KONSEP KESESUAIAN KONSEP KESESUAIAN
DAYA MANFAAT DAYA MANFAAT
DAN DAYA DUKUNG RUANG
DAN DAYA DUKUNG RUANG
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN
DAYA TAMPUNG WILAYAH DAYA TAMPUNG WILAYAH
Perimbangan antara jumlah penduduk dan luas wilayah, yang Perimbangan antara jumlah penduduk dan luas wilayah, yang
masyarakatnya masih melakukan teknik pertanian sederhana (subsisten).
masyarakatnya masih melakukan teknik pertanian sederhana (subsisten).
(Brush, 1975).
(Brush, 1975).
Jumlah penduduk yang dapat ditunjang persatuan wilayah pada tingkat Jumlah penduduk yang dapat ditunjang persatuan wilayah pada tingkat teknologi dan kebudayan tertentu (Young, 1976).
teknologi dan kebudayan tertentu (Young, 1976).
Jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumberdaya dan Jumlah individu yang dapat didukung oleh satuan luas sumberdaya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Komponennya adalah jumlah
lingkungan dalam keadaan sejahtera. Komponennya adalah jumlah
penduduk dan ketersediaan sumberdaya. Ukuran tingkat sejahtera relatif.
penduduk dan ketersediaan sumberdaya. Ukuran tingkat sejahtera relatif.
(Surianegara, 1978).
(Surianegara, 1978).
Jumlah penduduk yang kebutuhan makanannya dapat dipenuhi dengan Jumlah penduduk yang kebutuhan makanannya dapat dipenuhi dengan produksi dari lahan yang ditanami tanaman makanan tradisional dengan produksi dari lahan yang ditanami tanaman makanan tradisional dengan intensitas penggunaan tanpa merusak sumberdaya (Dasman, 1980).
intensitas penggunaan tanpa merusak sumberdaya (Dasman, 1980).
Kemampuan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk Kemampuan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya ( UU No. 4/1982).
hidup lainnya ( UU No. 4/1982).
SINTESIS
1. Esensi (hakekat) dari daya dukung adalah
perbandingan antara ketersediaan sumberdaya dengan kebutuhan manusia/penduduk dalam
memanfaatkan sumberdaya tersebut. Problem utama : sumberdaya terbatas, kebutuhan hampir ttak terbatas;
2. Dalam konteks lingkungan terbangun, daya dukung adalah perbandingan antara beban/manfaat ruang
(manusia dan kegiatannya) dengan kondisi lahan dan infrastruktur pendukungnya.
BEBERAPA TEKNIK PERHITUNGAN DAYA DUKUNG (LAHAN PERTANIAN).
KONSEP ALLAN :
Daya dukung lahan pertanian dihitung dari kebutuhan lahan perkapita
FORMULA :
FORMULA : KETERANGAN :KETERANGAN : A = (100 CL) / P
A = (100 CL) / P A = Kebutuhan lahan / kapita.A = Kebutuhan lahan / kapita.
L = (R + U) / U
L = (R + U) / U C = luas lahan yang ditanami perkapita.C = luas lahan yang ditanami perkapita.
D = 1/A
D = 1/A L = faktor penggunaan lahan.L = faktor penggunaan lahan.
D = daya dukung
D = daya dukung R = lamanya lahan bero ditanami.R = lamanya lahan bero ditanami.
U = lamanya lahan ditanami.
U = lamanya lahan ditanami.
P = luas lahan yang dapat ditanami.
P = luas lahan yang dapat ditanami.
Atau : Atau :
CPD = (100 Ca.L) / Cp.
CPD = (100 Ca.L) / Cp. CPD = Critical Population Density.CPD = Critical Population Density.
D = Cp / ( 100 Ca. L )
D = Cp / ( 100 Ca. L ) Cp = luas lahan yang dapat ditanami (%)Cp = luas lahan yang dapat ditanami (%)
Ca = luas lahan yang digunakan untuk hidup per orang Ca = luas lahan yang digunakan untuk hidup per orang (ha/org)
(ha/org)
Ca tergantung kriteria yang digunakan (kriteria hidup layak).
Ca tergantung kriteria yang digunakan (kriteria hidup layak).
KONSEP CARNEIRO :
Jumlah penduduk kritis (JPK).
FORMULA : FORMULA :
JPK = (Y/R + Y) x JPK = (Y/R + Y) x (T/A)
(T/A) Y = lamanya lahan ditanami.Y = lamanya lahan ditanami.
T = Luas lahan yang tersedia (untuk pertanian).
T = Luas lahan yang tersedia (untuk pertanian).
R = lamanya lahan bero tidak ditanami.
R = lamanya lahan bero tidak ditanami.
A = luas lahan pertanian untuk memenuhi A = luas lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan minimal/tahun
kebutuhan minimal/tahun
KONSEP GABUNGAN (ODUM, HOWARD, ISSARD).
Daya dukung diartikan sebagai tingkat swasembada wilayah (TSW).
Wilayah sebagai ekosistem
FORMULA : FORMULA : TSW = X/K.
TSW = X/K. X = Produktivitas lahan (luas panen.kapita).X = Produktivitas lahan (luas panen.kapita).
K = Luas yang dibutuhkan untuk swasembada.
K = Luas yang dibutuhkan untuk swasembada.
K = KFM beras / PB K = KFM beras / PB
KFM = Kebutuhan fisik minimum ( BPS).KFM = Kebutuhan fisik minimum ( BPS).
PB = Produktivitas beras/ha PB = Produktivitas beras/ha X = LP/JP
X = LP/JP LP = luas panen.LP = luas panen.
JP = Jumlah penduduk.
JP = Jumlah penduduk.
TSW < 1 TSW < 1 TSW > 1 TSW > 1 TSW = 1 TSW = 1
Tidak mampu swasembada. JP melebihi batas Tidak mampu swasembada. JP melebihi batas optimal.
optimal.
Mampu swasembada. JP dibawah batas optimal.
Mampu swasembada. JP dibawah batas optimal.
Swasembada optimal. JP optimal.
Swasembada optimal. JP optimal.
ANALISA KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN LAHAN
Dalam analisa regional. Kemampuan lahan diukur dari produktivitasnya (kemampuan menghasilkan komoditi pertanian). Produktivitas diukur atas
dasar : lereng, jenis tanah, jumlah bulan kering dan penggunaan lahan.
INDIKATOR
INDIKATOR FORMULAFORMULA KETERANGANKETERANGAN
Lereng Lereng (slope) (slope)
L = (A1.cs1 + A2 cs2 + Ai.csi) / L = (A1.cs1 + A2 cs2 + Ai.csi) / (A1+A2+Ai).
(A1+A2+Ai).
L = Lereng.
L = Lereng.
A1 = Luas area dng. Lereng 1.
A1 = Luas area dng. Lereng 1.
Cs = bobot/factor kelerengan.
Cs = bobot/factor kelerengan.
Kelerengan (Slope=Sp) dihitung dengan : Kelerengan (Slope=Sp) dihitung dengan : Sp = (m.h) / A.
Sp = (m.h) / A.
Cs = bobot/factor lereng Cs = bobot/factor lereng 0 - 5 % bobot 12,00 0 - 5 % bobot 12,00 5 - 15 % bobot 9,50 5 - 15 % bobot 9,50 15 - 35 % bobot 4,25 15 - 35 % bobot 4,25 35 - 50 % bobot 1,20 35 - 50 % bobot 1,20
> 50 % bobot 0,25> 50 % bobot 0,25
m = total panjang grs. Kontur (km).
m = total panjang grs. Kontur (km).
h = kontur interval.
h = kontur interval.
A = luas area (km2).
A = luas area (km2).
Tekstur dan Tekstur dan kedalaman kedalaman tanah
tanah
Tekstur tanah tergantung jenis, dengan Tekstur tanah tergantung jenis, dengan ideks sbb. :
ideks sbb. :
Regosol (20), kambiosol (15), alluvial Regosol (20), kambiosol (15), alluvial (15), latosol (5), grumosol (5).
(15), latosol (5), grumosol (5).
Bobot dikalikan luas area.
Bobot dikalikan luas area.
Kedalaman tanah diperoleh dari peta data pokok Kedalaman tanah diperoleh dari peta data pokok BPN.BPN.
Jumlah curah Jumlah curah hujan dan hujan dan bulan kering bulan kering
Data curah hujan dan bulan kering.
Data curah hujan dan bulan kering.
PCH = Ai.ch.
PCH = Ai.ch.
PCH = Potensi curah hujan.
PCH = Potensi curah hujan.
Ai = Luas wilayah i ; ch = curah hujan.
Ai = Luas wilayah i ; ch = curah hujan.
Klasifikasi dan bobot bulan kering (ch < 60 mm/bl Klasifikasi dan bobot bulan kering (ch < 60 mm/bl ).
).
< 3, bobot 10. 7 – 9, bobot 4. < 3, bobot 10. 7 – 9, bobot 4.
3 – 5. bobot 8. > 9, bobot 2.
3 – 5. bobot 8. > 9, bobot 2.
5 – 7, bobot 6.
5 – 7, bobot 6.
Penggunaan Penggunaan lahan
lahan
IPL = ( 0,25LSI2 + 0,5 LSI1 + 0.5LST + IPL = ( 0,25LSI2 + 0,5 LSI1 + 0.5LST + 0,76LLK) / ( LSI2 +LSI1 + LST + LLK).
0,76LLK) / ( LSI2 +LSI1 + LST + LLK).
IPL = Indeks potensi penggunaan lahan.
IPL = Indeks potensi penggunaan lahan.
LSI1 = luas lahan sawah irigasi panen >=2X/th.
LSI1 = luas lahan sawah irigasi panen >=2X/th.
LSI1 = luas lahan sawah irigasi panen 1X/th.
LSI1 = luas lahan sawah irigasi panen 1X/th.
LST = lahan swash tadah hujan.
LST = lahan swash tadah hujan.
LLK = luas lahan kering.
LLK = luas lahan kering.
TABEL : Indikator kemampuan lahan
PERHITUNGAN SKOR UNTUK PERUNTUKAN LAHAN PERHITUNGAN SKOR UNTUK PERUNTUKAN LAHAN
(SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980) (SK MENTAN 837/KPTS/UM/1980)
VARIABEL
VARIABEL NILAINILAI RENTANG VARIABELRENTANG VARIABEL KATEGORI KATEGORI BOBOTBOBOT 1. KELERENGAN
1. KELERENGAN KELAS KELAS LERENG
LERENG DERAJAD LERENG (%)DERAJAD LERENG (%)
11 0 - 80 - 8 DatarDatar 2020
22 8 - 158 - 15 landailandai 4040
33 15 - 2515 - 25 Agak curamAgak curam 6060
44 25 - 4025 - 40 curamcuram 8080
> 40
> 40 Sangat curamSangat curam 100100
2. KEPEKAAN 2. KEPEKAAN
THD EROSI THD EROSI KELAS TANAHKELAS TANAH JENIS TANAHJENIS TANAH 11 Aluvial, Clay, Planosol, Aluvial, Clay, Planosol,
hidromorf kelabu, laterite air hidromorf kelabu, laterite air tanah
tanah
Tdk peka
Tdk peka 1515
22 LatosolLatosol Agak pekaAgak peka 3030
33 Brown forest Soil, Non Brown forest Soil, Non Calsit Brown, Mediteran
Calsit Brown, Mediteran Kurang pekaKurang peka 4545 44 Andosol, Laterite, Grumosol, Andosol, Laterite, Grumosol,
Podsolik, Podsol.
Podsolik, Podsol. pekapeka 6060
55 Regosol, Litosol, Organosol, Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
Renzina Sangat pekaSangat peka 7575 VARIABEL
VARIABEL NILAINILAI RENTANG VARIABELRENTANG VARIABEL KATEGORI KATEGORI BOBOTBOBOT
3. INTENSITAS 3. INTENSITAS HUJAN
HUJAN KLS. INT. KLS. INT.
HUJAN
HUJAN INTENSITAS HUJAN INTENSITAS HUJAN (mm/hari hujan) (mm/hari hujan)
11 =< 13,5=< 13,5 Sngt rendahSngt rendah 1010
22 13,6 – 20,713,6 – 20,7 rendahrendah 2020
33 20,7 – 27,720,7 – 27,7 SedangSedang 3030
44 27,7 – 34,827,7 – 34,8 tinggitinggi 4040
55 > 34,8> 34,8 Sangat tinggiSangat tinggi 5050 VARIABEL
VARIABEL NILAINILAI RENTANG VARIABELRENTANG VARIABEL KATEGORI KATEGORI BOBOTBOBOT
Contoh :
suatu wilayah memiliki karakteristik : lereng 30%, jenis tanah andosol, intensitas hujan 30 mm/hr hujan. Tentukan berapa skor lokasi dan
peruntukannya untuk apa.
VARIABEL
VARIABEL NILAINILAI BOBOTBOBOT SKOR PERUNTUKANSKOR PERUNTUKAN Derajad lereng
Derajad lereng 30%30% 8080 > 175 kawasan lindung> 175 kawasan lindung Jenis tanah
Jenis tanah AndosolAndosol 6060 125 – 124 kawasan penyangga125 – 124 kawasan penyangga Intensitas
Intensitas hujan
hujan 30 mm/hh30 mm/hh 4040 < 125 budidaya tanaman tahunan < 125 budidaya tanaman tahunan (lereng < 15%)
(lereng < 15%) Indeks
Indeks lokasi :
lokasi : 180 (arahan 180 (arahan eruntukan eruntukan kawasan kawasan lindung).
lindung).
< 125 budidaya tanaman semusim dan
< 125 budidaya tanaman semusim dan permukiman (lereng < 8%).
permukiman (lereng < 8%).
Evaluasi Kesesuain Lahan : Evaluasi Kesesuain Lahan :
Evaluasi Lahan merupakan bagian dari Evaluasi Lahan merupakan bagian dari
proses perencanaan tataguna lahan.
proses perencanaan tataguna lahan.
Inti evaluasi lahan adalah membandingkan Inti evaluasi lahan adalah membandingkan
pernyaratan yang di minta oleh tipe pernyaratan yang di minta oleh tipe
penggunaan lahan yang akan digunakan, penggunaan lahan yang akan digunakan,
dengan kualitas lahan yang di miliki oleh dengan kualitas lahan yang di miliki oleh
lahan yang akan digunakan.
lahan yang akan digunakan.
Tujuan Evaluasi Lahan : Tujuan Evaluasi Lahan :
• Land Evaluation atau Land Assessement Land Evaluation atau Land Assessement adalah : menentukan nilai suatu lahan
adalah : menentukan nilai suatu lahan untuk tujusn tertentu.
untuk tujusn tertentu.
• Menurut FAO (1976), dalam evaluasi Menurut FAO (1976), dalam evaluasi lahan perlu juga memperhatikan aspek lahan perlu juga memperhatikan aspek
ekonomi, sosial, lingkungan yang ekonomi, sosial, lingkungan yang berkaitan dengan tataguna lahan.
berkaitan dengan tataguna lahan.
Dasar-dasar Evaluasi Lahan Dasar-dasar Evaluasi Lahan
1.1. Kesesuaian lahan harus didasarkan atas Kesesuaian lahan harus didasarkan atas penggunaan lahan untuk tujuan tertentu.
penggunaan lahan untuk tujuan tertentu.
2.2. Perbandingan biaya dan keuntunganPerbandingan biaya dan keuntungan 3.3. Masukan dari multidisiplin ilmuMasukan dari multidisiplin ilmu
4.4. Harus relevan dengan sifat-sifat fisik, ekonomi, Harus relevan dengan sifat-sifat fisik, ekonomi, soasial daerah.
soasial daerah.
5.5. Berdasarkan atas penggunaan untuk waktu yang Berdasarkan atas penggunaan untuk waktu yang tidak terbatas (sustain basis).
tidak terbatas (sustain basis).
6.6. Evaluasi meliputi lebih dari satu macam Evaluasi meliputi lebih dari satu macam penggunaan lahan.
penggunaan lahan.
Intensitas Evaluasi Lahan Intensitas Evaluasi Lahan
1.1. Reconnaissance (Tingkat Tinjau) Pada skala Reconnaissance (Tingkat Tinjau) Pada skala nasional atau provinsi bagi negara yang
nasional atau provinsi bagi negara yang lahannya sangat luas seperti Indonesia.
lahannya sangat luas seperti Indonesia.
2. Semi-Detil (Setengah rinci-sedang) Untuk 2. Semi-Detil (Setengah rinci-sedang) Untuk
tujuan lebih khusus , misal studi kelayakan tujuan lebih khusus , misal studi kelayakan
proyek.
proyek.
3. Detil (Rinci) 3. Detil (Rinci)
Merupakan survei untuk perencanaan yang Merupakan survei untuk perencanaan yang telah pasti, misal pembuatan desain
telah pasti, misal pembuatan desain..
Prosedur Evaluasi lahan Prosedur Evaluasi lahan
1.1. Konsultasi PendahuluanKonsultasi Pendahuluan
Meliputi : tujuan, data dan asumsi, luas dan Meliputi : tujuan, data dan asumsi, luas dan
batas daerah, tipe-tipe penggunaan lahan batas daerah, tipe-tipe penggunaan lahan
yang perlu dipertimbangkan, tahap yang perlu dipertimbangkan, tahap
evaluasi, klasifikasi kesesuaian lahan evaluasi, klasifikasi kesesuaian lahan
yang digunakan, intesitas skala survei yang digunakan, intesitas skala survei
dan tahapan kegiatan dalam evaluasi.
dan tahapan kegiatan dalam evaluasi.
2. Tipe Penggunaan Lahan, Syarat-syarat 2. Tipe Penggunaan Lahan, Syarat-syarat
dan pembatas dan pembatas
Ada 2 kemungkinan : Ada 2 kemungkinan :
(1). Telah di tentukan dari sejak permulaan (1). Telah di tentukan dari sejak permulaan
evaluasi di lakukan evaluasi di lakukan
(2). Modifikasi dan penyesuaian, sesuai (2). Modifikasi dan penyesuaian, sesuai
dengan hasil penelitian.
dengan hasil penelitian.
3. Deskripsi Satuan Peta Lahan dan 3. Deskripsi Satuan Peta Lahan dan
Kualitas Lahan. Berdasarkan pada sifat-sifat Kualitas Lahan. Berdasarkan pada sifat-sifat
fisik yang mudah dipetakan seperti relief, fisik yang mudah dipetakan seperti relief,
lereng bentuk lahan(landform), jenis tanah lereng bentuk lahan(landform), jenis tanah
dan bahan induk tanah.
dan bahan induk tanah.
4. Pembandingan Persyaratan Penggunaan 4. Pembandingan Persyaratan Penggunaan
Lahan dengan Kualitas Lahan Lahan dengan Kualitas Lahan
5. Klasifikasi Kesesuaian Lahan 5. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Hasil perhitungan kualitas lahan suatu peta Hasil perhitungan kualitas lahan suatu peta lahan dikombinasikan dengan hasil analisa lahan dikombinasikan dengan hasil analisa
input-output, dampak terhadap lingkungan input-output, dampak terhadap lingkungan
dan analisa sosial ekonomi.
dan analisa sosial ekonomi.
Pengecekan di lapangan perlu dilakukan Pengecekan di lapangan perlu dilakukan apakah sesuai dengan kenyataan dan di apakah sesuai dengan kenyataan dan di
lakukan dari berbagai multidisiplin ilmu.
lakukan dari berbagai multidisiplin ilmu.
6. Penyajian Hasil 6. Penyajian Hasil
Disajika dalam bentuk peta dan laporan Disajika dalam bentuk peta dan laporan
yang memberikan keterangan tentang hal- yang memberikan keterangan tentang hal-
hal yang telah diuraikan di atas.
hal yang telah diuraikan di atas.
KELAS KESESUAIAN LAHAN
Ditentukan berdasar jumlah dan intensitas faktor pembatas.
Kelas lahan
Sesuai (S)
Tidak
sesuai (N)
Sangat sesuai (S1) sesuai (S2)
agak sesuai (S3) Tidak sesuai bersyarat (N1) Tidak sesuai permanen (N2)
KESIMPULAN KESIMPULAN
Pemanfaatan ruang harus berdasarkan pertimbangan Pemanfaatan ruang harus berdasarkan pertimbangan
daya dukung ruangnya;
daya dukung ruangnya;
Penataan ruang menjadi penting untuk mengurangi Penataan ruang menjadi penting untuk mengurangi
kemungkinan in-efisiensi lahan atau kerusakan kemungkinan in-efisiensi lahan atau kerusakan
lingkungan;
lingkungan;
Penataan ruang dilakukan dalam beberapa tingkatan – Penataan ruang dilakukan dalam beberapa tingkatan –
masing-masing mempunyai tujuannya sendiri-sendiri;
masing-masing mempunyai tujuannya sendiri-sendiri;
Sangat penting memperhatikan kawasan-kawasan yang Sangat penting memperhatikan kawasan-kawasan yang
“environmentally sensitive” – kemungkinannya untuk
“environmentally sensitive” – kemungkinannya untuk disengker/dikonservasi – ide tentang negative planning;
disengker/dikonservasi – ide tentang negative planning;
Praktek pemanfataan ruang akan sangat ditentukan oleh Praktek pemanfataan ruang akan sangat ditentukan oleh
proses politis dan ekonomis.
proses politis dan ekonomis.