• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP AGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA

N/A
N/A
20. Nadia Elis Natasa

Academic year: 2024

Membagikan "KONSEP AGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP AGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam Dosen Pengampu :

Dr. Dwi Andayani, M.Sy.

Disusun Oleh : Kelompok 3

Aninda Lailya (23403063)

Nadia Elis Natasa (23403064) Mira Marufah (23403065)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

TAHUN 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah- Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “KONSEP AGAMA DAN TOLERANSI BERAGAMA” ini dengan lancar dan tepat waktu.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW.

Yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti saat ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini. Terkhusus kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi Islam, yaitu beliau Ibu Dr. Dwi Andayani, M.Sy. yang telah membimbing penulis dan memberi semangat dalam penulisan makalah ini.

Penulis sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak memiliki kekurangan dalam penulisannya. Maka dari itu, penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Sebagai penutup kata pengantar ini, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembacanya

Kediri, 16 Maret 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Agama...2

B. Fungsi Agama dalam Kehidupan...4

C. Kerukunan dan Toleransi Beragama...7

BAB III PENUTUP...15

A. Kesimpulan...15

B. Saran...15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama atau religi adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat. Islam sendiri sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana pun berada sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun kehidupan sesudah mati. Berbagai agama atau kepercayaan yang dianut oleh masyarakat ini mengharuskan kita untuk saling bertoleransi antar umat beragama.

Toleransi sendiri dapat diartikan sebagai sikap saling menghormati, sedangkan toleransi beragama mengandung makna sikap saling menghargai antar pemeluk agama.

Banyak sekali konflik akibat kurangnya toleransi antar umat beragama. Faktor munculnya paham intoleransi adalah kepribadian, pengetahuan yang memutlakkan hubungan dengan kekuasaan, dan menganggap pribagi atau golongannya yang paling benar. Oleh karena itu, penulisan makalah ini dubuat unruk mengetahui pentingnya toleransi antar umat beragama untuk dimiliki setiap orang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan agama?

2. Bagaimana fungsi agama dalam kehidupan?

3. Apa pentingnya kerukunan dan toleransi beragama?

C. Tujuan

1. Untuk memahami konsep agama

2. Untuk mengetahui fungsi agama dalam kehidupan

(5)

3. Untuk mengetahui pentingnya kerukunan dan toleransi beragama

BAB II PEMBAHASAN A. Agama

Ditinjau dari bahasa sansekerta, kata agama berasalah dari “a”

yang berarti tidak dan “gama” artinya pergi. Secara terminologis, Harun Nasution memberikan definisi-definisi tentang agama sebagai berikut.1

1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia

3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan manusia

4. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib

5. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiba-kewajiban yang diyakini bersumber dari suatu kekuatan gaib

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar manusia

1 R Abuy Sodikin, “Konsep Agama Dan Islam” 20 (2003): 20.

(6)

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul

Agama dalam bahasa Arab “Din” yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Agama mempunyai pearturan-peraturan yang harus ditaati. Agama menguasai diri seseorang dan membuat ia patuh dan tunduk kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama adalah salah satu tindakan pada suatu sistem sosial yang terdapat pada diri seseorang tentang kepercayaan terhadapkekuatan tertentu (magis atau spiritual) serta berfungsi untuk perlindungan dirinya dan orang lain.2

Agama islam adalah agama Allah, dari Allah dan milik Allah.

Islam berasal dari kata “salam” yang berarti damai dan aman, “salamah”

yang berarti selamat dan “islaam” yang berarti penyerahan diri secara mutlak kepada Allah Swt. untuk memperoleh ridho-Nya dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya. Islam adalah agama yang dating dengan penuh kedamaian dan disampaikan dengan perkataan yang lembut. Bahkan islam mengajarkan untuk tetap menghargai mereka yang tidak mau mengikuti ajaran Islam selama mereka tidak menggangu adan memantik permusuhan dengan Islam.3

Secara umum, ruang lingkup suatu agama meliputi beberapa unsur sebagai berikut.4

1. Substansi yang Disembah

Substansi yang disembah menjadi pembeda dalam kategorisasi agamanya. Ada yang memusyrikkan Allah ada juga yang mentauhidan Allah.

2. Kitab Suci

2 Ahmad Asir, “Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia” 1, no. 1 (2014): 50–58.

3 Ahmad Asir, “Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia” 1, no. 1 (2014): 50–58.

4 R Abuy Sodikin, “Konsep Agama Dan Islam” 20 (2003): 20.

(7)

Kitab suci merupakan salah satu ciri khas dari agama. Bila suatu agam tidak memiliki kitab suci, maka sulit untuk dikatakan sebagai suatu agama

3. Pembawa Ajaran

Pembawa ajaran agama samawi disebut rasul yang menerima wahyu dari Allah dan menyampaikan kepada umat berdasarkan wahyu yang diterimanya. Dalam agama tabi`I, proses kenabian melalui evolusi yang dihasilakn berdasarkan sebuah julukan yang sengaja dikatakan sebagai penghormatan tanpa adanya pengakuan berdasarkan wahyu dari Allah Swt.

4. Pokok-pokok Ajaran

Pokok ajaran ini sering disebuy “dogma”, yakni setiap ajaran yang baik percaya atau tidak. Bagi pemeluknya wajib untuk memepercayainya.

5. Aliran-aliran

Setiap agama yang ada di dunia memiliki aliran-aliran yang berkembang pada agama masing-masing yang diakibatkan karena adanya perbedaan pandangan yang mengakibatkan timbulnya suatu aliran yang masing-masing kelompok memperkuat pendapat paham kelompoknya.

B. Fungsi Agama dalam Kehidupan

Agama adalah sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang maha kuasa menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia, baik kehidupan secara individu maupun kehidupan secara bermasyarakat, baik kehidupan material maupun spiritual, baik kehidupan duniawi maupun kehidupan setelah kematian (akhirat). Untuk sampai kepada

(8)

Tuhan yang diimani, maka kehadiran agama merupakan suatu hal yang harus diketahui terutama fungsi yang terkandung di dalamnya. Kehadiran agama dalam kehidupan maupun dalam masyarakat merupakan salah satu usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama juga merupakan suatu ajaran di mana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Semua penganut agama yang meyakini agama yang dianutnya akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran agama tersebut.

Oleh karena itu, agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat.

Agama dapat memberi sumbangan positif perkembangan sosial umat manusia apabila agama ditempatkan pada tempatnya. Agama memberi sumbangan positif bagi masyarakat berupa pemeliharaan dan peningkatan solidaritas sosial umat manusia. Fungsi agama itu ibaratkan

“tali kekang”, yaitu kekang dari pada akal pikiran, tali kekang dari pada gejolak hawa nafsu dan tali kekang dari pada ucap dan perilaku. Agama menuntun perjalanan hidup manusia agar tetap berada di jalan lurus.

Agama di dalam kehidupan keseharian seseorang individu memiliki fungso sebagi berikut.

1. Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan

Ajaran agama memiliki nilai bagi kehidupan manusia.

Nilai-nilai tersebut menjadi acuan sekaligus pedoman bagi masyarakat. Sebgaia pedoman, agama menjadi standar pemikiran, tindakan, dan perilaku agar sesuai keyakinan yang dipegangnya.

Sistem nilai yang didasarkan agama dapat memberikan arahan baik kepada individu maupun masyarakat. Sistem tersebut dapat berupa legitimasi dan justifikasi di kehidupan para individu dan masyarakat.

2. Agama Menjadi Wadah Mengatasu Frustasi

Frustasi berdasarkan pengamatan dapat menyebabkan perilaku religious. Mereka yang mengalami frustasi seringkali

(9)

bertindak secara religius untuk mengatasi rasa frustasinya. Untuk alasan ini, dia mendekati Tuhan melalui penyembahan karena menumbuhkan dan menghasilkan tindakan beragama.

3. Agama Media Pemenuhan Pengetahuan

Agama merupakan solusi atas kesulitan-kesulitan kegnitif- intelektual selama kesulotan-kesulotan tersebut dijiwai oleh kebutuhan-kebutuhan ekstensial dan psikologis, serta kebutuhan manusia akan arah hidup.5

Selain agama berfungsi dalam kehidupan suatu individu agama juga berfungsi dalam suatu masyarakat. Agama membentuk kesatuan sebuah masyarakat. Di sisi lain juga dapat menyebabkan kerusakan ketiks konflik dan akibatnya melemah dan mengendur. Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan berinterkasi satu sama lain. Fungsi agama dalam masyarakat meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Berfungsi Edukatif

Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi.

Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang.

Kedua unsur tersebut mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

2. Berfungsi Penyelamat

Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamatan meliputi dua alam, yaitu dunia

5 Deni Irawan, “Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial Individu, Masyarakat,”

Borneo : Journal of Islamic Studies 2, no. 2 (2022): 125–35, https://doi.org/10.37567/borneo.v2i2.1255.

(10)

dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu, agama mengajarkan para penganutnya melalui keimanan kepada Tuhan.

3. Berfungsi Sebagai Pendamaian

Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

4. Berfungsi Sebagai Kontrol Sosial

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial terhadap individu maupun kelompok.

5. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

6. Berfungsi Transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atai kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang kala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

7. Berfungsi Kreatif

(11)

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh untuk bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

8. Berfungsi Sublimatif

Ajaran agama menyucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha menusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat tulus karena dan untuk Allah merupakan ibadah. Agama dalam kehidupan sangatlah berfungsi penting, tanpa agama hidup seseorang akan terombang- ambing.6

Dengan demikian, agama memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik secara individu maupun sosial.

Tanda adanya agama, kehidupan seseorang dapat menjadi tidak terarah dan tidak memiliki ketentraman.

C. Kerukunan dan Toleransi Beragama

1. Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan asal katanya ialah rukun, rukun berasal dari bahasa Arab yaitu “Ruknun”yang artinya tiang, asas-asas atau dasar. Jamak ruknun adalah“arkan”,artinya suatu bangunan sederhana yang terdiri dari berbagai unsur yang saling menguatkan. seperti yang ada pada rukun Islam dan rukun iman pada agama Islam.Dalam pengertian sehari-hari rukun adalah damai atau perdamaian. (Munawar khalil,kamus babasa Arab- Indonesia). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kerukunan

6 Mella Novita, “Iman Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan,” Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Agama Islam 2, no. 2 (2024): 37–47, https://doi.org/10.61132/jmpai.v2i2.71.

(12)

berakar dari kata rukun yang berarti baik, damai, dan tidak berselisih.7

Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan sosial ketika semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Kerukunan umat beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap masa bodoh atas hak keberagaman dan persaan orang lain. Dalam hal kerukunan umat beragama juga tidak diartikan bahwa umat beragama dapat mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda, sebab hal itu dapat merusak nilai-nilai keagamaan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting:

a) Kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain.

b) Kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakininya.

c) Kemampuan untuk menerima perbedaan merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan ajarannya.

Keluhuran masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari setiap orang. Lebih dari itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat manusia yang bersumber dari ajaran Tuhan.8

Jika ini sama-sama dipahami oleh setiap penganut agama, maka akan tercipta keamanan, ketertiban,kenyamanan dan ketentraman dilingkungan masyarakat,bangsa dan negara Setiap warga negara dan instansi pemerintah wajib memelihara kerukunan umat beragama baik pada tingkat daerah maupun tingkat pusat,hal ini bertujuan untuk ketentraman dan ketertiban guna terwujudnya

7 Sugiarto, “Pengertian Kerukunan Umat Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

8 Sugiarto, “Pengertian Kerukunan Umat Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23..

(13)

kerukuanan umat agama, menkoordinasi kegiatan instansi vertical dan menumbuhkan kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling percaya di antara umat beragama.

Selanjutnya, umat beragama dan pemerintah dapat melakukan upaya bersama guna terjalinnya kerukunan umat beragama dalam bidang pelayanan pemberdayaan dan pengaturan, seperti perizinan dalam bidang mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan ormas keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar pada pemerintah daerah setempat.

Kerukunan antara umat beragama hampir selalu digambarkan sebagai tingkat keharmonisan dalam hubungan antara pemeluk agama, yaitu umumnya antara pemeluk agama Islam dengan pemeluk agama lainnya. Hubungan antar umat beragama ini merupakan suatu kondisi yang bersifat dinamis dan fluktuatif.

Pada waktu tertentu hubungan dapat berjalan dengan sangat harmonis, sementara di waktu lain dapat sebaliknya. Untuk itu, pemahaman yang sungguh-sungguh tentang potret kerukunan tidak bisa hanya diperoleh berdasarkan informasi sekilas pada wilayah atau waktu tertentu, tetapi perlu dikonfirmasi dengan beberapa teori para ahli, agar terlihat pola harmonisasi yang terjadi.9

Kerukunan umat beragama itu sendiri bisa diartikan dengan toleransi umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima adanya perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga mesti saling menghormati satu sama lain dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama lain tidak saling mengganggu.10

2. Toleransi Antar Umat Beragama

9 Kustini, Monografi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia, Litbangdiklat Press, 2019, https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/upload/files/MONOGRAFI%283%29.pdf.

10 Sugiarto, “Pengertian Kerukunan Umat Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

(14)

Kata toleransi berasal dari bahasa Latin “tolerance” yang berarti bertahan atau memikul. Toleran di sini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda. Pengertian toleransi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah toleran berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan toleransi yaitu sifat atau sikap toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.11

Bila dilihat dalam bahasa Arab, kata toleransi disamakan dengan kata tasamuh. Tasamuh dalam bahasa Arab berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar di antara mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya. Masing-masing pendapat memperoleh hak untuk mengembangkan pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain. Dari beberapa pendapat di atas toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain.

Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaliknya tercermin sikap yang kuat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.12

11 Sugiarto, “Telaah Umum Tentang Toleransi Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

12 Ajat Sudrajat, “Agama Dan Masalah Kekerasan,” Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology., 2020, 1–18.

(15)

Demi memelihara kerukunan beragama sikap toleransi harus dikembangkan untuk menghindari konflik dan menciptakan kerukunan dan kedamaian antar umat beragama, biasanya konflik terjadi karena adanya sikap egois dan merasa paling benar dengan cara mengeliminasi kebenaran orang lain, sedangkan perdamaian terjadi karena adanya sikap saling menghargai, mempunyai sikap saling mengerti dan tidak saling menyalahkan orang lain. Sikap rasa toeransi ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw.

yang dapat di buktikan dari sejarah dengan adanya piagam madinah.

Konsep toleransi yang benar yang sudah di ajarkan Rasullah saw. yang dibuktikan dengan adanya Piagam Madinah yang menyatukan antara kaum muslimin dan kaum yahudi serta kafir madinah yang sudah menjaga keutuhan Kota Madinah dengan bersatu saling menghalau serangan dari pihak luar. Semua penduduk Madinah sepakat dan setuju akan hal tersebut, dan ini merupakan suatu konsep yang benar dan tepat dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. karena dengan adanya toleransi akan menciptakan perdamaian serta di dalamnya. Nabi Muhammad saw. yang telah memproklamasikan Piagam Madinah Pada tanggal 16 Robiyul Awwal tahun 1 Hijriyah ( 20 September 622 M) yang menjadi tanda resminya didirikan suatu negara yang telah disepakati oleh orang muslim dan yahudi madinah, yang pokok isinya antara lain:

a) Adil terhadap orang yang berbuat dan memberi ketentraman kepada yang patuh tanpa memangdang agama, ras dan budaya.

b) Memberikan kebebasan dalam beragama tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

(16)

c) Menghidupkan rasa gotong royong saling tolong menalong antara kaum muslimin dan kaum yahudi dalam segi material maupun non material, juga harus saling bahu membahu melawan semua musuh dari luar madinah yang ingin menyerang kota Madinah

d) Kekuasaan tertinggi dipegang oleh Nabi Muhammad saw.

yang akan memyelesaikan semua perkara dengan adil dan bijaksana.(Syalabi: 2003. 104)

Dari isi Piagam Madinah tersebut bahwa Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada umat manusia bahwasanya setiap manusia haruslah memiliki sifat adil, toleran, dan saling tolong- menolong dalam hal kebaikan tanpa memandang agama, ras, dan perilakunya agar tercipta kehidupan yang harmonis. Perjanjian tersebut merupakan dokumen politik yang sangat bersejarah dan menjadi dasar cerminan hidup berdampingan dengan agama lain tanpa adanya diskriminasi di dalamnya. Serta menetapkan kewajiban bagi penduduk madinah baik dari kalangan muslim maupun kaum yahudi dan kafir madinah untuk menaati daulah islamiyah. Selain kebebasan beragama dalam isi piagam madinah menggariskan dasar-dasar kehdupan sosial, politik, dan hukum yang sama. Piagam madinah dapat di jadikan acuan untuk umat beragama di seluruh dunia agar dapat terciptanya perdamaian dunia dengan landasan kemanusiaan dan persatuan antar umat manusia karena sudah jelas bahwasanya beragama tidak boleh di paksakan karena itu hak pribadi manusia itu sendiri.13

Toleransi dalam pelaksanaanya dalam sikap harus didasari pula oleh sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Rasa penuh keikhlasan dan

13 Ahmad Fadholi, “UIN Raden Mas Said Surakarta,” Kementerian Sekretariat Negara, 2021, 1–

5.

(17)

dapat menerima hal-hal yang tidak sama dengan prinsip yang dipegang sendiri tetapi hal tersebut tak lantas membuat dasar prinsip sendiri hilang bahkan membuatnya semakin kuat. Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun. Karena manusia memiliki hak penuh dalam memilih, memeluk dan meyakini sesuai dengan hati nuraninya. Tak seorang pun bisa memaksakan kehendaknya. Untuk itu toleransi beragama sangatlah penting untuk menciptakan kerukunan umat beragama.14

Di Indonesia sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk dan memiliki keanekaragaman sosial ekonomi, etnis dan budaya. Maka harus bisa menjadikan dirinya sebagai negara kesatuan yang kuat dan adil demi mengayomi semua warga negaranya. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didasari pertimbangan bahwa negara kesatuna adalah bentuk negara dan di pandang paling tepat untuk mewadahi ide persatuan sebuah bangsa yang majemuk ditinjau dari berbagai latar belakang yang ada. Kemajemukan yang ada di Indonesia ini harus selaras, serasi dan harmonis agar tercipta intregasi sosial didalam masyarakat, sehingga terciptanya kehidupan masyarakat yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama yaitu menciptakan terciptanya masyarakat rukun, adil dan makmur.15

14 Sugiarto, “Telaah Umum Tentang Toleransi Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

15 Ahmad Fadholi, “UIN Raden Mas Said Surakarta,” Kementerian Sekretariat Negara, 2021, 1–

5.

(18)

Dalam konteks kemajemukan agama dan keyakinan di Indonesia, toleransi dan kerukunan antar umat beragama menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dijaga dan di pelihara dalam bingkai kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena kerukunan antar umat beragama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat terutama saat interaksi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok yang berbeda-beda.16

16 Ahmad Fadholi, “UIN Raden Mas Said Surakarta,” Kementerian Sekretariat Negara, 2021, 1–

5.

(19)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Definisi Agama:Dalam Bahasa Sansekerta, “a” yang berarti tidak dan“gama” artinya “pergi.".Harun Nasution memberikan definisi agama sebagai pengakuan terhadap kekuatan gaib dan pengikatan diri pada sumber di luar manusia

2. Agama dalam Islam:Islam berasal dari kata "salam", menunjukkan damai dan penyerahan diri kepada Allah. Diajarkan dengan kedamaian, lembut, dan menghargai kebebasan keyakinan

3. Ruang Lingkup Agama: Meliputi substansi disembah, kitab suci, pembawa ajaran, pokok-pokok ajaran, dan aliran-aliran.

4. Fungsi Agama dalam Kehidupan:Sebagai sumber nilai, media

pemenuhan pengetahuan, dan kontrol sosial.Membentuk solidaritas sosial, mengatasi frustasi, dan berperan kreatif serta transformative.

5. Kerukunan dan Toleransi Beragama: Kerukunan umat beragama adalah

hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing.Toleransi antar umat beragama adalah sikap menghormati perbedaan tanpa mengganggu.Sangat penting dalam konteks Indonesia untuk menjaga integrasi sosial dan keberagaman.

Agama memiliki peran vital dalam kehidupan individu dan masyarakat, sementara toleransi dan kerukunan antar umat beragama menjadi kunci bagi perdamaian dan harmoni dalam masyarakat yang beragam.

B. Saran

Kami menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini, terutama dalam penyajian ide dan pembahasan yang belum terstruktur secara jelas.

Kami mengharapkan saran pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah

(20)

ini. Semoga masukan tersebut dapat membantu kami memperbaiki makalah agar lebih bermanfaat bagi pembaca dalam memahami topik yang dibahas. Terima kasih atas perhatiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asir, Ahmad. “Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia” 1, no. 1 (2014): 50–58.

Fadholi, Ahmad. “UIN Raden Mas Said Surakarta.” Kementerian Sekretariat Negara, 2021, 1–5.

Irawan, Deni. “Fungsi Dan Peran Agama Dalam Perubahan Sosial Individu, Masyarakat.” Borneo : Journal of Islamic Studies 2, no. 2 (2022): 125–35.

https://doi.org/10.37567/borneo.v2i2.1255.

Kustini. Monografi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia. Litbangdiklat

Press, 2019.

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/upload/files/MONOGRAFI

%283%29.pdf.

Mella Novita, Indah Yulika Pratiwi, Dimas Arya Ahmadi Sormin, Zulfahmi Zulfahmi, and Wismanto Wismanto. “Iman Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan.” Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Agama Islam 2, no. 2 (2024): 37–47. https://doi.org/10.61132/jmpai.v2i2.71.

Sodikin, R Abuy. “Konsep Agama Dan Islam” 20 (2003): 20.

Sudrajat, Ajat. “Agama Dan Masalah Kekerasan.” Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology., 2020, 1–18.

Sugiarto. “Pengertian Kerukunan Umat Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

Sugiarto. “Telaah Umum Tentang Toleransi Beragama” 4, no. 1 (2016): 1–23.

Referensi

Dokumen terkait

Agama Hindu , pandangan agama Hindu tentang kerukunan hidup antar umat beragama dapat diketahui dari tujuan agama Hindu. yakni Moksartham Jagathita Ya Ca Iti

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya" (Q.S. Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial di mana semua

Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan

9 dan No.8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama,

Kerukunan kehidupan beragama yang terjadi di sebagian warga masyarakat desa Sidomulyo didasarkan pada keinginan hidup rukun dan damai yang tidak mengutamakan suku, agama dan

Departemen Agama, mengutarakan bahwa kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya" (Q.S. Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial di mana semua

Kerukunan Antar Umat Beragama Kerukunan antar individu yang memiliki keyakinan juga merupakan contoh hubungan antar golongan umat beragama yang saling menghargai satu sama lain,