Sweetie Berriest
(Sepenggal keseharian Berry di Wisma Gold)
Baru beberapa hari sejak Berry dipindahkan ke Wisma Gold Keempat ini untuk melindungi tuan mudanya, tapi dia sudah mulai kerasan. Memang sih, pekerjaannya di sini cukup banyak, mengingat para penghuni sebelumnya yang semuanya laki-laki suka memberikan pekerjakan mereka kepadanya, terutama Leonard, yang sebelumnya adalah satu-satunya butler di wisma ini.
Tapi berhubung Berry memiliki cukup banyak waktu luang di samping latihan hariannya, maka dia tidak mengeluh.
Lihat saja Leonard, yang dengan kehadiran pelayan kedua di rumah ini jadi memiliki cukup waktu untuk bersantai main game, sampai-sampai pada latihan yoga terakhir hanya dia yang tidak bisa split pada percobaan pertama, akibat terlalu sering malas-malasan.
Kerjaan Berry setiap harinya bisa dibilang cukup sibuk. Walau dia tidak perlu mengurusi halaman rumput-bunga super luas Wisma ini atau kolam-kolam ikan yang mem‘pulau’kan bangunan utama rumah karena ada beberapa orang tukang kebun, tapi tetap saja rumit.
Kerjaan Berry yang paling utama tentu saja memasang mata-telinga-hidung-lidah-kulit- maupun insting dan indera keenamnya untuk memastikan tidak terjadi apapun yang
mencurigakan di sekitar tuan mudanya dan wisma ini. Hal ini bisa dia katakan sendiri kalau dia sudah melakukannya dengan benar.
Selebihnya, dia cukup sibuk. Pada jam empat pagi, sistem alarm satu kompleks akan berbunyi, mendentumkan salah satu lagu kesukaan tuan mudanya dengan volume yang mampu membuat orang sakit jantung (sudah memakan beberapa korban yang cukup serius). Konon, kalau saja mau, alarm ini juga bisa membangunkan (mengumatkan sakit jantung) tetangga dalam radius beberapa ratus meter dari sekitar tembok terluar kompleks wisma.
Pada saat itu, setiap ‘penginap’ yang terdaftar harus meloncat bangun dan menjalankan mekanisme tertentu di sekitar bufet di samping tempat tidur untuk mematikannya. Mekanisme ini sebenarnya cukup sederhana, cukup memutar piringan itu beberapa angka, menariknya, dan akhirnya menekan tombol di dalamnya. Tapi tetap saja bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah jika seluruh dunia berguncang dalam kegilaan (atau itulah yang dilaporkan korban dia rasakan) di sekitarmu.
Karena itulah penghuni veteran tempat ini sudah terbiasa terloncat bangun dan mematikan alarm itu bahkan sebelum alarm itu mulai berbunyi. Dan berhubung alarm di kediamannya yang sebelumnya lebih kejam (melibatkan kejutan listrik) maka Berry pun juga tidak mengeluh.
Dengan jantung masih berdegup kencang karena takut terlambat mematikan sistem alarm itu meski hanya sedetik, Berry harus memimpin para Gold untuk olahraga pagi. Jogging keliling tembok dalam kompleks sebanyak enam putaran atau dua setengah kilometer. Berbekal peluit untuk menyemangati Nessie dan Leonard yang masih mengantuk; perwujudan kemalasan mereka mentang-mentang tidak di rumah utama yang ketat, Berry berlari di bagian depan rombongan berpiyama itu.
Setelah itu, mereka berpencar. Nessie dan tuan mudanya kembali ke kamar untuk bersiap berangkat sekolah. Mandi dan berdandan termasuk. Sementara itu, Berry akan pergi ke dapur untuk membuat sarapan, yang tak lama kemudian dibantu oleh Leonard yang baru saja menyiapkan mobil untuk angkutan tuan mudanya ke sekolah.
Leonard kemudian pergi lagi untuk mandi; masak supir Gold mengantarkan tuannya dengan muka bangun tidur? Dan pada jam setengah tujuh-an, mereka berkumpul di ruang tamu-makan- depan. Di bawah lampu kristal, mereka memakan sayuran berkuah hangat dan jus buah. Jam tujuh-an, Leonard pergi menyupiri Nessie dan tuan mudanya ke sekolah; (atau biasanya, seharusnya begitu, tapi terkadang tuan mudanya lebih memilih berangkat naik sepeda) memberikan Berry untuk me-laundry. Memisahkan pakaiannya dengan pakaian mereka, juga mencuci alat-alat makan bekas sarapan.
Leonard kembali, dan mulai malas-malasan. Dia baru bangun lagi saat Berry sudah selesai mandi, yang notabene sambil me-laundry. Kemudian mereka membersihkan seluruh rumah besar itu. Baru selesai saat hari menjelang siang. Menghangatkan sisa sarapan, mereka makan siang.
Sesudah makan siang, mereka melakukan latihan mereka, di bawah pengawasan jikalau sedang ada mentor yang datang ke wisma. Selama satu dua jam, sebelum akhirnya si mentor puas atau Leonard pergi bermalas-malasan lagi. Jam tiga-an, Leonard berangkat untuk
menjemput tuan mudanya, dengan pengecualian tuan mudanya berangkat naik sepeda, maka dia memiliki waktu malas sedikit lebih lama.
Berry akan pergi berdandan dan membenahi seragam maid nya untuk menyambut.
Menunggu di pintu depan. Menerima laporan dari penjaga gerbang bahwa tuan mudanya telah tiba. Menunggu tuan mudanya naik ke teras, membukakan pintu rumah.
“Okairinasai, goshujin-sama.” Sambut Berry dengan postur mempersilahkan, mengucapkan kata-kata pesanan tuan mudanya itu.
Itu biasanya, tapi tuan mudanya memang suka memberi kejutan. Seperti hari ini, saat dia terhuyung menubruk Berry, membuat salah tingkah. “Ummm…. Tuan muda?” tanyanya kepada belakang kepala tuan mudanya yang mencium perutnya.
Tuan mudanya tidak menjawab. Dia hanya melingkarkan tangannya ke punggung Berry dan meraih ujung dari sebuah simpul pita. “Aku capek hari ini kamu jadi Berry saja.” Jawab Geru teredam sambil menarik simpul itu, meloloskan celemek maid Berry ke tanah.
Wajah resmi maid Berry meluntur digantikan senyum pengertian. “Iya deh.” Jawabnya meraih lipatan lutut Geru dan dengan gendongan putri Berry membwanya menaiki tangga menuju ke balkon belakang rumah. Di tengah perjalanan, Geru berkata, “Flamer sama Bugui mau menginap di sini lagi nanti. Katanya mereka akan datang jam enam. Kamu mau main apa?”
Berry menjawab, “Terserah mereka saja, toh aku juara bertahannya. Selain itu, aku harus apa biar kamu nggak cape lagi?”
Geru terdiam seperti melamun beberapa lama. Dia baru menjawab saat mereka melewati rak figurin kesukaannya di perpustakaan, “Aku mau bantal pangkuan deh…”
Maka Berry duduk sopan di sofa balkon belakang (yang harus keluarkan dulu) dengan kepala Geru di pangkuannya. Tersenyum dibelai-belai oleh Berry, Geru berkata, “Terima kasih ya, Berry…” dan memejamkan matanya.
Sebagai balasan, Berry berbisik, “Selamat tidur, Geru…” dengan muka memerah. Dan dia tetap duduk diam saat Geru pun tertidur.
Baru saat matahari sudah memerah dan menyoroti mereka lah Berry berani bergerak. Dia meraih ke balik pakaiannya, dan mengeluarkan sebuah kalung berliontin. Membuka liontin itu, Berry mengeluarkan sepasang lingkaran keemasan yang identik, satu dia pakai sendiri dan yang satunya dia pasngkan dengan perlahan dan penuh kasih, sama-sama di ibu jari kanan.
Ditimpa cahaya kemerahan matahari senja kala, cincin pertunangan mereka berkilau terang bagaikan api kehancuran yang akan menerangi langit senja mereka yang lain beberapa minggu lagi.
~Sweetie Berriest~
Mogas Kingdom, Mogas Family Spin Off
Tertanda: Sayed Ahmad Lutfi Assegaf