6
Tanaman kale berasal dari wilayah Mediterania bagian timur atau Asia, dan telah dibudidayakan kurang lebih semenjak tahun 2000 SM.
Bentuk liar tumbuhan kale telah disebarluaskan dari wilayah asli mereka dan didapati di Inggris dan Eropa Utara. Tanaman kale termasuk dalam kelompok kultivar kubis – kubisan (Brassica oleracea) yang ditanam kemudian diambil bagian daunnya untuk kebutuhan konsumsi manusia, meskipun oleh beberapa orang digunakan sebagai tanaman hias. Kale ialah salah satu sayuran yang mempunyai beragam khasiat untuk kesehatan tubuh, tidak kalah dari sayuran lainnya (Groenbaek dkk., 2014 dalam Damanik, 2019).
Ada 2 jenis kale yang menjadi pembedanya adalah bentuk daunnya yaitu kale daun keriting dan kale daun halus. Kale dengan daun keriting diolah sebagai masakan sebaliknya kale dengan daun halus biasanya dijadikan sebagai pakan ternak (Pracaya, 2005).
Gambar 2.1 Tanaman Kale Nero Lacinato (Sumber : Pinterest.com)
Berbeda dengan brokoli dan anggota keluarga kubis lainnya, tanaman kale hanya menghasilkan daun. Tanaman kale dapat berkisar dari warna hijau hingga ungu kebiruan. Dapat ditemukan di kota dengan ketinggian daerahnya dataran tinggi seperti Bogor, Bandung, dan Kota Batu, kale semakin disukai. Di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, kale disebut sebagai "Ratu Sayuran", dan hanya daunnya yang dikonsumsi (Damanik, 2019).
(a) (b) (c)
Gambar 2.2 (a) Kale Curly, (b) Kale Scarlet, (c) Kale Red Russian.
(Sumber : (a) Wikipedia.org, (b) Orgomedia.com, (c) Pinterest.com)
Ada beberapa varietas dari tanaman kale, tetapi umumnya ada 4 varietas yang paling dikenal yaitu Curly, Nero Lacinato, Red Russian, dan Scarlet perbedaan antara keempat varietas ini adalah bentuk daun dan warna daunnya. Kale jenis curly dan scarlet mempunyai kesamaan pada daunnya yaitu pinggirannya yang keriting, namun pada warnanya kale curly (keriting) berwarna hijau serta kale scarlet berwarna merah lembayung. Pada jenis kale Red Russian ini daunnya rata, lembut dan berwarna hijau sedangkan batangnya berwarna ungu. Kale nero lacinato mempunyai bentuk fisik daun yang memanjang, tekstur menonjol atau timbul dan berwarna biru hingga hijau tua (Samadi, 2013).
Biasanya kale dikomsumsi menjadi bahan campuran salad dan smoothies. Rakyat jepang menyajikan sayuran ini dalam bentuk sari buah atau jus yang disebut dengan aojiru (青汁), dikenal efektif untuk mereka yang sedang berdiet. Kabar terakhirnya, tanaman kale ini diolah menjadi keripik kale atau disebut “kale chips” meskipun pengolahan tersebut dapat mengurangi nutrisi dan fitokimia pada kale namun kale dalam bentuk demikian tetap populer (Damanik, 2019).
Kale nero lacinato juga dikenal sebagai dinosaur kale, tuscana kale, italian kale, kale, flat back kale, black tuscan palm atau palm tree kale.
Seperti varietas lainnya, kale nero lacinato biasanya direbus terlebih dahulu sebelum ditumis dengan bahan lain. Ini biasanya digunakan dalam pasta dan sup, tetapi juga bisa dimakan mentah dalam salad (Anonim, 2019).
B. Klasifikasi Tanaman Kale Nero Lacinato
Menurut data Global Biodiversity Information Facility (GBIF) (2021), kale nero lacinato diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Phylum : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Family : Brassicaceae Genus : Brassica L.
Spesies : Brassica oleracea L.
Synonym : Brassica oleracea var. palmifolia DC.
C. Morfologi Tanaman Kale Nero Lacinato
Jenis akar yang dimiliki tanaman kale ialah jenis akar tunggang dengan serabut yang jumlahnya cukup berlimpah. Kale juga mempunyai sistem akar yang panjang yakni pada akar serabutnya dapat mencapai 25 cm, sedangkan pada akar tunggang dengan panjang 40 cm. Bentuk batang tanaman kale berjenis batang_sejati, tegak, tidak_keras dan beruas – ruas dengan_diameter sekitar 3_sampai 4 cm serta memiliki warna hijau muda (Samadi, 2013). Batang_tumbuhan kale nero lacinato ini dapat tumbuh hingga setinggi 60 sampai 90 cm (Anonim, 2019).
Daun tumbuhan kale dikenal dengan sebutan daun roset yang berarti daun yang tersusun spiral ataupun melingkar ke arah pucuk batang tak bercabang, dan permukaan daunnya yang lumayan besar (Pratama, 2020).
Menurut Samadi (2013) mengungkapkan bahwa pada daun kale nero lacinato mempunyai tekstur yang timbul, bentuk daunnya memanjang, dan berwarna biru hingga hijau tua.Tanaman kale nero lacinato memiliki rasa yang digambarkan sedikit manis dan lebih lembut daripada kale curly, varietas lacinato terkadang disebut dinosaurus kale karena daunnya yang bergelombang menyerupai kulit dinosaurus (Anonim, 2019).
Gambar 2.3 Bunga Kale (Sumber : Pixabay.com)
Tanaman kale mempunyai karakteristik bunga yang sempurna yakni ada 6 benang sari dan sisanya terletak di lingkaran luar. Bunga tanaman kale memiliki tanda muncul pada ujung tunas, warna bunga kale pada umumnya adalah kuning tetapi terdapat pula berwarna putih (Pratama, 2020). Tetapi hal ini tidak akan berlaku jika tidak terjadi vernalisasi atau perlakuan suhu dingin, karena beberapa varietas memerlukan rangsangan dari suhu rendah yaitu diatas 0 0C dan dibawah 7 0C untuk memulai pembungaan. Apabila tidak terjadi pembungaan dalam kurun waktu tertentu (biasanya 2 – 3 bulan) maka ia akan terus tumbuh tanpa berbunga selama bertahun – tahun (Anonim, 2020).
Gambar 2.4 Biji Kale (Sumber : Pinterest.com)
Buah dari tanaman kale panjang, ramping dan menyerupai polong;
itu mengandung biji. Biasanya biji tanaman kale ini digunakan untuk perbanyakan tanaman kale. Biji pada buah kale ini berbentuk bulat, berukuran kecil serta berwarna coklat dan hitam (Pratama, 2020).
D. Syarat Tumbuh Tanaman Kale
Tanaman kale membutuhkan tanah dengan tekstur lempung berpasir, gambut, serta memiliki kandungan bahan organik. Dapat tumbuh di daerah
dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 300-1.900 mdpl. Suhu rata – ratanya sekitar 15 – 25 0C, jika pada saat suhu rendah, maka tanaman tersebut akan menunjukkan nekrosa (kematian sel) pada jaringan daun sehingga mengakibatkan kematian pada tanaman sedangkan jika suhunya terlalu tinggi tumbuhan akan menyebabkan kelayuan sebab proses penguapan yang tinggi. Kelembaban udara yang baik yaitu kisaran antara 60% - 90%, cuaca yang cocok untuk menanam kale adalah pada akhir musim hujan (Samadi, 2013).
Menurut Wahyudi (2010) menyatakan bahwa syarat tumbuh lainnya yaitu pH optimum antara 6,0 – 6,8 dan lahan yang dijadikan sebagai tempat budidaya terbuka dan memperoleh sinar matahari yang cukup. Tanaman kale mempunyai masa umur panen yaitu 50 – 70 hari setelah biji ditanam.
Tanaman kale memerlukan curah hujan dengan kisaran 1.000 – 1.500 mm/tahun, serta kondisi curah hujan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk tumbuhan. Kale merupakan sayuran toleran akan ketersediaan air yang terbatas atau kekeringan (Lubis, 2010 dalam Yulianita, 2019).
Kale cocok ditanam di daerah yang memiliki kelembaban yang tinggi dan dengan suhu antara 23 – 35 0C. Curah hujan yang berlebihan akan menurunkan mutu atau kualitas sayuran, karena daun yang rusak akibat hujan deras. Penanaman sayuran kale biasanya di daerah dataran tinggi yakni dengan ketinggian antara 1.000 – 3.000 m dpl (Sunarjono, 2004 dalam Damanik, 2019).
E. Kandungan Nutrisi Tanaman Kale
Didalam tanaman kale terkandung banyak zat gizi yang berkhasiat untuk kesehatan manusia seperti betakaroten berfungsi layaknya vitamin A dalam tubuh. antioksidan dan betakaroten dalam kale dapat mencegah masalah pada mata, meningkatkan imunitas dan juga mencegah gangguan pada kulit. Selain itu ditemukan kalsium dalam kale, yang merupakan mineral penting bagi tulang dan berperan menjadi sinyal untuk proses seluler (Kurniawan, 2016).
Kale juga memiliki kandungan vitamin K yang berperan dalam membantu proses pembekuan darah dan mengandung isotiosianat yaitu senyawa yang berfungsi menangkal kanker dalam warna hijau kale (Hendra dan Andoko, 2014). Kale mengandung banyak serat, sumber antioksidan dan juga nutisi lainnya, sehingga dijuluki sebagai superfood.
Menurut Pracaya (2005) menyatakan bahwa kalori yang terkandung dalam kale sangat rendah, sehingga sangat diminati orang – orang yang sedang diet. Berikut merupakan kandungan gizi sayur kale dalam 100 gram.
Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi Sayur Kale dalam 100 gram
Nutrisi Dalam Kale Porsi 100 gr Kebutuhan orang dewasa/hari
Kalori (kcal) 36 1800 – 3000
Karbohidrat (g) 5.3 130
Serat (g) 4 22.4 – 33.6
Protein (g) 2.94 46 – 56
Kalsium (mg) 150 1000 – 1200
Zat besi (mg) 0.84 8 – 18
Magnesium (mg) 25 320 – 420
Forfor (mg) 42 700
Potasium (mg) 144 4700
Sodium (mg) 16 2300
Zinc (mg) 0.27 8-11
Copper (mg) 0.067 900
Manganese (mg) 0.542 1.8 – 2.3
Selenium (mcg) 0.9 55
Vitamin C (mg) 17.8 75 – 90
Folat (mcg DFE) 65 400
Betaine (mg) 0.3 Tidak ada data
Beta carotene (mcg) 1730 Tidak ada data Lutein + zeaxanthin
(mcg) 4980 Tidak ada data
Vitamin E (mg) 1.61 15
Vitamin K (mcg) 418 90 – 120
Vitamin A (mcg RAE) 146 700 – 900
Vitamin B-6 0.063 Tidak ada data
Sumber : (https://nougatworld.com/sayur-kale-penjelasan-lengkap-jenis- manfaat-cara-konsumsi/)
F. Jarak Tanam
Jarak tanam adalah teknik budidaya yang membutuhkan perhatian untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya lingkungan. Menurut sistem budidaya, jika jarak tanam yang diterapkan melebihi batas yang seharusnya, akan menghadapi tantangan pertumbuhan karena tidak dapat bersaing dengan tanaman lain. Tinggi tanaman lebih tinggi dengan jarak tanam sempit dibandingkan dengan jarak tanam longgar. Jarak tanam yang dekat dapat menyebabkan persaingan untuk mendapatkan sinar matahari, asupan nutrisi, air, dan udara.
Persaingan sinar matahari terjadi jika tanaman yang satu menaungi tanaman lain atau ada daun yang memberikan naungan terhadap daun yang lain. Naungan yang terjadi pada tanaman satu dengan tanaman lain
mempengaruhi berjalannya proses fotosintesis tanaman yang terkena atau terhalang oleh tanaman lainnya. Dengan demikian, tajuk tumbuh menjadi lebih kecil, penyerapan nutrisi dan air berkurang.
Demikian pula pada jarak tanam sempit akan menurunkan banyaknya sinar matahari yang diserap oleh tanaman, akibatnya aktivitas auksin akan meningkat sehingga terjadi proses pemanjangan pada sel – sel tumbuhan. Efek selanjutnya dapat dilihat pada kuatitas cabang yang terbentuk. Sedangkan pada jarak tanam yang longgar, pemanfaatan sinar matahari meningkat dan memberi tanaman peluang guna tumbuh lebih optimal. Oleh karena itu akan mempengaruhi terbentuknya jumlah cabang pada tanaman (Budiastuti, 2012 dalam Damanik, 2019).
Jarak tanam sempit juga akan menaikkan daya kompetisi antara tumbuhan utama dan gulma sehingga pertumbuhan gulma akan tertekan karena tajuk dari tanaman utama menghambat sinar matahari yang masuk kepermukaan lahan (Resiworo, 2004 dalam Damanik, 2019). Namun, menggunakan jarak yang terlalu dekat akan menghasilkan output yang relatif lebih sedikit. Untuk mencapai hasil terbaik, jarak yang tepat diperlukan.
Tujuan dari pengaturan jarak tanam ialah memberi ruang tumbuh untuk setiap tumbuhan sehingga dapat tumbuh dengan baik. Jarak tanam optimal dipengaruhi berbagai faktor diantaranya adalah bentuk wilayah (topografi), sifat klon, jarak tanam yang dikehendaki dan lainnya. Jarak standar digunakan pada lahan yang datar atau sedikit miring; Namun, pada
lahan yang landai, sistem tanam yang mengikuti garis kontur lahan harus digunakan untuk mencegah persaingan tanaman (Raja, 2019).
Jarak tanam memiliki beberapa fungsi, antara lain mengurangi kompetisi tanaman untuk nutrisi dan sinar matahari, meningkatkan luas tumbuh tanaman, dan lain sebagainya. agar tanaman bisa berproduksi sebanyak-banyaknya (Suriani, 2019).
Utami dkk. (2019) menemukan bahwa perlakuan jarak tanam untuk tanaman kale pada jarak 30 x 30 cm menghasilkan berat segar akar, berat segar daun, dan berat segar total hasil paling tinggi. Semakin banyak ruang di antara tanaman, semakin banyak sinar matahari yang tersedia untuk fotosintesis, mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang lebih cepat.
G. Pupuk Organik Cair
Murbandono (2000) mendefinisikan pupuk organik sebagai produk sampingan dari pemecahan unsur-unsur dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan.
Dengan menyediakan unsur hara mikro dan makro organik, pupuk berperan penting dalam meningkatkan kualitas kimia, biologi, dan fisik tanah.
Penambahan bahan organik membuat tanah lebih gembur, menghasilkan peningkatan aerasi dan kurang rentan terhadap pemadatan dibandingkan tanah dengan kandungan berbahan organik rendah. Tidak hanya itu bahan organik tanah juga berguna dalam meningkatkan aktivitas mikroorganisme, mempercepat laju penguraian bahan organik serta meningkatkan pelepasan unsur hara (Indrakusuma, 2000).
Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk organik yang terbuat dari bahan organik yang telah terurai, termasuk sisa tanaman, kotoran hewan, serta kotoran manusia. Mikroorganisme dalam pupuk organik cair sangat penting untuk pertumbuhan tanaman (Anonim, 2020).
Menurut Rizqiani (2017) dan Setiawan (2012) mengklaim bahwa mayoritas masyarakat mengaplikasikan pupuk organik cair ini melalui daun tanaman, pupuk organik mengandung unsur hara mikro dan makro penting seperti Nitrogen, Phospor, Kalium dan lain sebagainya.
Keunggulan pupuk organik cair, menurut Murbandono (1990), antara lain dapat meningkatkan produksi klorofil daun, meningkatkan fotosintesis dan kemampuan menyerap nitrogen dari udara, membuat tanaman kuat dan kokoh, meningkatkan vigor tanaman, kapasitas untuk meningkatkan vitalitas tanaman, kapasitas untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, cuaca buruk, dan serangan mikroorganisme parasit penyebab penyakit pada tanaman, kemampuan pupuk organik cair ini mengandung nutrisi yang mudah diserap tanaman adalah keunggulan lain.
Indira (2004) mengklaim bahwa beberapa orang menganggap pupuk organik cair lebih sederhana untuk diterapkan karena tidak memerlukan penggunaan pupuk kimia atau sintetis dan memiliki efek positif bagi kesehatan. Untuk membuat tanah lebih subur dan cocok untuk pertumbuhan tanaman, meningkatkan aktivitas biologis, kimia, dan fisik tanah.
Pemberian konsentrasi pupuk organik cair pada tanaman harus diperhatikan selama aplikasi. Jumlah nutrisi yang diterima tanaman akan tinggi jika pupuk digunakan dalam jumlah banyak, dan juga akan tinggi jika sering diberi pupuk. Namun, tanaman akan menunjukkan tanda-tanda layu jika mereka menerima terlalu banyak pupuk (Lisdiyanti, 2011 dalam Setiawan, 2012).
H. Pupuk Organik Cair Agrobost
POC agrobost ialah jenis pupuk organik cair dikenal dapat diaplikasikan melalui daun tanaman. Keunggulan dari pupuk ini adalah dapat mereduksi pupuk kimia hingga 50%, atau sekaligus meningkatkan produktivitas. Pupuk agrobost memiliki beberapa mikroorganisme penting untuk proses penyuburan tanah seperti Azospirilum, Mikroba Pelarut P, Azotobacter, mikroba pendegresi selulosa, Lactobacillus, enzim selulose, dan hormon tumbuh Indole Acetic Acid. Jenis enzim dan mikroba ini bekerja secara optimal, sehingga menghemat pemakaian pupuk kimia (Anonim, 2008 dalam Missdiani dkk., 2020). Selain itu, kandungan yang terdapat dalam pupuk tersebut memiliki peran penting dalam mengambil N dari udara serta melarutkan hara K dan P (Isroi, 2008).
Kandungan dalam pupuk agrobost yaitu Azotobacter sp 2,1 x 107- 105 Cfu/ml, Azospirilium sp 2,0 x 107-105 Cfu/ml, Pseudomonas sp 5,8 x 107-105 Cfu/ml, Lactobacillus sp 2,4 x 107-105 Cfu/ml, Mikroba pelarut P 3,6 x 107-105 Cfu/ml, dan Mikroba selulotik 2,0 x 106-104 Cfu/ml. Menurut Anonim (2008) dalam Missdiani dkk. (2020) mengatakan bahwa unsur
mikro yang terkandung dalam pupuk agrobost antara lain C organik 0.95%, K 1743 ppm, P 34.29 ppm, Fe 44.3 ppm, Mn 0.27 ppm, Zn 3.7 ppm, dan Cu 0.81 ppm.
Penggunaan POC agrobost dengan dosis 10 ml/l, menurut Sulastri dkk. (2018), menghasilkan hasil terbaik dalam hal jumlah daun, tinggi tanaman, dan berat basah. Ini menunjukkan bagaimana penerapan agrobost melalui daun, pupuk organik cair, dapat mendorong pertumbuhan tanaman.
Karena ketersediaan unsur hara tanah dan pemupukan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, maka konsentrasi pupuk yang tinggi akan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
I. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2. Tabel Hasil Penelitian Terdahulu No. Penulis Dan Judul
Penelitian
Faktor
perlakuan Hasil Penelitian 1. Penulis :
Risky Dantri, T.
Irmansyah, Jonatan Ginting (2015)
Judul Penelitian:
Respon Pemberian Pupuk Hayati Pada Beberapa Jarak Tanam Pertumbuhan dan Produksi Kailan (Brassica oleracea var.
acephala).
Pupuk Hayati:
H0 : kontrol H1 : 5 ml/l H2 : 10 ml/l H3 : 15 ml/l Jarak tanam : J1 : 20 x 25 cm J2 : 20 x 30 cm J3 : 20 x 35 cm.
Perlakuan pupuk hayati 10 ml/l (H2) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, menurut hasil penelitian. Sedangkan jarak tanam J2H2 dan interaksi pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, perlakuan
jarak tanam
meningkatkan
parameter bobot segar jual.
2. Penulis :
Triwati Damanik (2019)
Judul Penelitian : Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing dan Jarak Tanam Terhadap
Pertumbuhan &
Hasil Tanaman Kale (Brassica oleracea var.
Lacinato)
Jarak Tanam : J1 = 10 x 25 cm J2 = 15 x 25 cm J3 = 20 x 25 cm Pupuk Kandang Kambing :
P1 : 10 ton/ha P2 : 15 ton/ha P3 : 20 ton/ha
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter pengamatan berat kering dan berat panen total dipengaruhi oleh interaksi antara dosis perlakuan P3 (20 ton/ha) dan jarak tanam J3 (20 x 25 cm).
3. Penulis :
Sulastri, Hery Sutejo, dan Abdul Fatah (2018).
Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan
dan Hasil
Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Agrobost.
Konsentrasi pupuk organik cair agrobost :
A0 : 0 ml/l.air A1 : 2 ml/l.air A2 : 4 ml/l.air A3 : 6 ml/l.air A4 : 8 ml/l.air A5 : 10 ml/l.air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
organik cair
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah per tanaman. Perlakuan pupuk organik cair Agrobost pada konsentrasi 10 ml/l air rata-rata menghasilkan nilai parameter tertinggi (A5).
4. Penulis :
Ratna Nirmala (2013)
Judul Penelitian : Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kosarine Terhadap
Pertumbuhan
dan Hasil
Tanaman Selada (Lactuca sativa L)
Konsentrasi POC kosarine :
K0 : kontrol K1 : 10 ml/l air K2 : 20 ml/l air K3 : 30 ml/l air.
Pemberian konsentrasi POC kosarine yang berbeda pada semua parameter yang diamati untuk pertumbuhan dan hasil selada tidak menghasilkan
perbedaan yang nyata.
Namun, ada
kecenderungan air (K3) lebih unggul pada konsentrasi 30 ml/l.
J. Hipotesa
1. Diduga jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale nero lacinato (Brassica oleracea var. Palmifolia).
2. Diduga konsentrasi pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale nero lacinato (Brassica oleracea var. Palmifolia).
3. Diduga terjadi interaksi antara jarak tanam dan konsentrasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale nero lacinato (Brassica oleracea var. Palmifolia).