel Katz dan Robert Kahn dalam Lunenburg (2000: 333) dibagi tiga yakni :

1. Technical, involving good planning, organizing, coordinating, supervising, and controlling techniques;

2. Human, dealing with human relations and people skills, good motivating and morale building skills; and

3. Conceptual, emphasizing knowledge and technical skills related to the service (or product) of the organization

Daniel Katz dan Robert Kahn membagi keahlian manajemen menjadi tiga area utama: teknis, melibatkan perencanaan yang baik, pengorganisasian,

koordinasi, pengawasan, dan teknik pengawasan; hubungan manusia, berurusan dengan hubungan antar manusia dan keterampilan orang-orang, baik memotivasi dan semangat membangun keterampilan, dan konseptual, menekankan

pengetahuan dan keterampilan teknis yang terkait dengan layanan (atau produk) dari organisasi. (Untuk kepala sekolah pengetahuan, konseptual berkonotasi kepemimpinan atau kurikulum, pengajaran, pengajaran, dan pembelajaran).

(7)

Keterampilan manajerial diperlukan untuk melaksanakan tugas manajerial secara efektif.

Keterampilan konseptual kepala sekolah diartikan sebagai kemampuan yang berkaitan dengan menggunakan gagasan dan menjabarkannya untuk mendapatkan pendekatan baru dalam menjalankan departemen-departemen atau perusahaan (Benton dalam Wahyudi, 2009: 69). Keterampilan konseptual merupakan kemampuan mengembangkan gagasan untuk merencanakan, mengkoordinasi, melakukan pengawasan dan memecahkan masalah (Wahyudi, 2009: 70). Dalam organisasi pendidikan keterampilan konseptual adalah kemampuan kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian secara tepat tentang efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan program secara harmonis (Otto dan Sanderr dalam Wahyudi, 2009: 70). Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pentingnya keterampilan konseptual bagi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab manajerialnya terutama dalam perencanaan, pengorganisasian, menentukan kebijaksanaan, pemecahan masalah dan dalam pengembangan program secara efektif.

Keterampilan hubungan manusia harus dimiliki oleh seorang kepala

sekolah karena aktivitas sekolah merupakan aktivitas antar manusia (kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan murid dan murid dengan murid) untuk mencapai tujuan pendidikan kelembagaan. Keterampilan hubungan manusia merupakan kemampuan untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan memahami orang.orang dalam organisasi (Winardi dalam Wahyudi: 2009, 72). Lebih lanjut Winardi menjelaskan bahwa kemampuan ini harus dikuasai karena dengan komunikasi dan hubungan secara baik dapat memotivasi kerja bawahan. Keterampilan hubungan manusia di sekolah adalah kemampuan kepala sekolah untuk membangun komunikasi dua arah antar personel sekolah dan anggota masyarakat lainnya untuk menciptakan kepercayaan pada sekolah dan meningkatkan kinerja guru. Perilaku hubungan manusia yang dilakukan kepala sekolah meliputi : (1) menjalin hubungan kerjasama dengan guru; (2) menjalin komunikasi dengan guru; (3) memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas guru; (4) membangun semangat/ moral kerja guru; (5) memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi ; (6) menyelesaikan segala permasalahan di sekolah; (7) mengikut sertakan guru dalam merumuskan pengambilan keputusan; (8) menyelesaikan konflik disekolah; (9) menghormati peraturan sekolah dan (10) menciptakan iklim kompetitif yang sehat antar guru.

C. Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual yaitu

merencanakan, mengorganisir, memecahkan masalah dan mengadakan kerjasama dengan guru dan masyarakat juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang bersifat praktis/ tehnikal (Wahyudi: 2009, 75). Dalam bidang pendidikan,

keterampilan tehnikal adalah kemampuan kepala sekolah dalam menanggapi dan

(8)

memahami serta cakap menggunakan metode pengetahuan, keuangan, pelaporan, pendajwalan dan pemeliharaan.

Penerapan fungsi manajerial kepala sekolah yang terbagi dalam 3

keterampilan yakni keterampilan tehnikal, keterampilan hubungan manusia dan keterampilan konseptual dalam praktiknya secara rinci dapat dilihat dalam kompetensi manajerial kepala sekolah. Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsiten yang memungkinkan menjadi kompeten dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagaimana tertulis dalam

Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah di jabarkan sebagai berikut :

1. Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan

2. Mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan

3. Dalam rangka pendayagunaan sumberdaya sekolah/ madrasah 4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/ madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif

5. Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal

6. Mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah

7. Mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa

8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

9. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatankegiatan sekolah

10. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan kesiswaan di sekolah

11. Menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah

12. Menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran siswa

13. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan

14. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah

15. Mengelola kegiatan produksi/ jasa dalam mendukung sumber pembiayaan sekolah dan sebagai sumber belajar siswa

(9)

16. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau kemampuan dalam menjalankan wewenang, tugas dan tanggung jawabnya (Wahyudi, 2009: 32). Pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan kepala sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administrator tidak dapat dilepaskan dengan kompetensi manajerial yaitu conceptual skill, human skill and technical skill (Sergiovanni dalam Wahyudi, 2009: 33). Berdasarkan pada pendapat Sergiovani maka selanjutnya dalam penelitian ini akan dibahas tentang kompetensi

manajerial kepala sekolah yang diartikan sama dengan fungsi manajerial kepala sekolah.

D. Perlunya Strategi Efektif

Efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur

atau mujarab dapat membawa hasil. Efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Mulyasa, 2007: 82).

Kepala sekolah yang mengalami kesulitan pada penguasaan kompetensi

manajerial seyogyanya mau senantiasa berubah dan berpikir maju. Orientasi yang diharapkan adalah kepekaan kepala sekolah dimulai dari dirinya sendiri. Seorang kepala sekolah paling tidak perlu melakukan hal-hal berikut:

1. Memahami tugas dan kewajibannya 2. Memahami kebutuhan organsasi(sekolah) 3. Memahami iklim organisasi sekolahnya

4. Memahami kondisi sumber daya manusia yang dipimpinnya 5. Memahami permasalahan organisasi

6. Mampu memetakan prioritas pengembangan organisasi 7. Menjadi teladan, serta aspek lain yang krusial bagi organisasi Menjadi pemimpin yang berhasil di dalam organisasi membutuhkan

kerjasama dengan semua pihak, baik internal maupun eksternal. Kondisi demikian harus dipahami sebagai sebuah tantangan. Kepala sekolah di dalam

mengembangkan penguasaan kompetensi manajerial dapat memulai dari dirinya sendiri. Ia harus mau untuk berkembang dengan senantiasa mengikuti

perkembangan peraturan, kebijakan, dan kondisi lainnya yang berasal dari internal dan eksternal organisasi. Kepala sekolah yang tidak peka terhadap perkembangan yang terjadi akan mengalami kesulitan karena kebijakan yang sifatnya manajerial saat ini berkembang sangat pesat seiring perkembangan system informasi dan komunikasi. Idealnya seorang pemimpin lebih dahulu tahu dan paham

dibandingkan dengan anak buahnya sehingga ia dapat dijadikan referensi bagi anak buahnya khususnya guru. Kompetensi manajerial menyangkut semua hal selain pembelajaran/kegiatan belajar mengajar, mulai dari ketatausahaan, bimbingan hingga pengawasan. Hal itu tidaklah mudah seperti hasil penelitian yang menunjukkan lemahnya penguasaan pada dimensi itu pada kepala sekolah

(10)

maupun pengawas. Selanjutnya sinergi dengan semua pihak untuk memajukan sekolah dapat dilakukan sedini mungkin dan bersifat proaktif tidak hanya menunggu uluran tangan namun mencari dukungan sinergis secara berkesinambungan.

Penutup

Kompetensi manajerial kepala sekolah menyangkut aspek yang sangat luas mulai dari menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan organisasi sekolah, memberdayagunakan sumberdaya sekolah hingga melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah sesuai standar pengawasan yang berlaku.

Banyaknya aspek dalam kompetensi tersebut membutuhkan kemampuan kepala sekolah untuk selalu berkembang. Setiap kepala sekolah memiliki strategi yang bervariasi dan biasanya menggunakan pendekatan situasional. Pada aspek yang lebih luas ternyata setiap strategi memiliki kompensasi yang bervariasi. Kepala sekolah yang bertipe birokrat murni cenderung tidak disenangi guru atau

organisasi sekolahnya. Mendasarkan hal itu perlu pengembangan strategi efektif guna memastikan penguasaan kompetensi manajerial kepala sekolah secara utuh dan dapat diterapkan secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (2004) Keputusan Mendiknas nomor 162 tahun 2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2009). Bahan Pelatihan Master Trainer Calon Kepala Sekolah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Lunenburg, Fred C and Allan C. Ornstein. (2000) Educational Administration;

Concepts and Practices.USA: Wadsworth

Mulyasa (2005) Manajemen Berbasis Sekolah: konsep, strategi dan implementasi.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa (2005) Menjadi kepala sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, E. (2007). Manajemen berbasis sekolah: Konsep, strategi dan implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Permendiknas No.13 Tahun 2007. tentang Kompetensi profesional kepala sekolah/madrasah

Reinhartz, Judy & Don M. Beach.(2004). Educational Leadership: Changing schools, changing roles. USA: Pearson

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wahjosumidjo. (2005) Kepemimpinan Kepala Sekolah: tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Wahyudi. (2009) Kepemimpinan Kepala Sekolah; dalam organisasi pembelajar (learning organization). Bandung: Alfabeta

(11)

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

Taswir

Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract

School head master managerial is one things must be conducted systematically and continuously in order to improve the competence and the skill in carrying out the duty to reach the national education goal. The purpose of this study is to describe the school head master managerial at state vocational school SMK 2 Sinabang. This study uses descriptive qualitative approach, and the data collection techniques were observations, interviews, and documentations. The subjects of the research were: school head master, school administration chairman, and the deputy of the school head master. The results shows (1) the school head master’s ability in developing planning programs is formulated by school head master which was started at new school year academic such as supervising, assessing the teacher’s performance, involving the teachers on the trainings, giving extra tasks for some teachers such as vice school headmaster, department chairman, lab

chairman, supervisors, and librarian, teachers for training, distribution of additional duties for teachers as a representative example principal, head of department, head of the

laboratory, supervisor, and manager of the library; (2) the strategies undertaken by the school head master in teacher performance implementation were: guiding teachers in arranging lesson plan, applying teaching model variation, giving motivation, engaging teachers in some training activities and refreshment courses, and giving the opportunities to the teachers to pursue their study, activating MGMPs activity and KKG forum at school; (3) The impact of the coaching process being carried out by the school head master to improve the teacher performance, will be seen from the teacher changing attitude to be better, namely, the ability of the teacher in setting the plan, implement, and evaluate the teaching–learning process; (4) the constraints being faced in improving the professional capability of teachers among others are: funding problem, timing, and the limitation of the human resources as an instructor/ trainer in the field of vocational, as well as limited training/refresher courses held in conjunction to the professional upgrading of teachers.

Abstrak

Manajerial Kepala Sekolah merupakan hal yang harus dilakukan secara terencana dan kontinyu, sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan keterampilannya dalam

melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan penelitian ini

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

292 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

adalah untuk mendeskripsikan manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pada Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Sinabang. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, dan Wakil Kepala Sekolah. Hasil penelitian menunjukkan: (1) kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menyusun program perencanaan dirumuskan oleh kepala sekolah dimulai pada tahun ajaran baru dengan kegiatan antara lain: melaksanakan supervisi, penilaian kinerja guru, mengikutsertakan guru untuk mengikuti pelatihan, pembagian tugas tambahan bagi guru misalnya sebagai wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, pembimbing, dan pengelola perpustakaan; (2) strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan kinerja guru kemampuan profesional guru telah dilakukan antara lain, membimbing guru dalam

menyusun perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran, memberikan motivasi, mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan

pelatihan/penataran, dan memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan studi, serta mengaktifkan kegiatan forum MGMP dan KKG di sekolah; (3) dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru, akan tampak dari adanya perubahan sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih baik, yaitu kemampuan guru dalam merencankan,

melaksanakan dan menilai proses pembelajaran; (4) kendala yang dihadapi dalam upaya

(12)

peningkatan kemampuan profesional guru antara lain, menyangkut masalah

keterbatasan biaya, keterbatasan waktu, dan terbatasnya sumber daya manusia sebagai instrukstur/pelatih pada bidang kejuruan, serta terbatasnya pelatihan/penataran yang diadakan sehubungan dengan peningkatan kemampuan profesional guru.

Kata Kunci: pendidikan, manajerial kepala sekolah, kinerja guru.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan variabel kunci bagi pembangunan suatu bangsa.

Maju mundurnya suatu bangsa bergantung pada keberhasilan pendidikannya dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas bagi pembangunan . Sementara itu, keberhasilan dunia pendidikan dalam menciptakan SDM

berkualitas tidak hanya bergantung pada seberapa banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada peserta didik, tetapi juga keterampilan profesional yang dilatihkan dan dididikkan kepada siswa. Karenanya, sudah semestinya suatu bangsa tidak hanya fokus pada pembangunan dan pengembangan pendidikan akademik, tetapi juga kejujuran sebagai landasan untuk menuju sebuah kesuksesan.

Pengembangan kualitas SDM sebagai suatu proses pembudayaan dilakukan melalui perencanaan yang baik dalam sebuah organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Siagian mengemukakan:

Apabila berbicara tentang perencanaan sumber daya manusia, yang menjadi fokus perhatian ialah langkah-langkah tertentu yang diambil oleh manajemen

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 293

guna lebih menjamin bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai kedudukan, jabatan dan pekerjaan yang tepat untuk waktu yang tepat, kesemuanya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah dan akan ditetapkan.1

Salah satu program yang dapat menyiapkan dan merekayasa arah

perkembangan masyarakat Indonesia masa depan ialah pendidikan. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Sejak berlakunya otonomi pendidikan, administrasi pendidikan

memberikan wewenang seluas-luasnya kepada pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan lembaga instansi sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pengendalian.

Keberhasilan lembaga pendidikan di institusi dalam meningkatkan mutu

pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satu di antaranya adalah aspek kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggungjawab dalam membangun pendidikan di institusi yang dipimpinnya.

Keberadaan kepala sekolah sebagai penggerak utama roda pendidikan di suatu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional menuntut suatu profesionalisme dan komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Dengan kata lain kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya. Sehubungan dengan hal tersebut, Supriadi sebagaimana dikutip Mulyasa berpendapat: “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.”2 1 Sondang Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, hal.

41.

2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hal. 25.

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

294 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

Menciptakan kepala sekolah yang bermutu memerlukan suatu manajemen

dari pengambil kebijakan pendidikan di daerah (dalam hal ini Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota) untuk membantu agar setiap kepala sekolah memiliki kemampuan yang memenuhi standar sebagai seorang kepala sekolah melalui berbagai programnya termasuk pemberdayaan pengawas sekolah yang memiliki tugas mengikat sebagaimana tercantum dalam Kepmenpan Nomor 118 Tahun 1996, tentang wewenang dan tanggung jawab pengawas.

(13)

Dalam kenyataannya, berdasarkan pengamatan penulis masih cukup banyak kepala sekolah di Kabupaten Simeulue yang merasa kesulitan apalagi kepala sekolah di tingkat kejuruan SMK yang tidak sesuai dengan bidang keahlian (skill) yang akan mempersiapkan peserta didik di masa depannya. Hal ini terutama sekali dialami oleh para kepala sekolah di daerah-daerah terpencil. Para kepala sekolah umumnya melakukan pengelolaan sekolah berdasarkan pada pengalaman pribadi sesuai dengan konsep pemikiran yang dimilikinya.

Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) adalah sebuah lembaga dalam

pendidikan formal yang bertujuan untuk mendidik siswanya agar siap kerja atau pun berwirausaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan/kemandirian siswanya dalam kehidupan selanjutnya. Dalam penjelasan UUSPN No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusanya pada pekerjaan tertentu. Berikutnya sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 12 ayat 1b dan Pasal 15 PP 29/1990), sekolah kejuruan menjadi agen/pencetak SDM yang sesuai dengan kebutuhan. Uraian di atas menunjukan bahwa peran kepala sekolah/guru sangat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada SMK Negeri 2 Sinabang.

Mengingat demikian pentingnya peran kepala sekolah maka dibutuhkan

upaya peningkatan kompetensi yang terus menerus sehingga dapat meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanpa adanya upaya peningkatan kompetensi maka kemampuan kepala sekolah/guru produktif tidak mengalami peningkatan dan akhirnya berakibat pada rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan penulis terhadap obyek yang akan diteliti, diperoleh informasi dari wakil kepala sekolah di

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 295

lingkungan SMK Negeri 2 Sinabang, bahwa kegiatan peningkatan kompetensi guru/kepala sekolah belum terlaksana dengan baik sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan profesional kepala sekolah/guru produktif. Hal ini tercermin terhadap kualitas para lulusan, yang dapat diterima pergguruan tinggi negeri maupun di dunia usaha.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan

program kerja kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMK Negeri 2 Sinabang Kabupaten Simeulue. Berdasarkan ruang lingkup kajian penelitiannya, maka penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Dalam hal ini peneliti berusaha menyelidiki dan memaparkan peristiwa atau

kejadian secara alami sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode diskriptif adalah penelitian yang diharapkan dapat

menggambarkan gejala, fakta dan kejadian.

Selanjutnya, Margono berpendapat bahwa: “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung dengan data yang diperoleh diuraikan dalam bentuk kata-kata”.3 Penelitian kualitatif juga menekankan kepercayaan terhadap alam sekitarnya. Merujuk pada pendapat di atas maka pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pendekatan naturalistik.

Lokasi penelitian ini adalah di SMK Negeri 2 Sinabang Kabupaten Simeulue.

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Kepala SMK Negeri 2 Sinabang, Pengawas dan Wakil Kepala Sekolah.

Data penelitian dikumpulkan melalui obeservasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono yang mengemukakan bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi”.4

3 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Pustaka Umum, 2009, hal. 122.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, hal.

104.

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

296 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

KAJIAN PUSTAKA

Konsep Manajerial Kepala Sekolah

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus

(14)

memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga kependidikan di sekolahnya. Peningkatan profesionalisme guru sangat erat kaitannya dengan kinerja, karena kinerja (performance) unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith seperti dikutip Nasir yang mengemukakan bahwa “Perfomance atau kinerja merupakan hasil kerja dari suatu proses”.5 Dengan demikian, peran kepala sekolah sebagai manajer sangat mempengaruhi kinerja guru dalam meningkatkan

profesionalitasnya sebagai tenaga pendidik.

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Persekolahan

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa kepala sekolah merupakan teladan terhadap guru dan karyawan sekolah. Sikap atau perilaku kepala sekolah sangat mencerminkan perilaku guru dan warga sekolah lainnya. Atmodiwiro sebagaimana dikutip Murniati mengemukakan:

Pimpinan sebagai kepala sekolahan harus perlu memiliki beberapa karateristik: pertama, harus memiliki, integritas, bersikap tegas, jujur.

Kedua, kepala sekolah harus mampu bertindak adil. Ketiga kepala sekolah harus mampu membangun hubungan kemanusiaan dengan baik. Keempat, kepala sekolah harus mampu menentukan pencapaian hasil yang dicapai.

Kelima, pimpinan kepala sekolah harus mampu menjalin kerjasama dengan orang lain dalam melaksanakan komitmennya.6

Menurut Danim dan Suparno:“Kepala sekolah yang baik mampu

memadukan menerapakan dua prinsip sentralisasi dan desentralisasi wewenang atau kekuasaan yang berimbang.”7 Pembinaan personil hendaknya didasarkan pada kebutuhan dan potensi personil tersebut. Sebagaimana kita ketahui, bahwa fungsi

5 Murniati dan Usman, Nasir, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : PT. Cipta Pusaka Media Perintis, 2009, hal. 63.

6 Murniati, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, Bandung: PT.

Citapustaka Media Perintis, 2008, hal. 151.

7 Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kempemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.hal. 107.

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 297

administrasi adalah sebagai pengembangan personil harus didasarkan pada tujuan organisasi sekolah serta melaksanakan fungsi-fungsi administrasi pendidikan.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kemampuan Guru Guru adalah sosok manusia yang memiliki keterbatasan. Meskipun

masyarakat menganggap bahwa guru adalah orang yang serba bisa, guru selalu disorot dalam berbagai sudut pandang. Oleh karena itu, guru harus cepat tanggap, agar tidak ketinggalan informasi dan guru harus memiliki keyakinan terhadap kemampuan di bidang kerjanya.

Merujuk pada filosofi Ki Hajar Dewantara: “Seseorang profesional harus

dapat menempatkan diri seideal mungkin dalam figurnya sebagai teladan yaitu ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Predikat tersebut telah meletakkan seorang profesional sebagai seorang pemimpin, yaitu seorang pemimpin yang siap menciptakan pembaruan”.8

Peranan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kompetensi Kemampuan Profesional Guru.

Peningkatan kompetensi kinerja mengandung pengertian proses aktivitas positif yaitu proses pemeliharaan, proses pengembangan dan proses perbaikan.

Ketiga-tiganya mengandung makna yang sama yaitu mewujudkan kondisi yang diharapkan.

Melalui peningkatan kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah diharapkan kualitas pengajaran yang dilakukan akan meningkat sesuai dengan tanggung jawab kepala sekolah. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 menetapkan bahwa:

1. Penyelenggara kegiatan pendidikan yang terdiri dari;

a. penyusunan program kerja sekolah.

b. penyusunan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan penyuluhan.

c. penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah.

d. pendayagunaan buku perpustakaan sekolah.

8 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga Kependidikan, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010, hal. 24.

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

298 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

2. Pembinaan siswa.

3. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bagi guru.

(15)

4. Pembinaan tenaga kependidikan lainnya.

5. Penyelenggaraan administrasi sekolah.

6. Pemantauan sarana dan prasarana sekolah.

7. Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan orang tua dan atau masyarakat.

8. Pelaporan pelaksanaan pendidikan.

Kepemimpinan Kepala Sekolah

Jika kita perhatikan beberapa pengertian di atas masih bersifat umum artinya berlaku untuk setiap lembaga. Sedangkan kepemimpinan yang

berhubungan langsung dengan persekolahan sedikit ada perbedaan. Hal ini seperti yang didefinisikan Murniati: “kepemimpinan seorang kepala sekolah mencakup cara-cara dan usahanya dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, serta mengarahkan guru, staf, siswa, orang tua siswa, masyarakat, dan stakeholder pendidikan demi tercapaianya tujuan sekolah”.9 Lebih lanjut Usman mengatakan:

“Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak”.10 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi

merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Dalam menjalankan kemampuan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (kompetensi) yang bersifat psikologis, meliputi: kompetensi kognitif guru, kompetensi afektif guru, dan kompetensi psikomotor guru.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa, upaya

peningkatan kinerja guru tela dilakukan oleh kepala sekolah hal ini terbukti dari adanya perubahan sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih

9 Murniati, Manajemen Stratejik..., hal. 137.

10 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, hal. 14.

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 299

baik. Hal ini terlihat dari indikator-indikator kelengkapan dokumen pembelajaran, efektifitas pembelajaran, dan meningkatnya nilai proses hasil belajar siswa.

Perencanaan pembinaan kinerja guru merupakan suatu kegiatan yang

mutlak dilakukan untuk melakukan peningkatan kemampuan profesional guru.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Hasibuan bahwa “Program peningkatan karyawan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun masa depan”.11

Oleh sebab itu, semakin baik program yang dirumuskan, maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai.

Program manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

kemampuan profesional guru produktif yang dirumuskan menurut penulis sudah baik, namun masih perlu dilakukan penambahan program untuk masa yang akan datang, sehingga kegiatan peningkatan profesional yang dilaksanakan lebih banyak lagi. Dengan demikian upaya peningkatan Kompetensi, guru melalui peningkatan profesional dapat dilaksanakan dengan baik di SMK Negeri 2 Sinabang serta mendapat dukungan yang positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue.

Strategi yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam Pelaksanaan Program Peningkatan Kinerja Guru

Dalam upaya melakukan peningkatan kemampuan profesional guru

produktif di SMK Negeri 2 Sinabang, telah dilakukan berbagai kegiatan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kegiatan pertama yang dilakukan antara lain melakukan supervisi terhadap guru. Pelaksanaan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah.

Supervisi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dapat memberikan dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi

pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode mengajar yang baik.

11 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hal.

68.

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

(16)

300 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

Pelaksanaan supervisi harus selalu dilakukan oleh kepala sekolah untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan para guru dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan hal tersebut, Danim dan Khairil mengemukakan bahwa:

Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi aneka tugas pokok dan fungsi yang dilakukan oleh guru dan staf. Dalam kerangka ini kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru dan tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih cermat

melaksanakan pekerjaannya.12

Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Kepala SMK Negeri 2 Sinabang

sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam hal ini Usman mengemukakan bahwa: “Manfaat penilaian kinerja adalah 1)

meningkatnya obyektivitas penilaian kinerja pegawai; 2) meningkatnya keefektifan penilaian kinerja pegawai; 3) meningkatnya kinerja pegawai, dan (4) mendapatkan bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan pegawai tersebut”.13

Hasil penilaian kinerja guru diharapkan dapat bermanfaat untuk

menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai leading sector pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas. Sehubungan dengan hal tersebut Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan bahwa: “Penilaian kinerja guru merupakan acuan bagi sekolah untuk menetapkan pengembangan karir dan profesi guru. Bagi guru, penilaian kinerja merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu”.14

Kendala Yang Dihadapi Kepala Sekolah Dalam Upaya Pelaksanaan Pembinaan Kinerja Guru Pada SMK Negeri 2 Sinabang

Kendala yang dihadapi selanjutnya menyangkut dengan keterbatasan

jumlah guru produktif pada beberapa jurusan menyebabkan sekolah mengalami

12 Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 81.

13 Husaini Usman, Manajemen: Teori..., hal.490.

14 Depdiknas, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hal. 3.

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 301

kesulitan untuk melaksanakan kegiatan peningkatan kompetensi di sekolah. Dalam hal ada jurusan tertentu yang guru produktifnya sangat terbatas, sekolah harus mencari format baru untuk melakukan peningkatan kompetensi secara personal melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh sekolah. Sekolah dapat saja melakukan kerjasama dengan pihak lain sehingga sekolah dapat melakukan kegiatan peningkatan melalui dua arah. Boleh jadi guru produktif yang melakukan praktek di luar sekolah atau boleh jadi para ahli dari luar sekolah yang didatangkan ke sekolah.

Dalam melakukan peningkatan kompetensi guru di SMK Negeri 2 Sinabang terutama sekali jurusan yang mengalami keterbatasan guru, maka pihak sekolah harus tetap berupaya melakukan terobosan sesuai dengan kondisi sekolah. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Fattah bahwa “Upaya-upaya pembinaan profesi guru perlu dilakukan dalam suatu sistem sehingga pembinaan profesi guru akan menjadi kegiatan yang bersifat terus menerus dan terprogram”.15

Kepala sekolah sebagai manajer harus terus berupaya untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi dengan melakukan trobosan serta menjalin kerjasama berbagai pihak pemerintah yang terkait serta dukungan masyarakat dengan mengoptimalkan semua sumber daya sekolah, sehingga format

peningkatan kompetensi guru dapat terus dilakukan dalam rangka menciptakan guru produktif yang profesional yang mampu berkesempatan untuk menciptakan yang lebi baik.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

5. Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam menyusun program

perencanaan peningkatan kinerja guru yang dirumuskan oleh kepala sekolah melibatkan pengawas sekolah dimulai pada tahun ajaran baru antara lain:

melaksanakan supervisi terhadap guru baik administrasi maupun

(17)

pembelajaran, melakukan penilaian kinerja guru produktif, mengaktifkan

15 Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru, Konsep, Teori dan Model, Bandung: PT. Perdana Mulya Sarana, 2012, hal. 107.

MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKATKAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

302 | Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014

forum KKG dan MGMP di sekolah, pembagian tugas tambahan bagi guru misalnya wakil kepala sekolah, dan kepala laboratorium.

6. Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan kinerja guru produktif yang telah dilakukan antara lain: melakukan supervisi terhadap guru, membimbing guru dalam menyusun perangkat pembelajaran, menerapkan berbagai model pembelajaran, memberikan motivasi kerja kepada guru, mengikutsertakan guru dalam berbagai kegiatan pelatihan/penataran, memberikan kesempatan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan dalam rangka peningkatan kompetensi.

7. Dampak yang ditimbulkan dari proses pembinaan yang dilakukan kepala sekolah dalam usaha meningkatkan kinerja guru, yaitu tidak adanya perubahan sikap guru-guru yang mengarah kepada perubahan yang lebih baik.

8. Kendala yang dialami dalam upaya peningkatan kinerja guru antara lain:

keterbatasan jumlah guru produktif, keterbatasan biaya, keterbatasan waktu, terbatasnya sumber daya manusia pelatih/instruktur dari berbagai jurusan keahlian.

Taswir

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIV, No. 2, Februari 2014 | 303 DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:

Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Danim, Sudarwan dan Suparno, Manajemen dan Kempemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Danim, Sudarwan dan Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011.

Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Pustaka Umum, 2009.

Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.

Murniati, Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan, Bandung:

PT. Citapustaka Media Perintis, 2008.

Murniati dan Usman, Nasir, Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : PT. Cipta Pusaka Media Perintis,

2009.

Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sagala, Syaiful, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2011.

Sanusi, Ahmad, Beberapa dimensi mutu Pendidikan, Bandung: PPS IKIP, 2006.

Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008.

Sutrisno, Edy, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana, 2009.

Suwondo, Guru di Indonesia, Jakarta: Dittendik Dirjendikdasmen, 2006.

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan &

Tenaga Kependidikan, Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010.

Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2010.

(18)

PENDHULUAN

Dalam instansi pemerintah, Pegawai Negeri Sipil merupakan asset termahal dan terpenting bagi pencapaian tujuan. Maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam penyelenggaraan administrasi negara dan pembangunan melalui pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.31 tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Diklat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, Maka salah satu upaya untuk mewujudkan aparatur yang profesional dapat dilaksanakan melalui pelatihan. Kegiatan pelatihan merupakan proses peningkatan kompetensi aparatur agar mampu menghasilkan kinerja yang optimal melalui transfer pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu agar memenuhi syarat dan

(19)

cakap dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya diklat yang diikuti, diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja pegawai tersebut.

Pelatihan merupakan suatu cara untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pegawai. Pelatihan membantu pegawai dalam memahami pengetahuan praktis dan penerapannya, guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan.

Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu berusaha untuk selalu menekankan kepada seluruh sumber daya manusianya untuk dapat mencapai prestasi kerja yang baik, namun dalam upaya pencapaian prestasi kerja tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan dimana proses dan kendala dalam pencapaian tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam aktivitas kerja pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu sering kali pekerjaan itu menumpuk pada satu atau beberapa orang sedangkan yang lain terkadang tidak melakukan aktivitas kerja apapun. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal antara lain kurangnya kompetensi maupun pengetahuan akan tugas yang akan dikerjakan, kurangnya kemampuan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta tidak adanya keinginan dari pegawai itu sendiri untuk mempelajari hal yang terkait dengan tugasnya.

Untuk mengatasi rendahnya kompetensi atau pengetahuan pegawai terhadap pekerjaannya, Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu telah mengadakan pelatihan.

Pelatihan ini tidak saja dilakukan didalam internal instansi tetapi juga dengan mengirim pegawainya untuk melaksanakan pelatihan keluar daerah atau ke pusat.

(20)

Pelatihan yang dilaksanakan tersebut diharapkan akan dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai. Karena tujuan dari pelatihan itu sendiri adalah untuk meningkatkan pemahaman akan fungsi dan tugas dari seorang pegawai sehingga ketika adanya pelatihan maka pada pelaksanaan fungsi dan tugasnya tersebut akan semakin lebih baik. Selain itu dengan pelatihan berpengaruh terhadap perbaikan dan pengembangan sikap, cara bekerja, tingkah laku, pengetahuan dan keterampilan serta moral pegawai sehingga menciptakan prestasi kerja yang baik dan mendapat hasil yang optimal. Dengan adanya pelatihan akan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai dimana hasil kerja dapat dicapai sesuai waktu yang ditetapkan, mutu hasil kerja yang sesuai standar, pegawai dapat diandalkan, mempunyai inisiatif, rajin dan disiplin serta menunjukkan perilaku yang baik didalam lingkungan organisasi.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pengaruh Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu?”

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai, pria dan wanita di Inspektorat Kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling atau sampel jenuh atau juga disebut dengan sampel sensus, adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil seluruh populasi (Sugiyono, 2014). Menggunakan teknik sampling jenuh dikarena sampel kecil kurang dari 100 sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisa data yaitu teknik analisa kualitatif yang menggambarkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi dengan menggunakan Tabel Frekuensi. Kemudian jawaban responden dianalisis dengan menggunakan Skala Likert. selanjutnya menggunakan analisa kuantitatif untuk menjelaskan dengan angka berupa regresi sederhana dan analisa korelasi.

Referensi

Dokumen terkait

MUHADIS MAHAMERU NIM.. Peningkatan Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Menyusun Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah Dengan Metode

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut: (1) kompetensi manajerial kepala sekolah dalam menyusun perencanaan yang meliputi menyusun program jangka panjang, program

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi positif dan signifikan kemampuan manajerial kepala sekolah, motivasi guru, dan lingkungan kerja secara bersama-sama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data tentang (1) gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan disiplin kerja, (2) gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam

Metode kegiatan penataan lingkungan melalui gerakan peduli lingkungan dimulai dengan pemaparan bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan di lingkungan sekolah pada

Adapun kompetensi manajerial yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah yaitu seorang kepala sekolah harus menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan, mengembangkan

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan; MEMUTUSKAN : Menetapkan

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan..