UJIAN TENGAH SEMESTER ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
MUHAAMD RIDHO/11905054
1. Jelaskan konsep praktis Islam dan Budaya Lokal!
Perkembangan agama Islam di Indonesia yang berlangsung secara evolutif telah berhasil menanamkan akidah Islamiah dan syari’ah shahihah, memunculkan cipta, rasa, dan karsa oleh pemeluk-pemeluknya. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat telah memeluk agama yang berkembang secara evolutif pula, baik dari penduduk asli (yang menganut
animisme, dinamisme, veteisme, dan sebagainya) maupun pengaruh dari luar (Hindu- Budha). Yang menarik, unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kepatutan tersingkir dengan sendirinya, sedangkan yang baik yang mengandung unsur- unsur kepatutan dan kepantasan, hidup secara berdampingan
Berbicara tentang konsep Islam vis a vis tradisi dalam disiplin antropologi terbagi menjadi dua bagian yang sering disebut dengan “tradisi besar” (grand tradition) dengan tradisi kecil (little tradition). Konsep ini dikenalkan oleh Jacques Duchesne Guillemin yang menyatakan bahwa akan selalu terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius dari agama dengan tata nilai budaya lokal. Pertautan dialektis yang kreatif antara nilai universal dari agama dengan budaya lokal telah menghadirkan corak ajaran Islam dalam kesatuan spiritual dengan corak budaya yang ragam (unity and diversity).
Lebih jauh melihat kondisi Islam di Indonesia dengan menggunakan kerangka pemahaman seperti di atas, tidak saja akan menemukan keterkaitan historis dengan realitas kesejarahan Islam, tetapi juga akan menemukan satu sisi penting dari awal proses transformasi intelektual Islam yang bertolak dari nilai-nilai universalisme Islam yang dikategorikan sebagai tradisi besar dengan tata nilai dalam setting kultural dan struktural tertentu yang sudah terpola sebelumnya
2. Tuliskan lafaz arab Q.S. Al-Hujurat ayat 13, dan terjemahkan dalam bahasa Indonesia!
3. Deskripsikan 2 (dua) budaya yang ada di Kalimantan Barat dan nilai-nilai komunikasi Islam yang terdapat didalam budaya tersebut!
1. Serakalan adalah salah satu bagian dari kebudayaan masyarakat Sambas, namun juga dikenal oleh beberapa masyarakat Islam lain di Indonesia. Kebudayaan ini masuk bersamaan dengan kedatangan Islam ke Indonesia. Beberapa waktu yang lalu dalam kunjungan saya ke Sambas sempat mengikuti acara Serakalan yang dilakukan di rumah salah satu keluarga jauh. Berada di tengah-tengah acara Serakalan tersebut
benar-benar pengalaman baru bagi saya. Bersyukur juga budaya melayu ini masih dipertahankan masyarakat Sambas.
Pada awalnya Serakalan merupakan wujud ekspresi ta’dzim yang berhubungan dengan peristiwa kedatangan Rasulullah hijrah di Madinah. Serakalan berisi syair- syair Pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam istilah lain, ritual ini dapat pula disebut dengan Marhabanan atau “debaan” (Maulid Ad-Diba’iy). Serakalan telah berkembang dikalangan masyarakat Sambas dan dikemas sedemikian rupa sehingga memiliki gaya penuturan yang indah dan menimbulkan efek estetis. Dalam
pelaksanaannya biasanya Serakalan diiringi dengan bunyi alat musik seperti gendang, tamburin, drum, atau tahar pada setiap kata dan lariknya yang tidak dapat dilepaskan dari upaya penciptaan suasana maupun efek musikalitas sehingga dapat
menggerakkan emosi sang penyair. Syair-syair pujian yang berpadu dengan bunyi dari alat-alat musik tersebut memang terasa sangat bersemangat, apalagi jika anda bergabung atau ikut ambil bagian dalam pelaksanannya. Musik penggiring Serakalan dapat terdiri dari gendang, tamburin dll – Sambas. Serakalan biasanya dilaksanakan dalam acara tepung tawar, pesta pernikahan, atau rajaban. Umumnya pelaksanaan Serakalan sama untuksetiap acara, yaitu dilaksanakan pada permulaan acara kurang lebih selama 1,5 jam. Serakalan hanya dilaksanakan oleh orang laki-laki.
2. Adat Tepung Tawar Melayu Sambas dilakukan oleh masyarakat Melayu di Sambas Kalimantan Barat. Tepung Tawar sebenarnya dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat Melayu di Kalimantan Barat baik di Mempawah, Ketapang, Pontianak, Ketapang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu. Walaupun tujuannya sama namun masing-masing daerah memiliki fungsi serta pelaksanaannya terdapat perbedaan.
Dalam bahasa Melayu Sambas, kata Tepung mengacu pada tepung beras sedangkan tawar berarti jampi atau mantra. Sehingga kata air tawar lebih berarti air yang telah dijampi atau didoakan. Adat Tepung Tawar dilakukan dalam berbagai upacara yang menyangkut daur hidup manusia. Waktu pelaksanaan tepung tawar umumnya pada pagi atau siang hari, bertempat di rumah orang yang berhajat. Peralatan yang harus disiapkan adalah sebuah mangkok putih tempat tepung beras yang telah di hancurkan dengan air tolak bala, segelas air putih yang dibacakan doa (untuk menghancurkan
tepung, diminum atau disiramkan di kepala yang berhajat), beberapa helai daun (daun lenjuang ungu, daun mentibar, daun ribu-ribu), cincin emas atau perak, terutama pada tepung tawar mandi belulus pengantin (cincin tersebut diikatkan pada anyaman daun kelapa muda), beras kuning, serta talam kecil tempat meletakkan mangkuk.Orang yang melaksanakan Tepung Tawar disebut ?Tukang Pappas?. Pelaksanaan di sebut ? mappas?. Tukang Pappas ini biasanya orang-orang tua di kampung, keluarga tua terdekat, dan lain-lain. Jumlah tukang pappas selamanya ganjil, misalnya 3,5 atau 7 orang. Jumlah ganjil ini memang telah ditentukan adat. Kalau dilakukan laki-laki atau perempuan maka jumlahnya di atur, misalnya kalau lima orang, dibagi 3 orang laki- laki dan 2 orang perempuan. Tiga jenis daun diikat dijadikan satu berikut cincin, diletakkan di samping mangkuk berisi air tepung beras. Beras kuning dimasukkan ke dalam gelas kecil, diletakkan di samping mangkuk. Berikut beberapa prosesi tepung tawar di Sambas: 1. Tepung tawar pindah rumah biasa dilakukan pada hari jumat.
Pada malam jumat dilakukan yasinan. Pagi harinya diadakan tepung tawar, Daun yang diikat dicelupkan pada air dan ditepuk-tepukkan pada keluarga yang berhajat.
Kemudian ditaburi dengan beras kuning. Terakhir tukang pappas menepukkan daun ke bagian-bagian rumah. Keluarga diberi minum air tolak bala kemudian mandi.
Suguhan untuk tamu adalah kue-kue sebanyak 5 sampai 8 macam seperti kue apam beras, ketupat ketan, dan bertih yang diberi gula merah. Adapun minumannya adalah air manis seperti kopi atau kopi susu. 2. Tepung tawar kehamilan pertama
(belenggang) dilakukan pada usia kandungan 7 dan 9 bulan. Sebelum acara tepung tawar dimulai si ibu berbaring dengan alas kain batik yang diganti selama 7 kali.
Sementara itu dukun beranak mengelus perut si ibu 3. Tepung tawar kelahiran
dilakukan pada usia bayi 40 hari, biasanya diikuti dengan acara injak bumi 4. Tepung Tawar Pengantin Baru yang dilakukan 3 hari setelah pesta pernikahan. Fungsinya adalah tolak bala dan dapat dilakukan di luar atau dalam rumah. Prosesinya sama seperti tepung tawar pindah rumah ditambah dengan acara meniup Tawar yang diletakkan di dalam ?dulapan? berisi beras, padi, gula pasir, kelapa, dan lain-lain.
Lilin sebanyak 5 sampai 7 buah ditiupkan secara bersamaan oleh kedua pengantin.
Setelah itu di lanjutkan dengan mandi bersama yang dilakukan siraman oleh beberapa
?tukang siram? dari para tetamu yang di undang. 5. tepung tawar musibah kematian
dilakukan 7 hari setelah kematian dan dilakukan pagi hari. Demikianlah macam- macam pelaksanaan tepung tawar malayu Sambas yang sampai saat ini masih dipertahankan masyarakatnya sebagai bentuk ikatan mereka terhadap Tuhan dan lingkungan sekitarnya.