LAPORAN PROJEK PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA
“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.)”
Kelompok 6 : 1. Diki Hendra (D1A022042)
2. Miracle Wena Eklesia Bara (D1A022088) 3. Aidha Dwi Calista Putri (D1A022179)
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, M.Hort.Sc.
Trias Novita, S.P., M.Si.
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan projek praktikum budidaya tanaman hortikultura " Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi Terhadap Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)". Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir praktikum mata kuliah Budidaya Tanama Hortikultura.
Kami menyadari bahwa laporan akhir praktikum ini masih banyak kekurangan, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan akhir praktikum ini. Selain itu, kami juga mengharapkan laporan akhir praktikum ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami maupun para pembaca.
Jambi, Juni 2024
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
I. PENDAHULUAN ... 4
1.1 Latar Belakang ... 4
1.2 Tujuan ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) ... 6
2.2 Pupuk Kandang ... 9
III. METODE PENELITIAN ... 10
3.1 Tempat dan Waktu ... 10
3.2 Bahan dan Alat ... 10
3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 10
3.4 Variabel Pengamatan ... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
4.1 Hasil ... 13
4.2 Pembahasan ... 13
V PENUTUP ... 14
5.1 Kesimpulan ... 14
5.2 Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 15
LAMPIRAN ... 16
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur - sayuran termasuk dalam keluarga Brassicaceae. Sawi Pakcoy merupakan tanaman sayuran yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh karena kandungan gizi pakcoy yang terdiri dari vitamin dan mineral sangat berguna untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
Pakcoy merupakan tanaman sayuran segar yang digemari orang Asia. China khususnya. Pakcoy memiliki kelezatan dan cita rasa yang sangat baik. Tanaman pakcoy ini sama seperti tanaman sawi lainnya yaitu daunnya yang dimanfaatkan untuk dikonsumsi. Pakcoy juga mulai banyak diminati di Indonesia. Permintaan terhadap pakcoy ini cukup tinggi, mulai dari pasar tradisional hingga supermarket.
Selain itu harga dari pakcoy ini sangat terjangkau. Tanaman sayuran seperti pakcoy (Brassica rapa L) ini di Indonesia, baik untuk dibudidayakan pada tempat yang berdataran tinggi maupun di dataran rendah baik itu musim dingin atau musim kemarau, tetapi paling baik tanaman sawi dibudidayakan pada dataran tinggi dengan ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter dpl. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl dan tanah yang baik untuk budidaya tanaman sawi adalah tanah yang memiliki tekstur tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6-7. Pakcoy juga dikenal sebagai tanaman hortikultura yang memiliki masa panen relatif singkat, sehingga cocok untuk dibudidayakan baik oleh petani maupun masyarakat. Namun, budidaya pakcoy umumnya mengandalkan penggunaan pupuk, terutama pupuk kimia, untuk memperoleh hasil panen yang optimal.
Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah dan air serta penurunan kualitas tanah dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mencari alternatif budidaya yang lebih ramah lingkungan dan tidak bergantung pada pupuk kimia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengkaji potensi pertumbuhan dan perkembangan pakcoy tanpa menggunakan pupuk, baik kimia maupun organik.
Pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pakcoy tanpa pupuk akan memberikan pemahaman mengenai kemampuan adaptasi tanaman terhadap kondisi nutrisi yang terbatas serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya. Hasil pengamatan ini juga dapat menjadi dasar untuk mengembangkan teknik budidaya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta memberikan panduan bagi petani dan masyarakat dalam membudidayakan pakcoy dengan meminimalkan penggunaan pupuk.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara budidaya dan hasil panen tanaman pakcoy dengan pemberian pupuk kandang sapi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) 2.1.1 Klasfikasi Tanaman Pakcoy
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur – sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih satu famili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand (Anonim, 2012).
Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L.
Menurut Yogiandre et.al, (2011) tanaman pakcoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15 – 30 cm.
2.1.2 Morfologi Tanaman Pakcoy
Pakcoy memiliki sistem perakaran tunggang dengan cabang akar berbentuk bulat panjang yang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30- 50 cm Tanaman ini memiliki batang yang sangat pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan.Batang ini berfungsi sebagai pembentuk dan penopang daun. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam
spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daunnya lebar dan kokoh, tulang daun dan daunnya mirip dengan sawi hijau, namun daunnya lebih tebal dibandingkan dengan sawi hijau. Tanaman pakcoy memiliki buah dengan bentuk bulat, memiliki warna keputihan hingga kehijauan dan dalam satu buah memiliki 2-8 biji. Biji tanaman pakcoy berbentuk bulat dan kecil berwarna coklat hingga kehitaman, memiliki permukaan licin, mengkilap, keras dan juga sedikit berlendir. Bunga tanaman pakcoy memiliki bentuk memanjang dan memiliki banyak cabang. Tanaman pakcoy memiliki bunga dari empat kelopak daun, empat mahkota bunga yang memiliki warna kuning pucat, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. Sedangkan dalam proses penyerbukan tanaman ini dilakukan secara alami dengan bantuan angin dan binatang kecil sekitar.
2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Pakcoy
Menurut Sutirman (2011) Wilayah Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga tanaman pakcoy dapat dikembangkan di Indonesia. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter – 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter – 500 meter di atas permukaan laut (dpl).
Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy juga resisten terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
Pada saat musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Pakcoy juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suhu lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2 , dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40 – 50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari yakni pada suhu kamar (25-270 C).
Media tanam yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 5– 7.
2.1.4 Kandungan Gizi Pada Tanaman Pakcoy
Tanaman pakcoy memiliki banyak kandungan gizi diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh terutama untuk ibu hamil karena dapat terhindar dari penyakit anemia. Selain itu sawi pakcoy dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan bagi penderita batuk, obat penyakit panas dalam, memperlancar pencernaan, penyembuh sakit kepala, dan sebagai pembersih darah bagi penderita ginjal dianjurkan memakan sawi karena dapat memperbaiki fungsi ginjal (Haryanto, 2006). Berdasarkan hal tersebut, tentu pakcoy menjadi komoditas yang sangat diminati oleh masyarakat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka permintaan konsumen terhadap pakcoy ini semakin meningkat.
Kandungan gizi yang terkandung dalam 100 g pakcoy adalah protein 100 mg, lemak 0,39 mg, karbohidrat 4,09 mg, kalsium 220 mg, fosfor, 38 mg besi dan Vitamin C 192 mg (Kam Nio Oey. 1992). Selain itu pakcoy juga memiliki fungsi farmakologis untuk menjaga kesehatan mata berkat adanya vitamin A, vitamin K membantu dalam berlangsungnya pembekuan darah, dan kandungan vitamin E yang berperan dalam menjaga sel-sel kulit dari bahaya radikal bebas (Heru &
Agus, 2014).
2.2 Pupuk Kandang
Penggunaan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan (pupuk kandang) dapat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan lebih ramah lingkungan. Pupuk kandang merupakan olahan dari kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan pada lahan atau media tanam untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Pupuk organik pada tanaman memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan pupuk anorganik. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan yang mengandung banyak hara, dan menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaan kelebihan pupuk akibat penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus (Sutanto, 2002).
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk yang memiliki kandungan unsur hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme, serta mampu memperbaiki struktur tanah (Mayadewi, 2007).
Pupuk kandang menyediakan unsur hara mikro antara lain, besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium. Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah dan dapat memperbaiki sifat tanah dan menyediakan unsur hara makro, antara lain nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang (Syekhfani, 2000).
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi. Pupuk ini terdiri dari 44% bahan padat dan 6,3% bahan cair. Komposisi unsur hara yang terkandung didalam pupuk kandang sapi yaitu 1,36% N, 0,27% P dan 0,44% K, 0,57% Ca, 0,11% Mg.RFAZIRA
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini akan dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Praktikum ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2024 sampai dengan bulan Desember 2024.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan berupa benih pakcoy, pupuk kandang 6 kg, dan air.
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah polybag ukuran 15 x 10 cm, cangkul, meteran, gembor, dan alat tulis.
3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.1.1 Persiapan Benih
Benih yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu benih tanaman pakcoy. Untuk mengetahui apakah benih berisi atau tidak dilakukan perendaman mengunnakan air selama ± 30 menit.
3.1.2 Pembibitan
Proses pembibitan dilakukan dengn menggunakan polybag yang sudah diisi dengan tanah bagian top soil. Benih ditanam sebanyak 2 benih pda satu lubang di polybag dengan kedalaman 1 cm. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Proses pembimbitan dilakukan selama 2 minggu. Media persemaian diletakkan di tempat yang tidak terkena matahari secara langsung.
3.1.3 Persiapan Area Lahan
Sebelum praktikum dimulai, dilakukan pembuatan bedengan dengan ukuran 2x 1 m, dengan masing- masing kelompok mendapatkan 1 bedengan.
3.1.4 Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah bedengan dengan ukuran 2 x 1 m, setelah pembuatan bedengan dilakukan pemberian pupuk kandang sebanyak 6 kg/bedengan dan diinkubasi
selama 1 minggu. Pemberian dilakukan setelah penyemaian benih selama 1 minggu.
3.1.5 Penanaman
Penanaman dilakukan ketika bibit tanaman pakcoy sudah berumur 2 miggu dan dilakukan pada sore hari. Sebelum bibit dicabut atau dikeluarkan, media persemaian disiram terlebih dahulu untuk mempermudah pengambilan bibit, sehingga tidak merusak akar.
Kemudian bibit tersebut dipindahkan ke bedengan. Masing masing pada lubang bedengan terdapat dua bibit tanaman pakcoy dengan jarak tanam yaitu 15x 25 cm.
3.1.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sejak mulai penanaman hingga panen yang meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sehari 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari secara teratur dengan jumlah yang cukup tergantung dari kelembaban media pada bedengan.
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal selama 1 minggu dipindah tanamkan.
Sebelumnya tanaman tersebut telah disiapkan terlebih dahulu.
3. Penyiangan
Penyiangan dlakukan dengan cara mekanis yaitu mencabut gulma sampai akarnya yang berada disekitar bedengan dan media tanam
4. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Untuk mencegah dan menjaga tanaman pakcoy dari serangan hama dan penyakit, maka perlu dilakukan kontrol setiap minggu. Pengendalian dilakukan dengan cara membuang hama yang menyerang tanaman pakcoy dan membuang bagian tanaman yang terkena penyakit.
3.1.7 Panen
Panen dilakukan sesuai dengan kriteria panen pakcoy yaitu setelah tanaman berumur 30-35 hari setelah pindah tanam (HSPT). Ciri-cirinya adalah daun pakcoy dewasa berbentuk oval melebar, tangkai daun berwarna hijau cerah, bentuknya relatif pendek, jauh berbeda dengan sawi yang berukuran panjang. Panen dilakukan pada kondisi cuaca cerah.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada tanaman budidaya adalah bobot pakcoy setelah tanaman dipanen. Pengamatan dilakukan menggunakan timbangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil total bobot tanaman pakcoy setelah panen
Total bobot (gram) Jumlah tanaman
500 gram 30
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil panen, total bobot tanaman pakcoy sebanyak 30 tanaman mencapai 500 gram. Rata-rata bobot satu tanaman pakcoy adalah sekitar 16,6 gram.
Nilai ini menunjukkan hasil produksi yang relatif rendah dibandingkan dengan potensi optimal tanaman pakcoy, yang pada umumnya dapat mencapai bobot rata- rata 100–200 gram per tanaman dalam kondisi budidaya yang ideal.
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi rendahnya bobot total pakcoy pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh cuaca
Kondisi cuaca yang tidak sesuai menyebabkan tanaman pakcoy mengalami stres lingkungan, baik karena panas siang maupun kelembapan malam. Hal ini menurunkan produktivitas tanaman, meskipun media tanam telah diperkaya dengan pupuk kandang sapi.
2. penanganan hama
hal ini dikarenakan kurang optimal dalam penangangan hama yang menjadi penyebab rendahnya bobot tanaman pakcoy. Dilapangan dikendalikan secara manual seperti menangkap kutu hitam yang ada pada daun pakcoy tanpa menggunakan pestisida.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:
1. Produktivitas Tanaman yang Rendah
Total hasil panen sebanyak 30 tanaman pakcoy hanya mencapai 500 gram, dengan rata-rata bobot per tanaman sekitar 16,6 gram. Hasil ini masih jauh dari potensi optimal pakcoy, yang seharusnya dapat mencapai rata-rata bobot 100–200 gram per tanaman dalam kondisi ideal.
2. Faktor Cuaca
Kondisi cuaca yang kurang mendukung, seperti panas di siang hari dan hujan malam hari, memengaruhi kesehatan dan produktivitas tanaman.
Stres panas siang hari menghambat fotosintesis, sedangkan kelembapan akibat hujan malam meningkatkan risiko penyakit dan menurunkan kemampuan aerasi tanah.
3. Pengendalian Hama yang Tidak Optimal.
Pengendalian hama dilakukan secara manual tanpa penggunaan pestisida, yang menyebabkan beberapa tanaman tetap terpapar serangan hama seperti kutu daun. Hal ini turut menyumbang pada rendahnya bobot tanaman.
5.2 Saran
Perbaikan Teknik Budidaya:
• Mengatur naungan atau perlindungan tanaman untuk mengurangi dampak suhu tinggi pada siang hari.
• Menyesuaikan jarak tanam untuk mengurangi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan nutrisi.
Pengendalian Hama yang Lebih Efektif:
• Memanfaatkan pestisida alami atau organik untuk pengendalian hama seperti kutu daun agar lebih efektif dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan lahan yang berbeda. Jurnal Agroteksos 21: 47-54.
Kam Nio Oey. 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta.hal 28.
Paktani Hidrofram.Jakarta: Agro media.Journal of Agricultural Science 3.2 (2019):
103-109.
Sembiring, Gitta Malinda, and Mochammad Dawam Maghfoer. "Pengaruh komposisi nutrisi dan pupuk daun pada pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica rapa L. var. chinensis) sistem hidroponik rakit apung."
Plantropica: Hendra, Heru Agus dan Agus Andoko.2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala
Sutanto R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Yogyakarta. Kanisus.
LAMPIRAN
Proses penanaman awal Cangkul yang digunakan bibit pakcoy
Proses pemanenan penimbangan