• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Peran Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Perlindungan Permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja Yang Menjadikan Jumlah Pengangguran Meningkat

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "View of Peran Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Perlindungan Permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja Yang Menjadikan Jumlah Pengangguran Meningkat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VERITAS: Jurnal Program Pascasarjana Ilmu Hukum Vol. 9 No. 1 Tahun 2023 p-issn: 2407-2494 e-issn: 2655-979X (https://uia.e-journal.id/veritas/)

66

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso Hlm 66 - 77

Naskah dikirim:

23/01/2023

Naskah direview:

06/02/2023

Naskah diterbitkan:

07/03/2023

"PERAN UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DALAM PERLINDUNGAN PERMASALAHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA YANG MENJADIKAN JUMLAH

PENGANGGURAN MENINGKAT"

Zhafira Gitamo1, Imam Budi Santoso2

1 Universitas Singaperbangsa, Indonesia, zhafiragtmo@gmail.com

2 Universitas Singaperbangsa, Indonesia, imambudisantoso@gmail.com

ABSTRAK

Hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan antara para pengusaha dengan para tenaga kerja, para pengusaha dengan para pengusaha, dan para tenaga kerja dengan para tenaga kerja dilakukan pada aktu sebelum bekerja, saat bekerja, hingga sesudah bekerja dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan bagi para pekerjanya. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara studi normatif dan empiris. Studi empiris dalam penelitian bukan untuk mencari data-data primer, melainkan data-data yang diperoleh data-data sekunder dari berbagai sumber baik media cetak maupun online. Adapun kasus-kasus dan pendapat pakar yang ada dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi para buruh/pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka pada periode Februari 2021 sebesar 8,92%, naik menjadi sebesar 1,21% dibandingkan dengan keadaan dengan Februari 2020. Dikarenakan Pemutusan Hubungan Kerja dan belum meratanya kesempatan kerja bagi seluruh warga Karawang. Kemudian Bupati Karawang menerbitkan Perda No 1 Tahun 2011 di Kab Karawang memberikan perlindungan kepada warga asli Kabupaten Karawang yang belum mendapatkan pekerjaan atau kesempatan untuk bekerja.

Kata kunci : Hukum Ketenagakerjaan, Pemutusan Hubungan Kerja, Perlindungan.

ABSTRACT

Employment law regulates the relationship between employers and workers, employers and employers, and workers and workers carried out before work, during work, and after work with the aim of improving the welfare of the workers. This research is a combined research between normative and empirical studies. Empirical studies in research are not looking for primary data, but data obtained from secondary data from various sources, both print and online media. The cases and expert opinions in this study were obtained from various previous studies related to legal protection for workers/workers who experienced termination of employment. The Open Unemployment Rate in the February 2021 period was 8.92%, an increase to 1.21%

compared to the situation in February 2020. Due to layoffs and uneven employment opportunities for all residents of Karawang. Then the Regent of Karawang issued Regional Regulation No. 1 of 2011 in Karawang Regency to provide protection to the original residents of Karawang Regency who have not got a job or opportunity to work.

Keywords: Employment Law, Work Termination, Protection.

(2)

VERITAS: Jurnal Program Pascasarjana Ilmu Hukum Vol. 9 No. 1 Tahun 2023 p-issn: 2407-2494 e-issn: 2655-979X (https://uia.e-journal.id/veritas/)

67

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

PENDAHULUAN

Hukum Ketenagakerjaan adalah hukum yang mengatur tentang tenaga kerja atau dengan istilah perburuhan. Yang didalamnya terdapat perintah kerja dan pekerjaannya dilakukan dari waktu sebelum bekerja, saat bekerja, hingga sesudah bekerja dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan bagi para pekerjanya. Kemudian juga mengatur hubungan antara para pengusaha dengan para tenaga kerja, para pengusaha dengan para pengusaha, dan para tenaga kerja dengan para tenaga kerja.

Sebagai perwujudan dari ketenagakerjaan dalam pembangunan daerah, swasta, serta memuat mengenai hak dan kewajiban, serta larangan dari para pekerja maupun para pengusaha tersebut.

Para pengusaha memberikan pekerjaan kepada para tenaga kerja guna menghasilkan suatu produk barang dan/atau jasa yang kemudian akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat luas. Kemudian setelah melakukan pekerjaannya, para tenaga kerja akan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, sebagai hasil dari apa yang telah mereka kerjakan. Hubungan yang terjalin antara kedua pihak tersebut saling melengkapi namun akan menetapkan sanksi bagi para pihak yang melanggar, melakukan wanprestasi, atau perbuatan melawan hukum dari suatu peristiwa perjanjian.

Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lainlain.1 Ada beberapa istilah-istilah lain yang digunakan, seperti pegawai, karyawan/karyawati, pramugara/pramugari, pramuniaga, dan lain-lain. Yang kemudian semua istilah tersebut disatukan atau dikenal dalam regulasi dengan istilah pekerja/buruh.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Pasal 1 angka 2 UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja memfokuskan kepada orang yang telah memenuhi syarat dan mampu melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pemberi kerja.

Pemberi kerja adalah perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayat upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 1 UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Dalam hal perorangan, biasanya belum mendaftarkan dirinya sebagai badan hukum atau badan usaha. Dalam hal pengusaha yakni orang perseorangan, atau badan hukum yang menjalankan perusahaan milik sendiri atau milik orang lain.

Sedangkan dalam hal badan hukum, dimana usahanya telah didaftarkan secara hukum dan dinyatakan layak untuk menjalankan badan hukum atau badan usaha.

Landasan Hukum Ketenagakerjaan terdiri dari yang pertama yaitu, landasan filosofis yang artinya peraturan yang dibentuk selalu mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang sesuai dengan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kedua, landasan sosiologis artinya peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui perlindungan, kesamaan kesempatan, perlakuan tanpa adanya diskriminasi guna mensejahterakan para pekerja dan keluarganya. Ketiga, landasan yuridis artinya peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan peraturan yang telah ada sebelumnya.

Pembangunan Ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, oleh sebab itu pembangunan ketenagakerjaan dilakukan serta dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, serta merata baik

1 Pasal 1 angka 3 UU nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(3)

68

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

secara materiil maupun spiritual. Menurut Pasal 52 UU nomor 13 Tahun 2003, syarat sah nya suatu perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan, dan pekerjaan yang diperkanjikan tidak bertentangan dengan ketentuan umum, kesusilaan, dan peraturan perundang- undangan yang telah berlaku.

Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan berdasarkan asas keterpaduan dengan melai koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Pada dasarnya asas ini sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya Asas Demokrasi Pancasila serta Asas adil dan merata.

Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan berbagai pihak antara lain pihak pemerintah, pihak pengusaha, dan pihak pekerja/buruh. Oleh sebab itu, pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling mendukung antara pihak satu dengan pihak yang lainnya. 2

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara studi normatif dan empiris. Kajian hukum dan analisis peraturan perundang-undangan digunakan dalam penelitian ini. Adapun undang-undang yang digunakan dalam penelitian ini yakni: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Studi empiris dalam penelitian bukan untuk mencari data-data primer, melainkan data-data yang diperoleh data-data sekunder dari berbagai sumber baik media cetak maupun online. Adapun kasus- kasus dan pendapat pakar yang ada dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi para buruh/pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Apa Yang Menjadi Faktor Utama Meningkatnya Jumlah Pengangguran?

Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaanpekerjaan (Mulyadi, 2003). Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sukirno, 2008). Menurut Nanga (2001) dilihat dari sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadu empat, yaitu3:

1. Pengangguran Friksional, adalah yang terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan dalam syarat-syarat kerja, sering terjadi karena perkembangan dan dinamika ekonomi. Dan dapat terjadi karena berpindahnya orang dari satu daerah ke daerah lain atau perpindahan pekerjaan dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya.

2. Pengangguran Struktural, yang terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan didalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja. Dapat terjadi karena adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara pekerjaan yang lain mengalami penurunan permintaan, dan permintaan tersebut tidak melakukan penyesuaian dengan cepat atau situasi tersebut.

2Fauziah, 2020. Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pengaturan Upah Minimum di Kota Bekasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tetang Pengupahan. Jurnal Veritas Volume 6 Nomor 2 Maret 2020.

3Achmad Selamet Aku, La Ode Suriadi, Sitti Whirdhana A Bakareng, dkk. (2015). Database Pengangguran Berpendidikan Tinggi di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 48-49.

(4)

69

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

3. Pengangguran Alamiah, terjadi pada kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan sama dengan tingkat inflasi aktual.

4. Pengangguran Konjungtur, terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif aggregat didalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran aggregat. Para ahli menyebutnya "demand-demand-deficient unemployment" dan akan berkurang apabila tingkat kegiatan ekonomi meningkat.

Menurut Yanuar (2009) pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja yang ingin memperoleh pekerjaan tapi belum mendapatkannya. Salah satu permasalahan yang di hadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah pengangguran. Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah makro ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah karena akan menimbulkan masalah-masalah sosial lainya.4

Menurut Sadono Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Penganguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Di Indonesia angka penggangguran makin meningkat.5

Menurut Sukirno (2006) sebab terjadinya pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis yaitu:

1. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang wujud apabila ekonomi telah mencapi kesempatan kerja penuh.

2. Pengangguran struktural, terjadi karena adanya perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian.

3. Pangangguran teknologi, ditimbulkan oleh adanya pengantian tenaga manusia oleh mesin- mesin dan bahan kimia yang disebabkan perkembangan teknologi6.

Berikut adalah beberapa faktor peyebab terjadinya pengangguran:

1) Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja. Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia.

2) Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak jumlah sumber daya manusia yang tidak memiliki keterampilan menjadi salah satu penyebab makin bertambahnya angka pengangguran di Indonesia.

3) Kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk mencari tau informasi tentang perusahaan yang memiliki kekurangan tenaga pekerja.

4) Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan pekerjaan di kota, dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.

5) Masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan pelatihan untuk meningkatkan softskill budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang membuat para pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang kerja.7

Masalah pengangguran selalu menjadi permasalahan yang sulit terpecahkan disetiap negara.

Sebab jumlah penduduk yang bertambah semakin besar tiap tahunnya, akan menyebabkan

4Egsaugm, diakses pada 29 Oktober 2021 https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/09/29/apa-itu-pengangguran/

5Khodijah Ishak. (2018). "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengangguran dan Inflikasinya terhadap Indek Pembangunan Indonesia". Jurnal STIE Syariah Bengkalis, 7(1): 3

6Sadano Sukirno. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: T. Raja Grafindo Persada.

7Khodijah Ishak. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengangguran dan Inflikasinya terhadap Indek Pembangunan Indonesia. Jurnal STIE Syariah Bengkalis, 7(1): 6

(5)

70

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

meningkatnya jumlah orang pencari kerja, dan seiring itu tenaga kerja juga akan bertambah. Jika tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan maka mereka akan tergolong ke dalam orang yang menganggur.8 Menurut Badan Pusat Statistik kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan penduduk usia kerja.Faktor selanjutnya adalah tingkat upah. Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.

Pengangguran mempunyai dampak yang berimbas pada perekonomian ataupun kehidupan masyarakat sebagai berikut:

1) Dampak Bagi Perekonomian: Penurunan pendapatan rata-rata penduduk perkapit, Penurunan penerimaan pemerintah dari sector pajak, Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah, dan Menambah hutang negara.

2) Dampak Bagi Masyarakat: Menghilangkan keterampilan seseorang karena kemampuan yang tidak di gunakan, Menimbulkan ketidakstabilan politik dan sosial, Pengangguran adalah beban psikis dan psikologis bagi si penganggur Qataupun keluarga, dann Dapat memicu terjadinya aksi kriminalitas atau kejahatan.9

B. Bagaimana Peran Undang-undang sebagai Perlindungan Pemutusan Hubungan Kerja kepada Karyawan/Pekerja di Karawang?

Ketenagakerjaan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenegakerjaan. Masalah-masalah dalam ketenagakerjaan yang timbul biasanya dikarenakan belum terjalinnya hubungan yang harmonis antara majikan/pengusaha dengan pekerja/buruh. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya tafsiran yang menyatakan bahwa masalah ketenagakerjaan ini mengandung unsur ekonomis, unsur sosial politik dan unsur kesejahteraan sosial. Masalah ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian khusus yaitu mengenai Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya akan disebut PHK.10

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berdasarkan pengertian menurut Pasal 1 angka 25 UU nomor 13 tahun 2003 adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.11 Pemerintah berkepentingan langsung dalam masalah PHK ini karena bertanggungjawab atas berputarnya roda kehidupan nasional dan terjaminnya ketertiban umum serta untuk melindungi pihak yang berekonomi lemah.

Di era Modern saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat agar mencapai kehidupan yang lebih baik harus memiliki pekerjaan, baik sebagai Pengusaha atau sebagai buruh/pekerja. Pekerjaan merupakan hal yang penting karena itu seseorang akan mendapatkan upah berupa gaji yang dibayarkan setelah melakukan suatu pekerjaan.

Dalam perkembangannya, untuk meningkatkan kinerja dan juga memperbaiki kualitas pekerja12, maka sangat diperlukannya jaminan hidup yang pasti dan layak didapatkan oleh seseorang yang dapat juga akan mengakibatkan pen ingkatan kualitas tenaga kerja yang ada

8Adrian Sutawijaya. (2012). Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8(2): 85

9 Fahri Abd Jalil Sri Kasnelly. (2020). Meningkatnya Angka Pengangguran Ditengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi Syariah: Al-Mizan, 2(2): 7-8

10 Andrian Sutendi. (2001). Hukum Perburuhan. Bandung: Cet. II, Sinar Grafika. hlm 83.

11Abdul Khakim. (2007). Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bhakti. hlm 187

12 Abdul khakim. (2003). Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. hlm 9

(6)

71

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

dengan meningkatkan perlindungan terhadap tenaga kerja yang harus sesuai dengan harkat martabat dan juga hak asasi manusia itu sendiri.13

Peran Undang-Undang dalam memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), diatur dalam Pasal 151 UU Cipta Kerja yang membahas mengenai cara-cara melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pengecualian mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terdapat dalam Pasal 153 Undang-Undang Cipta Kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak sangat tidak diperbolehkan dan sudah sangat jelas, kecuali keadaan tertentu yang memaksa untuk PHK itu dilakukan, sebagaimana pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ketenagakerjaan ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.14

Pengusaha dilarang melakukan PHK karena beberapa alasan tertentu (Pasal 153 UU Ketenagakerjaan), yaitu:

1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena alasan sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus.

2. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena memenuhi kewajiban negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya.

4. Pekerja/buruh menikah.

5. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.

6. Pekerja/buruh mengadukan pengusaha kepada pihak berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.

7. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, mengalami sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter jangka waktu penyembuhan belum dapat dipastikan15.

Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi karena 4 cara sebagai berikut:

1. PHK Demi Hukum, terjadi bila karena satu dan lain hal dalam hubungan kerja oleh hukum dianggap sudah tidak ada dan oleh karena itu tidak ada alas hak yang cukup dan layak bagi salah satu pihak untuk menuntut pihak lain guna tetap mengadakan hubungan kerja.

Dapat terjadi dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu (kontrak) , karena pekerja meninggal dunia, dan karena pekerja telah memasuki usia pensiun.

2. PHK atas Penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, pengusaha harus berusaha semaksimal mungkin menghindari terjadinya PHK. Upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengaturan waktu kerja, penghematan (efesiensi), pembenahan metode kerja, dan pembinaan kepada pekerja/buruh. Pembinaan dapat dilakukan kepada pekerja yang melanggar ketentuan dalam perjanjian kerja dengan cara

13 I Gusti Ayu Dewi Suwantari. (2019). "Perlindungan Hukum Terhadap Para Pekerja Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Karena Dampak Digitalisasi". Jurnal Kertha Semaya, 6(7): 3

14 Pasal 150 UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

15 Devi Rahayu. (2019). Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan. Scopindo Media Pustaka: Surabaya, hlm 143.

(7)

72

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

memberikan surat peringatan kesatu, kedua, dan ketiga. Masing-masing surat peringatan berlaku selama 6 bulan atau sesuai ketentuan yang lain dalam perjanjian kerja.

Apabila segala hal yang telah diupayakan tidak menemui hasil atau tidak dapat dihindari maka PHK wajib dirundingkan oleh Penguasa dengan para serikat pekerja/ serikat buruh secara langsung. Apabila perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, maka pengusaha melakukan pengajuan penetapan PHK secara tertulis kepada lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) disertai alasan yang menjadi dasarnya.

Lembaga PPHI setelah menerima permohonan PHK akan memanggil pihak yang bersangkutan untuk dimintai keterangan dimuka persidangan. Berdasarkan pembuktian yang dilakukan para pihak, Lembaga PPHI akan menetapkan keputusan yang berisi menolak atau mengabulkan PHK yang diajukan. Apabila permohonan dikabulkan maka hubungan kerja putus terhitung sejak waktu penetapan tersebut dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Tetapi apabila Lembaga PPHI belum menetapkan keputusan, maka para pihak harus tetap melaksanakan kewajiban masing-masing.

3. PHK atas Kehendak Pekerja atau Buruh, sebagai manusia merdeka berhak memutuskan hubungan kerja dengan cara mengundurkan diri atas kehendaknya sendiri, tanpa penetapan dari Lembaga PPHI. Hak tersebut melekat kepada setiap pekerja, tidak boleh dipaksa bekerja apabila ia sendiri sudah tidak menghendaki. Proses pengunduran diri harus memenuhi beberapa syarat seperti membuat surat permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat nya 30 hari tanggal sebelum dimulainya pengunduran diri, tidak terikat dalam ikatan dinas, dan tetap melakukan kewajibannya sampai tanggal pengunduran diri itu dilakukan.

4. PHK atas Kehendak Pengusaha, dilakukan apabila pekerja melakukan kesalahan berat atau melanggar ketentuan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama, dan dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Maka pekerja ini berhak menerima atas pesangon sebesar 1 kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja 1 kali ketentuan serta uang penggantian hak.

Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan PHK kepada Lembaga PPHI apabila pengusaha:

a. Menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam pekerja.

b. Membujuk pekerja untuk melalukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

c. Tidak membayar upah tepat waktu yang telah ditentukan selama 3 bulan berturut-turut atau lebih.

d. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerja.

e. Memerintahkan pekerja melakukan pekerjaan diluar yang diperjanjikan.

f. Memberikan pekerjaan yang membahayakan keselamatan, jiwa, kesehatan, dan kesusilaan pekerja sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian kerja16.

Pada umumnya kelangsungan ikatan kerja bersama antara perusahaan dengan tenaga kerja terjalin apabila kedua belah pihak masih saling membutuhkan dan saling mematuhi terhadap perjanjian yang telah disepekati pada saat mereka mulai menjalin kerja sama. Dengan adanya keterikatan bersama antara para tenaga kerja, berarti masing-masing pihak memiliki hak dan

16 Devi Rahayu. (2019). Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan. Scopindo Media Pustaka: Surabaya, hlm 144-149.

(8)

73

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

kewajiban. Demikian pula sebaliknya, apabila terjadi PHK manajer dituntut untuk memenuhi hak dan kewajiban terhadap tenaga kerja sesuai dengan kondisi pada saat terjadi kontrak.17

UU Nomor 13 Tahun 2003 mengamanatkan agar pengusaha berusaha tidak melakukan pemutusan hubungan kerja. Ketentuan ini dipertegas lagi dalam Pasal 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Kep-150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan, “Pengusaha dengan segala daya upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja dengan melakukan pembinaan terhadap pekerja yang bersangkutan atau dengan memperbaiki kondisi perusahaan dengan melakukan langkah-langkah efisiensi untuk penyelamatan perusahaan.18

Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, periode Februari 2021 jumlah angkatan kerja sebanyak 24,50 juta orang dan mengalami penurunan sebanyak 0,1 juta orang dari periode Februari 2020 lalu. Namun mengalami kenaikan sebanyak 0,29 juta orang dari periode Agustus 2020. Tingkat Pengangguran Terbuka pada periode Februari 2021 sebesar 8,92%, naik sebesar 1,21% dibandingkan dengan keadaan dengan Februari 2020, tetapi turun 1,54%

dibandingkan dengan keadaan Agustus 2020.

Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 9 orang penganggur. Pada Februari 2021, TPT mengalami peningkatan sebesar 1,21% dibandingkan keadaan Februari 2020, namun mengalami penurunan sebesar 1,54% dibandingkan dengan keadaan Agustus 2020.

Dalam periode 2 tahun terakhir (2021) Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu: a) pengangguran karena Covid-19; b) Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19; sementara tidak bekerja karena Covid-19; dan d) penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19. Kondisi a) dan b) merupakan dampak pandemi Covid-19 pada mereka yang berhenti bekerja, sedangkan kondisi c) dan d) merupakan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh mereka yang saat ini masih bekerja.

Lampiran 1

Lampiran 2

17 B. Siswanto Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia : Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm 305.

18 Ahmad Zaini. ( 2017). Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan. Jurnal Al Ahkam, 13(1), hlm 9

(9)

74

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

19

Sementara itu, menurut Bupati Kabupaten Karawang dengan diterbitkannya Perda No 1 Tahun 2011 di Kab Karawang yang menjadi awal dari terjadinya kontroversi karena awal mulanya semua rekrutment tenaga kerja menurut basisnya adalah NKRI. Namun, dasar dari diterbitkannya Perda tersebut adalah untuk semata-mata memberikan perlindungan kepada warga asli Kabupaten Karawang yang belum mendapatkan pekerjaan atau kesempatan untuk bekerja dan bukan melarang warga yang berasal dari luar Karawang untuk bekerja. Dan merupakan persentase agar perusahaan merekrut secara dominan warga asli Karawang, dan warga asli Karawang dituntut untuk terus mengembangkan potensi dan kemampuan diri guna bersaing dengan pekerja yang berasal dari luar Karawang sehingga nantinya dapat diterima bekerja.

Dikarenakan masih terdapat sebanyak 100.000 jumlah penduduk Karawang yang belum mendapatkan kesempatan kerja. Dan pengembangan potensi diri semata-mata untuk menjadikan Sumber Daya Manusia sebaik-baiknya sumber daya yang dapat berguna dan dibutuhkan bagi perusahaan. Kemudian, menurut Laporan Kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang (Widjojo GS) memberi penjelasan bahwa Disnakertrans memiliki Program untuk mengupayakan agar tingkat pengangguran dapat berkurang dengan cara bekerja sama dengan banyak perusahaan melalui Dinas, dan akan melepas sebanyak 116 orang antara lain dari PT Ceres, PT Ihara, PT Primanunggal, PT YMMI, Astra Honda, serta Heinz ABC dan dilakukan rekrutmen periode Januari 2021 kemarin dan mengacu kepada Perda No. 1 Tahun 2011 agar warga asli Karawang dapat diterima bekerja secara dominan oleh Perusahaan.20

KESIMPULAN

Pengangguran adalah keadaan di mana angkatan kerja yang ingin memperoleh pekerjaan tapi belum mendapatkannya. Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah makro ekonomi yang menjadi penghambat pembangunan daerah karena akan menimbulkan masalah- masalah sosial. Contohnya seperti kemiskinan, perceraian, kenakalan remaja/kriminalisasi dan lain-lain. Faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran adalah jumlah penduduk yang relatif banyak, sedikit nya lapangan pekerjaan, kurangnya informasi dan tindakan pemerintah dalam memberikan pelatih guna meningkatkan softskill masyarakat, kemalasan, cacat fisik atau umur, dan tingkat pendidikan yang rendah. Pengangguran mempunyai dampak yang berimbas pada

19Data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2021.

20 Pemerintah Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat Indonesia. (2021). Bupati Karawang Lepas 118 Tenaga Kerja, https://www.karawangkab.go.id/berita/bupati-karawang-lepas-118-tenaga-kerja-0 [diakses 31 Oktober, 2021]

(10)

75

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

perekonomian yaitu seperti menurunnya pendapatan perkapita penduduk, penurunan penerimaan pemerintah dari sektor pajak, dan meningkatnya biaya sosial dan hutang negara. Sementara bagi kehidupan masyarakat seperti menghilang atau berkurangnya kemampuan seseorang karena tidak digunakan, ketidakstabilan politik dan sosial, menjadi beban psikis dan psikologis bagi para pengangguran atau keluarganya serta dapat meningkatkan tindak kriminal atau kejahatan di masyarakat.

Masalah-masalah dalam ketenagakerjaan yang timbul biasanya dikarenakan belum terjalinnya hubungan yang harmonis antara majikan/pengusaha dengan pekerja/buruh. Masalah ketenagakerjaan yang harus mendapatkan perhatian khusus yaitu mengenai Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya akan disebut PHK. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), diatur dalam Pasal 151 UU Cipta Kerja yang membahas mengenai cara-cara melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi karena Demi Hukum, karena Penetapan Lembaga PPHI, karena Kehendak Pekerja seperti Pengunduran Diri yang dilakukan oleh Pekerja, dan karena Kehendak Pengusaha disebabkan terjadi kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh Pekerja.

Undang-undang ketenagakerjaan mengatur mengenai Larangan pengusaha untuk melakukan PHK secara sepihak kepada para pekerja, guna melindungi hak-hak para pekerja agar tetap dapat bekerja sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan pada saat sebelum memulai bekerja dan agar pekerja berhak menerima upah sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan dan upah yang diterima sesuai dengan perjanjian prakerja. Dan apabila Pengusaha tetap melakukan Pemutusan Hubungan Kerja makam Pengusaha dapat memberikan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan kepada para pekerja.

Semenjak periode 2 tahun terakhir (2020-2021) terjadi ketidakstabilan Tingkat Pengangguran Terbuka dan pada periode Februari 2021 sebesar 8,92%. Dan kemudian Bupati Karawang menerbitkan Perda No 1 Tahun 2011 di Kab Karawang memberikan perlindungan kepada warga asli Kabupaten Karawang yang belum mendapatkan pekerjaan atau kesempatan untuk bekerja dan bukan melarang warga yang berasal dari luar Karawang untuk bekerja.

Dikarenakan masih terdapat sebanyak 100.000 jumlah penduduk Karawang yang belum mendapatkan kesempatan kerja. Sehingga Perusahaan dapat memberikan kesempatan kerja kepada penduduk asli Karawang secara dominan untuk bisa diterima bekerja sebagai suatu upaya guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di daerah Karawang.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Aku, AS, dkk. (2015). Database Pengangguran Berpendidikan Tinggi di Sulawesi Tenggara.

Yogyakarta: Deepublish.

Khakim, A. (2007). Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bhakti.

Muharam, H. (2006). Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan serta Pelaksanaannya di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.

Rahayu, D. (2019). Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan. Surabaya: Scopindo Media Pustaka:

Santoso, B. (2012). Hukum Ketenagakerjaan dan Perjanjian Kerja Bersama (Teori, Cara Pembuatan, dan Kasus). Malang: UB Press.

(11)

76

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

Sastrohadiwiryo, BS. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia : Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukirno, S. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: T. Raja Grafindo Persada.

Sutendi, A. (2001). Hukum Perburuhan. Bandung: Cet. II, Sinar Grafika.

Undang-undang:

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Artikel Jurnal :

Dongoran, FR, dkk. (2016). Analisis Jumlah Pengangguran dan Ketenagakerjaan Terhadap Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kota Medan. Jurnal EduTech, 2(2). doi:

http://dx.doi.org/10.30596%2Fedutech.v2i2.599

Fauziah, 2020. Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Pengaturan Upah Minimum di Kota Bekasi Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 Tetang Pengupahan. Jurnal Veritas Volume 6 Nomor 2 Maret 2020.

Hadi, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Karyawan Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja Setelah Putusan Pengadilan Berkekuatan Hukum Tetap. Jurnal Surya Kencana Satu : Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan, 10(2), doi:

http://dx.doi.org/10.32493/jdmhkdmhk.v9i2.2285

Ishak, K. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengangguran dan Inflikasinya terhadap Indek Pembangunan Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 7(1), 22-38. doi:

https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/121

Juaningsih, IN. (2020). Analisis Kebijakan PHK Bagi Para Pekerja Pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia. Jurnal Adalah Buletin Hukum dan Keadilan, 4(1). doi:

10.15408/adalah.v4i1.15764

Silambi, ED. (2014). Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum (Studi Kasus PT.

Medco Lestari Papua). Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, 5(2). doi:

https://doi.org/10.35724/jies.v5i2.70

Sri Kasnelly, lF. (2020). Meningkatnya Angka Pengangguran Ditengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi Syariah: Al-Mizan, 2(2), 45-60. doi: http://ejournal.an- nadwah.ac.id/index.php/almizan/article/view/142

Sutawijaya, A. (2012). Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap Inflasi di Indonesia. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 8(2), 85-101. doi: https://doi.org/10.33830/jom.v8i2.237.2012 Suwantari, IGAD. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Para Pekerja Yang Mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja Karena Dampak Digitalisasi. Jurnal Ilmu Hukum Kertha Semaya, 6(7), 1-15. doi: https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/53864 Wibowo, RF, dkk. (2016). Perlindungan Bagi Pekerja Atas Tindakan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK) Secara Sepihak. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 3(1), 109-120. doi:

https://doi.org/10.14710/jphi.v3i1.109-120

Zaini, A. (2017). Pengaturan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Menurut Peraturan Perundang- undangan Ketenagakerjaan. Jurnal Al Ahkam, 13(1), 76-110. doi:

http://dx.doi.org/10.37035/ajh.v13i1.1753

(12)

77

Peran Undang-Undang... ; Zhafira Gitamo, Imam Budi Santoso

Internet:

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (2021).

https://karawangkab.bps.go.id/pressrelease/2021/05/25/226/februari-2021--tingkat- pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-8-92-persen.html [diakses 31 Oktober, 2021].

Egsaugm. (2019). ((https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/09/29/apa-itu-pengangguran/ [diakses 29 Oktober, 2021].

Pemerintah Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat Indonesia. (2021). Bupati Karawang Lepas 118 Tenaga Kerja, https://www.karawangkab.go.id/berita/bupati-karawang-lepas-118-tenaga-kerja-0 [diakses 31 Oktober, 2021]

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembahasan pemutusan hubungan kerja, erat hubungannya dengan pemecatan secara sepihak oleh pihak pengusaha/majikan. Padahal lingkup pemutusan hubungan kerja tidak

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76). Undang-Undang Nomor 1 tahun 2023 tentang Kitab