ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
Volume 04. Nomor 01. Juni 2023
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
40
KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNIMG DAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS VIII
SMP YP-PGRI 4 MAKASSAR
Comparison Of Mathematics Learning Outcomes Through Problem-Based Learning Model And Direct Instruction Learning Model In Class Viii
Students Of Smp Yp-Pgri 4 Makassar
Flaviana Flora1, Ruslan B2, Mulyati3 Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)
Email1: [email protected] Email2: [email protected] Email3: [email protected]
Abstrak
This research is an experimental research conducted at SMP YP-PGRI 4 Makassar. This study aims to compare the mathematics learning outcomes of students who are taught through the Problem Based Learning model and the Direct Instruction Learning Model on the subject of a system of two-variable linear equations. The population is all students of class VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar, which consists of two classes with a total of 34 students. The population size is not large, so the researcher takes all members of the population to be used as a research sample (total sampling). The sample in this study were 34 students consisting of 17 students from the experimental class and 17 students from the control class. Then a draw was drawn to determine the experimental group and the control group. Data was collected through the administration of learning achievement tests on the material system of two-variable linear equations. Management of data using descriptive statistics and inferential statistics. Based on the results of descriptive statistical analysis, it was concluded that the mathematics learning outcomes of students taught through the Problem Based Learning Learning Model were in the high category with an average of 77.47 and a standard deviation of 11.435, and the mathematics learning outcomes of students taught through the Direct Instruction Learning Model were at medium category with an average of 69.35 and a standard deviation of 13.294. Based on the results of the analysis above, the learning outcomes of students who are taught with
(Received: 03-12-2022; Reviewed: 30-02-2023; Revised: 03-03-2023; Accepted: 30-04-2023; Published: 03-06-2023)
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
41 the Problem Based Learning learning model are higher than the learning outcomes taught
with the Direct Instruction Learning Model
Keywords: learning outcomes of mathematics, Problem Based Learning Learning Model, Problem Based Learning learning model.
Pendahuluan
Salah satu ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika. Menurut Shadiq (Fiana dkk: 2019:
158) matematika adalah ilmu yang didalamnya membahas tentang keteraturan. Sama halnya dengan memanfaatkan penalaran induktif pada proses awal pembelajaran, perubahan pengertian matematika ini bertujuan agar peserta didik memahami ide-ide baru, menemukan keteraturan dan mampu untuk memecahkan masalah yang tidak biasa atau non rutin. Sedangkan Susanto (Fiana dkk, 2019:158) berpendapat bahwa matematika merupakan cabang ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berpendapat, memberikan masukan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Wahyudi (Fiana dkk, 2019:158) juga menyatakan matematika berkenan dengan ide atau gagasan, aturan-aturan, hubungan-hubungan, serta logis sehingga matematika berhubungan dengan konsep yang astrak. Matematika merupakan ilmu yang disusun secara dedukatif agar mendidik dan melatih berfikir secara logis.
Pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: 1) memahami konsep matematika; 2) mampu berpikir kritis, logis, sistematis, jujur, dan disiplin dalam memecahkan masalah matematika; 3) dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan merancang model matematika; 4) serta mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainnya. Berdasarkan uraian dari tujuan pembelajaran matematika tersebut, maka kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran serta tidak dapat dipisahkan terutama dalam pembelajaran matematika karena kemampuan memecakan masalah sangat perlu untuk dimiliki oleh siswa.
Sebenarnya banyak model pembelajaran yang inofatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun pada kenyataan yang diperoleh penulis berdasarkan hasil wawancara singkat dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP YP-PGRI Makassar ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VIII disebabkan karena banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak memperhatikan guru disaat guru menjelaskan materi, dan juga pada saat mendiskusikan tugas kelompok kebanyakan siswa yang memilih diam ketimbang siswa yang terlibat aktif. Hal ini merupakan kurangnya minat belajar matamatika siswa sehingga mengakibatkan rata-rata hasil belajar siswa senantiasa sangat memprihatinkan. Dalam hal ini, siswa belum dapat memahami bagaimana belajar, berfikir serta memotivasi diri sendiri. Pada hal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Untuk itu sangat perlu diterapkan model pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran matematika.
Dalam hal ini sesuai dengan permasalahan yang sudah dibahas sebelumnya, penulis akan mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Direct Instruction guna melihat peningkatan memahaman serta hasil belajar siswa. Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
42 bekerja sama untuk mencari suatu penyelesaian masalah-masalah. Hal ini sesuai yang disebutkan oleh
Gunantara (Irawan dkk, 2017:115-116) dalam jurnalnya menegaskan bahwa “Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah- masalah praktis atau pembelajaran yang dimuali dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata”.
Model pembelajaran Peoblem Based Learning muncul dari masalah bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila mereka saling berdiskusi dengan teman. Siswa akan secara rutin bekerja sama dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah- masalah yang komplek. Pelaksanaan pembelajaran pada model ini sangat mendorong siswa lebih aktif untuk saling bertukar pikiran dalam kelompoknya masing-masing (Karo-Karo, 2019:154).
Model pembelajaran lain yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa yaitu model pembelajaran Direct Instructin, karena selain siswa dituntut untuk lebih aktif, peran guru juga harus lebih kompoten supaya siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarakan dan lebih mudah untuk memecahkan masalah. Model pembelajaran Direct Instruction adalah sebuah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan yang mempunyai tahapan-tahapan dan langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Menurut Arends (Irawan dkk, 2017:118-119) dalam Trianto (2009:41) mengatakan “model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah”. Pengertian serupa juga diutarakan oleh Suprijono (Irawan dkk, 2017:119) “pembelajaran langsung atau Direct Instruction dikenal dengan sebutan Active Teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan Wholes-Class Teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Pelaksanaan model pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan.
Model pembelajaran langsung identik dengan model presentasi, karena guru di tuntut lebih aktif dalam menyampaikan informasi dan dilaksanakan secara perlahan dan berjenjang agar peserta didik lebih memahami konsep secara mendetail.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi akan melaksanakan penelitian dengan judul
“Komparasi Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Model Pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar”. Maka adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar dengan menguunakan model pembelajaran Problem Based Learning, untuk mengetahui bagaimana rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar dengan menguunakan model pembelajaran Direct Instruction, dan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menguunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction pada siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar.
Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diajar dengan menggunakan model
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
43 pembelajaran problem based learning dan kelompok kontrol diajar dengan menggunakan model
pembelajaran direct instruction. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP YP-PGRI 4 Makassar pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain post-test dengan dua kelompok perlakuan berbeda. Kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction. Setelah pemberian perlakuan kedua kelompok selesai, selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan post-test untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan peneliti. Hasil post-test terebut dijadikan sebagai bahan ukur untuk membandingkan hasil belajar dari dua perlakuan yang diberikan.
Tabel 1. Desain penelitian ini dilukiskan sebagai berikut:
Teknik Kelompok Treatment Variabel
R E T1 O1
R K T2 O2
Keterangan : R : Random
E : Kelompok eksperimen K : Kelompok kontrol
T1 : Perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning T2 : Perlakuan model pembelajaran Direct Instruction
O1 : Observasi setelah perlakuan untuk kelompok eksperimen O2 : Observasi setelah perlakuan untuk kelompok kontrol
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar yang terdiri dari dua kelas yang homogen. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 17 siswa 𝑉𝐼𝐼𝐼𝐴dan 17 siswa kelas 𝑉𝐼𝐼𝐼𝐵. Jumlah pupilasi tersebut tidak beasr, maka peneliti mengambil seluruh dari anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling). Selanjutnya diundi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi soal. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini tes essay, yang terdiri dari 5 item dengan ketentuan bahwa rentang skor adalah 0 – 100. Pemberian tes dilakukan setelah memberikan perlakuan untuk mengetahui dan membandingkan tingkat hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Direct Instruction.
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar matematika yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
Tabel 2. Teknik Pengkategorian Nilai Hasil Belajar Kategori 90 – 100 Sangat tinggi
80 – 89 Tinggi
70 – 79 Sedang
<70 Rendah
(Muhammad,2017)
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
44 Uji normalitas digunakan untuk mencari kecocokan apakah data yang digunakan berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑥2 = ∑ (0𝑖−ԐԐ 𝑖)2
𝑖
𝑘 𝑖=1
( Gunawan, 2015:68) Dimana: 𝑥2= nilai chi-kuadrat
0𝑖 = frekuensi hasil pengamatan Ԑ𝑖 = frekuensi harapan
i = 1,2,...,k
Uji Homogenitas Data Rumus yang digunakan:
(Subana, 2011: 161)
(Lestari dan Yudhanegara, 2015: 249)
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan rumus:
(Subana, 2011: 161-162)
Untuk menguji hipotesis penelitian tersebut, maka secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0∶µ1= µ2 H1∶µ1>µ2
Hasil dan Pembahasan Hasil
Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas VIII A dan VIII B, kelas VIII A diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelas VIII B diajar dengan model pembelajaran
F =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
F
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙= F
(𝛼) (𝑑𝑘1,𝑑𝑘2)𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 𝑥̅1−𝑥̅2
𝑑𝑠𝑔√1 𝑛1+1
𝑛2
dsg = √(𝑛1−1)𝑉𝑛 1+(𝑛2−1)𝑉2
1+𝑛2−2
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
45 Direct Instruction pada siswa SMP YP-PGRI 4 Makassar. Statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yang diperoleh melalui hasil pengukuran, yaitu data hasil belajar pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk kelas Eksperimen dengan kelas Kontrol.
Hasil belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning disajikan pada Lampiran B dan perhitungan selengkapnya pada Lampiran C. Hasil analisis statistik deskriptif terangkum dalam Tabel 4.1 berikut:
Tabel 3. Deskripsi hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel 17
Skor Maksimum 93
Skor Minimum 44
Jangkauan 49
Skor Rata-Rata 77,47
Varians 130,765
Standar Deviasi 11,435
Median 80
Modus 80
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas, dari 17 siswa yang diberikan tes hasil belajar pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel diperoleh skor rata-rata 77,47 yang yang artinya berpusat pada 77,47 dengan standar deviasi 11,435 yang menunjukan bahwa penyebaran data rata-rata sisiwa sebesar 11,435 ini berarti nilai data mendekati nilai mean, karena semakin rendah nilai standar deviasi maka nilai data mendekati mean begitu juga sebaliknya semakin tinggi nilai standar deviasi maka nilai data semakin jauh dari mean, skor 93 merupakan skor maksimum yang menunjukan nilai terbesar yang dicapai siswa dan skor 44 merupakan skor minimum yang menunjukan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa. Jangkauan 49 merupakan selisih antara skor maksimum dengan skor minimum , median 80 berarti 50% dari jumlah siswa yang memperoleh skor diatas 80 dan 50% dari jumlah siswa yang memperoleh skor dibawah 80.Sedangkan modus 80 berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa cukup bervariasi.
Dari keseluruhan nilai yang diperoleh responden, jika dikelompokan kedalam lima kategori yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, maka distribusi frekuensi, persentase dan kategori hasil belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning ditunjukan pada Tabel 4.2:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi, Persentase, Kategori dan Kriteria Hasil Belajar siswa Kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang Diajar dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning
interval nilai kategori frekuensi presentase
90-100 sangat baik 3 17,65%
80-89 tinggi 6 35,3%
70-79 sedang 5 29,4%
<70 rendah 3 17,65%
jumlah 17 100%
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
46 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat hasil belajar siswa dikategorikan sangat tinggi dan tidak
terdapat siswa yang hasil belajarnya dikategorikan sangat rendah. Sehingga dari Tabel 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning berada pada interval 80-89 danberada pada kategori tinggi.
Hasil belajar untuk kelompok yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction disajikan pada Lampiran B dan perhitungan selengkapnya pada Lampiran C sedangkan hasil analisis statistik deskriptif terangkum dalam Tabel berikut:
Tabel 5. Deskripsi hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Direct Instructionpada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Statistik Nilai statistik
Ukuran sampel 17
Skor maksimum 90
Skor minimum 44
Jangkauan 46
Skor rata-rata 69,35
Varians 176,743
Standar deviasi 13,294
Median 70
Modus 70
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 5, dari 17 siswa yang diberikan tes hasil belajar pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel diperoleh skor rata-rata 69,35 yang menunjukan nilai yang mewakili seluruh data berpusat pada 69,35 dengan standar deviasi 13,294 yang menunjukan bahwa penyebaran data rata-rata siswa sebesar 13,294 ini berarti nilai data mendekati nilai mean, karena semakin rendah nilai standar deviasi maka nilai data mendekati mean begitu juga sebaliknya semakin tinggi nilai standar deviasi maka nilai data semakin jauh dari mean, skor 90 merupakan skor maksimum yang menunjukan nilai terbesar yang dicapai siswa dan skor 44 merupakan skor minimum yang menunjukan bahwa nilai terendah yang dicapai siswa. Jangkauan 46 merupakan selisih antara skor maksimum dengan skor minimum, median 70 berarti 50 % dari jumlah siswa yang memperoleh skor diatas 70 dan 50 % dari jumlah siswa yang memperoleh skor dibawah 70. Sedangkan modus 75 berarti skor terbanyak yang diperoleh siswa adalah 70. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa cukup bervariasi.
Dari keseluruhan nilai yang diperoleh responden, jika dikelompokan kedalam lima kategori yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, maka distribusi frekuensi, persentase, dan kategori hasil belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan model pembelajaranDirect Instructionditunjukan pada Tabel berikut ini:
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
47 Tabel 6. Frekuensi, Persentase, Kategori dan Kriteria Hasi Belajar Siswa KelasVIII SMP Yapend
Bungaya Makassar yang Diajar dengan Model Pembelajaran Direct Instruction interval nilai kategori frekuensi presentase
90-100 sangat baik 1 05,9%
80-89 tinggi 4 23,5%
70-79 sedang 6 35,3%
<70 rendah 6 35,3%
jumlah 17 100%
Dari tabel 5 menunjukkan bahwa yang tingkat hasil belajar siswa dikategorikan tinggi dan tidak terdapat siswa yang hasil belajarnya dikategorikan sangat rendah. Sehingga dari Tabel 5 dan 6 dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa yang diajar melalui model pembelajaran Direct Instruction berada pada interval 70-79 dan berada pada kategori sedang.
Untuk lebih jelasnya, kategori hasil belajar pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan persentase disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 4.1 berikut.
Grafik1. Diagram Persentase Kategori Tingkat Hasil Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Siswa yang di ajar dengan Model pembelajaran Problem Based Learning dan Model pembelajaran Direct Instruction.
Berdasarkan grafik 1. menunjukkan kelas interval dengan pengkategorian tingkat hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar, kategori hasil belajar berada pada sumbu horisontal sedangkan pada sumbu vertikal merupakan frekuensi dan juga presentase hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar. Tingkat hasil belajar matematika pada
17.65
35.3
29.4
17.65
5.9
23.5
35.3 35.3
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Sangat Tinggi (90-100)
Tinggi (80-89)
Sedang (70-79)
Rendah (<70) Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
48 kelompok eksperimen dilukiskan dengan diagram batang warna biru sedangkan untuk kelompok
kontrol dilukiskan dengan diagram batang warna merah. Dari diagram batang di atas terlihat jelas perbandingan hasil belajar dari kedua kelompok.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa presentase kategori tingkat hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning berada pada kategori tinggi yaitu 80 – 90 dan pada kelompok kontrol yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction berada pada kategori sedang yaitu 70 – 79.
Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka teknik yang digunakan untuk mengujikan hipotesis penelitian adalah menggunakan statistik inferensial yakni dengan uji-t satu pihak (pihak kanan) yang sebelumnya dilakukan pengujian normalitas sebaran data untuk masing-masing kelompok. Jika kedua kelompok mempunyai sebaran data yang normal maka, dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel siswa tidak menyimpang dari distribusi normal, sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat. Berdasarkan hasil analisis data kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada taraf signifikan α = 0,05, dengan derajat kebebasan (dk) = 4, diperoleh χ2tabel = 9,49 dan χ2hitung = 3,77.
Karena χ2hitung< χ2tabel berarti skor hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning berdistribusi normal. Demikian juga kelompok siswa yang diajar model pembelajaran Direct Instructiondiperoleh χ2tabel = 9,49 dan χ2hitung = 3,41. karena χ2hitung< χ2tabel artinya data berupa skor hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel siswa yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction pada sampel penelitian berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.
Untuk pengujian homogenitas kedua hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel siswa digunakan uji F, yaitu perbandingan varians besar dengan varians kecil. Tujuan dari perhitungan homogenitas adalah untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama. Dari perhitungan tersebut diperoleh FHitung =1,351 Pada taraf signifikan a = 0,05, maka Ftabel = (α) (dk1, dk2)
=(0,05)(16,16) diperoleh FTabel = 2,33. Karena FHitung< FTabel maka varians kedua kelompok yang berupa hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan model Pembelajaran Direct Instruction bersifat homogen. Perhitungan selengkapnya terdapat di Lampiran C.
Pada Bab II telah diajuhkan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, yang secara statistik dirumuskan sebagai berikut: H0: 𝜇1 = 𝜇2 melawan H1 : 𝜇1 >
𝜇2 ,dalam pengujian hipotesisi ini digunakan uji-t.Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1,910 dengan dk = 32 dan taraf signifikan α = 0,05. Berdasarkan tabel pada lampiran C, diperoleh ttabel = 1,688. Kriteria pengujian hipotesisnya yaitu H0 diterima jika thitung ≤ ttabel, dan H0 ditolak jika thitung >
ttabel. Karena thitung>ttabel (1,910) ≤ (1,688), maka H0ditolak dan H1diterima. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Learning pada materi sistem persamaan linear dua variabel lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
49 Pembahasan
Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan kelompok kontrol yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction. Berdasarkan hasil perhitungan normalitas dan homogenitas dari hasil belajar siswa pada sub pokok bahasaan sistem persamaan linear dua variabel.
Berdasarkan pengkategorian (Muhammad, 2017) nilai rata-rata skor hasil belajar matematika tersebut berada pada interval 80-89 dan berada pada kategori tinggi. Berdasarkan kriteria pengkategorian (Muhammad, 2017) nilai rata-rata skor hasil belajar tersebut berada pada interval 70-79 dan berada pada kategori sedang.Dari hasil analisis statistik deskriptif diperoleh rata-rata skor hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel pada kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebesar 77,47, dan rata-rata hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel pada kelas control yang diajar dengan model pembelajaran Direct Instruction sebesar 69,35.
Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi yaitu uji normalitas dan homogenitas, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t satu pihak (uji pihak kanan). Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya yaituH0 :𝜇1 = 𝜇2 melawan H1 : 𝜇1> 𝜇2. Setelah dilakukan analisis diperoleh thitung dan ttabel.Kriteria pengujian hipotesisnya yaitu H0 diterima jika thitung ≤ ttabel dan H0
ditolak jika thitung > ttabel. Karena thitung > ttabel, maka H0ditolak dan H1 diterima. Ini berarti tingkat hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learninglebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh Putra Irawan, Susanna, dan Tarmizi Hamid (2017) dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning Dan Direct Instruction Siswa Kelas X MAN Suak Timah Kabupaten Aceh Barat” mengatakan bahwa
“model pembelajaran problem Based Learning Lebih lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran Direct Intruction dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran fisiska pada materi hukum Newton kelas X MAN Suak Timah Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
Oleh karena itu, berdasarkan penelitian sebelumnya serta teori-teori yang ada, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dugaan sementara yang diajuhkan dalam penelitian ini terbukti yaitu, “rata-rata skor tes hasil belajar sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran Problem Based Learninglebih tinggi dibandingkan dengan skor hasil model pembelajaran Direct Instruction”. Hal ini terjadi karena pada model pembelajaran PBL siswa berdiskusi dengan kelompoknya dalam mengerjakan dan memecahkan persoalan yang ada pada LKS sehingga siswa termotivasi untuk saling membantu apabila ada satu anggota kelompok yang mengalami kesulitan sehinnga rata-rata hasil belajar pada model ini sebesar 77,47. . Sedangkan pada model DI, hanya terdapat sebagain siswa yang terlihat aktif ketika peneliti menyuruh mengerjakan soal latihan di papan tulis. Dan skor rata-rata hasil belajar siswa pada model ini sebesar 69,35.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
50 1. Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 77,47 dan berada pada kategori tinggi.
2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction sebesar 69,35 dan berada pada kategori sedang.
3. Hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
Saran
Adapun saran yang diajukan oleh peneliti adalah:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP YP- PGRI 4 Makassar yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaranLangsung serta berada pada kategori tinggi. Oleh karena itu, kepada guru bidang studi matematika kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Direct Instruction, khususnya pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
2. Kepada guru bidang studi matematika kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar dapat menggunakan model pembelajaran Direct Instruction pada bidang studi lain, karena pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sehingga hasil belajarnya lebih baik
3. Kepada peneliti lain yang ingin menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning harus benar-benar memahami konsep model pembelajaran ini dan dapat mempersiapkan instrumen sebaik mungkin agar data yang diperoleh benar-benar menggambarkan kemampuan responden yang sebenarnya.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian maupun penulisan artikel ini.
Referensi
Fiana O.R. Dkk. 2019. Perbedaan penerapan model pembelajaran projejct based learning dan model peoblem based learning. Jurnal Basicedu, 3(1) : 157-162
Irawan P. Dkk. 2017. Perbedaan hasil belajar melalui model problem based learning dan direct instruction. Jurnal ilmiah mahasiswa (JIM) pendidikan fisika, 2(1) :114-121 .
Lestari dan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:PT Refika Aditama.
Muhammad, H. (2017). Panduan penelitian oleh pendidikan dan sekolah menengah atas. Prestasi pustaka
e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar
51 Subana & Sudrajat. 2011. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Info lebih lanjut
Hubungi
LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar