• Tidak ada hasil yang ditemukan

JIWA SANG ELANG (SPIRIT OF EAGLE) EXT. LANGIT - NOON Di saat matahari berada di ufuk barat setelah ia menyinari bumi hampir 10 jam.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JIWA SANG ELANG (SPIRIT OF EAGLE) EXT. LANGIT - NOON Di saat matahari berada di ufuk barat setelah ia menyinari bumi hampir 10 jam."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Bambang Yudiawan NIM : 11.22.1381

JIWA SANG ELANG (SPIRIT OF EAGLE)

FADE IN:

EXT. LANGIT - NOON

Di saat matahari berada di ufuk barat setelah ia menyinari bumi hampir 10 jam.

EXT. NEGARA FAZIL - NOON

Negara yang budaya dan desain arsiteknya seperti campuran Arab dan Eropa pada abad ke-15 ini terlihat terik di sore hari. “Sungai Syam”

yang membelah kota terlihat kemerahan karena sinar matahari sore. Di seberang “sungai Syam” terdapat bangunan yang menjulang tinggi yaitu

“Pengadilan Bazin”. Saat ini adalah waktunya orang-orang berbelanja untuk mempersiapkan makan malam dan para pekerja bersiap pulang.

Jalanan dipenuhi orang-orang yang pulang dari bekerja dan yang hendak berbelanja.

EXT. SUDUT KOTA NEGARA FAZIL - ESTABLISHING SHOT

SOSOK LELAKI MUDA, MENGENAKAN SERAGAM AKADEMI MILITER YANG TERKOYAK Berjalan dari arah sekolah menuju rumahnya dengan penuh luka di seluruh tubuhnya. Usianya sekitar 18 tahun. Warna merah darah dan biru lebam, menyelimuti wajahnya. Benjolan besar, menutupi matanya. Dia berjalan dengan menahan rasa sakit. Suara rintihannya hampir tak terdengar. Ia berjalan terseok-seok saat di depan rumahnya.

EXT. RUMAH KELUARGA SAYF - NOON

Rumah bergaya arab berbentuk kotak dan berlantai dua namun tidak begitu mewah. Dinding ditumbuhi tanaman rambat dan memiliki halaman depan yang cukup luas. Terdapat kandang kuda yang kecil untuk satu ekor kuda milik ayahnya. Di rumah itu ia tinggal bersama ayahnya AMIER SAYF dan adik laki-lakinya WASYI SAYF. Di beranda terlihat adik laki-lakinya yang sedang bersantai di atas kursi panjang setelah pulang dari sekolah militernya. WASYI masih mengenakan seragamnya. WASYI berumur 2 tahun lebih muda dari kakaknya NASSIR SAYF. WASYI melihat kakaknya dengan terkejut dan berlari menghampirinya, lalu bertanya.

WASYI

(meraih tangan NASSIR dan membopongnya)

“Apa yang telah terjadi padamu sampai seperti ini?

Apakah JAMAL dan teman-temannya menjahili dan memukuli kakak lagi?”

NASSIR

(bernada lemah dan sambil mendesis menahan sakit)

“Ssss….ya, begitulah…”

(2)

INT. BERANDA RUMAH KELAURGA SAYF - NOON

WASYI membopong NASSIR ke kursi panjang. Mereka duduk bersebelahan lalu berbincang.

WASYI

“Mengapa bisa terjadi seperti ini lagi?

Apa kakak tidak ada keinginan untuk melawan mereka?”

NASSIR

“Seperti biasa, dia dan teman-temannya menjahiliku karena mereka menganggapku lemah dan payah, juga karena ayahnya tidak suka terhadap

ayah kita.”

WASYI (geram)

“HUH…!!! Mereka benar-benar kurang ajar!!!”

(bangkit berdiri dari kursi)

“Biar kubalas perbuatan mereka!!!”

NASSIR

(menarik tangan NASSIR)

“Jangan! Biarkan saja.”

WASYI

“Mengapa selalu seperti ini?

Apa kakak tidak ada keinginan untuk melawan mereka?”

NASSIR

“Biarkan saja...Tak ada gunanya melawan mereka…”

WASYI (menghela nafas)

“Kakak selalu berkata lemah seperti itu…kalau seperti ini terus kakak bisa ditindas terus oleh mereka”

NASSIR

“Aku tak melawan mereka karena menurutku tak ada gunanya, malah kita bisa buruk di mata orang lain. Lagipula kita dimasukkan ke akademi itu

karena ayah punya kenalan di sana, kan? Aku tak mau ayah kerepotan karena perbuatanku. Aku tidak sepertimu yang berjiwa pemberontak.

(tersenyum)”

WASYI

“Hey, aku menentang karena ada hal yang salah. Seperti aku menentang mereka yang merendahkan orang lain dan kakak yang tak melawan walaupun

ditindas.

(dengan nada lemah) Tapi, hanya hal ini aku tak punya kekuatan untuk menentangnya. Karena kakak selalu berkata seperti itu dan selalu

menahanku.”

NASSIR

“Sebenarnya aku sudah tidak tahan. Tapi, aku akan tetap bertahan.”

(berdiri dengan hati-hati)

“Ayo, masuk! Kita harus menyambut kepulangan ayah dengan wajah berseri- seri.”(senyum)

(3)

WASYI

(menghela nafas dan berdiri)

“Kakak selalu bersikap seolah tegar meskipun dalam keadaan lemah. Sini kubantu. Nanti biar kubantu sekalian membersihkan lukamu.”

NASSIR

“Tidak usah, sudah tidak apa-apa. Aku bisa sendiri. Nanti jangan katakan keadaanku hari ini kepada ayah”

WASYI

“Sikap itu lagi. Terserah kakak, deh. Nanti kalau ada apa-apa panggil saja. Aku di dapur.”

NASSIR

“Iya, iya…”

INT. RUANG MAKAN KELUARGA – SUNSET

WASYI sedang menyiapkan meja makan untuk menghidangkan makan malam yang telah ia persiapkan. Ia tak hanya terampil memainkan pedang namun ia juga lumayan dalam hal memasak. Setelah selesai menghidangkan makanan, ia menunggu sambil memandangi lukisan ibunya. Ibunya telah meninggal 2 tahun yang lalu karena sakit. Namun, lamunannya buyar saat ia mendengar salam dari ayahnya.

AMIER SAYF

“Ayah pulang!!!”

WASYI yang mendengar salam ayahnya langsung menghampiri ayahnya di pintu depan.

INT. PINTU DEPAN – SUNSET

Terlihat AMIER di pintu depan mengenakan Pakaian Militer Negara. AMIER adalah seorang ajudan tinggi. Usianya 46 tahun dan masih bertubuh tegap. Berjenggot lebat dan terdapat sedikit uban. Tahun depan ia akan pensiun dari kemiliteran. Ia terlihat sangat lelah dan pucat.

WASYI

(mencium tangan AMIER)

“Salam dan selamat datang, ayah”

AMIER

“Dimana NASSIR?”

WASYI

“Kakak sedang di kamarnya, mungkin sebentar lagi dia keluar dan makan malam sudah siap.”

AMIER

“Bagus kalau begitu. Tunggulah di ruang makan. Setelah makan ada yang ayah ingin bicarakan.”

Setelah itu NASSIR muncul dan langsung menyambut ayahnya.

(4)

NASSIR

(mencium tangan AMIER)

“Salam dan selamat datang, ayah”

AMIER

(memegang wajah NASSIR)

“Mengapa keadaanmu seperti ini? Jatuh dari kuda lagi saat latihan?”

NASSIR

“Begitulah”

AMIER meninggalkan kedua putranya dan menuju ke kamarnya.

NASSIR

(kepada WASYI sambil berjalan menuju ruang makan)

“Tumben ayah tidak menasehatiku setelah melihat keadaanku.”

WASYI

“Tidak tahu, tapi sepertinya ada masalah.”

NASSIR

“Masalah apa?”

WASYI

“Entahlah, tadi ayah bilang ada yang perlu dibicarakan setelah makan malam. Semoga bukan masalah serius dan bukan mengenai masalahmu.”

NASSIR

“Ya, semoga saja.”

INT. RUANG MAKAN – NIGHT

Setelah makan malam AMIER mengajak kedua anaknya membicarakan sesuatu.

Mereka terlihat sangat serius.

AMIER

“Ada yang ayah ingin bicarakan kepada kalian tentang perihal yang terjadi hari ini, ada berita baik dan berita buruk”

NASSIR

“Sebenarnya ada perihal apa, ayah?”

AMIER

“Berita baiknya bahwa WASYI lolos dalam seleksi Prajurit Muda.”

NASSIR

(tersenyum kepada WASYI)

“Hebat!!! selamat atas keberhasilannya, adikku…”

AMIER

“Dan berita buruknya, ayah sempat berdebat hebat dengan Tuan FAIZ mengenai penyelundupan senjata ke Negara Falcion yang menjadi musuh negeri kita. Tuan FAIZ dan ayah saling tuding, lalu masalah ini dibawa ke pengadilan untuk diperiksa. Besok ayah dan Tuan FAIZ harus menjalani

pengadilan sebagai tersangka.”

(5)

WASYI

“Ini benar-benar berita buruk. Apakah ayah mempunyai bukti untuk menyangkalnya?”

AMIER

“Ya, ayah mempunyai bukti yang berupa dokumen Negara serta seorang pembela. Tuan HALIM ZAID namanya. Beliau teman ayah yang menjabat

sebagai Hakim dan kalian pun sudah mengenalnya.

NASSIR

“Dimana dokumen itu, ayah?”

AMIER

“Berada di ruang kerja ayah. Ayah berpesan kepada kalian, kalau terjadi sesuatu yang buruk pada ayah, jagalah diri kalian baik-baik.”

Tiba-tiba pintu rumah mereka digedor dengan keras. WASYI bergegas menuju ke pintu depan.

INT. PINTU DEPAN - NIGHT

Terlihat seorang Petugas Peradilan beserta 4 penjaga berbaju zirah dan bersenjata.

PETUGAS PERADILAN

“Tuan AMIER SAYF dan Saudara NASSIR SAYF terbukti sebagai tersangka penyelundupan senjata dan tersangka penganiayaan terhadap saudara

JAMAL. Saya kemari untuk menahan mereka.”

NASSIR

(terkejut dan heran)

“Apa?.”

WASYI

(terkejut dan heran)

“Tunggu dulu, ini semua belum terbukti.”

PETUGAS PERADILAN

“Kami sudah mempunyai semua buktinya. Pengawal!!! tahan mereka.”

WASYI

“Tunggu!!! Ini pasti suatu kesalahan.”

AMIER

“Apa yang terjadi kepadamu, NASSIR?!”

NASSIR (kepada AMIER)

“Aku pun tidak tahu, ayah.”

(kepada Pengawal)

“Hey, Lepaskan!!! Aku tidak bersalah!!!”

(6)

INT. BERANDA RUMAH – NIGHT

WASYI

(menarik lengan seorang pengawal)

“Lepaskan ayah dan kakakku!!!”

Pengawal itu menendang perut WASYI hingga terjerembap, merasakan sakit yang amat sangat dan pingsan.

INT. BERANDA RUMAH – MIDNIGHT

WASYI bangun dari pingsannya. Ia berpikir mencari cara agar ayah dan saudaranya dibebaskan. Kemudian ia teringat dokumen ayahnya. Ia langsung bergegas ke ruang kerja ayahnya.

INT. RUANG KERJA AMIER – MIDNIGHT

WASYI mencari dokumen itu di berbagai tempat. Lalu dia menemukan lipatan kertas yang berlogo segel Lambang Negaranya.

WASYI

“Ini dia. Aku harus segera memberikannya kepada Tuan HALIM.”

INT. KANDANG KUDA – MIDNIGHT

WASYI mengambil dan mengendarai kuda ayahnya untuk pergi ke tempat Tuan HALIM ZAID yang rumahnya berada di tengah kota.

EXT. PINTU DEPAN RUMAH TUAN HALIM ZAID – MIDNIGHT

Begitu tiba, WASYI mengetuk pintu rumah Hakim HALIM. Tuan HALIM membuka pintu kemudian keluar. Usianya sama seperti ayahnya. Dia terlihat berwibawa meskipun memakai baju santai.

HAKIM HALIM

“Oh, kau putra dari Tuan SAYF. Ada apa bertamu malam-malam begini dan kau terlihat begitu tegang.”

WASYI (gugup)

“Sa..saya...ayah saya...dan...”

HAKIM HALIM

“Tenangkan dirimu dulu. Lalu bicaralah.”

WASYI

“Ayah dan kakak saya ditahan dengan tuntutan tak terbukti.”

(menyodorkan dokumen)

“Saya hanya bisa menyerahkan dokumen milik ayah ini kepada anda.”

HAKIM HALIM

“oh, ini dokumen tentang masalah pembuatan senjata yang ditanganinya.

Lalu apa yang bisa menjadi jaminan untuk membebaskan kakakmu?”

WASYI

“Kakak adalah orang tak suka kekerasan. Banyak teman se-akademinya yang mempercayainya. Dia hanya korban.”

(7)

HAKIM HALIM

“Baiklah. Apa kau ingin bermalam kita akan pergi bersama besok?”

WASYI

“Tidak usah, terima kasih. Besok saya ada pelantikan Prajurit Muda dan saya harus mempersiapkannya hari ini, masalah peradilan besok saya

percayakan kepada anda.”

HAKIM HALIM

“Oh, Prajurit Muda, ya? Selamat atas keberhasilanmu. Masalah peradilan besok anggap saja sebagai hadiah dariku.”

WASYI

“Terima kasih dan mohon bantuannya. Selamat tinggal.”

(FADE IN) FADE OUT:

EXT. HALAMAN AKADEMI MILITER – MORNING

WASYI menghadiri pelantikannya mengenakan pakaian serdadu lengkap dengan atributnya. Wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Pikirannya tertuju ke tempat Peradilan Bazin. Tiba-tiba lamunannya terbuyarkan oleh seorang prajurit pria dan wanita, mereka adalah teman se-akademi WASYI. Mereka adalah RAZAK ZUHI dan HAYA SOFYA.

RAZAK

(menepuk punggung WASYI)

“HEY, prajuit!!! Mengapa engkau pasang wajah murung dihari membahagiakan ini?”

SOFYA

“Benar, tak sepantasnya kamu cemberut seperti itu.”

(berhenti sejenak lalu berkata dengan nada serius) “Ada masalah?

Katakanlah.”

WASYI (masih diam)

RAZAK

(menepuk bahu WASYI)

“Ayolah, sobat. Ceritakan masalahmu, siapa tahu kami bisa bantu.”

WASYI

“Akan kuceritakan, tapi mungkin kalian tidak akan bisa membantu. Ayah dan kakakku ditahan karena kasus yang tidak terbukti.”

SOFYA (terkejut)

“Benar-benar buruk.”

RAZAK

“Lalu apa kau mempunyai jaminan untuk membela mereka?”

WASYI

(8)

“Ya, segala urusan dan bukti-buktinya sudah kupercayakan kepada Hakim HALIM. Beliau adalah teman dekat ayahku.”

SOFYA

“Lantas apa yang kau khawatirkan sekarang?”

WASYI

”Tak tahu, tapi perasaanku masih tidak enak.”

Tiba-tiba pembicaraan mereka terputus oleh suara panggilan.

PEMIMPIN UPACARA (dengan lantang)

“RAZAK ZUHI, HAYA SOFYA, RAUF ABDUH, WASYI SAYF harap ke Altar untuk menerima atribut Prajurit Muda”

SOFYA

“Ayo maju, nama kita sudah dipanggil”

EXT. ALTAR – MORNING

Nama yang dipanggil telah berdiri di Altar. Atribut diberikan urut dari kanan ke kiri mulai dari RAZAK ZUHI, HAYA SOFYA, RAUF ABDUH dan terakhir WASYI SAYF. Setelah atribut diberikan WASYI dipanggil.

KETUA UPACARA

“WASYI tunggu sebentar. Apa benar ayahmu dan kakakmu sedang menjalani peradilan hari ini?”

WASYI

“Iya benar”

KETUA UPACARA

“Barusan aku mendapat kabar dari peradilan. Bahwa ayahmu dan kakamu ditetapkan sebagai tersangka. ayahmu telah dieksekusi gantung dan saat

mencoba melarikan diri kakakmu terpanah kemudian tercebur di Sungai Syam, saat ini jasadnya belum ditemukan.”

Mendengar kabar mengejutkan itu WASYI seperti tak bisa bergerak.

Jiwanya terguncang karena merasa telah dikhianati.

FADE OUT.

BERSAMBUNG

(9)

NASKAH FILM MATA KULIAH PERANCANGAN FILM KARTUN

JIWA SANG ELANG (SPIRIT OF EAGLE)

Oleh:

Bambang Yudiawan 11.22.1381

Referensi

Dokumen terkait

Minat yang dapat timbul dari adanya pengaruh atau identifikasi terhadap oarang lain, termasuk diantarannya pengaruh dari teman sebaya karena merupakan lingkungan

Karya dokumenter “Kampung Layang- Layang” ini dapat dijadikan sebagai pemahaman bagi khalayak mengenai gambaran upaya masyarakat Desa Cipacing dalam melestarikan

• Pemboikotan adalah perjanjian antar pelaku usaha yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama dengan tujuan pasar dalam negeri maupun pasar

pada angka 29 dan 30, halaman 14 dan 15, karena sebagaimana telah Tergugat sampaikan pada dalil-dalil jawaban Tergugat, terurai pada angka 1 s/d angka 6 diatas, oleh

Yang dimaksud dengan insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang tergolong “orang dalam” perusahaan (dalam artian luas), perdagangan mana didasarkan

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pendahiluan, hasil penelitian ini mendeskripsikan representasi bahasa perempuan pada tokoh puteri Mas Ambara Sari dalam

Dalam sistem pembiayaan murabahah yang menjadi salah satu produk pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh, pihak manajemen dalam membuat perhitungan yang

Hal ini dilakukan karena kecenderungan penyisihan pada tahap pertama tidak jauh berbeda antara glukosa 10 g/L dan 5 g/L dan untuk mengetahui apakah jerami dalam bentuk serbuk