• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KESIMPULAN DAN SARAN "

Copied!
161
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Tempat Penelitian
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Studi suportif yang mungkin dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung kongestif adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel 4.7 data pengkajian pasien 1 dan 2 menunjukkan bahwa masalah keperawatan pada pasien 1 dan 2 mempunyai diagnosis yang sama yaitu penurunan curah jantung dan penurunan pertukaran gas. Pembahasan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP DR.

Pada pasien 1 dengan data mayor (sayatan celup, PO2 meningkat, PCO2 menurun, Ph 7,43) dan data minor (tampak gelisah, kulit pucat, pola nafas cepat). Sedangkan permasalahan pada pasien 2 teratasi sebagian pada hari ke 5 dengan data subjektif pasien mengatakan sesak nafas dan badan bertenaga. Asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung kongestif (CHF) di bangsal jantung dr. RS Djamil Padang.

Asuhan Keperawatan Pasien Gagal Jantung Kongestif (CHF) di Ruang Penyakit Dalam Pria IRNA Non Bedah RSUP Dr.Djamil Padang.

Gambar 2.1 : Anatomi jantung
Gambar 2.1 : Anatomi jantung

Anatomi dan Fisiologi Gagal jantung

Etiologi

Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medis-Bedah, gagal jantung disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti: Kondisi mendasar yang menyebabkan disfungsi otot jantung termasuk aterosklerosis koroner, hipertensi arteri, dan penyakit degeneratif atau inflamasi seperti kardiomiopati. Peradangan dan penyakit miokard degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung sehingga mengakibatkan penurunan kontraktilitas.

Hipertensi sistemik atau pulmonal (meningkat setelah olahraga) meningkatkan beban kerja jantung dan akibatnya menyebabkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi ventrikel kiri berhubungan dengan disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri serta meningkatkan risiko infark miokard dan memudahkan terjadinya aritmia, baik atrium maupun ventrikel.

Manifestasi Klinik

Klasifikasi Gagal Jantung

Patofisiologi

Mekanisme ini mungkin cukup untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau mendekati normal pada gagal jantung dini dalam keadaan normal. Mekanisme dasar gagal jantung adalah penurunan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Jika curah jantung menurun, sistem saraf simpatis akan mempercepat detak jantung untuk mempertahankan curah jantung.

Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung, yang selanjutnya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Peradangan dan penyakit miokard degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung sehingga mengurangi kontraktilitas.

Patway

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan

Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Jantung

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Pasien menyatakan nyerinya berkurang dari skala 7 menjadi 2 2. Pasien menunjukkan ekspresi wajah yang tenang 3. Pasien dapat istirahat dengan nyaman. Meningkatkan proporsi makanan yang terbuang 2. Penatalaksanaan gangguan makan I Pantau asupan dan haluaran. kebutuhan makanan dan cairan serta kalori. Pengkajian ini dilakukan segera setelah perawat melaksanakan rencana keperawatan untuk menilai efektivitas tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Tabel : 2.2 intervensi keperawatan  Dx. keperawatan  Tujuan dan Kriteria
Tabel : 2.2 intervensi keperawatan Dx. keperawatan Tujuan dan Kriteria

METODE PENELITIAN

  • Subyek Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisi Data

Pemeriksaan pasien 1 dilakukan di RSUP DR. Selain perawat ruangan, beberapa mahasiswa praktik dari berbagai institusi pendidikan juga turut serta dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Berdasarkan Tabel 4.2 hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada pasien 1 dan 2 ditemukan kesamaan yaitu keadaan umum lemah dan kesadaran koma.

Berdasarkan Tabel 4.4 data asesmen spiritual pasien 1 dan 2 terdapat kesamaan yaitu pasien 1 dan 2 melakukan shalat 5 waktu. Perbedaan pasien 1 dan 2 adalah pasien 1 mempunyai masalah keperawatan volume cairan berlebih, sedangkan pasien 2 mempunyai masalah keperawatan intoleransi aktivitas. Pada pembahasan kali ini penulis membahas kesinambungan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada Pasien 1 dan Pasien 2 penderita gagal jantung kongestif (CHF) yang dilakukan pada Pasien 1 pada tanggal 18 Mei 2017 – 24 Mei 2017 sedangkan pada Pasien 2 pada tanggal 11 Maret 2018 – 18 Maret 2017 di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP DR.

Keluhan pasien 1 dan 2 ini sesuai dengan teori menurut Brunner & Suddarth (2017) bahwa pada pasien gagal jantung tanda dan gejala gagal jantung dapat berhubungan dengan ventrikel mana yang mengalami gangguan. Dan pada pasien 2, data pendukung diagnosis juga berupa data kunci berikut (seperti kelelahan, pucat, tekanan darah tinggi, sesak napas, akral teraba dingin) dan data sekunder. Masalah keperawatan ini hanya ditemukan pada pasien 1. Penegakan dilakukan atas dasar Nanda International dengan data keluhan pasien mengatakan kakinya bengkak dan edema pada ekstremitas bawah.

Pada pasien gagal jantung, perencanaan dan tindakan keperawatan meliputi peningkatan kontraktilitas atau perfusi sistemik, istirahat total dengan posisi semi Fowler, pemberian terapi oksigen sesuai kebutuhan, penurunan volume cairan berlebih dengan mencatat intake dan output (Aspani, 2016) ). Analisis pengaruh sudut posisi tidur terhadap kualitas tidur dan tanda vital pada pasien gagal jantung di unit perawatan intensif RSUP Dr. Analisis pengaruh sudut posisi tidur terhadap kualitas tidur dan tanda vital pada pasien gagal jantung di unit perawatan intensif RSUP Dr.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Lokasi Penelitian

Penyakit Dalam IRNA terbagi menjadi 3 lantai yaitu HCU, Penyakit Dalam Pria dan Penyakit Dalam Wanita. Ilmu Penyakit Dalam putra IRNA dipimpin oleh seorang karu, dan pada masing-masing sayap dibantu oleh seorang katim. Prasarana yang tersedia di bangsal dalam pria sebanyak 72 tempat tidur dan 25 kamar di setiap salurannya.

Data Asuhan Keperawatan

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan pernah dirawat di RSSN Bukittinggi karena stroke 11 tahun yang lalu. Riwayat kesehatan keluarga Pasien menyatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Saat masuk IGD, pasien 1 melaporkan mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesak nafas semakin bertambah saat beraktivitas, nyeri dada sebelah kiri, dan edema ekstremitas bawah, sedangkan pasien 2 mengalami sesak nafas. sejak 3 hari. beberapa jam yang lalu wajahnya tampak pucat dan lemas serta mengeluh nyeri dada yang tidak menjalar.

Refleks cahaya positif, diameter kiri dan kanan simetris dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada serumen, tidak ada laserasi, pendengaran masih baik. Pada pemeriksaan istirahat dan tidur, pasien 1 tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 4-5 jam, pasien mengatakan tidurnya kurang nyenyak dan sering terbangun di malam hari karena sesak nafas, sedangkan pasien 2 mengatakan tidurnya ± 5 jam setiap malam karena sering terbangun dan tidur siang ± 4 kali.

Pada pemeriksaan sistem pencernaan dan status gizi, pasien 1 memiliki berat badan 64 kg, sedangkan pasien 2 mengatakan selama sakit berat badannya turun dari 66 kg menjadi 63 kg. Pada penilaian kerja, pasien 1 mengatakan dulunya bekerja sebagai petani, namun setelah terkena stroke pasien tidak bekerja lagi, sedangkan pasien 2 bekerja sebagai PNS sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan selama sakit. semua aktivitasnya dibantu oleh keluarganya. Saat menilai konsep diri pasien 1 tidak dilakukan penilaian, sedangkan pasien 2 menyatakan tidak bisa beraktivitas dan harus mengontrol pola makan dan minum.

Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan Gagal  Jantung Kongestif
Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan Gagal Jantung Kongestif

PEMBAHASAN

  • Pengkajian keperawatan
  • Diagnosa keperawatan
  • Perencanaan keperawatan
  • Implementsi keperawatan
  • Evalusai keperawatan

Diagnosa keperawatan pasien gagal jantung kongestif berdasarkan SDKI adalah : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar, pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan usaha pernafasan (misalnya nyeri saat bernafas), penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload /perubahan afterload/perubahan kontraktilitas, nyeri akut berhubungan dengan gangguan fisiologis (misalnya iskemia), hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan, perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan/atau vena, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kecemasan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi, defisiensi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (misalnya: stres, keengganan makan), risiko gangguan integritas kulit dan kelebihan volume cairan. Berdasarkan data pengkajian dan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi, teridentifikasi 3 masalah keperawatan pada pasien 1 dan 3 masalah keperawatan pada pasien 2 yang landasannya ditegakkan dengan bantuan Nanda International. Dimana dalam hal ini penulis berpendapat bahwa data pada pasien 1 mendukung diagnosis tersebut, antara lain: data penting (bradikardia, penurunan tekanan darah, penampilan pucat, edema, sesak nafas, oliguria) dan data minor (pasien terlihat gelisah.

Penulis berhipotesis bahwa gejala sesak napas yang muncul pada pasien 1 dan 2 terjadi akibat adanya penyumbatan pada paru sehingga mengganggu sirkulasi pernafasan. Masalah keperawatan ini hanya ditemukan pada pasien 2. Penegakan dilakukan berdasarkan Nanda International dengan data keluhan : mudah lelah, badan lemas, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan peneliti pada pasien 1 dan peneliti pada pasien 2 diperoleh data bahwa kedua pasien telah dipasang kateter dan infus, sehingga penulis yakin bahwa diagnosis risiko infeksi dapat ditegakkan dari faktor risiko: efek dari prosedur invasif. (berupa pemasangan infus dan kateter).

Bagi pasien pada hari pertama perawatan, perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: kaji adanya nyeri dada, catat bradikardia, turunkan TD pada pasien, pantau status kardiovaskuler: denyut jantung, tekanan darah, pantau status pernafasan pasien, pantau keseimbangan cairan, atur waktu olah raga dan istirahat agar tidak mudah lelah, pantau adanya dyspnoea, anjurkan untuk mengurangi stress, pantau suhu dan sianosis perifer, berikan obat sesuai petunjuk dokter: Clopidogrel 1x 75mg, Candesartan 1x 16mg. Pada pasien pada hari pertama perawatan, dilakukan perencanaan sebagai berikut: auskultasi bunyi napas, catat bunyi tambahan seperti serak, anjurkan pasien bernapas dalam, atur posisi semi Fowler untuk mengurangi dispnea, pantau status respirasi dan O2, pantau (rata-rata, kedalaman dan usaha pernapasan), pantau pola pernapasan: takipnea, amati. Namun terdapat pula keluhan berbeda antara pasien 1 dan 2 yang dapat dirasakan oleh pasien 1 dan 2 yaitu pasien 1 mengeluhkan sesak napas yang semakin bertambah saat beraktivitas, dan edema pada ekstremitas bawah, sedangkan pada pasien 2 tidak ada keluhan. busung. dan sesak dirasakan saat istirahat.

Evaluasi yang dilakukan peneliti pada pasien 1 dilakukan selama 7 hari perawatan di rumah sakit pada tanggal 18 hingga 24 Mei 2017, sedangkan pada pasien 2 dilakukan selama 4 hari perawatan di rumah sakit pada tanggal 14 hingga 18 Maret 2018 oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Hasil evaluasi akhir yang dilakukan peneliti terhadap pasien 1 dan pasien 2 menunjukkan bahwa sebagian permasalahan yang dialami kedua pasien hanya terselesaikan sebagian saja, belum terselesaikan sesuai rencana yang telah dibuat, dan ada pula yang terselesaikan seluruhnya. . Peran pendidik perawat dalam melaksanakan debit perencanaan pada pasien di Ruang Tulip 1c RSUD Ulin Banjarmasin.

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Bagi rumah sakit agar meningkatkan pengobatan terhadap pasien gagal jantung kongestif, terutama bekerjasama dengan seluruh tenaga kesehatan dalam hal mengedukasi pasien dan keluarga tentang pola hidup dan kebiasaan sehat. Kami berharap pasien dapat mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat, mengurangi faktor risiko seperti: hipertensi, dan tetap melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, karena hal ini merupakan langkah yang sangat penting untuk memperbaiki kondisi gagal jantung yang terjadi. Kami berharap keluarga pasien dapat berperan sebagai sistem edukasi yang mendukung dalam program rehabilitasi pasien gagal jantung di rumah.

Keluarga pasien dapat memberikan dukungan dan bantuan dalam segala aktivitas yang dijalani pasien guna meningkatkan kualitas hidupnya. Kami berharap penulis selanjutnya dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan lebih teliti melakukan kajian yang luas serta mengolah data secara akurat dan tepat sehingga dapat memberikan pelayanan medis yang maksimal kepada pasien. Diambil dari http://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show Detail&Id= 5245&Keywords=.

Hubungan Peran Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RS Gmibm Monompia Kota Mabagu Kabupaten Bolaang Mongondow. Gagal jantung kongestif (gagal jantung. 2015) Pemanfaatan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic Noc. yogyakarta: penerbitan obat yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1 : Anatomi jantung
Gambar 2.2 kedudukan jantung dalam perbandingan terhadap  sternum,iga-iga, dan tulang rawan konstal
Tabel : 2.2 intervensi keperawatan  Dx. keperawatan  Tujuan dan Kriteria
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Biodata dan Riwayat Kesehatan pasien  dengan Gagal Jantung Kongestif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Those are (1) planning various program for the school; (2) developing the school organization as necessary; (3) leading the school in empowering the resources;