• Tidak ada hasil yang ditemukan

kesantunan berbahasa indonesia masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kesantunan berbahasa indonesia masyarakat"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Apa saja bentuk aturan kesantunan bahasa Indonesia di kalangan masyarakat terhadap polisi saat pemeriksaan lalu lintas oleh Polda Makassar? Apa saja bentuk aturan kesantunan polisi dalam bahasa Indonesia kepada masyarakat saat pemeriksaan lalu lintas di Polda Makassar?

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Masyarakat dan pihak kepolisian dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan atau pedoman dalam penggunaan bahasa saat berkomunikasi, sehingga dengan menerapkan kesantunan dalam berkomunikasi maka dapat mencerminkan jati diri yang santun. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan atau referensi baru dalam kajian kesantunan berbahasa khususnya penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka baru yang memberikan arah yang jelas dalam penelitian pragmatik khususnya kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi.

KAJIAN PUSTAKA

Definisi Istilah

Hakikat Bahasa

Santunan berbahasa merupakan suatu bentuk berbahasa yang digunakan masyarakat untuk menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada mitra tutur, termasuk dalam pemilihan kata (diksi) dan tuturan. Santunan linguistik merupakan cara yang digunakan penutur untuk berkomunikasi agar lawan bicaranya tidak merasa tertekan atau tersinggung (Markhamah, 2011: 153). Hasil analisis tersebut menjadi temuan dalam penelitian ini, sehingga temuan tersebut menjadi hasil penelitian berdasarkan analisis data yang ditemukan di lapangan (lokasi penelitian) yaitu kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat dalam pemeriksaan lalu lintas yang dilakukan oleh Polda Makassar. .

Fokus penelitian ini adalah kesantunan berbahasa Indonesia yaitu wujud kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat terhadap polisi pada saat pemeriksaan lalu lintas oleh Polda Makassar dan wujud kesantunan berbahasa Indonesia polisi terhadap polisi. masyarakat saat pemeriksaan lalu lintas oleh Polda Makassar. Menentukan fokus penelitian yang terdiri dari kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat dan polisi dalam inspeksi lalu lintas polisi di wilayah Makassar. Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik kesantunan komunitas pengemudi berbahasa Indonesia pada saat pengendalian lalu lintas yang dilakukan oleh Polda Makassar.

Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk maksim kesantunan dalam bahasa Indonesia pada pengemudi dan polisi pada saat pengendalian lalu lintas di wilayah Makassar. Komunitas pengemudi kemudian menyikapinya dengan hormat yang gentlemen, mewakili kesopanan bahasa masyarakat dalam interaksi interogasi dengan polisi. Berdasarkan rumusan masalah penelitian, diuraikan hasil penelitian yang meliputi bentuk maksim kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat terhadap polisi pada saat pemeriksaan lalu lintas polisi di wilayah Makassar dan.

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, ditemukan bahwa kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat kepada polisi dan polisi kepada masyarakat dalam pemeriksaan lalu lintas oleh Polda Makassar dapat direpresentasikan dalam bentuk kesantunan. maksim-maksim yang dikemukakan oleh Leech yaitu enam maksim kesantunan berbahasa yang disajikan dan diuraikan sebagai berikut. Dalam konteks ini, salah satu tolak ukur kesantunan berbahasa adalah apabila tindak tutur yang disampaikan oleh penutur dan mitra tuturnya tidak menimbulkan perasaan sakit hati pada mitra tuturnya. Kemudian pada data tuturan (5) P : “Kami urus dulu di bagian pelayanan Samsat disana Pak”, hal ini menunjukkan representasi maksim penghormatan sopan santun dalam bahasa Indonesia yang dilakukan polisi kepada masyarakat dengan menggunakan tuturan kami. .

Penggunaan jawaban afirmatif dengan memilih kata “iye” mewakili maksim kesantunan bahasa masyarakat dalam membenarkan ucapan polisi yang berarti larangan dan perintah. Adanya bentuk-bentuk maksim kesantunan dalam bahasa Indonesia tersebut merupakan salah satu indikator kesantunan yang menunjukkan bahwa masyarakat dan pihak kepolisian cukup memperhatikan kesantunan berbahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Adanya bentuk-bentuk maksim kesantunan dalam bahasa Indonesia tersebut merupakan salah satu indikator kesantunan yang menunjukkan bahwa masyarakat dan pihak kepolisian cukup memperhatikan kesantunan berbahasa Indonesia dalam berkomunikasi.

Masyarakat diimbau untuk lebih memanfaatkan kesantunan berbahasa Indonesia yang terdapat di lingkungan keluarga dan sekitarnya, sehingga perilaku santun berbahasa dapat semakin terinternalisasi dalam masyarakat. Kepolisian diimbau mengembangkan penggunaan kesantunan bahasa Indonesia yang dikenal dan digunakan sehari-hari di lingkungan kerja.

Gambar 1: Kerangka Pikir PenelitianBahasa Indonesia
Gambar 1: Kerangka Pikir PenelitianBahasa Indonesia

Prakmatik

Tindak Tutur

Tujuan dari kajian pragmatik dan tindak tutur adalah untuk mengungkap penggunaan bahasa masyarakat yang mewakili kesantunan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi pada saat pengaturan lalu lintas polisi. Polisi “Harus bawa suratnya pak, lain kali akan kami bawa pak, silakan.” Dari sudut pandang peneliti, selain kesantunan berbahasa, masih banyak hal yang lebih menarik untuk dikaji secara mendalam mengenai bahasa-bahasa komunikatif yang ada dalam masyarakat luas dan dari berbagai sudut pandang.

Maksin Kesantunan

Kerangka Pikir

Bahasa merupakan suatu proses atau kegiatan manusia yang timbul dari gagasan yang disampaikan kepada orang lain melalui pesan. Oleh karena itu, bahasa yang disampaikan melalui pesan harus dapat diterima sesuai dengan maksud bahasa yang disampaikan tanpa memaksakannya. Penggunaan bahasa yang ramah, santun, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan bahwa penuturnya berbudi luhur.

Sebaliknya, menggunakan bahasa yang kasar, kasar, dan kasar menunjukkan orang yang tidak bermoral. Oleh karena itu tuturan yang baik dan sopan menjadikan bahasa sebagai alat yang efektif dalam proses penyampaian gagasan dan perasaan. Uraian kerangka penelitian untuk memudahkan disusun dalam diagram 1 seperti diuraikan di bawah ini.

METODE PENELITIAN

Fokus Penelitian

Desain Penelitian

Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Penyajian data dilakukan secara deskriptif disertai kutipan, konteks yang menyertai tuturan dan dijelaskan dengan teori tindak tutur, maksim kesantunan, pragmatik dan sosiolinguistik. Perekaman tersebut dilakukan untuk merekam situasi penggunaan tuturan santun masyarakat dan polisi pada saat pengendalian lalu lintas oleh Polda Makassar berupa penggunaan maksim kesantunan. Oleh karena itu, diperlukan adanya data dalam hal pemanfaatan public dan ujaran polisi dalam pengaturan lalu lintas Polda Makassar.

Melalui teknik perekaman ini diusahakan semaksimal mungkin untuk memperoleh rekaman tuturan sebanyak-banyaknya dari proses interaksi yang berlangsung. Dengan teknik pencatatan ini maka data yang terkumpul dapat dikatakan cukup untuk keperluan analisis data dan penelitian secara keseluruhan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh instrumen observasi berupa instrumen pengumpulan data adalah: (1) pengisian identitas catatan lapangan, (2) observasi saat merekam percakapan di lalu lintas Polda Makassar, (3) pencatatan deskriptif penggunaan bahasa masyarakat dan polisi, dan (4) mencatat pentingnya masalah dan identitas terkait.

Teknik Analisis Data

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak kepolisian sadar bahwa menyebut mitra tutur yang mempunyai status sosial dan usia lebih tinggi merupakan bentuk yang tidak kasat mata dalam bahasa Indonesia. Kemudian pengemudi pada data (1) ditanggapi dengan kata-kata bijak dan sopan yaitu (M): “Iya pak, tidak apa-apa.” Kemudian pada data yang sama di atas juga terlihat penggunaan kata sapaan “Pak”, penggunaan kata sapaan dalam interaksi masyarakat saat pemeriksaan lalu lintas polisi merupakan bentuk rasa hormat masyarakat yang maksimal terhadap polisi.

Lalu pada data (2) M : “Tabe’ juga dengan SIM ya pak?”

Tabel 1 : Percakapan 1  Interaksi
Tabel 1 : Percakapan 1 Interaksi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Kemudian polisi merespon pada data (4 dan 7) dengan mengatakan (P): “Lain kali kita tangkap pak, ayo jalan-jalan.”, “Saya tenangkan bapak, berangkat, tapi lain kali jangan. jangan gunakan mesinnya, oke?" " Pernyataan tersebut disampaikan kepada para pengemudi, padahal sebenarnya pengemudi tersebut melanggar hukum dan seharusnya ditilang oleh polisi, dan polisi pun bersikap bijaksana dengan menyuruh masyarakat untuk tetap melaju. Artinya, jika polisi tidak bijak terhadap komunitas pengemudi, maka polisi bisa saja mengeluarkan tilang dan tentunya akan merugikan komunitas pengemudi.

Polisi pada data di atas merepresentasikan tindak tuturnya dengan tidak menimbulkan rasa sakit hati pada pengendara dengan memerintahkan tetap melanjutkan perjalanan meskipun pengendara melanggar. Peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain dalam kegiatan berbicara akan dikatakan sebagai orang yang kasar. Dengan menggunakan bentuk informal -ta pada pidato polisi di atas, maka nilai apresiasi yang diberikan polisi kepada komunitas otomotif akan semakin meningkat.

Hal ini termasuk dalam maksim hikmah, karena seharusnya pengemudi bisa melaju lebih cepat, namun karena dihentikan polisi, perjalanannya menjadi rumit. Pada data (10) M: “Iye Pak nampakaki!”, kata “iye” merupakan bentuk informal yang diasosiasikan dengan masyarakat Bugis Makassar dalam komunikasi sehari-hari. Bentuk informal “tabe” adalah bahasa Makassar yang biasa digunakan masyarakat untuk menyampaikan lamaran.

Penerapan maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati dapat dilihat pada data (8) M : “Iya pak, maaf pak, saya lupa di rumah pak.” Polisi saat itu menjelaskan kesalahan pengendara, kemudian pengendara merespon dengan mengakui kesalahannya dengan menegur diri sendiri seperti pada data di atas “Iya pak, maaf. Kata “Saya lupa” adalah sesuatu yang lalai, dan komunitas pengelola mengatakan lalai pada dirinya sendiri, artinya komunitas pengelola menghina dirinya sendiri karena kelalaiannya.

Dalam maksim ini ditegaskan agar para peserta tutur dapat saling membangun keserasian dalam kegiatan bertutur.

PENUTUP

Saran

Gambar

Gambar 1: Kerangka Pikir PenelitianBahasa Indonesia
Tabel 1 : Percakapan 1  Interaksi
Gambar 1 : percakapan 1
Tabel 2 : Percakapan 2  Interaksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mitra tidak menguasai etika dan kesantunan berbahasa Inggris dalam memandu wisatawan berbahasa Inggris sehingga terjadi kesalahpahaman antara para tukang kuda dengan wisatawan berbahasa