• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI MA’NA JIHAD (TELA’AH AYAT JIHAD PERSPEKTIF TAFSIR Al-AZHAR BUYA HAMKA DAN AL-ABRIZ KH BISRI MUSTHOFA) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KONSTRUKSI MA’NA JIHAD (TELA’AH AYAT JIHAD PERSPEKTIF TAFSIR Al-AZHAR BUYA HAMKA DAN AL-ABRIZ KH BISRI MUSTHOFA) SKRIPSI"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Fokus Penelitian

Bagaimana pandangan Buya Hamka dan KH Bisri Mustofa mengenai penafsiran konstruksi ayat jihad dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz. Bagaimana penerapan ayat jihad menurut Buya Hamka dan KH Bisri Musthofa dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Dapat memberikan kontribusi ilmiah khususnya untuk menambah wawasan mengenai penerapan ayat-ayat jihad dalam kehidupan bermasyarakat menurut Buya Hamka dan KH Bisri Mustofa dalam tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah wawasan dalam melakukan pengkajian terkait penerapan ayat jihad dalam kehidupan bermasyarakat dari sudut pandang KH Bisri Mustofa dan Buya Hamka.

Definisi Istilah

Salah satu karyanya ialah ulasan Al-Azhar yang dikarang dan disusunnya semasa ditawan. Tafsir Al-Ibriz li Ma'rifah Tafsir al-Qur'an al-'Aziz adalah karya KH Bisri Mustofa yang menggunakan huruf pegon-Arab Jawa.

Sistematika Pembahasan

Tesis ini secara ringkas membincangkan tentang jihad dalam al-Quran dan seterusnya memfokuskan kepada tafsiran M. Penggunaan ra’yu dalam tafsirnya terutama ketika Mbah Bisri mentafsir ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan sains. Tafsiran ayat al-Quran yang sama dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz mengiktiraf Jihad Ibriz mengiktiraf Jihad.

113Muhammad Chirzin, “Jihad dalam Al-Qur’an dari Perspektif Modernis dan Fundamentalis”, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, No. 118 Muhammad Chirzin, “Jihad dalam Al-Qur’an dari Perspektif Modernis dan Fundamentalis”, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner no. Perbedaan penafsiran ayat Al-Quran dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz mengenal Jihad. Ibriz mengakui Jihad.

119 Muhamed Chirzin, "Jihad dalam Al-Qur'an Modemist dan Perspektif Fundamentalis", Jurnal Pengajian Islam Antara Disiplin, Bil. 123 Muhammad Chirzin, "Jihad dalam Al-Qur'an Modemist dan Perspektif Fundamentalis", Jurnal Pengajian Islam Antara Disiplin, Bil. Antara karya Tafsir Al-Qur'an yang latar belakangnya dihimpun ketika ditindas oleh para penguasa ialah Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka.

Contoh penafsiran ini menunjukkan adanya upaya Buya Hamka untuk mengkontekstualisasikan penafsiran makna jihad dalam Al-Qur'an.

KAJIAN TEORI

Penelitian Terdahulu

Kajian Teori

Sejak kecil, Hamka mendapat dasar-dasar ajaran agama dan membaca Alquran langsung dari ayahnya. Jadi, penafsiran sistematik menekankan pada prosedur penafsiran yang diikuti atau menekankan pada urut-urutan Al-Qur’an. Al-Ibriz li Ma'rifati Tafsiri al-Qur'an al-'Azizi bi alLugati al-Jawiyyah (Maha Suci: Menara Suci), 2.

-Ibriz li Ma'rifati Tafsir al-Qur'ani al-'Azizi bi alLugati al-Jawiyyah (Suci: Menara Suci), 271. Al-Ibriz li Ma'rifati Tafsir al-Qur'ani al-'Azizi bi alLugati al -Jawiyyah (Suci: Menara Kudus), 308. 116 Muhammad Chirzin, “Jihad dalam Al-Qur’an dari Perspektif Modernis dan Fundamentalis”, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, no. mereka ingin menciptakan hubungan baik dengan orang-orang yang menyekutukan Tuhan.

Jihad merupakan salah satu perintah yang tidak hanya merupakan hadis Nabi, namun merupakan perintah yang terdapat dalam Al-Qur'an. Secara umum Al-Qur'an memuat prinsip-prinsip dasar yang mengatur kehidupan manusia. Artinya: “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan menentang mereka (yakni dengan Al-Qur’an) dengan jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan : 52).

الإبريز لي مارفعت تفسير القرآني الأزيز بي اللغات الجوية (قدس: منارات القدس), ٢٧١.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis adalah literatur yang terdiri dari tulisan kepustakaan, penelitian, dan berbagai jenis dokumen.

Data Primer

Data Sekunder

Para ulama mengatakan bahwa memahami Al-Quran mengharuskan sumber-sumber tafsir menjadi acuan produk tafsir. Al-Ibriz li Ma'rifati Tafsiri al-Qur'ani al-'Azizi bi alLugati al-Jawiyyah Kudus : Menara Suci. Al-Qur'an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan dikenal sebagai sumber ajaran Islam yang pertama.

Salah satu karya dasarnya adalah Tafsir Al-Ibriz li Marifah Tafsir al-Qur'an al-'Aziz yang ditulis dengan aksara Arab Pegon Jepang.

Tehnik Pengumpulan Data

Analisis Data

Untuk mengkaji dan menganalisis isi data utama yaitu tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz tentang Rekonstruksi Ayat Jihad dan lain-lain digunakan teknik analisis isi (content study). Artinya, bertujuan untuk menguraikan secara detail penafsiran Al-Azhar an Al-Ibriz mengenai rekonstruksi Auay Jihad.

Tahap-tahap Penelitian

Dalam penyusunan Tafsir al-Azharnya, Buya Hamka menggunakan tarif Usmani, yaitu penafsiran ayat-ayat secara runtut berdasarkan penyusunan mushaf Usmani. 69 Hamka, Tafsir al-Azhar., Ali Hasan al-Arid, Sejarah dan Metodologi Tafsîr (Jakarta: Rajawali Press, 1992), 26.

Biografi KH Bisri Musthofa

Pada masa mudanya, Mbah Bisri dibimbing oleh orang tuanya mengenai prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam. Sepeninggal ayahnya, Mbah Bisri merantau dari satu pesantren ke pesantren lainnya untuk mencari ilmu. Cholil, Mbah Bisri menjadi rujukan utama teman-temannya ketika menemui kesulitan belajar.

Tak jarang Mbah Bisri diminta membacakan sebuah kitab, bahkan kitab yang belum pernah didengarnya. Namun beberapa tahun kemudian, Mbah Bisri mendapat kabar duka bahwa guru sekaligus mertuanya KH. Terobosan baru yang ditawarkan Mbah Bisri mewarnai aktivitas intelektual akademisi saat itu.

Mbah Bisri mempunyai obsesi untuk menerapkan konsep Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam setiap aspek kehidupan. Contoh penggunaan ra’yu dalam Tafsir al-Ibriz dapat dilihat ketika Mbah Bisri menafsirkan firman Allah pada QS.

PANDANGAN BUYA HAMKA DAN KH BISRI MUSTHOFA

Rekontruksi Jihad menurut Buya Hamka dan KH Bisri

Kata jihad yang berasal dari kata juhd atau jad menunjukkan varian makna antara lain; kekuatan, kemampuan, kesulitan, keletihan dan keletihan.103 Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat dipahami bahwa jihad memerlukan kekuatan, kemampuan dan pengorbanan, serta tenaga, pikiran dan harta. Namun setiap kata-kata jihad yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur'an tidak selalu langsung dikomentari (menurut teks Al-Qur'an) oleh KH. Namun ada beberapa ayat yang merujuk pada kata jihad, beliau menjelaskannya sesuai dengan situasi dan keadaan di mana ayat tersebut diturunkan, sedangkan pada ayat lainnya beliau hanya menjelaskan ayat tersebut secara global (menurut teks Al-Qur'an). sebuah). 'an), yaitu dengan kata jihad (makna atau makna apa pun).

Quraish Shihab, Imam Ibnul Qoyim bahwa jihad yang dilakukan tidak harus menggunakan perang, karena jihad dengan perang adalah pilihan terakhir, artinya ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dari Jihad Asghar (Jihad terkecil) dalam bentuk perang melawan orang-orang kafir dan manusia. Orang-orang munafik memanfaatkan Al-Qur'an dengan menyampaikan dakwah, berdialog atau berargumentasi, bahkan berperang di medan perang. Bisri Mustofa lebih mengartikan kata jihad dengan kata aslinya yaitu jihad sesuai teks Al-Quran, dengan maksud untuk mengeluarkan seluruh makna kata jihad sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di masyarakat. Penafsiran yang sama terhadap ayat Alquran dalam Tafsir Al-Azhar dan Al-Ibriz mengenal Jihad.

Penafsiran Ayat Al-Qur’an yang sama dalam Tafsir Al-Azhar

Mustine podo ora wani takut mengintip ke dalam rumah.”112 Maksudnya: “Orang-orang yang tinggal di belakang tidak menyertai perang tabuk, bersenang-lenang selepas keberangkatan Nabi dari Madinah. Beliau menafsirkan bahawa orang-orang yang ditimpa kepenatan dunia, yang mendambakan keseronokan beriadah dan diselaputi oleh kelemahan cita-cita dan kekosongan hati iman. Artinya: “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak berjihad dengan harta dan diri mereka.

Maksudnya: “Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kiamat tidak akan meminta izin kepadamu (Muhammad) untuk tinggal dan berjihad dengan menggunakan harta dan jiwa mereka. Maka tidak akan ada rasa ragu-ragu dalam menempuh jalan itu, kecuali bagi mereka yang tidak mengetahui jalannya, atau bagi mereka yang mengetahui jalan dan menjauhinya untuk menghindari kepenatan yang mereka temui dalam perjalanan. Maka mereka yang tewas akhlaknya dan bergantung kepada agama ini untuk kekalahan dan kelemahan mereka hendaklah meneliti semula manhaj tersebut.

Penafsiran Ayat Al-Qur’an yang berbeda dalam Tafsir Al-Azhar

Maksudnya: "Wahai Nabi, berjihadlah (terhadap) orang-orang kafir dan munafik ini dan bersikap keraslah terhadap mereka. Buya Hamka menafsirkan ayat di atas untuk mengelompokkan orang-orang kafir dan orang-orang munafik, mengenai perintah berjihad dan bersikap keras terhadap keduanya. Dengan pedang. perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dengan perkataan dan hujah.

Sedangkan menurut ad-Daahak, ayat 124 ini menjelaskan dan berarti memerangi orang-orang kafir dengan pedang, sedangkan orang-orang munafik menggunakan kata-kata, dan ini termasuk jihad melawan mereka. Namun apabila orang-orang kafir tidak mengganggu kampung halaman umat Islam dan tidak merugikannya, maka hendaknya umat Islam tidak memerangi mereka, karena Islam tidak mengajarkan kekerasan. Saya persembahkan sebagai bentuk rasa hormat dan terima kasih kepada orang-orang yang sangat berarti dalam hidup saya.

Kontekstualisasi dan Implementasi Jihad era Kontemporer

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Robbi Da'i, 2015 Konsep Jihad Sayyid Qutb dan Ali al-Shabuni: Studi Banding Tafsiar fia Zilal al-Qur'an dan Tafsiar Safwah al-Tafasir. Kami berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Al-Qur'an dan Tafsir serta bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kebenaran teks Al-Qur'an tidak berubah sejak turunnya wahyu pertama hingga saat ini, yang telah dijelaskan oleh Allah sendiri.

Upaya memahami Al-Qur'an telah dilakukan sejak turunnya Al-Qur'an pertama kali hingga saat ini. Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepadanya. Nabi Muhammad a.s. tidak hanya menjadi sumber ajaran Islam tetapi juga menjadi pedoman bagi umat manusia. Dalam surat ini jihad bukan berarti perang, para ulama sepakat bahwa makna jihad dalam surat Al-Furqan ayat 52 adalah jihad dengan Al-Qur'an.

Jihad dalam bentuk ini memerlukan seseorang yang memiliki kemampuan keilmuan tinggi yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi serta mampu melakukan ijtihad. Dalam penulisan ini kami menggunakan Al-Quran sebagai rujukan utama dan penulis juga menggunakan kitab tafsir karya Buya Hamka Al-Azhar dan KH Bisri Mustofa Al-Ibriz yang terkait dengan penjelasan Rekonstruksi Jihad Kontemporer.

Referensi

Dokumen terkait

KONTEKSTUALISASI MAKNA JIHAD DALAM AL-QUR’AN Telaah Tafsir Al-Azhar Karya

Tesis dengan judul “Kontekstualisasi Makna Jihad dalam Al-Qur’an Telaah Tafsir Al-Azhar Karya Hamka” ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tesis

Penelitian tersebut lebih menekankan pada ketokohan Hamka dan peran besarnya dalam pengembangan Tafsir di Indonesia bukan dari sisi penafsiran makna jihad. 9 Devid

Dalam sisi lain tafsir ini disebut juga disebut tafsir sosiokultural yaitu penafsiran ayat yang menjelaskan tentang perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat dalam

Kenang-kenangan Bekerja Sama dengan Hamka dalam Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka.. Jihad Makna

Penafsiran Hamka bahkan lebih jauh dan luas, ia mencoba membandingkan dengan konsep Tuhan (trinitas) dalam agama kristen. Begitu juga ketika Hamka menafsirkan

Maka akan melahirkan pemahaman yang rasional dan komprehensif, di samping itu tafsir al-Azhar dengan corak kontekstual adalah metode penafsiran yang paling dekat

Sedangkan pada surat ar-Rahman ayat 7, Buya Hamka memaknai Mizan dengan istilah neraca pula, maksudnya kita sebagai manusia perlulah untuk bertafaqqur terhadap apa