• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Proses Desain Interior Menurut Natalie Badenduck

N/A
N/A
Fuadi Farhatul Auliak

Academic year: 2025

Membagikan "Konsep dan Proses Desain Interior Menurut Natalie Badenduck"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Fuadi Farhatul Auliak / 211501050 Mata Kuliah : Kolokium

Dosen Pengampu : Harmilyanti Sulistyai, S. T., M. Sc., Ph. D

RESUME: Badenduck, Natalie. 2023. Interior Design Concept: Critical Practices, Processes and Explorations in Interior Architecture and Design. New York: Routledge.

___________________________________________________________________________

CHAPTER 4. integration of Design Concepts in the Design Process: What Is the Design Process and How Might It Shape, and Be Shaped by, Design Concepts?

Pada chapter ini Badenduck Natalie memulai dengan menyatakan bahwa proses desain dapat memberikan kerangka kerja yang memecah aktivitas desain menjadi langkah-langkah dan tahapan yang teratur dan mudah untuk dikelola. Meskipun proses desain yang terstandarisasi dapat memberikan kerangka kerja yang baik namun proses ini dikritik karena gagal untuk mengatasi sifat individu yang terkadang kacau, di mana para peserta penelitian sering menyuarakan keprihatinan mereka mengenai sifat proses desain yang terbatas, hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana dan mengapa proses desain menjadi begitu berpengaruh.

Modernist Underpinnings of the Design Process

Walaupun manusia sudah memulai rancangan dan pemecahan masalah dari zaman dahulu, penelitian tentang proses desain baru muncul pada tahun 1920-an untuk merasionalisasi praktik- praktik kreatif yang ada kala itu. Persepsi universalitas selama periode ini terutama dipengaruho oleh perspektif barat yang sering kali bersifat Eurosentris yang mengakibatkan terhapusnya budaya, sejarah, dan tradisi yang berada diluar apa itu yang dianggap “universal”, Seperti yang di deskripsikan oleh Arturo Escobar di Design for the pluriverse: Radical interdependence, Autonomy, and the making of worlds. Hasilnya cara- cara yang digunakan oleh berbagai Masyarakat untuk mendekati apa yang sekarang disebut

“desain” sebagian besar telah digantikan oleh pendekatan “rasional” dan “universal”.

Dalam “Designerly Ways of Knowing: Design Discipline Versus Design Science,” Nigel Cross mendeskripsikan “Aspiration to scientise design” yang dipengaruhi oleh pandangan modern tercermin dalam penelitian proses desain yang mulai muncul pada pertengahan abada ke 20. Mungkin tidak heran bahwa era yang terpacu dengan objektivitas dan efisiensiakan

(2)

menghasilkan gagasan dan penelitian investigative tentang bagaimana desainer bekerja, dan bagaimana mereka seharusnya bekerja secara efektif.

The Design Methods Movement

Gerakan metode desain dimulai di Inggris pada tahun 1960-an yang lahir dari keinginan untuk memanfaatkan potensi kecerdasan manusia melalui kerangka kerja yang teratur.

Munculnya teori pengolahan informasi khususnya yang berkaitan dengan potensi mesin untuk menggantikan manusia dalam kemampuan pemecahan masalah sangat berpengaruh. Asumsi bahwa “ “human intelligence could be formally described by logical rules” semakin jelas terlihat dalam bidang-bidang baru seperti kecerdasan buatan dan komputasi digital.

Keinginan untuk merumuskan pendekatan ilmiah yang rasional dalam pemecahan masalah dalam desain menyebabkan banyak model proses desain dihasilkan selama periode ini. Untuk menjaga kualitas dan prediktabilitasnya, model-model ini umumnya bersifat preskriptif, dengan menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan secara sistematis oleh seorang desainer dan apa yang harus dicapai pada setiap tahap proyek. Banyak pendekatan yang akan memengaruhi arsitektur dan desain interior dikembangkan selama era ini dan akan disebarkan dan dikomunikasikan melalui berbagai sistem, model, dan kerangka kerja. Dalam hal ini gerakan metode desain telah memiliki dampak yang berkelanjutan pada pendidikan dan praktik desainer.

Criticisms of Design Methods

Meski metode desain memiliki peran yang berpengaruh dalam membentuk industry desain, Gerakan tersebut tidak selalu dipandang secara positif. Sejak awal tahun 1970-an beberapa pendukung gerakan tersebut mulai menjauh karena kekhawatiran pada kerangka kerja yang terlalu preskriptif dan semakin terputus dari praktik dan proses desain yang sebenarnya.

Salah satu mantan pendukung metode desain, J. Christopher Jones, mendeklarasikan ketidak sukaannya atas “bahasa mesin, Behaviorism, Upaya terus menerus untuk memperbaiki kehidupan ke dalam kerangka kerja yang logis”. Pendukung yang lain, Christopher Alexander menyatakan “ I have been hailed as one of the leading exponents of these so-called design methods, I am very sorry that this has happened, and I want to state, publicly that I reject the whole idea of design methods as a field of study”.

Optimisme yang awalnya ditempatkan dalam model yang rasional dan preskriptif memudar seiring berjalannya waktu, perkembangan riset dan ketidaksesuaian antara desain dan

(3)

pendekatan ilmiah menjadi semakin jelas. Hal ini disebabkan oleh pengakuan bahwa mereka mungkin kurang cocok untuk metode preskriptif yang cenderung focus pada analisis masalah yang luas, yang terlihat tidak realistis untuk masalah yang tidak terdefinisi dengan baik.

Di tahun 1973, Horst W. J. Rittel dan Melvin Webber menentang gagasan bahwa pendekatan rasional dan ilmiah bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah sosial yang kompleks, tidak terdefinisi dengan baik atau “ jahat” dalam artikel mereka “Dilemmas in a General Theory of Planning.”

Pergerakan paradigma yang mulai menjauh dari pendekatan pemecahan masalah yang rasional juga dipicu oleh kesadaran bahwa meskipun telah dilakukan percobaan dengan berbagai kerangka kerja, sedikit kemajuan yang dicapai dalam menemukan proses desain ideal yang akan menghasilkan hasil yang optimal. Meskipun temuan dari penelitian memiliki hasil yang mengecewakan ini mendorong peneliti untuk berusaha lebih keras dipandu dengan keyakinan bahwa “kekurangan dalam metode yang telah mereka kembangkan bertanggung jawab atas kegagalan tersebut”.

Setelah bertahun-tahun, ada sebuah keterbukaan untuk kembali pada keyakinan “design thinking yang intuitif mungkin tidak seburuk yang dianggap." mengarah pada pengembangan gerakan yang bertujuan untuk memanfaatkan pemahaman praktik dan proses berpikir desainer yang lebih luas dan lebih fleksibel.

Design Thinking Movement

Meningkatnya kritik terhadap Gerakan metode desain sebagian disebabkan oleh pemahaman yang terus berkembang tentang sifat masalah desain yang terbuka dan proses yang digunakan untuk mengatasinya. Perspektif lain juga dipengaruhi oleh transisi dunia bagian barat menuju masa postmodernisme yang ditandai dengan skeptisme yang mengakibatkan marginalisasi individu, kelompok, dan padangan dunia yang bertentangan dengan mereka.

Seiring berjalannya waktu, penelitian tentang desain mengalami kemajuan, pengidentifikasian desain sebagai area studi khusus dengan pengetahuan yang berbeda menjadi lebih luas diterima pada kalangan masyrakat. Hal ini akhirnya mengarah pada promosi metodologi desain di luar disiplin ilmu itu sendiri, menghasilkan popularitas dan penerapan

“design thinking” secara luas.

Designerly Ways of Knowing

(4)

Sebagian alasan para desainer dan peneliti ingin menjauh dari keterkaitan dengan ilmu pengetahuan adalah karena bukti yang semakin meningkat tentang perbedaan antara keduanya.

Contoh dari hal ini adalah temuan penelitian Bryan Lawson pada tahun 1970-an yang menyatakan bahwa ilmuwan dan arsitek mengerjakan pekerjaan mereka dengan cara yang sangat berbeda, Ilmuwan memiliki strategi yang berfokus pada masalah dan arsitek berfokus pada Solusi.

Banyak penelitian yang dilakukan selama periode ini mengarah pada perluasan ilmu pengetahuan dan pengakuan bahwa desain tidak hanya bisa, tetapi seharusnya didefinisikan berdasarkan ketentuannya sendiri. Argumen ini dinyatakan oleh Nigel Cross dalam bukunya yang berjudul “Designerly Ways of Knowing” di mana dia menggambarkan perbedaan yang diperlukan desain dengan bidang lain.

Selama periode ini, penelitian desain menghasilkan peningkatan minat dan pemahaman tentang cara-cara berbeda yang dilakukan oleh desainer dalam menangani masalah secara unik sesuai disiplinnya. Penerimaan terhadap cara-cara kerja yang berbeda mengakibatkan pergeseran dari metodologi preskriptif dari atas ke bawah yang dipromosikan oleh gerakan Metode Desain. Sebagai gantinya, proses deskriptif dari bawah ke atas mulai muncul yang diyakini lebih jujur mewakili bagaimana desainer sebenarnya bekerja serta proses berpikir di balik praktik-praktik mereka yang bervariasi. Selama era Pemikiran Desain, upaya dilakukan untuk memahami secara tepat apa yang dilakukan oleh desainer sukses daripada mengatur bagaimana mereka harus bekerja melalui pemanfaatan kerangka kerja yang kaku.

“The Reflective Practitioner”

Herbert Simon muncul sebagai tokoh kunci dalam gerakan metode desain pada tahun 1960-an dengan karyanya tentang pemecahan masalah rasional. Donald Schön menulis "The Reflective Practitioner" pada tahun 1983, sebuah teks yang berdampak signifikan pada penelitian tentang Pemikiran Desain yang muncul dan berkembang sepanjang tahun 1990-an karena gagasan Simon tentang pemecahan masalah rasional mulai digantikan oleh "refleksi dalam praktik". Dalam "The Reflective Practitioner", Donald Schön mengajukan argumen bahwa terdapat ketidaksesuaian mendasar antara "dasar ilmiah pengetahuan profesional dan tuntutan praktik di dunia nyata" yang sering kali tidak dilayani dengan baik oleh pendekatan yang didorong oleh logika. Dengan gagasan-gagasan Donald Schön tentang praktik reflektif dan peningkatan ketergantungan pada intuisi - bukan semata logika.

(5)

Minat yang meningkat dalam memanfaatkan potensi kreatif Pemikiran Desain, pendekatan "baru" untuk pemecahan masalah mulai dipromosikan dalam dan juga di luar disiplin. Pada awal tahun 1990-an, "Design Thinking" mulai dianggap sebagai alat untuk mendukung individu dan organisasi dalam upaya mereka untuk memanfaatkan kreativitas dan menghasilkan solusi inovatif untuk berbagai masalah. Salah satu kelompok yang umumnya terkait dengan gerakan Design Thinking adalah perusahaan desain berbasis Amerika IDEO.

Dimulai pada tahun 1991 oleh Tim Brown dan David Kelley, IDEO menjadi sangat sukses dalam pemasarannya tentang Design Thinking sebagai "upaya ambisius untuk benar-benar mengungkap apa yang memandu kreativitas dan inovasi." Minat dalam desain oleh orang- orang yang bukan desainer yang dihasilkan dari promosi efektif Pemikiran Desain menghasilkan banyaknya sumber daya tentang subjek tersebut - kuliah, kursus, lokakarya, dan teks dengan beragam klaim tentang kekuatan Design Thinking untuk mengubah segala sesuatu secara positif.

Nonlinear Design and Creative Processes

Para peneliti desain kontemporer menyepakati bahwa proses desain umumnya melibatkan pergiliran antara dua "mode pemikiran" - pemikiran divergen dan pemikiran konvergen. Meskipun istilah-istilah ini bukan hal baru dalam penelitian kreativitas, mereka menjadi lebih sering dikaitkan dengan proses desain sejak munculnya gerakan Design thinking . Dalam konteks penelitian kreativitas, pemikiran divergen dapat didefinisikan sebagai

"pemikiran yang bergerak menjauh ke arah yang berbeda sehingga melibatkan berbagai aspek dan kadang-kadang menghasilkan gagasan dan solusi baru." Pemikiran konvergen,, dapat didefinisikan sebagai "pemikiran yang mengumpulkan informasi yang difokuskan pada pemecahan masalah". Cropley mengklarifikasi, "berorientasi pada menghasilkan jawaban terbaik (atau benar) untuk pertanyaan yang jelas didefinisikan." Meskipun pemikiran divergen lebih sering dikaitkan dengan kreativitas, penelitian terus menegaskan peran penting pemikiran konvergen. Dalam proses desain, terlihat bahwa "pemikiran divergen dan konvergen terjadi dalam fase siklus" yang membandingkan pemikiran divergen dan konvergen, merupakan ciri khas dari pemikiran kreatif. Sebagai hasilnya proses desain tidak terdiri dari sejumlah langkah linier dan logis tetapi berbagai "mode pemikiran" yang digunakan untuk menangani berbagai aspek masalah desain.

Hal ini didukung oleh penelitian Goldschmidt tentang proses desain di mana dia menggunakan metode penelitian yang dikenal sebagai "Protocol analysis" yang melibatkan

(6)

verbalisasi "berpikir-berbicara" dari proses berpikir yang dilakukan individu saat mereka sedang merancang atau memecahkan masalah. Ini memungkinkan Goldschmidt dan timnya untuk memahami langkah-langkah atau "Design moves" yang terjadi saat seorang desainer melanjutkan tugas mereka. Langkah-langkah ini kemudian dihubungkan satu sama lain untuk memantau bagaimana gagasan terhubung satu sama lain. Pola nonlinear jelas terlihat dalam analisis proses desain, tetapi juga munculnya "gerakan kritis" yang memiliki dampak signifikan pada karakter dan hasil proses tersebut

Design Concept in the Design Process

Desainer menghasilkan konsep desain di awal proyek yang memandu mereka hingga selesai. Meskipun pengakuan akan pentingnya pengembangan konsep, inklusi konsep pada tahap khususnya dapat menciptakan asumsi yang menyesatkan bahwa jika konsep tidak dipecahkan pada titik tertentu, akan sangat sedikit kesempatan untuk melakukannya di kemudian hari. Jika mahasiswa belum menyelesaikan konsep mereka pada tahap awal proyek, mereka sering mengalami tekanan untuk melakukannya, yang sering membuat mereka merasa terjebak, bingung, atau tidak yakin bagaimana melanjutkan. Ini mencerminkan sifat yang memprihatinkan dari kerangka kerja proses desain yang membatasi kesadaran tentang sifat beragam, berubah-ubah, dan terkait erat dari konsep desain sepanjang proyek.

Pendidik dan praktisi desain interior yang berpartisipasi dalam penelitian ini sering menyuarakan kekhawatiran mereka tentang sifat yang terlalu membatasi dan linear dari proses desain, terutama mengenai pengembangan konsep desain. Sementara banyak peserta menyatakan bahwa memiliki beberapa ide arah konseptual yang cukup membantu pada tahap awal proyek, yang lain mengakui bahwa hal ini mungkin tidak selalu terjadi.

Beberapa pendidik menjelaskan bahwa mereka tidak mengharapkan mahasiswa memiliki konsep yang sepenuhnya terbentuk hingga akhir proyek dan yang lain menyatakan bahwa mahasiswa mungkin tidak sepenuhnya menyadari apa konsep mereka sebenarnya sampai bertahun-tahun kemudian. Wawasan-wawasan seperti ini mencerminkan pemahaman dan harapan yang tidak selaras mengenai integrasi konsep desain dalam proses desain.

Design Concept/Process Diagrams

Bagian ini mengenalkan berbagai pendekatan potensial untuk membangkitkan dan menerapkan konsep desain dalam Upaya menentang asumsi sebelumnya tentang kapan dan bagaimana hal tersebut harus diintegrasikan ke dalam proses desain. Meskipun konsep desain

(7)

sering dikaitkan dengan tahap awal pengembangan proyek, sebenarnya mereka bisa muncul dalam cara yang sangat berbeda dan pada waktu yang berbeda sepanjang waktu. Beberapa mungkin muncul langsung saat ide-ide dihasilkan di awal dan kemudian dibawa sepanjang proyek dengan sedikit perubahan. Konsep lainnya mungkin berkembang dari ide awal sebagai respons terhadap kondisi yang berubah atau wawasan yang muncul selama proses desain. Ide- konsep juga bisa muncul dari proses desain dengan apa yang terjadi saat masalah diatasi.

Konsep desain dapat muncul dari lapisan kumulatif dari ide-ide yang digabungkan dan digabungkan kembali dengan berbagai cara melalui proses yang kompleks.

A Direct Process

Penerapan konsep desain melalui proses langsung sejalan dengan kebijakan konvensional bahwa mereka harus dihasilkan di awal proyek dan kemudian digunakan untuk sisa proses tersebut. Ketergantungan pada jenis proses ini jelas terlihat dalam pedagogi desain interior melalui tugas-tugas yang merinci konsep yang diperlukan pada tahap awal proyek. Hal ini juga sangat jelas dalam praktik desain interior di mana desainer diharuskan untuk mendapatkan persetujuan klien atas konsep yang diusulkan sebelum melanjutkan proyek.

Karena kewajiban kontraktual, sangat penting dalam praktik interior agar konsep tetap konsisten dan dilaksanakan sesuai dengan yang disepakati pada tahap awal proyek. Konsep desain dijelaskan pada awal proyek dan digunakan untuk memandu pengambilan keputusan, eksplorasi, dan komunikasi. Meskipun ada minat terbatas dalam memodifikasi konsep setelah mereka ditetapkan, desainer sering memiliki fleksibilitas dalam interpretasi konsep saat mereka bertransisi melalui proses desain mereka. Dalam hal ini, konsep tetap konsisten tetapi eksekusinya dan bagaimana itu digunakan dalam memandu proses desain, dapat bervariasi.

An Evolving Process

Proses yang berkembang sangat umum dalam pendidikan arsitek dan desainer interior karena mahasiswa sedang mengembangkan pemahaman mereka tentang bagaimana cara terbaik mengintegrasikan konsep ke dalam karya mereka. Proses yang berkembang mendukung penyelidikan terus menerus terhadap ide-ide konseptual seiring berjalannya proyek, daripada hanya menetapkan satu pada awal dan membawanya tanpa fleksibilitas ke depan. Ini dapat menjadi sesuatu yang berharga karena menawarkan waktu tambahan bagi desainer untuk merenungkan, menjelajahi, dan membangun ide-ide konseptual awal - menambah kedalaman dan kompleksitas pemikiran dan penjelasan konsep mereka.

(8)

Proses yang berkembang terutama terlihat dalam praktik-praktik yang terkait dengan pembuatan dan eksplorasi material. Dalam praktik tersebut, sifat dan kualitas material, alat, atau artefak yang dibuat dapat memengaruhi arah dan area fokus yang mungkin, potensialnya mendukung pemahaman atau dukungan konseptual. Misalnya, seorang mahasiswa yang ditugaskan untuk merancang sebuah paviliun sementara mungkin tertarik untuk menjelajahi potensi konstruksi kayu untuk struktur tersebut. Dari rasa ingin tahu awal ini, mahasiswa tersebut mungkin mulai menjelajahi kemungkinan berbagai produk kayu melalui eksperimen - memotong, membengkokkan, melapisi, melilit, dan sebagainya. Seiring pengujian material ini mulai menunjukkan apa yang mungkin layak, mahasiswa tersebut kemudian dapat terus menyempurnakan ide-ide konseptual mereka, dilengkapi dengan pengetahuan baru tentang potensi berbagai material melalui proses yang berkembang dari keterlibatan dengan mereka.

An Emergent Process

onsep-konsep desain juga bisa muncul dari suatu proses yang tidak dimulai dari titik awal konseptual yang jelas. Dalam kasus seperti itu, seorang desainer atau tim mungkin tidak memiliki gagasan yang jelas tentang apa konsep mereka sejak awal proyek tetapi tetap melanjutkan proses desain.

Proses emergen juga dapat digunakan oleh mahasiswa yang perlu maju dalam sebuah proyek - biasanya karena keterbatasan waktu bahkan jika mereka belum dapat menetapkan konsep yang jelas tetapi berharap menemukan bahwa satu muncul pada suatu titik dalam proses mereka. Berbeda dengan konsep yang berkembang dari gagasan konseptual awal, sebuah proses emergen mungkin menghasilkan konsep-konsep yang muncul dari proses itu sendiri.

Konsep-konsep tersebut dapat muncul dari eksplorasi atau penelitian proyek, keterlibatan material, atau melalui proses menulis, menggambar, atau membuat sketsa. Pandangan- pandangan tersebut dapat mengarah pada pengembangan konsep-konsep yang muncul dari proses emergen. Terkadang ide-ide memang dihasilkan di awal proyek, tetapi hanya dapat terlihat atau diidentifikasi kemudian. Konsep-konsep ini mungkin muncul bagi desainer saat mereka meninjau pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang jalan dan memperhatikan benang yang menghubungkannya. Dalam kasus seperti itu, sebuah konsep mungkin hanya diungkapkan selama presentasi akhir bahkan jika itu tidak terbukti mungkin selama tahap awal.

Compound Processes

Konsep desain yang dihasilkan dari proses gabungan melibatkan kombinasi, rekombinasi, atau penggabungan gagasan-gagasan yang berbeda selama proses desain. Proses

(9)

ini dapat menghasilkan berbagai bentuk, seperti singular-sequential di mana satu konsep mengarah ke yang lain; multiple-sequential di mana satu konsep menghasilkan banyak gagasan lain; branching, di mana gagasan konseptual mulai mempengaruhi berbagai aspek proyek atau proses dengan cara yang berbeda; dan merging, di mana beberapa konsep bergabung menjadi satu.

Proses compound dari jenis singular-sequential dapat menghasilkan konsep yang drastis berubah dari pendekatan awal sebagai hasil dari apa yang terjadi selama proses desain.

Proses multiple-sequential melibatkan proliferasi konsep desain awal yang dapat berubah menjadi serangkaian gagasan dan pendekatan baru. Proses ini membutuhkan pemantauan dan refleksi yang konsisten oleh desainer atau tim untuk melihat apakah ekspansi gagasan konseptual benar-benar membantu. Proses emergen juga dapat digunakan oleh mahasiswa yang perlu maju dalam sebuah proyek bahkan jika mereka belum dapat menetapkan konsep yang jelas tetapi berharap konsep tersebut muncul pada suatu titik dalam proses mereka. Proses terakhir adalah merging di mana beberapa konsep bergabung menjadi satu.

Hail ini sering terjadi pada mahasiswa yang mungkin pada awalnya memiliki banyak ide yang mungkin menarik mereka ke berbagai arah. Seiring mereka mulai bekerja dengan banyak ide mereka, beberapa di antaranya akan mulai samar atau bergabung satu sama lain.

Komunikasi konsep-konsep ini mungkin terlihat cukup terputus di awal tetapi seiring desainer memiliki lebih banyak waktu untuk bermain dan menguji ide-ide mereka, konsep-konsep tersebut menjadi lebih terhubung dan akhirnya dapat dikomunikasikan dengan lebih variatif.

Conclusion

Interaksi antara pengembangan konseptual dan proses desain yang digunakan oleh desainer bervariasi dan kompleks. Salah satu tujuan dari bagian ini adalah untuk menyampaikan bagaimana konsep desain dapat - dan bahkan harus dmuncul dan berkembang dalam berbagai cara yang beragam. Aspek lain adalah untuk menyoroti bahwa konsep desain tidak murni ada dalam paradigma ketat yang saat ini membentuk cara desainer diajarkan, atau norma di mana mereka diharuskan untuk berpraktik.

Hal ini menawarkan gagasan bagi mahasiswa, pendidik, dan praktisi untuk merenungkan. Bagi mahasiswa, ide-ide seperti itu berfungsi sebagai pengingat bahwa tidak ada pendekatan "satu ukuran cocok untuk semua" ketika datang untuk mengasah cara kerja mereka sendiri dan mengembangkan keterampilan berpikir konseptual. Bagi pendidik, mereka mungkin ingin mempertimbangkan kerangka proses desain dan integrasi konseptual mereka,

(10)

terutama dalam hal penyampaian kursus dan harapan tugas. Terakhir, praktisi mungkin mulai mempertanyakan dan menantang proses standar yang telah mendominasi kehidupan kerja mereka dan begitu kuat membentuk praktik sehari-hari mereka

Referensi

Dokumen terkait

DESAIN INTERIOR STUDIO ANIMASI DENGAN KONSEP FUTURISTIK DI SURAKARTAi.

Tugas Akhir yang berjudul “Desain Interior Cat Center di Jakarta dengan Konsep.. Modern” ini tepat pada

” Desain Interior School of Robotic Dengan Konsep Arduino Lilypad di Bandung ” merupakan suatu proyek perancangan interior berfungsi sebagai pusat pendidikan informal

Konsep Modern Youth merupakan konsep desain yang tepat untuk diterapkan pada desain interior UTD PMI Surabaya yang ingin meningkatkan pendonor darah usia

Konsep desain secara keseluruhan yaitu menciptakan suatu desain interior pada restoran melalui konsep open kitchen bernuansa modern chic yang dapat menjadi solusi

Tugas akhir ini berjudul Desain Interior Pusat Pengembangan Kerajinan Tekstil di Blora dengan Konsep Modern Tropis.. Artikel ini bertujuan memaparkan tentang Desain

Dengan beberapa konsep diatas kemudian disusun sebuah konsep perencanaan yakni desain interior Toko Buku Medikal Sagung Seto dengan konsep natural urban agar Toko

Proses desain pada proyek desain interior Daycare Center di Salatiga dilakukan dengan mengacu pada skema 1.1 skema 1.1 Proses Desain Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar