21
Penelitian ini bertempat di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo dengan ketinggian tempat 0 – 50 mdpl. Rata – rata curah hujannya yakni 1.610 mm/tahun dengan 57 hari hujan. Suhu udara minimum 26 0C sedangkan suhu udara maksimum 32 0C, dan kelembaban relatif 70%. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga Desember 2021.
B. Alat dan Bahan 1. Alat
Alat yang digunakan selama penelitian ini antara lain tray semai, gelas ukur 100 ml, cangkul, ember, penggaris, sprayer, timbangan, pacak sampel, pacak bambu, bambu sebagai penyangga naungan, paranet 50% untuk atap dan dinding naungan pada saat semai, tali, kawat, paku, kamera dan alat tulis.
2. Bahan
Bahan yang digunakan selama penelitian ini antara lain benih kale nero lacinato, pupuk organik cair Agrobost, air, tanah, kompos, cocopeat, lahan percobaan dengan per petaknya 100 x 100 cm terdiri dari 36 petak, insektisida serta biopestisida (sesuai dengan kebutuhan).
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Split Plot Design/Rancangan Petak Terbagi (RPT), dengan dua faktor yakni faktor pertamanya (main plot) jarak tanam dengan 3 taraf perlakuan dan faktor keduanya (sub plot) konsentrasi pupuk organik cair dengan 4 taraf perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Faktor I (Main plot) adalah jarak tanam (J) yakni : J1 = Jarak tanam 20 x 25 cm
J2 = Jarak tanam 25 x 25 cm J3 = Jarak tanam 30 x 25 cm
Faktor II (Sub plot) adalah konsentrasi pupuk organik cair (K) yakni : K0 = Konsentrasi pupuk organik cair 0 ml/l air
K1 = Konsentrasi pupuk organik cair 10 ml/l air K2 = Konsentrasi pupuk organik cair 20 ml/l air K3 = Konsentrasi pupuk organik cair 30 ml/l air
Dari dua faktor tersebut didapatkan 12 kombinasi dengan 3 kali ulangan dan masing – masing perlakuan terdapat 15 tanaman, seperti dibawah ini :
J1K0 J2K0 J3K0
J1K1 J2K1 J3K1
J1K2 J2K2 J3K2
J1K3 J2K3 J3K3
D. Metode Analisa
Model statistik linier yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Sastrosupadi, 2000) :
Yij = µ + βk + Ji + ϵik + Kj + (JK)ij + σijk
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan karena pengaruh faktor J taraf ke-i dan faktor K taraf ke-j pada ulangan ke-k.
µ : Nilai tengah umum.
βk : Pengaruh blok atau ulangan ke-k.
Ji : Pengaruh faktor J yang ke-i.
ϵik : Pengaruh sisa untuk petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor J taraf ke-i pada kelompok ke-k.
Kj : Pengaruh faktor K yang ke-j.
(JK)ij : Pengaruh interaksi faktor jarak tanam yang ke-i dan konsentrasi pupuk organik cair yang ke-j.
σijk : Pengaruh sisa untuk anak petak utama atau pengaruh sisa karena pengaruh faktor J taraf ke-i dan faktor K ke-j pada kelompok ke-k.
Pada semua data yang diamati, dilakukan analisis statistik menggunakan analisis varian (uji F). Uji BNT 5% digunakan sebagai uji kedua jika varian faktor tunggal berpengaruh signifikan dan terdapat interaksi.
E. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Lahan
Hal pertama yang dilakukan ialah mempersiapkan lahan dengan panjang lahan yang digunakan untuk penanaman kale yakni ± 17 meter dan lebar lahan 6 meter. Kemudian dibagi menjadi 36 petak dengan luas per petaknya 1 x 1 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm serta parit dengan kedalaman 30 cm. Pengolahan tanah hingga kedalaman 30 – 50 cm menggunakan cangkul untuk menggemburkan tanah dan sisa gulma, serta melakukan pemupukan.
2. Pembuatan Naungan
Dataran rendah memiliki kondisi iklim yang berbeda dengan dataran tinggi, daerah ini memiliki suhu relatif panas dan kelembaban udara yang relatif rendah juga. Suhu yang tinggi akan membahayakan pertumbuhan daun tanaman kale dan juga dapat mempengaruhi ketersediaan air (Victor dkk., 2015 dalam Utami, 2019). Guna menciptakan kondisi iklim yang hampir sama dengan dataran tinggi, naungan harus disediakan untuk menurunkan suhu serta meningkatkan kelembaban udara dan tanah agar mendukung pertumbuhan serta produksi tanaman kale. Pembuatan naungan dilakukan pada saat melakukan persemaian benih kale sehingga benih tidak akan terbakar oleh matahari dan tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Langkah pertama pembuatan naungan yaitu mendirikan kerangka naungan yang terbuat dari bambu. Setelah kerangka berdiri,
pemasangan paranet dengan kerapatan 50% dilakukan untuk atap dan juga pada lahan dipasang sebagai dinding agar tanaman dapat terhindar dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) seperti ayam, burung, domba dan lain – lain.
3. Penyemaian
Campuran tanah dan kompos yang seimbang membentuk media pembibitan. Agar akar bibit dapat berkembang dengan baik, media harus gembur dan tidak padat. Taburkan benih kale secara merata di atas permukaan media tanam setelah disiram, lalu tutup dengan lapisan tanah tipis. Saat menggunakan baki pembibitan, isi setiap kotak dengan 1-2 biji kale. Pembibitan kemudian disemprot dengan kabut air yang halus dan diletakkan di lokasi yang cerah terlindung serta langsung terkena cahaya matahari.
Penyiraman, pemupukan, penjarangan benih, dan menghindari hama dan penyakit adalah bagian dari perawatan pembibitan.
Penyiraman air halus 1 sampai 2 kali dalam sehari bergantung pada kondisi; jika kondisi pembibitan lembab, hanya diperlukan sekali sehari.
Perhatikan benih/bibit yang tumbuh jika persemaian tidak menggunakan baki tertentu. Jika benih terlalu berdekatan atau hampir bertumpuk, penjarangan dilakukan, yang melibatkan pemindahan benih ke lokasi yang berbeda.
Penyakit busuk daun dan busuk akar adalah penyakit yang menyerang bibit yang baru berkembang. Untuk menghindarinya, jaga
agar media pembibitan tetap lembab, kurangi kelembapannya, dan semprotkan insektisida yang diperlukan. Ketika benih kale mengembangkan 4-5 daun, mereka dapat ditanam di tanah yang sudah disiapkan.
4. Penanaman
Sebelum menanam bibit kale di lahan yang sudah disiapkan, bor lubang di tingkat penelitian, yakni J1 = 20 cm x 25 cm, J2 = 25 cm x 25 cm, dan J3 = 30 cm x 25 cm. Bibit kale dengan 3-5 helai daun dipindahkan secara perlahan agar akarnya tidak rusak.
Kemudian, masukkan benih kale dan tanah ke dalam lubang dengan kedalaman 5 cm dan isi lubang dengan 1 bibit. Setelah bibit ditanam, siram dengan air menggunakan penyemprot air halus.
5. Pemeliharaan
Ada beberapa hal dalam pemeliharaan, yaitu:
a. Penyulaman
Bila terdapat tanaman yang tumbuh secara tidak sempurna, maka dilakukan penyulaman dengan bibit kale lainnya
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari yakni pada pagi hari dan sore hari. Apabila lahan masih terlihat lembab, penyiraman cukup sekali dalam sehari pada pagi ataupun sore hari.
c. Penyiangan
Jika terdapat gulma disekitar tanaman maka dilakukan penyiangan dengan mencabuti gulma tersebut, dan lakukan penggemburan tanah di sekitar tanaman.
d. Pemupukan
Pemupukan dilaksanakan untuk memberikan unsur hara tambahan bagi tanah supaya kebutuhan unsur haranya terpenuhi. Pupuk dasar dilakukan pada 7 hari sebelum tanam, pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kompos dengan dosis yang sama rata. Kemudian pengaplikasian pupuk susulan pada tanaman kale dilakukan setiap seminggu sekali yaitu dimulai pada umur 14, 21, 28, 35, 42, 49, 46 dan 63 hari setelah tanam (HST).
Pupuk yang diaplikasikan yaitu pupuk organik cair agrobost sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan. Pengaplikasiannya yaitu dengan sistem kocor, melarutkan pupuk organik cair dengan air lalu disiram sekitar perakaran tanaman kale.
e. Pembubunan
Pembubunan dilakukan jika akar pada tanaman kale terlihat di permukaan tanah dan juga jika tanaman tumbuh agak miring.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit Tumbuhan Kale
Hama pada tanaman kale termasuk tryps, aphid, ulat grayak, kutu kebul, dan tungau. Kemungkinan munculnya OPT lebih meningkat pada musim kemarau. Jika suatu tanaman terkena hama dan
dibiarkan begitu saja, maka akan menyebar ke tanaman lain. Untuk mengatasi hal ini, semprotkan insektisida untuk serangga hama dan akarisida untuk hama tungau pada tanaman setiap minggu dengan jumlah yang disarankan untuk mengurangi hama pada tanaman.
Bercak daun Cersospora, bertunas, keriting kuning, layu fusarium, layu bakteri, antraknosa, bercak bakteri, hawar daun (choanephora), busuk lunak bakteri, dan hawar fitofora adalah beberapa contoh penyakit tanaman. Serangan penyakit berbasis bakteri dan jamur tertentu biasanya meningkat selama musim hujan. Sama halnya dengan hama, jika salah satu tanaman terserang penyakit maka akan menular ke tanaman lainnya. Gunakan fungisida sesuai dosis setiap minggu untuk mengatasi penyakit pada tanaman untuk menyiasatinya.
6. Panen dan Pasca Panen
Tanaman kale bisa dipanen pada saat umur 70 HST, dengan kualitas tinggi tanaman rata-rata 25 cm dan lebar daun hampir selebar telapak tangan orang dewasa. Pagi hari adalah waktu yang optimal untuk panen.
Kale juga bisa dipetik saat berumur 2,5 bulan. Langkah selanjutnya dalam proses pasca panen adalah menjemur tanaman kale di bawah sinar matahari untuk mengetahui berat keringnya.
F. Parameter Pengamatan 1. Parameter Pertumbuhan
Pengamatan parameter pertumbuhan yang diamati pada tanaman kale nero lacinato yakni :
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman setelah 2 minggu pemberian pupuk susulan yaitu pada umur 20 HST. Tinggi tanaman kale diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh dan dilaksanakan seminggu sekali.
b. Jumlah Daun (helai)
Pengukuran jumlah daun (helai) dilakukan setelah 2 minggu pengaplikasian pupuk susulan yaitu umur 20 hari setelah tanam dan dilakukan sekali seminggu.
c. Panjang Akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilaksanakan setelah panen. Akar dibersihkan terlebih dahulu dari tanah yang menempel, lalu diukur menggunakan penggaris dari pangkal akar hingga ujung akar yang terpanjang.
2. Parameter Produksi
Pengamatan parameter produksi yang diamati pada tanaman kale nero lacinato adalah sebagai berikut :
a. Berat Segar (g)/tanaman/petak
Pengamatan berat panen per petak dilakukan dengan cara menimbang seluruh hasil kale tiap petak menggunakan timbangan analitik.
b. Berat Kering (g)/tanaman/petak
Pengamatan berat kering dilakukan dengan mengeringkan seluruh hasil kale melalui terik sinar matahari, kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.